Sinopsis IRIS 2 Episode 8 Part 1

 
***



Joong Won menembak Park Chul Young membuat Jenderal Korea Utara itu terkapar (entah pingsan atau benar-benar kembali ke pangkuan yang Maha Kuasa. Ini masih rahasia dan jadi pertanyaan semua penonton IRIS 2, including me :D). Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Joong Won mendekati tubuh Park Chul Young dan menggeledah kantung jasnya mencari sesuatu. Apa ya yang dicari Joong Won? Wajah Joong Won sedikit kesal. Ia lalu mengambil pin di jas Park Chul Young (Gak tau itu foto siapa karena ukuran gambarnya terlalu kecil, mungkinkah foto Jenderal tertinggi Korea Selatan? Tanya Budi).



“Kau bilang aku mengkhianati negaraku? Aku tidak pernah mengkhianati negaraku. Hanya saja, masa depan yang kita impikan berbeda,” ucap Joong Won sebelum meninggalkan Park Chul Young.
(Seperti apa masa depan negara yang kamu impikan, Joong Won-sshi? Park Chul Young merupakan salah satu orang yang mendukung unifikasi Korea Selatan dan Korea Utara, jika Joong Won memimpikan masa depan negara yang berbeda bukankah itu berarti Joong Won berada di pihak yang tidak menyukai penyatuan dua negara itu? Please, Joong Won-sshi... Jika pada akhirnya kamu menjadi jahat, kenapa harus memulainya dengan sesuatu yang manis membuat penonton dilema saja. Dan tindakanmu menembak Park Chul Young, aku tidak akan memaafkanmu *elo siapeeeee?*)


Ajudan setianya Park Chul menunggu di sebuah tempat yang banyak lampunya, tebakanku itu gereja. Tak berapa lama kemudian Joong Won datang menjempunya.


Seseorang menghampiri tubuh Park Chul Young... Nugu? Dilihat dari outfit-nya, pemilik mysterious legs itu adalah seorang perempuan. Mengenai ini, aneka spekulasi muncul. Ada yang bilang itu Yeon Hwa, trus yang lainnya percaya kalau itu adalah Seon Hwa dan kemungkinan ketiga adalah Tae Hee (karakter spy dari Korea Utara ini baru muncul di episode 11 kalau tidak salah).
Joong Won menghentikan mobilnya di pinggir jalan. dengan ekspresi sedih, ajudan Park Chul Young memberikan Joong Won ponselnya. Ada rekaman suara di situ. Joong Won mendengarkan. Joong Won terkejut.

Masih ingat di episode sebelumnya saat Park Chul Young ditodong pistol sama Yoo Gun? Ia sempat menekan ponsel di saku jas-nya kan? Rupanya Park Chul Young menelpon ajudannya dan kebetulan pula ponsel ajudannya dalam keadaan mailbox dan terekamlah perbincangan Park Chul Young dan Yoo Gun termasuk bunyi tembakan Rey.
Park Chul Young : Jung Yoo Gun. Coba ingat-ingat aku. Jung Yoo Gun!
Rey : Apa yang kau tunggu?
Park Chul Young : Jung Yoo Gun!
Rey : Tembak!
(Saat itu Park Chul Young memang tertembak tapi tidak mati, ia melompat ke laut.)
“Kapten tertembak?” Joong Won berseru tertahan.
Sebagai jawabannya, ajudan Park Chul Young menunduk sedih. Joong Won juga terlihat terpukul. “Ini pesan darinya,” ucapnya. Ia memukul setir mobil dengan kemarahannya. “Siapa bajingan yang bernama Jung Yoo Gun itu?”
“Dia agen NSS Korea Selatan. Aku pernah melihatnya di Hungaria,” jawab Ajudan Park Chul Young.
“Lalu apa yang kita lakukan sekarang?”
Ajudan Park Chul Young memberikan kunci yang pernah dititipkan Park Chul Young sebelum mereka berangkat ke Jepang. “Kapten menitipkan ini. Dia memintaku untuk memberikannya padamu jika terjadi sesuatu.
Joong Won terbelalak. “Ini... Kunci lemari besi pribadi di Bank Royale.”
“Meskipun kapten tidak menunjukannya, dia sangat khawatir terhadapmu.”
Joong Won terdiam sejenak. Terharu dan menyesalkah ia setelah dengan tega membunuh Park Chul Young? Hanya Script Writer dan Joong Won yang tahu.
“Jadi bahkan setelah mati, dia tetap memberiku tugas?” Joong Won memacu kembali mobilnya.
*(Ow god! Aku benar- benar emosi liat scene ini. Jelas-jelas ya Joong Won yang sudah menembak Park Chul Young dan dia dengan suksesnya berakting seolah-olah tidak tahu apa-apa bahkan dengan modal rekaman suara telepon ia menuduh Yoo Gun sebagai pembunuh Park Chul Young. Nappun namja! Dia tidak ingat jika bukan karena ‘pertolongan’ Park Chul Young maka sudah pasti Hyun Woo akan membawanya ke Korea Selatan sewaktu di Kamboja! Ya! Joong Won-sshi, be careful, i’m watching you! >_<)

Ada iklan mobil KIA-nya, sodara-sodara!
Soo Yeon sedang mengemudikan mobilnya. Perkiraanku dia belum tiba di Jepang. Ia menghentikan mobilnya, dikeluarkannya cincin pemberian Yoo Gun. Sesaat ia teringat pertama kali menemukan cincin itu di dalam boneka. Soo Yeon akhirnya memakainya di jarinya.


Yoo Gun menuangkan minuman ke dalam gelasnya. Ia setengah mengkhayal hingga tidak sadar melepsakan pegangannya pada teko. Dia mengingat kebersamaannya dengan Soo Yeon sewaktu di pantai tapi dia tidak dapat mengingat siapa adanya wanita dalam ingatannya itu karena wajah Soo Yeon terlihat samar-samar.
Yoo Gun hendak bepergian. Rie mengantarnya hingga ke halaman. Ia bertanya berapa lama Yoo Gun akan pergi kali ini. Yoo Gun tidak tahu, ia akan tahu saat sudah tiba di sana. Kurasa Yoo Gun mau ke Korea.
“Jaga dirimu,” kata Rie.
“Aku akan kembali...”
Yoo Gun pergi di tengah cuaca dingin dan salju yang memutihkan seluruh tempat.

Makau


Joong Won tiba di Makau untuk mengambil apa yang disimpan Park Chul Young di bank Royal di sana. Ketika Joong Won membuka loker, ia menemukan uang yang banyak, paspor , tiga ponsel, pistol dan sebuah flashdisk di dalamnya. Melihat air mukanya, nampaknya Joong Won masih memiliki beberapa pertanyaan mengenai tindakan Park Chul Young menyiapkan semua itu untuknya.
Di kamar sebuah hotel, Joong Won menelepon  seseorang.


“Halo, ini Yoo Joong Won. Misi saya sudah selesai. Saya akan kembali sekarang.”
Who are you, Yoo Joong Won-sshi?


Rey memberikan briefing kepada anak buahnya. Ia mengingatkan bahwa satu jam lagi mereka akan berangkat. Ken masih belum tahu mengenai tujuan akhir mereka. Yeon Hwa punya pemikiran lain. Ia memanggil Rey dan bertanya apakah mereka harus pergi sekarang?  Apakah mereka ketahuan? Tidak, kata Rey. Sudah saatnya bergerak. That’s it. Seorang anak buah Rey memberitahu kalau Ken sudah tiba.
Di kantor NSS, Hyun Woo menemui Choi Min.


“Aku baru saja mendapat kabar bahwa Yoo Joong Won mampir di Macao,” sambut Choi Min.
“Untuk apa dia pergi ke Macao?” tanya Hyun Woo.
“Dana kegiatan luar negri untuk kamar 35 di simpan di Macao. Aku yakin ini ada hubungannya dengan itu.”
“Jadi pasti telah terjadi sesuatu di Jepang.”
“Aku punya firasat buruk mengenai ini,” ucap Choi Min. “Beritahu Ji Soo Yeon untuk berhati-hati. Ruang kendaili harus membantunya sebaik mungkin.”
“Ya.”
“Dan apa saja mengenai Yoo Joong Won, sepele apapun kau harus laporkan padaku.”
“Saya mengerti.” Hyun Woo pamit meninggalkan ruangan Choi Min.


Rey membawa Yoo Gun ke sebuah ruangan. Yoo Gun berpapasan dengan Yeon Hwa di lorong tempat itu. Ia memperhatikan Yeon Hwa dan baru tersadar saat dipanggil Rey. Sama halnya dengan Yeon Hwa, begitu Yoo Gun masuk bersama Rey ke sebuah ruangan, Yeon Hwa membalikkan tubuhnya menatap punggung Yoo Gun yang menghilang di balik pintu. Apa yang kamu pikirkan Yeon Hwa?
Di dalam ruangan, Rey berdua dengan Yoo Gun. Rey bertanya mengenai kabar Yoo Gun. 


“Hey, Rey. Katakan sejujurnya. Siapa Kim Yeon Hwa?”
“Sudah kubilang, dia adalah bagian dari tim kita.”
“Bagaimana dengan Park Chul Young? Dia mengatakan kalau aku yang menangkap Yeon Hwa. Jika dia rekanku, itu tidak masuk akal. Dan...  Siapa Jung Yoo Gun?”
“Oke, aku akan memberitahumu. Dia tidak berbohong padamu. DI Hungaria, kau menyerahkan Yeon Hwa padanya. Pada saat itu kau bekerja sebagai agen ganda di NSS dengan nama Jung Yoo Gun. Terdengar akrab?”
Yoo Gun berpikir keras mendengar penjelasan (bohong) Rey.
“Ken, NSS tahu siapa kau sebenarnya. Dan kami menarikmu keluar. Selama melarikan diri, kepalamu tertembak. Kau kehilangan semua ingatanmu.”
“Aku tidak paham kenapa kau baru mengatakannya sekarang?” tanya Yoo Gun.
“Karena kau belum siap,” ucap Re meyakinkan.
*(Huuuaaaaah, ada yang berniat nyantet Rey? Yuk, gabung!)


Yeon Hwa membersihkan badannya di kamar mandi. Kasian banget, tubuhnya dipenuhi bekas luka. Yeon Hwa ingin menghapus bekas luka iti tapi mana bisa? Ia lalu teringat perkelahiannya dengan Soo Yeon di Hungaria, penyiksaan di penjara Korea Utara dan ucapan Park Chul Young yang berharap kakaknya, Seon Hwa masih hidup dan tinggal di suatu tempat. Air matanya menitik tapi buru-buru ia hapus. Wajah Yeon Hwa mengeras. Dendam kah?


Soo Yeon sudah tiba di Jepang. Ia menumpang taksi menuju suatu tempat.


Hyun Woo sedang menekuri catatan informasi mengenai Joong Won. Ada telepon masuk, Hyun Woo sigap mengangkatnya. Ternyata dari Soo Yeon. Hyun Woo menanyakan dimana keberadaan Soo Yeon. Soo Yeon mendekati lokasi yang ditunjukkan Soo Jin. Hyun Woo lalu menyuruh Soo Yeon mencari lapangan parkir kecil yang diceritakan Lee Soo Jin. Jalan lurus sekitar 20 meter dari sebelah kiri tempat parkir itu. Bangunan-bangunan di sebelah kanan adalah kemungkinan tempat yang harus dicurigai. Soo Yeon akan menghubungi Hyun Woo kembali bila ia menemukan lapangan parkir.
Tunggu sebentar,” tahan Hyun Woo. ”Wakil Direktur memintamu untuk berhati-hati. Park Chul Young dan sisa kelompoknya, pasti terjadi sesuatu pada mereka.”
“Baik, aku akan berhati-hati.”
“Mungkin seharusnya aku pergi bersamamu,” sesal Hyun Woo. Ecieeee, ehm.
“Jangan khawatir. Aku akan melihat-lihat dulu.”
Hyun Woo meletakkan gagang teleponnya.

Soo Yeon berjalan sendirian di pinggir jalan di sebuah kota di Jepang. Ia mencari rumah perlindungan kelompok IRIS yang pernah diceritakan Soo Jin padanya beberapa waktu lalu. Soo Yeon berhasil menemukan lapangan parkirnya. Ia segera menyambung komunikasi dengan TF-A Team di pusat. Hyun Woo mengingatkan jika itu rumah perlindungan mereka, bisa jadi sangat berbahaya. Hae Yong menjelaskan posisi Soo Yeon saat itu, sebelah kiri dari tempat parkir ada jalan yang cukup besar untuk lalu lintas searah. Byung Jin bertanya apakah Soo Yeon membawa kamera yang baru? Soo Yeon mengiyakan.


“Unggah gambarnya ke server kita,” pinta Byung Jin. Soo Yeon mulai merekam di sekitarnya yang bisa langsung terkirim ke server NSS. kameranya canggih euy! *(promosi lage nih)
“Lee Soo Jin mengatakan bangunannya ada di sisi kiri. Tapi bangunan dalam radius 50 meter kemungkinan juga harus dicurigai,” kata Hyun Woo.
“Aku mengerti.” Sepersekian detik kemudian Soo Yeon menghentikan laju langkahnya. Ia melihat rombongan Rey bersiap-siap meninggalkan rumah perlindungan IRIS. Chajatta! Soo Yeon menemukannya! Soo Yeon terkejut ketika lampu mobil Rey Cs menimpa wajahnya. Ia bergegas menyembunyikan diri. Hyun Woo terkejut karena gambar yang masuk ke server bergoyang, ada apa?


“Mobil datang dari sisi kiri, untuk berjaga-jaga aku akan mengikuti mereka.”
“Hati-hati, jangan sampai tertangkap!” Hyun Woo cemas.
“Mi Jin, bersiap untuk menerima pelacak sinyal,” Hae Young mengeluarkan perintah.


Wow! Soo Yeon sukses melemparkan semacam alat penyadap ke mobil salah satu rombongan Rey! Pelacakan dimulai. Soo Yeon memasuki rumah perlindungan IRIS dengan kamera stand by. Tampaknya sudah kosong. Ambil gambarnya dan unggah alamatnya, kata Hyun Woo. Byung Jin menemukan lokasinya.


“Perusahaan Perdagangan Miami telah menyewakan gedung tersebut selama lima tahun terakhir.”
“Itu merupakan perusahaan Cat Penyerap Gelombang Elektrik,” Ji Yun menambahkan.”Cat penyerap gelombang elektrik?” ulang Hyun Woo.
“Untuk mencegah penyebaran pantulan gelombang radio. Jepang menggunakan cat penyerap gelombang eletrik pada banguna mereka,” Byung Jin memberikan keterangan tambahan. Mi Jin menyerahkan hasil pelacakannya.
Soo Yeon sudah masuk ke dalam rumah perlindungan.



“Kau benar-benar bernyali pergi ke tempat seperti itu tanpa membawa senjata...” suara Hyun woo penuh kekhawatiran. Soo Yeon menyimpulkan bangunan itu kosong, ia lalu naik ke lantai dua.
Di kantor TF-A Team, Hyun Kyu masuk. Seorang anggota tim menegurnya kenapa terlambat sekali datangnya. Hyun Kyu beralasan ia sangat sibuk. Ia menegur anggota tim lainnya yang terlihat serius menatap layar komputer. Bursa saham New York akan segera  dibuka.


“Soo Yeon masuk ke bangunan yang dicurigai sebagai tempat persembunyian IRIS,” Hyun Woo menyahut.
Hyun Kyu terkejut mendengarnya. “Apa? Sendirian?”
Hae Young mengiyakan. Hyun Kyu mendesah. “Apa yang membuatnya begitu berani? Apa wajahnya yang cantik?”
Tidak ada yang menjawab, sebagai gantinya Ji Yun memberikan alat menyambungkan komunikasi dengan Soo Yeon (Sumfeh, aku gaptek banget sama yang ginian, gak taulah apa namanya. Pokonya bayangin aja satu alat yang sering dipake orang saat menelepon di mobil. Itu aja sih).
“Hei, Soo Yeon. Ini Kepala Bagian Oh.”
“Ya, Kepala Bagian.”
Kau membawa ponsel yang kuberikan? Gunakan itu unutk mengirim gambarmu dan nyalakan kamera pencitraan suhu.”


Soo Yeon melakukan apa yang disuruhkan Oh Hyun Kyu. Omayaaa! Daebak ponselnya! Canggih maaaak! Rekaman gambar yang diterima pusat menunjukkan jejak orang-orang yang pernah berada di ruangan itu.Oh Hyun Kyu sekali lagi menyuruh Soo Yeon mengambil gambar papan tulis dan segera kirimkan. Saat sedang mengambil gambar, Soo Yeon merasakan kehadiran seseorang di belakang punggungnya. Ia berbalik dengan cepat. Sangat cepat sodara-sodara, dalam sekejapan mata terjadi perkelahian antara Soo Yeon dan seorang pria bersenjata. Soo Yeon sempat dibanting ke meja oleh pria itu, karena kecakapan bela dirinya Soo Yeon bisa melumpuhkan pria itu. ia mengunci lehernya dengan kaki. Keren maksimal. Hyun Woo bertanya ada apa. Kenapa Soo Yeon tidak menjawabnya?
“Aku menangkap tersangka. Aku akan menghubungi Kantor Kabinet Investigasi di sini.”
Aiisssh!! Penjahat itu menelan sebuah pil. Ia hendak menutup mulut dengan bunuh diri. Betapapun Soo Yeon berusaha agar itu tidak terjadi, pria itu berakhir dengan mulut berbusa.


Di tempat pengisian bahan bakar. Rey menelpon seseorang entah siapa. Mr. Black, maybe. Malangnya, usai menelepon, sebelum masuk ke dalam mobil Rey menemukan alat pelacaknya. *(Antara mau teriak sebel sama pengen nunju tampang Rey, kasian kerja Soo Yeon kaaaan?)


Soo Yeon menanyakan bagaimana dengan alat pelacaknya. Selagi mereka bergerak menuju jalan raya mereka kehilangan sinyal. Kata Hyun Woo. Ia rasa IRIS mengetahui kalau mereka dilacak. Soo Yeon terlihat sedih. “Ke mana mereka?” desisnya.


Di dalam mobil yang membawa mereka, Yeon Hwa dan Yoo Gun duduk berdekatan. Yeon Hwa melirik Yoo Gun diam-diam. Teringat aksi kejar-kejaran mereka sewaktu di Hungaria.


Soo Yeon mencari tahu keberadaan Yoo Gun yang mengganti namanya dengan Ken Shindou. Aku nggak tau di kantor apa Soo Yeon pergi, ataukah hotel yang pernah mereka singgahi sewaktu ke Jepang bersama Shi Hyuk dan Hyun Woo?
Ápakah orang ini, Ken Shindou?” tanyanya pada mbak resepsionis.
“Kami hanya bisa memberitahu nama tamu kami, tapi tidak penampilan mereka.”
*(Oh iya, benar. Itu hotel yang dulu mereka singgahi.) Salah satu mbak resepsionisnya memperhatikan foto yang dipegang Soo Yeon. Ia lalu berkata pada temannya, “Kurasa dia salah satu tamu jangka panjang kita di Ryokan (losmen) kita.
“Apa nama Ryokan itu?” tanya Soo Yeon.
***


Kelompok Rey menyelundupkan diri menuju Korea Selatan dengan menumpang sebuah kapal feri. Yeon Hwa menyuap seorang ABK kapal tersebut dengan segepok uang. Weleh-weleh... Money.


Soo Yeon memperoleh alamat Ryokan dari resepsionis di hotel itu entah bagaimana caranya. Dan tahukah siapa yang ditemuinya di sana? Rie! Sato Erika!


“Apa alasan kau datang ke sini?”
“Aku mencari seorang pria bernama Ken.”
“Apa Ken-chan dalam masalah?”
“Tidak. Aku hanya perlu dia bersaksi untuk sebuah insiden. Kudengar kau memanggilnya Ken-chan. Kalian pasti sangat dekat.”
“Tidak terlalu. Dia hanya tamu yang menginap di sini untuk pemulihan.”
“Apa mungkin dia memberitahumu ke mana dia pergi?”
“Tidak, dia tidak mengatakan apa-apa.”


Soo Yeon menyodorkan foto Joong Won. Apa dia orangnya? Tanyanya.
“Aniya. Bukan.”
“Lalu, apa ini?” Soo Yeon menyodorkan foto kedua. Yoo Gun. Wajah Rie menunjukkan sedikit riak.
“Tidak, aku belum pernah melihatnya.”
Sudah kuduga, Rie pasti akan menutupi keberadaan Yoo Gun. Dia berbohong.


Soo Yeon meninggalkan Ryokan itu dengan gontai. Ia menyetop sebuah taksi. Rie mengamatinya di kejauhan. Pria tua yang pernah menyuruh orang memeriksa kondisi otak Rey menghampirinya, :Tidakkah seharunya kita memberitahu Rey mengenai ini?”
“Urusi saja apa yang jadi urusanmu. Jika dia kembali ke sini aku akan mengurusnya sendiri,” cetus Rie. Pria tua itu menunduk hormat pada Rie. Uwaaaaat? Kirain dia bapaknya Rie ternyata bukan ya -_-


Di dalam taksi yang membawanya, Soo Yeon menatap foto Yoo Gun. Matanya berkaca-kaca. Hingga akhirnya air matanya jatuh tak tertahankan. *(Backsong-nya lagunya Davichi). Soo Yeon hendak kembali ke Korea Selatan.


Yoo Gun melamun di anjungan kapal. Inget sopo sih, Mas?


Joong Won masuk ke sebuah rumah. Tebakanku itu rumahnya. Kali ini Joong Won memakai seragam lengkap polisi Korea Utara. Ia mengamati seisi ruangan. Matanya bentrok pada sebuah foto. Ia, seorang perempuan setengah baya (ibunya) dan seorang lagi yang mengenakan seragam yang sama dengannya. Adiknya yang meninggal itu. Lalu ada suara perempuan memanggil dari luar. Pintu dibuka dari luar, menyusul seorang perempuan tua yang terbelalak kaget melihat Joong Won. Itu ibunya Joong Won.
Joong Won diberi makan ibunya, *(ngerasa janggal gak sama kalimat ini? Hihi). Ibu Joong Won menyimpan semua uang yang dikirimkan Joong won untuknya. Ia ingin menggunakannya untuk membeli hadiah pernikahan saat Joong Won menikah nanti. Joong Won tidak tertarik dengan menikah.


“Sejak terakhir kali aku melihatmu, kau tampak tidak sehat sama sekali,” kata ibunya.
Joong Won menyingkirkan meja kecil berisi makanan. “Segera, aku harus pergi sebentar untuk bekerja. Setelah pekerjaan itu selesai, aku akan merawatmu, Ibu.” Joong Won menyerahkan segepok uang pada ibunya.
“Eomonni, jangan khawatirkan aku. jaga dirimu...” habis berkata demikian, Joong Won beranjak meninggalkan rumahnya. Ibunya mengejar hingga ke depan pintu. “Di manapun kau berada. Berhati-hatilah,” teriak ibunya. Ada kesedihan di wajah Joong Won. *(sesaat aku berhenti membenci Joong Won, tapi scene berikutnya aku malah ingin menendang Joong Won ke ujung dunia seandainya ujung dunia itu ada).
Di pusat Komado Korea Utara, Joong Won menerima kenaikan pangkat.


“Kerja bagus. Kau tampak biasa saja membunuh Park Chul Young. Kudengar Park Chul Young lah yang melatihmu di Komado Pasukan khusus.”
“Benar. Tapi saya merasa lega telah membereskan beliau,” sahut Joong Won datar.
“Apa jangan-jangan, kau punya dendam pribadi terhadap dirinya?”
“Beliau memperlakukan saya seperti keluarganya. Saya sangat menghormatinya. Tapi begitu beliau menjadi hambatan bagi revolusi kita, tidak ada ruang untuk perasaan pribadi selain demi kebaikan Rakyat Republik Korea.”
“Benar. Demi revolusi, entah itu keluarga atau teman. Jika mereka menghambat revolusi, kau harus menyingkirkan mereka.” Atasannya bangkit dari kubur eh kursi maksudnya.
“Perundingan perdamaian mungkin akan dilanjutkan lagi. Saat itu terjadi, akan ada banyak tugas untukmu.”
Tatapan mata Joong Won... Uri Joong Won benar-benar sudah berubah... atau jangan-jangan inilah sosoknya yang sebenarnya?


Bersambung ke Part dua yaaaaak ^O^
Komentar :
Episode 8 adalah episode perpisahan dengan karakter Joong Won yang lucu dan lovable. Di episode selajutnya jangan harap akan melihat dia bertingkah sleng`an dan usil.... :(
Babai...


1 comment:

  1. uih sebel ma rei... ayo yoo gun cepatlah sadarkan ingatan.mu...

    ReplyDelete

Haiii, salam kenal ya. 😊