Di akhir episode, aku membayangkan gimana Ha Won dan Seo Woo menghabiskan waktu bersama. Mungkin mereka belanja ke minimarket, memilih bahan masakan, sesampai di rumah makan bersama. Melanjutkan pekerjaan bersama atau mungkin nonton TV dengan saling berpelukan, aaah baper bayanginnya aja. Kalau Seo Woo ketiduran, Ha Won bakal angkat ke tempat tidur dan nyelimutin. Mereka tidur bareng, besoknya Ha Won udah nyiapin sarapan, Seo Woo nyuci baju dan jemur pakaian sama Ha Won. Berangkat kerja masing-masing, mungkin setelah itu janjian makan siang bareng walau cuma sebentar. Nonton konser In Wook dan momen yang ditunggu mungkin mereka bakal ke Norwegia honeymoon waktu musim dingin, Ha Won ngenalin Seo Woo ke makam mama mertuanya. (@EleanorCharlot8)

Hayoooo, siapa yang senyum-senyum baca khayalannya Mbak Eleanor tentang kesehariannya Hawon-Seowoo? Hihi.

Seandainya A Piece of Your Mind nggak di-cut 4 episode, harusnya ini menjadi pekan terakhir penayangannya. Seharusnya, salam perpisahannya baru kita lakuin setelah episode 16. Seharusnya masih banyak konten Ha-won – Seo-woo yang bisa kita nikmatin... Haaa... I hate you, tvN. .


Jujur nih, pertama kali liat ending A Piece of Your Mind, aku kayak yang... hah? Udahan? Trus langsung berasa banget ada yang mengganjal di rongga dada—sedih, ga mau pisah, masih pengen ngikutin kisah Ha won-Seo woo, campur-campur semuanya. Emang bener yah, pisah pas lagi sayang-sayangnya itu sedihnya sulit didefinisikan. Apalagi pisahnya gara-gara dipaksa. Dan makin ambyar ini hati gara-gara dengerin ost-nya yang dinyanyiin Poetic Narrator.
... nareul itjimarayoooo~
/nangis/

Sudah dua kali hari Senin dan Selasa, aku masih belum (mau) move on. Tiap malem, tiap ada kesempatan buka lepi, yang dibuka udah pasti folder donlotan A Piece of Your Mind, rewatch lagi dan lagi, sampe dihapalin dialognya tapi ga bosen-bosen juga, heran, HAHAHAHA. Kalau ada yang komen ‘lebay ah’, iya. Aku emang gini anaknya. Sekalinya suka sama sesuatu, susah pindahnya, dan bakal keinget sampai kapanpun (inget Healer dan Reply 1988?). Yang bikin tambah parah susah move on-nya aku ke A Piece of Your Mind, ga banyak yang ngomongin dramanya di temlenku, paling 2-3 orang aja, jadi ya gitu... udah dramanya ga ngebosenin, ditambah yang nge-hype dikit—berasa eksklusif /ngomong apaan dah wkwk/. Yaa kaaan, pengalaman, sering tuh aku kehilangan mood nge-hype drama yang ruameeee banget banget, diomongin dan dihebohin banyak warga medsos. Suka sih suka, tetep nonton, tapi males aja nyinggung di temlen, karena yang mau diomongin udah diomongin sama yang laen... begitulah. Menikmati dalam diam /halah/. Sebenernya inti paragraf yang panjangnya belum bisa ngalahin panjang kenangan 10 taun gagal move on-nya Ha-won ini adalah aku kangen A Piece of Your Mind, kangen Ha won-Seo woo. Dah, gitu ajaㅋㅋㅋ

Beberapa waktu lalu, aku bales-balesan mensyen dengan Mbak @EleanorCharlote8 di Twitter, biasa... obrolan korban pelet-nya A Piece of Your Mind ga akan jauh-jauh dari ‘belom mupon’. Nah, ada satu balesan mensyen Mbak Eleanor yang bikin aku tiba-tiba kepikiran... gimana ya kelanjutan kehidupan Moon Ha-won dan Han Seo-woo setelah reunian? Tau nggak, abis itu aku senyum-senyum sendiri membayangkan itu semua /peletnya warbiyasah sekali ya/ ㅋㅋㅋㅋ

Menyoal, ending drama, umumnya ada tiga pilihan; happy ending, sad ending, dan ini yang (kadang) bikin sebel—open ending. penonton disuruh mikir dan menyimpulkan sendiri. Aku bisa terima yang mana saja asal pilihan ending-nya sesuai dengan premis, masuk akal, ga antiklimaks, ga hambar, ga bikin penonton menggumam tidak puas ‘hahh gitu doang’? dan pengen nyantet writer dan director-nya detik itu juga wkwk.

Ending A Piece of Your Mind udah aku bahas di tag POV. Aku ga komplain apa-apa. Jahat banget kalo aku sampe nuntut macem-macem ke drama yang dipaksa tamat prematur sama yang punya kuasa. Dikasih akhir kayak gitu aja udah bikin aku bersyukur. Tapi tetap saja pertanyaan selanjutnya gimana masih terus-menerus hadir di kepalaku, saking ga pengennya aku ngelepas Ha-won dan Seo-woo... saking pengennya aku ngikutin kisah mereka setiap pekan .

Tentang happy ending; nikah, punya anak, dan mereka berbahagia selamanya. Udah biasa banget nemu ginian di drama bergenre romantis. Ga kayak judul lagunya BSB, Happy Never after. Kalo ga happy ending, berarti dramanya salah genre. Namun, sedikit sekali drama romantis yang mampu memberikan akhir memuaskan bagi penonton. Penonton kan suka banyak maunya yaa wkwk. Yang ending-nya std langsung deh kena kritkan netijen.

Ada ga yang menganggap ending A Piece of Your Mind std? Paan siiih kok pelukan doang? Gitu? Aku sih enggak ya. WHY? Karena aku udah kadung bucin, cintaaa banget, cinta itu (bisa) membutakan yekaaan? Aku sudah dibutakan Hawon-Seowoo HAHAHA. Nggak ding. Aku punya alasan sendiri.

Adalah ucapan Ha-won kepada Seo-woo sesaat setelah gadis itu terbangun dari tidur dan segera menyadari kehadirannya.

“I’m back.”

Di antara sekian banyak pilihan kata yang bisa diucapkan setelah short break up, setelah dijajah kerinduan yang panjang, Ha-won (malah) milih itu. Diucapin dengan sepenuh kelegaan (liat doooong ekspresinyaaaaah). Kalau kamu bener-bener ngikutin drama ini sejak menit pertama episode plotnya hingga detik terakhir episode 12, melihat seperti apa perjalanan kisah Ha won-Seo woo, maka kamu (seenggaknya) bisa merasakan betapa dalam makna ucapan Ha-won itu. I’m back-nya Ha won berarti banyak buat Seo-woo. Untuk hubungan mereka ke depannya. Udah nggak ada lagi bayang-bayang masa lalu menyesakkan di antara mereka berdua. I’m back-nya Ha-won serupa isyarat kepada Seo-woo; you are my home; from now on, we will going through this journey together, no one can separate us;  no one.

Menurutku, nilai plus kisah dua orang ini yang (barangkali) akan sulit kita temukan pada banyak karakter utama drama adalah karakter mereka, oleh penulis skenarionya, ditampilkan seutuhnya dan konsisten kepada kita, sehingga sebagai viewers kita (bisa) melihat dengan sangat jelas Ha-won dan Seo-woo sebagai dua orang normal, ga superior, yang ga menutup kemungkinan hidup dan bernapas di sekitar kita. Kenapa? Karena karakter-nya relatable. Enggak perfect, dan menjadi perfect karena mereka berdua. Trust me, kita belom pernah ketemu orang kayak Ha-won dan Seo-woo bukan berarti mereka sepenuhnya hidup dan mati sebagai karakter fiksi. Mereka ada, mungkin kita nya aja yang maennya kurang jauh. /mbak-nya mulai mikir maennya kudu ke mana yak biar bisa nemu makhluk kayak Ha-won?/

Duh, kaaan kaaaaan, tiap nyinggung hubungannya Ha won-Seo woo aku ga bisa untuk ga muji-muji. Emang sebagus itu..

Gara-gara obrolan dengan Mbak Eleanor, aku jadi kepingin nulis harapanku (baca; khayalan) tentang seperti apa kelanjutan kisahnya Ha-won dan Seo-woo, yang aku bayangin gimana mereka melewati hari-hari berdua. Asiknya, karena udah kenal Ha-won dan Seo-woo, ga sulit membayangkan seperti apa mereka menjalani keseharian mereka. Hanya dengan melihat proses mereka menjadi berdua di episode-episode terdahulu, udah ketebak; siapa yang (lebih) blak-blakan bucinnya, siapa yang ngajak baikan duluan kalo ada yang ngambekan, apa yang akan mereka lakukan saat mereka terperangkap dalam sibuknya rutinitas pekerjaan, atau bagaimana mereka melewatkan waktu luang.

Siapakah yang bucin, Ha-won atau Seo-woo? Dua-duanya bucin satu sama lain, tapi kalo mau nyebut yang paling... itu adalah... MOON HA-WON! SIAPAAAH? MOON HA-WON! 10000000 %. Ga diragukan lagi, udah pasti Moon Ha-won orang-nya. Siapa cobaaa yang ga ragu-ragu nawarin Seo-woo supaya pindah ke rumah-nya? Yang ngelarang Seo-woo jangan nyerah dengan 1% unrequited love-nya? Yang nyaranin banbogi duluan (modus detected) karena kangen? Yang sok mempraktekkan ide barunya yang sentuhan-sentuhan itu padahal aslinya sih emang pengen pegang tangannya Seo-woo /bodo amat suujon-in Ha-won/ eh bentar-bentar mau ngetawain Moon Ha-won nya dulu HAHAHAHAHA. Dasar Moon-bucin, ada-ada aja alasannya biar bisa ketemu Mbak Seo-woo. Minta dicubit gumushhh deh aahh.
Relationship-nya Ha-won dan Seo-woo bukan jenis relationship yang sulit dijalani, dua orang ini sama-sama open tentang perasaan masing-masing. Nggak perlu nunggu siapa yang duluan mengambil inisiatif.

You are okay, right? I texted just because. ‘How are you? Isn’t the weather nice?’ I like it when I get random texts like that. I feel cared for.” –Han Seo-woo

Dengan semakin berkembangnya media sosial, dan berbagai sarana komunikasi sekarang ini, berapa banyak dari kita yang tanpa sadar tidak lagi menikmati  pesan-pesan pendek dari orang-orang yang kita kenal? Perkara ‘apa kabar’ seperti kehilangan mantra-nya. Esensi saling bertukar kabar yang mestinya (bisa) dihayati justru terasa hambar karena intonasinya sudah menjadi sedemikian formal dan berujung pada basa-basi semata. Pernah ada saat-saat ketika aku ingin sekali mengirim pesan pendek kepada teman-teman yang aku kenal, dan berakhir tidak melakukan apa-apa karena di saat yang bersamaan muncul pikiran ‘ah, pasti udah pada sibuk yah’, ‘palingan tar balasannya itu-itu lagi; Alhamdulillah, baik, kamu apa kabar?’ hanya sebatas itu. dan hanya aku yang berharap akan ada obrolan ringan berikutnya, seperti dulu-dulu itu. Makanya, aku retjeh banget, terharu liat Ha-won dan Seo-woo saling balasan-balasan pesan. Aku paham banget sama apa yang dibilang Seo-woo, seneng aja dapet random pesan pendek dari orang yang kita kenal. Berasa ada yang peduli dengan kita. Karena akhir-akhir ini makin sulit saja menemukan teman yang akan dengan santai-nya membalas pesan-pesan random kita, dengan kerandoman yang ga kalah gokilnya. Yang dengan dia kita nggak akan merasa ga enak ganggu waktunya.


I just needed one person who understood. ‘I’m struggling. I’m lonely. Help me’. The one person who would listen every time if I tell them right away without hiding it.” –Han Seo-woo

THIS!!!!!! Seo-woo is me! ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
Jika ada yang ingin kucemburui dari couple ini, itu adalah kemampuan Ha-won dan Seo-woo menghargai hal-hal sederhana yang kerapkali dianggap sepele oleh orang kebanyakan.
Misalnya, suatu saat mereka jarang ketemu karena sibuk dengan kerjaan, salah satu dari mereka akan menyarankan banbogi. Ketemu bentar, pelukan, ngobrol ringan—untuk Hawon dan Seowoo yang begini saja udah bisa bikin energi mereka terisi full 100 % hehe.


“... lets do a half-look. Together. You can walk 10 minutes, and I’ll drive 10 minutes. The overpass will be the halfway point. Let’s do a half-look there.” –Moon Ha-won
Briefly and affectionately, kata Ha-won.
Jika salah satu di antara mereka terlambat pulang, Ha-won atau Seo-woo akan duduk di anak tangga depan gerbang—menunggu dengan sabar, mungkin juga bisa sambil tiduran di sofa.

“... come here after work. I’ll be here when you return. When I come, you’ll be here.” –Moon Ha-won

Ketika hari-hari menjadi sedikit sulit, tidak perlu ada yang dikhawatirkan karena mereka (akan) selalu ada untuk satu sama lain. Sebuah pelukan hangat mungkin bisa menguatkan. Mereka akan duduk bersisian sembari mengobrol, sesekali saling melempar senyum. Tidak ada yang tidak bisa dibicarakan oleh dua orang yang telah menganggap keberadaan seseorang itu sama pentingnya dengan hidupnya sendiri.

“Don’t you feel like you are being supported? Helping you maintain your balance.” –Han Seo-woo
Oiya, aku percaya Ha-won ga masuk kategori cowok yang mengagung-agungkan ‘cowo tuh dilayani’ (thats why I love him), jadi, dia ga akan ragu memasak untuk Seo-woo. Pengen liat Ha-won dan Seo-woo menjemur selimut di tali jemuran yang sudah dipasang Ha-won depan rumah. Abis itu mereka duduk di kursi menikmati sinar matahari. Coba ga dijolimi tvN, mungkin kita bisa liat ituuu di ep terakhir. Tivieeeen kuingin berkata kasarrrrr .


Teruuus, sesekali di sela sibuknya, Ha-won akan nengokin Seo-woo di studio, seperti yang biasa ia lakukan (kalo lagi kangen atau pengen ngemodusin Seo-woo HAHAHAHA).

Kupikir Ha-won beneran  nengokin ibuknya dan Ji Soo di Oslo bareng Seo-woo ehhh taunya negara api menyerang, ga jadi deh. Tapi, secara nggak langsung, Ha-won dan Seo-woo sebenernya sudah saling mengenalkan diri kepada mendiang orang tua mereka masing-masing; Seo-woo memperdengarkan rekaman suara Ha-won yang sedang memainkan piano di depan reruntuhan rumahnya, dan Ha-won, setibanya pertama kali di rumahnya di Oslo, hal pertama yang ia lakukan adalah memutar rekaman suara Seo-woo yang sedang menyanyi diiri piano. Yakin kok suatu saat, Ha-won akan mengajak Seo-woo menemui ibunya di Oslo, dan demikian pula dengan Seo-woo, ia akan mengajak Ha-won menemui ayah-ibunya di kampung halamanannya.

Apa lagi yah? Aaaah, karena Seo-woo dan Ha-woo sama-sama ga bisa maen piano, bolehlah mereka berdua ngambil kursus sama In-wook. In-wook ga boleh nolak, tar ditarik lagi kerah bajunya sama Ha-won. Ha-won mah kalo marah serem ya etapi ga ding Ha-won ga akan marah-marah kecuali Seo-woo nya diusik, ga... Ha-won ga suka marah-marah HAHAHA.

.... tapiiii, ada satu sih yang kudu musti wajib dilakuin sama Ha-won. Bawa Seo-woo ke penghulu! Ajak nikah biar sah! Oke Mas Ha-won??

Daaaaan sebelum aku menutup postingan bucin ini, aku posting juga tulisan Mbak Eleanor, tentang kesannya saat menonton A Piece of Your Mind. Aku yakin pasti banyak yang se-iya sama Mbak Eleanor. Iya kaaaan?

@EleanorCharlote8—Hal pertama yang aku sukai di awal drama adalah sinematografinya yang benar-benar indah sekali. Kesan romantis yang tercipta saat musim dingin benar-benar membuat tenang dan hangat. Bahkan aku sempat merasa seperti menonton film bukan drama di awal episode. Kontrasnya setiap scene yang tercipta kadang membuat aku bingung ini rasa senang atau sedih.

Di awal episode aku paling suka kalimat Ha won ke IA Jisoo, “The sun rising and setting, the wind blowing and it raining. All of it. Everything you saw, heard, and gazed upon... everything. It’s my message to be happy wherever you are.

Aku ngerasa itu pesan yang sangat manis, Ha-won-aah bagaimana bisa kau mencintai orang selama 10 tahun dan mengharapkan dia bahagia bukan denganmu?

Waktu Ha won nanya kehidupan Jisoo setelah menikah di telepon, Jisoo jawabnya “I can’t say I’m miserable and I can’t say I’m happy. I’m moderately miserable and moderately happy.

Karakter Jisoo aja aku jatuh cinta loh, dia sendiri sadar ga mau mengatakan dia sedih atau senang, kita tahu kehidupan seperti roda yang berputar, kadang ada di atas, kadang ada di bawah. Dia dengan bijaknya menjawab kayak gitu.

Di episode selanjutnya, Jisoo malah jadi mak comblang Ha won Seo woo. Dia bahkan tau kalau Mr. Before Dawn itu Ha won. Saat Seo Woo mencoba membujuk Jisoo IA untuk bicarq dengan Ha won. Dia datang ke rumah Ha won yang kosong dan menyarankan untuk mengisinya dengan berbagai furniture. Bahkan saat di atas jembatan layang, ntah dengan sengaja apa tidak Jisoo tau mereka berdiri bersampingan, dan alasan mereka karena saling berbagi headset. Ini seperti usaha perjodohan dari Jisoo. Bahkan ada percakapan sebelumnya yang saat Jisoo nanyain dimana Seo Woo, trus Jisoo nanya ke Ha Won gimana perasaanmu saat Seo Woo bilang bahagia hanya dengan melihatnya. Ha Won jawah entahlah. Disini Jisoo malah menggoda Ha won, sejak kapan Ha won jadi bingung seperti ini. Di scene ini sebenarnya udah senang banget akutuh. Senyum-senyum karena Ha Won udah mulai bingung sama perasaannya. Ya gimana gak jatuh hati Seo Woo segitu lovablenya. Mau sukarela bantuin buat komunikasi dengan Jisoo IA.

Yang aku suka, Ha Won ini pelan-pelan banget jatuh cinta sama Seo Woo, di awal aku bisa liat gimana Ha Won sangat dingin, perubahan sifat Ha Won ke Seo Woo emang gak perlu usaha banyak, karena emang karakter Seo Woo yang sangat sempurna. Mengenai cinta sepihak yang hanya punya kesempatan 1 % ini juga sangat mengoyak perasaanku. Semua orang pasti mikir ini udah gak ada kemungkinan untuk diterima, udah pasti bakal patah hati aja, Eun joo eonnie aja ngerasa itu harapan sia-sia belaka. Tapi liat yang terjadi apa, Ha Won membuka diri, pengen tau gimana 1% itu bertumbuh, seenggaknya Ha Won mau mencoba dan mencari tau apa yang buat dia bisa move on dari Jisoo. Resepnya apa? Ya pasti Seo Woo lah.

Udah begitu banyak scene dan quote menarik dari Seo Woo dan Ha Won, semua sangat menarik dan memorable. Udah semua diulas di blog yang lainnya juga. Aku jadi tau kalo 17”C itu cuaca paling nyaman di Korea buat jalan-jalan. Makin ngebuat aku segera booking tiket ke Korea waktu musim semi biar bisa sekalian liat cherry blossom. Aku jadi tau kita ga bisa dengar bunyi salju jatuh di Korea karena udah terlalu hiruk-pikuk. Matahari bersinar sangat lama dibandingkan di Norwegia, ya walaupun syutingnya di Estonia. Aku sampai gugling berapa jarak dan waktu tempuh ke negara itu, sambil membayangkan kapan bisa kesana ya, mau tau aja gimana sih suasana kehidupan Ha Won Jisoo dulu, apalagi waktu musim dinginnya.
💓

ㅡWith Loveㅡ
Azz, Bucin-nya Moon Ha-won

Aku ga bisa men-tracking memoriku, sudah berapa banyak aku mem-favoritkan kapel-kapel dari drama-drama yang pernah aku nonton. Menjadi hal yang biasa ketika menonton drama, aku yang reaktif ga bisa diem aja liat kemistri kapel di drama, sesegera mungkin berkoar-koar di temlen, ngumumin ke orang-orang aku demen kapel ini... kapel itu. Penonton drama korea—apalagi genre romance ya udah pasti rawan kena badai kemistri main leads-nya yekaaan? Wkwk

Keinget dong beberapa OTP (One True Pairing) drama-drama favoritku di masa lalu—yang saking semangatnya nge-ship, sampe kebawa sampe ke real life HAHAHAHA. Dua di antaranya yang paling membekas adalah Healer couple dan Suntaek. Tapi itu masa lalu. Sekarang mah udah kebal, ga mudah nge-ship. Cobaannya berat HAHAHA. Kemistri OTP drama cuman aku nikmati di drama, dan berakhir setelah dramanya kelar. Kecuali, yang baru-baru ini—aku nge-ship Takemone dari dorama Koitsudu. Low-key shipper. Setelah sekian lama nge-ship lagi, tapi diusahakan se-normal yang aku bisa.

Di postingan sebelumnya, aku bilang mau bikin postingan khusus Frying Pan Couple dari A Piece of Your Mind. Tulisan ini dibuat semata-mata karena aku sayang banget sama Moon Ha Won dan Han Seo Woo. Di sisi lain, aku juga cemburu—ehm. Gara-gara mereka nih, standar OTP dramaku jadi tinggi. Jujur, akhir-akhir ini aku ngerasa ceoet bosan dengan genre romance kalau udah masuk ke pattern biasa—jatuh cinta, lovey doyev, salah paham, putus, baikan—dan happily ever after. Tamat. I’m tired waching those kind of plots. I’m in trouble ㅋㅋㅋㅋ
Aku jarang menemukan OTP drama dengan jalinan cerita se-menyenangkan, se-romantis, dan sebagus mereka. Enak diikutin. Love-relationship yang ga perlu dibumbui dengan intimate scene untuk mengirimkan signal kepada penonton bahwa betapa saling cintanya mereka, duduk ngobrol santai, tapi udah bisa kerasa kemistrinya —obrolan yang membuat mereka saling kenal, membuat mereka bisa memahami apa yang ada di kepala masing-masing. Di real life kebanyakan emang kayak gitu kan? Aku bilang gini bukan berarti aku mau sok suci, (pura-pura)ga suka scene romance populer, cuman kadang ngerasa bosen aja sih.
Ini kapel yang scene pelukannya banyak tapi ini pelukan yang bikin hati tenang. Yang seolah-olah ingin bilang, “nggak apa-apa. Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja. Everything’s gonna be okay. I’m on your side. Its okay.”

Seperti itulah Frying Pan Couple. Nggak ada kata-kata kosong. Nggak ada scene mereka yang bikin frustasi. Ngalir. Its written beautifuly.

Duh. Pengen nangis. Kangen. Pake banget. Serius. .
So, here it is... even if you find my writing is boring, please bear it. hehe
/belum nulis aja aku udah ngerasa emosional begini/
.

Aku, kalau ditanya kenapa bisa sesuka ini dengan relationship-nya Ha Won-Seo Woo, tanpa ragu akan bilang alasannya karena setiap kali dua orang ini berada dalam satu scene, ga tau kenapa, bawaannya terharu, hati jadi anget—lebay ya? Tapi emang kenyataannya begitu, mau gimana lagi dong? Aku seneng ngeliat bagaimana mereka membangun hubungan tersebut sejak pertama kali bertemu lalu menjalaninya dengan sepenuh hati. Proses menjadi deketnya realistis. Aku sering rewatch adegan Ha Won-Seo Woo hanya untuk memerhatikan detail ekspresi wajah mereka. Dapet banget. Perubahan-perubahan air muka Ha Won dan Seo Woo ketika ngobrol berdua bener-bener nunjukin kalo kemistri mereka level-nya beda. CUMA NGOBROL DOANG LOH INIII. /mon maap mbak-nya baper/
“I told you, a relationship will last long if you remember when you first met.” –Han Seo Wo
Lucunya, Seo Woo keliru mengingat pertemuan pertamanya dengan Ha Won. Sedangkan Ha Won, laki-laki ini mengingat dengan sangat jelas; pagi hari, kepalanya sedang dipenuhi banyak hal, ia memutuskan jalan-jalan, lalu ia mendengar alunan musik instrumen dari sebuah studio yang jendelanya terbuka. Di situ, Seo Woo berdiri, memandang ke luar, ke arah jalanan seraya menikmati secangkir kopinya.
Ha Won memutuskan memasuki studio tersebut.
Itulah pertemuan pertama mereka.

“What happens if we remember different moments?”  -Han Seo Woo
Tunggu, dan lihatlah apa yang terjadi. Ha Won menjawab, ada senyum kecil menggantung di wajahnya.
Tunggu dan lihat apa yang terjadi.
Sejak awal kita mengenal Seo Woo, ia bukanlah tipe perempuan yang egois. Pun ketika ia akhirnya jatuh cinta pada Ha Won. Perasaan sayang itu hadir setelah beberapa kali berinteraksi dengan Ha Won, Ia menyukai cara Ha Won mencintai Ji Soo dengan sepenuh hati. Mungkin, bagi Seo Woo—ia belum pernah melihat cinta setulus itu.

Di mana-mana mencintai seseorang dalam diam, lebih banyak nyeseknya, ya nggak? Berharap perasaan kita dikenal orang tersebut, berharap mendapat balasan. Tapi tidak dengan Seo Woo. Ia memilih menyukai Ha Won seorang diri. Unrequited love. Peluang berhasilnya hanya 1 %. Lihat saja sewaktu AI Ji Soo blak-blakan membongkar cinta diam-diam-nya itu di depan Ha Won. Seo Woo berharap Ha Won nggak perlu tau perasaannya, karena ia tahu persis seberapa besar sayangnya Ha Won ke Ji Soo .. Surprisingly, di scene tersebut ga ada itu awkward moment. Ha Won-nya juga  ga lebay, tenang saja. Tapi kita bisa menangkap perubahan pada wajahnya yang—gosh, I can’t explain it. Its so raw. Yang lucu malah Seo Woo, sampe kesandung gitu pas keluar rumah wkwk. Yakali situ bisa stay cool setelah perasaannya ditelanjangi di depan crush. Kalo bisa itu tanah depan Seo Woo membelah, udah masuk ke sana dia. Ngumpet, ogah balik-balik lagi. HAHAHAHA. Ini nih yang aku suka dari A Piece of Your Mind. Scene-scene-nya dibuat senatural mungkin, diambil dari sudut pandang yang dewasa. Its not just for sake of romance. Fresh.
“I always wake up at 2 am or 4 am in the night. I’ll call you every time I wake up.” –Seo Woo
“I’m always awake at that time. Call me.” –Ha Won

Jaman abege dolooo pasti seenggaknyaa pernah sekaliii teleponan sama syesyeorang, dini hari, ngobrol ngalor-ngidul. Makanya pas nonton Ha Won-Seo Woo teleponan jam dua pagi langsung keinget masa lalu, kayak ada manis-manisnya tapi bukan Le Minerale wkwk.
Sebenernya, kalau diperhatiin lagi, Ha Won tuh udah merhatiin Seo Woo loh sedari pertama kali ketemu. Beberapa kali menangkap ekspresinya Ha Won kayak yang seumur hidup baru pertama kali ngeliat orang seperti Seo Woo. Seo Woo ga nyadar itu wkwk. Gimana yah, Seo Woo itu pure, tulus. Kesamaannya Seo Woo dan Ha Won, mereka sama-sama (entah sadar entah enggak) suka mengobservasi orang diam-diam. Dan menurutku, orang-orang dengan kebiasaan semacam ini cenderung mudah memahami perasaan orang lain. Bayangkan dua orang dengan karakter yang sama bertemu—itulah Ha Won dan Seo Woo.
Dan sebelum menyadari kalau kehadiran Seo Woo-lah yang membuatnya bisa tertidur pulas, di ep 3, Ha Won sempat tertidur sambil bersandar di kursi studio, di seberang meja, di atas sofa, ada Seo Woo yang sedang tidur.

“For many years, I put no value in physically seeing someone, and I believed feelings continued even if you didn’t see each other. But I get it now. I get what it means to like looking at someone. It was nice looking at it.” –Moon Ha Won

Kenapa aku ga abis-abisnya mengagumi Moon Ha Won? Karena dia ga menye-menye, ga cengeng, ga lebay. Segala sesuatunya di-handle dengan baik. Ga grasa-grusu. Logis. Dewasa banget mas-nya .. Termasuk menyoal perasaannya sama Seo Woo. Ha Won ga menggunakan Seo Woo sebagai tameng atau alat untuk membunuh perasaan pada Ji Soo. Pada akhirnya, setelah renungan panjang, ia sadar ucapan Seo Woo padanya benar adanya. Ji Soo sudah meninggal, apalagi yang bisa diharapkannya? Setidaknya unrequited love-nya Seo Woo masih punya peluang 1 %, karena Ha Won masih hidup. Move on dari Ji Soo bukan berarti Ha Won akan menghapus kenangannya bersama gadis itu, ia hanya menyadari bahwa pada akhirnya, dalam hidup, akan selalu ada hal-hal yang tidak akan pernah bisa direngkuh dengan sempurna sebesar apapun keingingan dan usaha kita, akan selalu ada hal-hal yang mesti kita relakan kesudahannya. Ji Soo, sampai kapan pun, akan selalu menjadi bagian dari kehidupan Moon Ha Won dan Seo Woo, yang akan mereka kenang tanpa embel-embel luka dan kesedihan. Tak hanya bagi Ha Won, Ji Soo pun sama berharganya di mata Seo Woo. Karena mereka menyayangi Ji Soo.

Ha Won, dengan caranya telah menunjukkan pada Seo Woo bahwa kehadiran gadis itu penting baginya.
Di ep 6, aku suka banget scene setelah Seo Woo meninggalkan Kang In Wook di studio, dan terdampar di jembatan penyeberangan. Sendirian. Merenung. Ketika ia hendak menuruni anak tangga, pulang... ada Ha Won di sana. Menunggunya. Ga ada yang ngomong. Tapi dari air muka mereka, tertangkap kelegaan yang hanya dipahami dua orang itu. Bagi aku, scene gini doang lebih powerful daripada kissue scene. Aku mah gitu ya.
Teruuusss, waktu di kamar Seo Woo, Ha Won bilang ke Seo Woo kalau sekarang ia ngerti gimana rasanya suka ngeliat seseorang itu. Sebelumnya, Ha Won, tanpa sepengetahuan Seo Woo melihat gadis itu menelungkupkan kepalanya di meja studio. Ibaratnya tuh, ngeliat bagian belakangnya aja udah bikin hepi. Hanya orang-orang yang sedang jatuh cinta yang bisa memahami ini.

“You didn’t quit, right? One percent is a lot. You shouldn’t quit. I really want to see how your one percent grows.” –Moon Ha Won

Ini tuh, Ha Won-nya udah membuka hati. Pake ngelarang Seo Woo-nya jangan berhenti (suka sama dia). Uhuk. Moon Ha Won tau apa yang dilakukannya. Seo Woo sudah jauh memasuki hatinya.
Di mana ya bisa nemu makhluk yang kayak Moon Ha Won ini...

“I can’t say exactly what this feeling is. But... I need you. Can you stay? Please stay...” –Moon Ha Won
Stay.
Moon Ha Won (akhirnya) mengucapkan satu kata itu, yang sangat berharga bagi Seo Woo. Ha Won ingin agar Seo Woo selalu di sisinya. 1 persennya Seo Woo akhirnya sempurna mencapai 100 %.
Apa sih yang bikin kapel ini bisa setrong banget meski tanpa kiss scene yang banyak? Yang utama dan paling penting—ga ada noble idiocy di antara mereka. Ga ada scene salah paham dan semacamnya yang bisa bikin penonton frustasi bin gemes pengen jambakin rambut orang. Satu alasan itu aja udah bisa bikin kapel ini terasa berbeda dari yang lain.
“... it’s like we share the one thing we wish others would understand.”

Gimana ya rasanya ketemu orang yang bisa memahami isi kepala kita, memahami hal-hal yang selama ini sulit dipahami orang lain? Pasti menyenangkan. Dengan orang itu, kita bisa ngobrolin aja, berbagai genre; politik, cuaca hari ini, harga bawang di pasar, film favorit, musik favorit, tempat makan baru yang enak—apa saja. Orang yang mau mendengarkan dan didengarkan. How nice it would be?
Ha Won dan Seo Woo adalah pasangan seperti itu.

Alasan lain—karena Ha Won dan Seo Woo adalah jenis orang yang terbiasa mengobservasi orang lain, maka ketika salah satu di antara mereka sedang mengalami kesulitan, baik Ha Won maupun Seo Woo segera tahu apa yang perlu dilakukan. Mereka ada untuk satu sama lain.
 “I wanted you to stay, so I should follow you around.” –Moon Ha Won

Ketika Seo Woo akhirnya memiliki keberanian mengunjungi reruntuhan rumahnya yang dilalap api di kampung halamannya, Ha Won diam-diam mengikutinya. Mengamatinya di kejauhan. Memastikan gadis itu baik-baik saja.
Ketika Ha Won dan Soon Ho bersitegang karena In Wook, Seo Woo yang turut mendengar perdebatan itu—dengan kesedihan yang tak tertanggungkan segera mencari Ha Won ke tempat-tempat di mana ia rasa bisa menemukan Ha Won. Rumah mereka. Kafe. Tapi ia tak menemukan Ha Won di sana.
Di manakah Ha Won?
Seo Woo mendapatinya duduk di kursi di bawah lampu jalan, kursi yang biasa digunakan mendiang ibu Seo Woo saat menunggu kepulangan anaknya itu. Melihat Ha Won, Seo Woo tidak bisa menahan air matanya. Ha Won terlihat begitu lega, dibentangkannya tangannya menyambut Seo Woo yang segera berlari menujunya. SUMPAH INI SCENE DRAMA ROMANCE TERBAIK YANG PERNAH AKU LIAT. Seo Woo udah nyari ke mana-mana, taunya Ha Won nungguin dia di tempat yang paling berharga bagi Seo Woo, level konektivitas-nya Seo Woo-Ha Won bener-bener warbiasahhhhh. Ha Won ga butuh minum-minum alkohol saat frustasi, ia hanya butuh Seo Woo. . /waktu pertama kali nonton scene ini aku nangis, aku juga sering ngulang-ngulang scene ini. Nyiksa diri sih, abisnya aku suka scene-nya./
“I guess you wished someone would do this for you when things were tough.” –Moon Ha Won

Di ep 11, Ha Won menemui In Wook. Ia melakukan konfrontasi langsung. Kebenaran terungkap. Pertanyaan yang mengikuti Ha Won sekian tahun tentang penyebab kematian ibunya terjawab. Ga usah dibayangin tingkat kesedihannya Ha Won. Ga kebayang soalnya, saking sesaknya hatinya.

“Don’t you feel like you are being supported? Helping you maintain your balance.”

Ia pulang ke rumah. Dari luar ia bisa melihat Seo Woo menunggunya. Luar biasanya Seo Woo, dia nggak nyinggung masalah yang dihadapi Ha Won, alih-alih bertanya, gadis itu memilih memeluk Ha Won. Lalu ia bercerita tentang apa-apa saja yang bisa membuatnya bahagia, ia juga menyarankan agar Ha Won bisa menemukan itu, hal-hal yang bisa membuatnya bahagia.

“I thought of something that I like. Listening to things you like.” –Moon Ha Won

itulah cara yang dilakukan Seo Woo untuk menghibur Ha Won. Ia kuatir, pertanyaannya yang menyinggung In Wook dan ibunya justru akan semakin menyakiti Ha Won. Tapi Ha Won-nya tau, bukan itu yang sebenarnya ingin dikatakan Seo Woo.

“’are you okay?’ No. I’m not okay. You are right. I’m not okay. Right now, its all hazy, like I’m walking in a dense fog. Weird, right? I think so too.” –Ha Won

Kata-kata Seo Woo selanjutnya ngademin banget. Diucapin sambil mandangin Ha Won, megang kedua belah tangannya.

“It will get better. The world changes on its own. Rely on it. Its 12° C today. Tomorrow, it will be 17. I’ll get better. It was cold today, but tomorrow, it will be warm. I’ll get better.” –Han Seo Woo

Semua akan berlalu. Kesedihan hari ini pasti akan berlalu, seperti halnya dunia dan seluruh perubahannya. Kita hanya perlu bertahan. Semampunya.
.
“Are you crying?” –Han Seo Woo

Sukaaa banget pas Seo Woo ngomong gini ke Ha Won di ep 12. Ia menunggu Ha Won di tangga. Setelah Ha Won mendengar dari Soon Ho kalau In Wook sudah menyakiti Seo Woo dan kata-katanya, ia langsung mendamprat In Wook, kirain bakal berantem loh. Moon Ha Won kalo marah serem ya. Baru bisa liat marahnya Ha Won di ep 12 ini, bukan gara-gara ibuknya atau Ji Soo, tapi Seo Woo.

Begitulah Seo Woo menempatkan diri di saat Ha Won menjalani masa-masa sulitnya.
Hal yang sama dilakukan Ha Won pada Seo Woo.
Inget ga scene  di ep 12 sewaktu Seo Woo buru-buru kabur begitu melihat Ha Won tiba di rumah mereka? Seo Woo keliatan seperti orang bingung dan tertekan. Diteleponin, Seo Woo nya nggak ngangkat. Ya udah, Ha Won ikutin aja Seo Woo, tapi mereka ga papasan. Ending-nya Ha Won menemukan Seo Woo duduk di anak tangga gerbang rumah. Berasa nggak sih scene-nya simbolik? Kayak mau bilang sejauh apa pun mereka terpisah, mereka pasti akan ketemu lagi. Mereka ketemu di tempat mereka berpisah. Enggak tau kenapa aku suka banget scene ini. Hehe. Syukaaaaaaakkk sama filosofi seperti ini. Dan scene ini ngasih kita gambaran bakal kayak gimana hubungannya Ha Won-Seo Woo setelah short break jelang ending.

DAN SCENE PUTUSNYAAAAAHHHH. /bentar, mbak-nya mau ngatur hati dulu/
“Lets take a brief... A very short break... for a little while. While we are apart, do something for me. Anything. Do something that encourages you for me.” –Han Seo Woo

Yang sayang sama Ji Soo bukan cuman In Wook dan Ha Won, ada Seo Woo juga. Seo Woo sayang banget sama Ji Soo. Ia menganggap Ji Soo temannya. Makanya ketika AI Ji Soo minta agar Seo Woo menghancurkannya, Seo Woo-nya jadi kacau. Taulah yang paling sering diajak ngobrol AI Ji Soo itu siapa... Seo Woo. Aku ga nyalahin Seo Woo yang minta short break sama Ha Won. Seo Woo memang butuh waktu sendiri, setelah semua yang beruntun terjadi. Ga ada yang salah dengan short break jika memang itu dibutuhkan untuk menenangkan diri, membuat semuanya clear. Dan Ha Won yang semula berat hati, akhirnya mengikuti permintaan Seo Woo—pasti dia nggak kuat liat Seo Woo-nya nangis.

Sebelum berpisah sementara, Ha Won memastikan satu hal. Ia akan selalu ada kapan pun Seo Woo kembali. Yang perlu dilakukannya adalah menelepon.
“Put your fingers under your ear... and feel your pulse.
Thump... thump... thump... remember this with every heartbeat. That I love you a lot, and I cherished you a lot. Don’t crumble just because you are sad. I’ll wait, so.. make sure to call me.” –Moon Ha Won

I’ll tell myself that what protects me beats inside of me. I’ll remember with every heartbeat.” –Han Seo Woo

Pernah nggak sih ngeliat scene putus di drama yang ga bikin patah hati? Sedih iya, tapi di sisi lain terharu. Karena kita ga perlua kuatirin apa-apa, mereka pasti baikan lagi. Seperti katanya Ha Won ke Hoon—I can’t explain it, but we can’t break up.
KENAPA SIIIIIH MOON HA WON DAN HAN SEO WOO BISA SE BIUTIPULLL GINI RELATIONSHIP-NYAAAHHH?? KENAPAAAAAHHH, JAGO BANGET BIKIN ORANG BAPER. /nangis di pojokan/

 “The place I wouldn’t have been able to go to if I didn’t have Ha Won.” –Han Seo Woo

“I got to know someone that precious. Shouldn’t I change somehow? If I never met Seo Woo, I never would have had the courage to even try.” –Moon Ha Won

Ha Won dan Seo Woo menyadari betapa penting posisi mereka satu sama lain. Kalau ga ada Ha Won, Seo Woo ga akan berani pulang ke kampungnya. Dan Ha Won, jika dia ga pernah ketemu Seo Woo, mungkin dia ga akan punya keberanian untuk move on, untuk membuka hati.
Seo Woo dan Ha Won sama-sama orang yang ga nyembunyiin isi hati. Ga sungkan nunjukkin perhatian. Jujur terhadap diri sendiri. Lebih-lebih Ha Won. Kalo khawatir, dia akan bilang khawatir. Emang dah favorite couple numero uno ini! Aku sih yakin ya, model hubungannya Seo Woo-Ha Won ini akan long last, mereka akan selalu bisa menemukan jalan tengah dari masalah-masalah yang mereka hadapi bersama.

Pelajaran moral yang bisa diambil dari Frying Pan Couple antara lain adalah tentang bagaimana menghidupkan komunikasi dengan pasangan, dibicarakan, jangan lari, penting bagi pasangan untuk saling menjadi support system. Rasa percaya tidak lahir begitu saja. Ia datang dari pondasi yang kuat, dan untuk membangun pondasi yang kuat perlu komunikasi dua arah... /yang ngomong ini udah single sekira 10 taunan lebih jadi percaya ga percaya/ ㅋㅋㅋㅋ

Aku suka endingnya.
Ha Won masih di Oslo. Orang pertama yang diingatnya ketika melihat pemandangan indah di hadapannya adalah... Seo Woo. Pengen nelepon, tapi ragu. Sepersekian detik kemudian ponselnya berdering, dan display layar-nya menampilkan nama Seo Woo.
Aku deg-degan loh pas ini, pengen tau kata pertama yang keluar dari mulut Seo Woo dan Ha Won. Kan udah lama pisah ya...

Ha Won : Hello.”
Seo Woo : What do you see?
Ha Won : The sky. What are you looking at?
Seo Woo : the night sky. The front yard. The clothesline.

Seperti biasa, kapel favoritku ga mendramatisir wkwk.
Mereka yang teleponan, aku yang senyam-senyum sendiri. Tabah ya mblo HAHAHAHA.
MON MAAP YAA, AKU UDAH TAU JUNG HAE IN GANTENG TAPI KENAPA GUANTENGGGG-NYA JADI BERKALI-KALI LIPAT YAK DI SCENE INI??  Sepadan sama background-nya, matanya Hae In kayak ada lope-lopenya, manis banget kamu massss ngalahin gula .
Ha Won : You will be all better once you see me. A fully recovery.
Seo Woo : I’ll have to see you soon. When will I can see you?
Ha Won : Tomorrow. See you tomorrow.
Seo Woo : Tomorrow... how nice...
Tomorrow-nya Ha Won ke Seo Woo terdengar puitis... ada harapan yang coba disampaikan.
“I’m back.” –Moon Ha Won.


Banyak banget moment memorable-nya Frying Pan Couple. Dari awal ketemu sampe episode terakhir, semuanya memorable, ya ga sih? Tapi, kalau disuruh milih 3 aja, kamu pilih yang mana?

With Love,
Azz
I think its time for me to find my Ha Won ㅋㅋㅋ