Suer! Saya bingung mau ngasih judul apa postingan kali ini. Asal comot aja. Ckckck...
Jam digital versi kota saya sudah menunjukkan pukul sebelas lewat duapuluh enam menit, menjelang tengah malam dan saya belum bisa tidur juga. Insomnia? Iyesss. Mata udah pedes, bolak-balik di kasur kayak ikan kering lagi dijemur tapi tetep gak bisa pulas juga.
Yang nyipper-in Lee Hyeri dan Park Bo Gum di dunia nyata pasti lagi berbunga-bunga hatinya hari ini. Yeah, meskipun saya gak termasuk, saya senang-senang aja kok baca interview-nya si Neng geulis. Dari wawancara tersebut saya mengambil beberapa point penting sebagai konfirmasi atas apa yang sudah sering didiskusikan oleh saya dan #TeamTaek lainnya baik itu di Soompi maupun di sosmed lainnya—bahwa kita gak dedulu, sayaaaaaaang ^^
Dalam wawancaranya Hyeri menegaskan kembali apa yang sudah kita simpulkan bersama—Deokseon sejak episode satu sudah menyukai Taek, hanya saja dia tidak menyadarinya lebih awal sebab Deokseon tidak punya pengalaman apa-apa soal cinta terhadap lawan jenis. Lihat saja apa yang terjadi pada cinta pertama dan crush singkatnya kepada Junghwan. Ketertarikan tersebut lahir, bukan dari dalam hati Deokseon melainkan masukan dari teman-temannya. Setelah Dongryong menasehatinya di tangga malam itu, barulah Deokseon sedikit demi sedikit mampu menengok lebih dekat lagi hatinya.
Siapa yang disukainya.
Taek.
Ia  selalu di sana.
Dan Deokseon, selalu ada untuk Taek sejak pertemuan pertama mereka di hari kepindahan anak laki-laki itu dan ayahnya ke Ssangmun-dong.
Jika masih ada yang berbeda dalam menginterpretasikan pernyataan Hyeri ini, itu hak masing-masing personal. Kita tinggal di negara yang menjamin warga negaranya bebas bersuara, asalkan tidak kebablasan.
Satu hal menarik lagi yang bikin hati hangat adalah respon yang diberikan Hyeri ketika ditanya tentang keberangkatan teman-temannya dari Reply 1988 ke Namimbia dalam rangka syuting Youth Over Flower Afrika. Jadi Hyeri baca berita itu waktu dia lagi Hongkong. Ya udah, ditelpon lah teman-temannya di sana tapi gak ada satu pun yang ngangkat. Trus Bo Gum nelpon balik, laporan kalau mereka baik-baik aja di sana. Hyeri jawab wawancaranya dengan baik ya, kurang lebih kayak gitu. Mereka punya grup chatting kayak Reply 1994 juga.
Stop feeding my shipper heart!
HAHAHAHA. Nope. Saya masih konsisten gak mau nge-ship mereka di dunia nyata. Taek-Deokseon cukuplah jadi penghibur bagi nuna kesepian ini *kemudian di-pukpuk masal*
Tau kalau Hyeri dan Bo Gum dekat sebagai teman saja, saya sudah senang. Mereka masih muda, masih panjang jalan yang harus mereka lalui. Toh, bila nantinya berjodoh, gak akan ke mana-mana. Kalau ke mana-mana namanya bukan jodoh. Tapi takdir. Hualah! Sebenernya saya lagi ngomong apa sih?
Denger-denger sih, Hyeri nyebut Bo Gum pake husband. Perlu di-cie-cie in gak nih? Justru ini yang bikin saya yakin Bogum-Hyeri deket murni sebagai teman. Itu saja. Menurut penerawangan saya, Hyeri gak akan sesantai itu ngomong kalau emang ada apa-apa di antara mereka. But, who knows.  Tuhan selalu punya cara tersendiri untuk menyatukan dua hati. Hhhhh. *yang nulis mulai ngaco, pemirsaaaah*
Saya sarankan, sebagai shipper kamu jangan gampang baper yah? Peringatan dini dari saya, shipper itu butuh hati selapang samudera Hindia dan harus sesabar monyet nunggu lebaran. Yang artinya, kamu gak akan pernah tahu apakah yang kamu lihat, rasakan dan simpulkan dengan panca inderamu itu benar-benar kenyataan atau hanya ilusi sampai suatu ketika Dispatch bergerak dan motoin mereka lagi nge-date di sungai Han, ketangkap basah lagi pacaran di London, atau kedapatan lagi parkir mobil di apartemen manajer.  Atau artis yang ship itu ngaku sendiri.
Saya lega, Netizen Korea menyambut baik interview Hyeri. Demikian juga saya. Hyeri menjawab pertanyaannya dengan sangat memuskan dan cerdas. Saya bisa melihat dia menguasai inti drama dan karakternya dengan sempurna. Anggota Girlband yang di mata saya banyak minusnya ini—salahkan konsep dance dan pakaian mereka yang banyak seronoknya—akhirnya bersinar berkat kerja kerasnya. Makasih ya Neng, udah ngenalin Deokseon yang lovable, lucu dan penyayang ke kita-kita... You’ve worked hard, young girl ^^
Kangen Deokseon.
Kangen teriakan dia ngelaporin temen-temennya soal alkohol dan bolos kelas malam.
Deokseon itu ngangenin. Saya ikut nangis dan ketawa ngeliat dia.
She is a good girl. Indeed.
Mas-nya kapan di-wawancara?
Baca di te-el, media yang nunggu dia untuk diwawancara ada sekitar seratusan gitu. Ckckck.... Warbiasah kamu, Dek. Your long-lost Nuna so proud of you (Long-lost Nuna is ME! Problem?) Wkwkwk.
Aheeeem.
Saatnya nulis yang serius.

Thanks to Nisa yang udah ngirimin skrinsyut-nya twit Mbak Blogger yang secara sadar saya tahu mengarah pada siapa. Saya segera ke TKP dan mencek twitnya. It’s Me. Hehehe. Gak bermaksud ge-er. Tapi sependek ingatan saya, saya pernah nulis komentar seperti itu di blog ini. Dan saya akui ketika menulis komentar tersebut, saya agak emosi akibat wawancara Ryu Jun Yeol terkait suami Deokseon—jujur saja, saya capek ngebahas husband hunt dan ending Reply 1988 T______T—setelah saya pikir-pikir lagi, saya seharusnya tidak membawa-bawa nama Ryu Jun Yeol—this is the last, ok—ke dalam postingan saya, apalagi sampai menulis komentar yang bisa menyeret komentar berkepanjangan yang ujung-ujungnya malah nyiptain perang. Duh.
Saya selalu berusaha menghindari konfrontasi yang tidak jelas juntrungannya. Bukan karena saya takut kalah atau semacamnya. Dalam kamus hidup saya, ada hal yang patut dan perlu diperdebatkan dan ada yang tidak perlu sama sekali karena hanya buang-buang energi dan waktu. Reply 1988 sudah selesai. Demi menghormati dan menghargai kerja keras Shin PD, Lee Woo Jung dan seluruh cast/crew drama ini, marilah kita kesampingkan kecintaan kita pada satu karakter/aktor di drama ini dan lepaskan Reply 1988 dengan penuh rasa terimakasih.
Mengutip kata salah satu fans Mas itu yang juga teman saya di forum kepenulisan, “when you’re not satisfied with the ending of  fiction, it’s easy to blame the writer than you write your own story”.
Bener banget. Saya lihat banyak orang begitu mudahnya menuduh Lee Woo Jung seenaknya. Kamu gak tau kerja keras dia ketika nulis naskah Reply Series. Dan yang paling memalukan adalah, kamu mengaku fans dan penonton setia Reply series tapi hanya karena karakter yang kamu suka tidak berakhir baik dengan lead female-nya kamu berbalik membenci penulisnya. Saya gagal paham. Stop blaming the writer. Can we?
Saya sudah meminta maaf kepada Mbak Blogger tersebut melalui akun twitter. Sampai saya menulis postingan ini, belum ada respon apa-apa. Mungkin dia belum ngecek notifikasi dari saya.
Permintaan maaf tersebut saya layangkan bukan atas dasar siapa yang salah siapa yang benar, saya hanya berlaku sebagai blogger yang baik yang tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman satu sama lain. Posisi saya dan Mbak Blogger kurang-lebih sama. Apa yang saya tulis akan dipandang dengan cara yang sama oleh TeamJunghwan seperti apa yang dilakukan TeamTaek ke psotingan beliau.
 Saya punya etika dan prinsip yang saya pegang sebagai penulis sejak pertama kali benar-benar terjun sebagai penulis fiksi dan ngeblog. Benar, kita tidak akan sanggup menyenangkan semua orang tapi setidaknya kita bisa mawas diri saat menulis karena setiap kepala berbeda menerjemahkan apa yang kita tulis. Karena pada akhirnya, tulisan kita bukan lagi menjadi milik kita pribadi ketika sudah diposting di entri blog. Sekalipun itu blog pribadi. Terlebih jika sudah menjadi blog populer. Hati-hati dalam pemilihan redaksi kalimat. Itu yang saya pahami, jelas akan berbeda dengan blogger lain, bukan?
Kata seseorang yang saya kenal, apa yang kita tulis—sependek apa pun kalimatnya, suatu saat akan dimintai pertanggungjawabnnya di suatu hari yang sudah pasti datangnya. Tidak kurang, tidak lebih.
Saya sedang dalam perjalanan mereview kembali postingan saya berkaitan Reply 1988. Sekali lagi saya meminta maaf pada orang-orang yang merasa tersinggung dengan tulisan-tulisan saya. Saya tidak ingin mencari pembelaan dan saya tidak perlu dibela—karena kita lagi gak syuting pelem Remember-nya Dedek Seung Ho hihi. Pun dengan Mbak Blogger yang bersangkutan, saya harap demikian halnya.
Dear readers, Peace!
Omaigaaaat, sudah pukul 01.18.

P.s : Gak boleh bawa nama si Mas dan blog mana pun di kolom komentar yak! 
안녕!
Hi, Buddies!
How’s life?
Are you doing well?
Friendly reminder, tulisan saya berikut ini akan sangat random dan gak terarah. Yang sabar ya bacanya wkwk. Dilewatin juga gak pa-pa ^^
Saya yakin sebagian besar pasti masih sering me-rerun Reply 1988 seperti saya. Saya mencoba mengingat-ingat kembali drama-drama apa saja memberikan efek withdrawal sydrome paling dahsyat di tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2012 saya belum terlalu aktif di sosmed—hanya di facebook yang isinya orang-orang yang bukan kdramalovers, di tahun itu saya sibuk dengan real life. Saya menonton kdrama tapi gak sampe terbawa ke dunia maya.Memasuki Tahun 2013, saya menjalani salah satu tahun terburuk real life saya, tapi di sisi lain tahun itu termasuk salah satu tahun tersibuk saya sebagai penonton drama. Nope, bukan kdrama yang bikin saya engap-engapan di real life. Ada hal lain yang tidak bisa saya ceritakan. Teheeeet.
The Heirs adalah drama Korea yang paling saya ingat efek withdrawal syndrome-nya. Saya bahkan men-ship Lee Min Ho dan Park Shin Hye. Shame on me. Banyak kdramalovers yang tidak sependapat dengan saya. Mereka menganggap The Heirs adalah satu karya Kim Eun Hee paling fatal—terjelek di antara karyanya yang lain. Saya setuju ada point-point drama ini yang membuatnya tak berbeda jauh dengan kdrama yang pernah ada—semisal lead male kaya raya dipasangkan dengan lead female yang miskin. Namun ada hal-hal menarik juga yang menjadikan The Heirs spesial di mata saya, dua di antaranya karakter ibu Kim Tan yang sangat berbeda dari tokoh ibu di kebanyakan drama—setipe nenek sihir yang hobi melemparkan segepok uang ke lead female agar menjauhi anaknya LOL. Ibu Kim Tan berbeda, dia adalah satu karakter favorit saya di The Heirs. Dia semata-mata menyayangi anaknya. Satu lagi, jika di kebanyakan kdrama The jerk one akan mendapatkan lead female-nya maka di sini, sebaliknya, tipikal karakter 2nd lead male lah yang diakhir bisa merebut hati lead female. Setelah IRIS 2, The Heirs mampu menggoda saya agar aktif kembali di forum Soompi.
Saya men-skip tahun 2014 karena di tahun ini saya banyak men-drop drama di tengah jalan. Banyak juga yang saya tonton tuntas tapi tidak sampe menyibukkan saya di blog dan sosmed lainnya. Tentu saja saya tidak akan lupa You Who Came From The Star-nya Cheon Song Yi. Saya salah satu penonton setianya kok ^^
 2015, tahunnya Healer. Bukti-bukti betapa besar efek yang diberikan drama ini pada saya bisa dilihat di sejumlah postingan di blog ini HAHAHAHA. Saya butuh lebih dari sebulan untuk bisa benar-benar move on dari drama satu ini. Di sela-sela itu saya mem-follow akun Twitter dan IG Ji Chang Wook, akun fanbase/fabsite-nya. Hal yang sangaaat jarang saya lakukan. Salahkan saya yang selalu berusaha logis dan menerapkan mind control supaya gak kebablasan. Apa-apa saya pertimbangkan dengan matang—mungkin ini juga yang menjadikan saya tidak terlalu ngebias pada aktro/aktris. Saya pernah ngefans berat dengan salah satu boyband Korea yang sudah pecah kongsi—kalau kamu me-review blog saya di belakang kamu akan tahu. Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah itulah saya sebisa mungkin mengambil jarak sejauh-jauhnya dari ngebias yang berlebihan. Sewajarnya saja. Jadi jika saya sudah mem-follow akun fanbase/fansite itu termasuk hal yang luar biasa wkwk—setelah beberapa waktu di-unfollow lagi HAHAHA.
Sini saya ceritakan apa saja yang sudah membikin saya kapok ngeship aktor dan aktris atau ngestan boyband/girlband...
  Lee Min Ho dan Park Shin Hye, kenyataannya justru Mbak Suzy-lah yang jadi pacarnya si akang LOL. Boyband yang saya suka itu nyaris bubar menyusul keluarnya dua personilnya—saya terluka sangat dalam. Serius. Akhirnya saya sadar, apa yang saya lihat di layar kaca itu bukankah yang sebenarnya/seluruhnya. Saya gak bilang ngestan/ngebias itu salah, tapi  sejak saat itu saya sudah menghilangkan ini dalam kamus saya. Suka ya suka, tapi saya gak akan melewati batas-batas yang sudah saya buat sebagai penonton. Dalam beberapa urusan saya termasuk ignorant dan sedikit kaku ^^
That’s why, saya gak pernah nge-ship Park Bo Gum dan Lee Hyeri di real life. Saya pendukung nomor satu Choi Taek dan Sung Deokseon, sebatas di drama saja. Saya mengikuti WGM, tapi sejauh ini saya masih bisa menjaga akal sehat saya supaya gak ngejodoh-jodohin Joy dan Yook Sungjae. Terakhir kali ngeship artis/aktor itu pas nonton Healer. Tau lah efek luar biasa Healer ke saya. Setelahnya saya lebih hati-hati lagi dan gak mau kecolongan lagi. Ceritanya gak mau ngeship Bogum-Hyeri tapi tiap liat komen shipper Bogum-Irene, kok bawaannya jadi baper yah? Saya masih belum bisa ngelepasin Taek-Deokseon sih. What a beautiful couple they are. Kapan lagi bisa ketemu couple didrama yang secocok mereka? Ada benang merah antara Taek-Deokseon dan Seo Jung Ho-Chae Young Shin yang menjadikan saya sayaaaang banget sama dua couple ini. Satu sama lain saling melengkapi. .
Saya membuka 2016 dengan Reply 1988. Warbiasaaaah. Salah satu drama terbaik yang pernah saya tonton sebagai penikmat drama (Korea,Taiwan, China) sejak tahun 1998. Wuuuuut, 1998? Artinya saya sudah menonton drama sedari bocah PWAHAHAHA. Bukan sesuaatu yang patut dibanggakan.
Bila dibandingkan The Heirs dan Healer, saya rasa withdrawal syndrome Reply 1988 paling manusiawi. Bisa jadi karena drama-nya benar-benar dengan kehidupan nyata sehingga saya bisa mengenangnya dengan cara yang logis, atau karena setelah tamat muncul berita Choi-Sung Brothers dan Kim Brothers diculik Na PD (temennya akrabnya Shin PD dan Lee Woo Jung) ke Nimimbia, Afrika untuk syuting Youth Over Flowers. Artinya, kita masih punya kesempatan reuni-an dengan cast dari Reply 1988 walaupun gak semuanya ikut. Yaaah, bakal susah move on dong? Gak kok, menurut hemat saya justru ini bisa bikin lebih mudah move on hehe. Haaa, andai Shin PD dan Lee Woo Jung ikut ke Afrika kayak di Youth Over Flowers Laos... Lucu liat Instavid-nya Bogum di bandara Qatar. Pake baju kaos putih dipadu jeans, ransel di pundak sambil nenteng-in kantong kresek putih. Kayak anak sekolahan yang terpisah dari rombongan study tour-nya. Udah kebayang dikit gayanya dia setelah diculik Na PD and crew. Gak akan beda jauh dari Kang Ha Neul di Youth Over Flowers Iceland. Gak sabaaar.
Dampak positf dari Reply 1988 dan withdrawal syndrome-nya adalah saya jadi rajin posting di blog AHAHA.
Hm. Mo nanya nih sama #TeamTaek, masih ada gak sih temen kamu dari #TeamJunghwan yang ngeyel nyalahin Lee Woo Jung ngubah script menjelang akhir? Nih saya kasih satu fakta yang mungkin bisa bikin temen kamu itu mingkem selamanya. Sumbernya dari Thread Suntaek di forum Soompi yang dibawa dari Dcgall Reply 1988. Kalau kalian sering ke sana pasti pernah baca ini.
Perhatikan gambar di bawah ini baik-baik. Fokus pada penulisan nama mereka di episode 1.
Bisa lihat perbedaannya?
Dot. Titik.
Kenapa ada titik di ujung nama Taek, sedangkan tiga lainnya tidak ada?
Pada era Joseon, Dot atau biasa disebut Nakjeom (낙잠) digunakan Raja untuk menandai orang-orang yang lolos dalam seleksi sebagai petugas kerajaan. Dalam hal ini bisa ditarik kesimpulan paling sederhana dan masuk akal kalau Taek sudah diputuskan sebagai suami Deokseon di episode pertama HAHAHAHA. Lee Woo Jung dan Shin PD bikin saya shock berkali-kali karena kecerdasan mereka.
Saya pernah merhatiin waktu nonton episode pertama, kenapa nama Taek ada titiknya tapi gak pernah mikir lebih lanjut karena saya gak tau banyak tentang sejarah Korea seluruhnya.
Kalau temenmu masih keuhkeuh juga meski sudah dikasih tau fakta di atas, saya sarankan kamu melakukan ini padanya, tatap dia dengan sorot mata paling menyedihkan yang kamu punya kemudian tepuk-tepuk pundaknya pelan dan penuh kesabaran, tarik napas panjang dan katakan...
“Saya turut berduka cita atas matinya akal sehatmu.”
Sekian.
HAHAHAHA.
Saya tidak bertanggung jawab atas efek yang ditimbulkan.
Oiya, di LINE, Twitter dan IG beredar foto-foto kuartet Youth Over Flowers di Namimbia. Fotonya Bo Gum gak terlalu jelas, tapi bisa ditau kok kalo itu dia. Dari cara jalannya wkwk.
Il Hwa eomma diwawancara oleh satu media online Korea Selatan. Ketika ditanya diantara lima anaknya di Reply series, siapa yang menjadi favoritnya? Ia menyebut nama Bora. Menurutnya ada latar belakang karakter Bora yang tidak diceritakan di drama—alasan mengapa ia tumbuh menjadi anak yang keras dan tidak bisa dekat pada ayahnya seperti Deokseon. Mengingat ini yang membuat Il Hwa selalu merasa sedih untuk Bora. Sebagai penulis, saya yakin Lee Woo Jung memberikan latar belakang pada masing-masing pada setiap karakter yang ia buat. Contohnya, secara fisik Taek kidal. Secara psikis, Deokseon tumbuh menjadi gadis yang memiliki self-esteem yang rendah karena di tengah-tengah keluarganya ia menjadi orang terakhir yang menerima kasih sayang setelah Bora dan Noeul. Begitu pun dengan karakter Bora. Apa yang dilakukan Lee Woo Jung pada setiap karakter di Reply series mengantarkan mereka—karakter-karakter ini ke penonton sebagai satu sosok utuh dan hidup yang bisa kita temukan di sekitar kita.
Saat ditanya di Reply 1988 siapa yang ingin dijadikan Il Hwa sebagai menantu di dunia nyata, ia memilih Choi Taek! Tuh kaaan, emang deh hanya orang-orang berpikiran matang dan terbuka (baca; waras) yang akan memilih Taek sebagai orang yang cocok menikahi Deokseon. Ini petikan wawancaranya,
“... I like how gentle and innocent he is (Taek). It it’s this kind of son-in law, it seems like he could make my daughter live peacefully and happily. Park Bo Gum is really kind and pure. That’s rare to see in a youth nowadays. When I said that I wanted Bogummie as a son-in law in real life, he (Bogummie) said, “Really, Mom?” and smiled.” ­–Sport Kyunghyang
Aw. EonamTaek!
Siapa sih yang gak mau punya menantu seperti Taek (Bogummie)?
Saya juga baca pernyataan salah satu Dosen Park Bo Gum. Beliau bilang Bogummie adalah salah satu mahasiswanya yang berdedikasi tinggi. Bogum tidak pernah melewatkan mata kuliah yang dipegangnya. Bayangin aja dia bela-belain kembali ke kampus di sela syuting CT untuk presentasi dan kembali ke lokasi syuting setelahnya. Lokasi syuting dan kampusnya jauuuuuuuh banget .
Naga-naganya like fans like artist nih. Dua-duanya gak bisa move on. Iya. Maksud saya Ryu Jun Yeol dan fansnya belum bisa move on dari fakta kalau Taek-lah yang menjadi suaminya Deokseon. Atuhlah, Mas. Lama-lama ni orang satu ngeselin deh. Awalnya saya gak merasa harus ambil pusing sama wawancara dan V app-nya dia. Tapi kok ya makin lama kesannya makin gak bener nih. Saya bukan anti-fans nya Jun Yeol. Tolong move on Mas dan jangan bikin fansmu diluar sana makin beringas nyalah-nyalahin Lee Woo Jung, membenci sampe maki-maki Park Bo Gum secara personal dan melakukan hal-hal childish lainnya. Saya curiga jangan-jangan di dunia nyata si Mas satu itu beneran suka sama Hyeri bukan sebagai Deokseon? Bodo amat. Saran saya, jangan terlalu bersemangat Mas-nyaaah. Ti-ati ngomong di depan media ntar bisa jadi boomerang. Maksud saya, meskipun kamu kecewa gak bisa menjadi suami Deokseon tolong pilih redaksi kalimat yang tidak tendensius dan ambigu? Bisa, kan? Satu kepala dan lainnya akan berbeda menerjemahkan maksud dari kalimatmu.
Chilbong aja gak se-desperate itu. Dibandingkan Junghwan, Chilbong bisa dibilang lebih menderita. Dia berjuang hingga menit terakhir tapi Najung tidak pernah membuka sedikit hatinya untuk Chilbong. Sedangkan Junghwan selalu ragu-ragu mengambil langkah. Jadi dia gak punya hak nyalahin Taek.
Titik.
Sebel gue. Fiuh.
Kapaaaaan ya bisa nonton/baca interview Bogum dan Hyeri tentang peran mereka di Reply 1988... Jun Yeol mulu nih.
Curiga nih saya, gak hanya Junghwan yang  suka sama Lee Mi Yeon (aktris yang memerankan Deokseon versi 2016) tapi Taek juga. Aku nonton Reply episode 00. Di salah satu scene, geng Ssangmun-dong minus Deokseon nonton tivi bareng trus muncul iklan Wang Joyeon (aktris China) dan iklan Ghana-nya Lee Mi Yeon waktu umur 18 taun. Junghwan dan Dongryong muji-muji Wang Joyeon, dan Taek cuman senyum-senyum aja liat iklannya Lee Mi Yeon sampe Junghwan nengok, ngomelin Taek.
뭐라고 애기 해라...”
Terjemahan bebasnya, ngomong dong jangan senyum-senyum aje LOL. Senyumnya Taek abis diomelin Junghwan itu looooh yang bikin gemesh.
Duh! Kurang random apa lagi postingan saya, Ya Allaaah .


Bad news, Thread Reply 1988 dan Suntaek Shipper di Soompi ditutup sementara selama 72 jam oleh Moderator. Gara-gara ngelanggar banyak peraturan. Wadooooh. Iyasih, dua kubu masih sering saling serang. Heran sayah, #TeamJunghwan yang notabene udah kalah masih aja ngeyel. 
Bonus :
ENGSUB Behind The Scene Reply 1988, cek di link ini

P.s : Mohon maaf jika ada konten-konten yang dinilai offensif di postingan-postingan dan komentar yang saya tulis. Saya bisa jamin sifatnya hanya sementara. Saya gak ada masalah dengan semua cast Reply 1988. Satu-satunya yang bikin kesel hanya pendukung Junghwan. Tidak semua, mungkin. Tapi kebanyakan, iya. ^^

[Trivia] After Reply 1988

by on 1/26/2016 11:27:00 PM
안녕 ! Hi, Buddies! How’s life? Are you doing well? Friendly reminder, tulisan saya berikut ini akan sangat random dan gak terar...
Hayo loooo, yang belum bisa move on dari Geng Ssangmun-Dong angkat kaakiiii eh angkat tangan ding! Hihihi... Samaaa, saya juga masih belum bisa move on niiih. Yang udah bisa move on, kasih tips dong buat kita-kita...
Selama mengikuti drama ongoing Reply 1988, saya juga masih mengikuti drama lain— dan beberapa variety show seperti King of Mask Singer, We Got Married, IN2D. Tapi gak bisa bohong tontonan ini cuman jadi pengalih ketidaksabaran menunggu kapan hari Jumat datang dari pekan per pekan. Bisa kebayang kaan begitu Reply 1988 tamat, saya jadi kelimpungan sendiri karena sehari-hari hanya fokus di satu drama itu.
Yuk, intip drama-drama apa saja yang saya ikuti di paruh pertama tahun 2016 ini. Capcusss!
1.    Cheese In Trap
Drama hasil adaptasi dari Webtoon ini ditayangkan di stasiun kebanggaan kita, tvN (Contents Trend Leader... apal banget jargon ini T.T). Pekan ini Cheese in Trap akan memasuki episode-nya yang ke tujuh. Drama ini mengisahkan kehidupan dunia kampus yang sangat jaraaang diangkat dalam dunia per-drama-an Korea, memakai sudut pandang Hong Seol. Saya lupa gitu Hong Seol ini udah masuk tingkat berapa. Dia punya dua orang teman kuliah—Eun Taek yang imut-imut dan Bora yang cerewet. Duh, namanya makin bikin susah mup on. Kehidupan kampus Seol mulai terusik setelah terjadi kesalahpahaman antara dia dan seorang seniornya.
Adalah Yoo Jung Sunbae, kakak senior ganteng, tajir, baik, pinter tapi nyeremin. Doi semacam seneng banget nge-stalking Seol. Biasanya di drama Korea itu Lead Male dan Lead Female-nya jadian di separuh total episode dan benar-benar bahagia di lima menit menjelang ending—bikin yang nonton pengen smash-in leptop. Bedanya, di Cheese In Trap Seol dan Yoo Jung resmi pacaran di episode-episode awal setelah melewati buanyak salah paham. Ya iyalah, siapa juga yang gak salah paham kalau ikutin ke mana-mana. Bahkan sampai ikut campur segala urusan administrasi kampus. Kalau saya yang jadi Seol, udah ta’ laporin si Yoo Jung ke Pak Pulisi wkwk.
Saya tidak mengikuti versi Webtoon-nya jadi gak ada gambaran sama sekali akan seperti apa jalan cerita Cheese In Trap ke depan. Salah satu yang menjadi daya tarik utama drama ini terletak pada sosok Yoo Jung yang sulit terbaca. Sejak pertama menonton saya sibuk menerka-nerka apa kira-kira apa ya yang sedang dipikirkan pria ini? Sisi misteriusnya ini loh yang bikin saya suka khawatir melihat kebersamaannya dengan Seol.
Selain Yoo Jung, ada pula sepasang kakak-adik yang punya hubungan di masa lalu dengan Yoo Jung. Baek In Ho dan Baek In Ha. Saya gak ada masalah sama sekali dengan Baek In Ho. Kalau scene Seol dan Yoo Jung kadang-kadang bawa kesan mistis—lu kate ini pelem horor T.T—maka scene antara Seol dan Baek In Ho paling sering bikin senyam-senyum. Baek In Ho-nya lucuuu sih. Sok-sok cuek tapi beneran perhatian dan penyayang. Tolong jangan samakan dengan mas-mas dari drama sebelah yang barusan tamat—no mensyeeeen, kakaaaak. Karakter si mas dan Baek In Ho beda jauh.
Pertemuannya In Ho dan Seol terjadi secara tidak sengaja. Dunia emang cuma selebar daun semanggi, yah. Siapa sangka Yoo Jung dan In Ho yang berkonflik di masa lalu bertemu kembali gara-gara Seol.
Satu-satunya yang bikin saya rada-rada pengen men-skip adalah kemunculan Baek In Ha, kakak In Ho. Gimana yah, menurut saya aktingnya overdosis bikin ilang feeling. Tapi demi Yoo Jung Sunbae, saya tabah-tabahin hati nonton gak pake skip.
Sambil nonton, saya mengingat kembali jaman masih jadi anak kuliahan dulu. Kangen temen-temen se-geng. Almamater apa kabar? Kehidupan kampus saya beda jauh dari Hong Seol. Boro-boro ngelirik senior kayak Yoo Jung Sunbae, yang ada tiap hari saya harus berkutat dengan laporan praktikum yang Masyaa Allah buanyaknya itu. Lagian kampus saya gak ada yang modelnya seperti Yoo Jung. Kalo kayak Peter Parker dan kacamatanya lumayan ada beberapa. Tapi ya itu tadi, tugas kuliah mengalihkan perhatian. Intinya saya gak pernah pacaran selama kuliah—sampe detik ini. Situ kenapa malah jadi curhat colongaaaan pwahahaha. Sorry, kebawa perasaan sih *tiupin poni lemparnya Choi Taek* Hmmpffttt...
Untuk teman-teman yang juga menonton Cheese In Trap, saya punya pertanyaan nih. Tolong kasih saya pencerahan. Setelah menonton sampe episode 6, saya belum bisa menangkap secara utuh apa konflik yang ingin dibangun penulisnya di drama ini. Entah saya yang lemot karena masih nginget Reply 1988, atau memang perkiraan saya tepat bahwa sejauh ini temanya hanya berkisar di antara Seol, kisah cintanya dengan Yoo Jung dan kehidupan kampusnya? Itu saja?
Give me the light! ^^
2.    Signal
Masih dari stasiun tivi yang sama, Contents Trend Leader, tvN. Signal baru menayangkan dua episode pilot-nya mengisi time slot yang ditinggalkan Choi Taek, ng... Reply 1988 maksudnya. Drama ini merupakan hasil kolaborasi antara Kim Eun Hee dan Kim Won Suk, Director Misaeng.
Saya adalah salah satu penggemar karya Tante Kim Eun Hee. Sign merupakan drama pertama beliau yang saya tonton. Lalu Ghost dan yang terakhir Three Days. Setelah tiga dramanya ditayangkan SBS, kali ini Kim Eun Hee memilih keluar dari zona nyamannya dan bergabung dengan tvN. Sebagai penonton, saya senang-senang saja mengingat kualifikasi tvN yang selalu total ketika memproduksi drama. Pun saat pengumuman cast-nya keluar, meski saya tidak terlalu familiar dengan para aktor dan aktris-nya, saya tetap setia menunggu.
Signal mengisahkan tentang satu team khusus di bawah pimpinan Cha Soo Hyun yang ditugaskan menangani cold case, yaitu kasus-kasus yang telah habis jangka waktu penangannya. Di Korea Selatan jangka waktu penanganan sebuah kasus pembunuhan—saya tidak tahu kasus lain—adalah 15 tahun. Jika dalam rentang waktu tersebut polisi tidak berhasil menyelesaikannya maka dianggap kadaluarsa dan pelakunya terbebas dari hukuman. Nah, di Signal ini masa kadaluarsa sebuah kasus pembunuhan dihapuskan setelah kepolisian berhasil menuntaskan kasus penculikan dan pembunuhan anak perempuan di tahun 2000 yang dilakukan oleh seorang suster Rumah Sakit Jiwa. Akibat kasus ini, masyarakat berspekulasi mengenai perlunya peninjauan kembali pasal yang mengatur masa kadaluarsa kasus pembunuhan demi keluarga korban. Menyeruaknya tuntunan ini memaksa pemerintah di bawah kepolisian akhirnya membentuk satu team khusus yang menangani kasus-kasus pembunuhan tak terselesaikan selama puluhan tahun.
Uniknya Signal memakai dua plot waktu. Keduanya saling berkaitan. Lee Jae Ha di tahun 1988 dan Park Hae Young—seorang profiler—di tahun 2015. Semuanya berawal dari sebuah handy-talkie yang tak sengaja ditemukan Park Hae Young di sebuah mobil yang terparkir di depan kantor polisi. Agak menyerepet ke fantasy-thriller sih, Lee Jae Ha dan Park Hae Young terkoneksi satu sama lain melalui handy-talkie ini. Kasus penculikan dan pembunuhan berhasil diselesaikan berkat panggilan misterius Lee Jae Ha yang dilakukannya di tahun 2000 pada Park Hae Young di tahun 2015. Lee Jae Ha berada di lokasi kejadian ditemukannya mayat pria yang dituduh telah menculik dan membunuh anak perempuan itu. Nahasnya, di tahun 2000 Lee Jae Ha menghilang dan kasus penculikan serta penculikan tersebut baru tuntas lima belas tahun kemudian. Apakah Detektif Lee Jae Ha tewas dibunuh seseorang di tahun 2000? Jawabannya masih misterius.
Pembunuhan berantai Gyeonggi Nambu di tahun 1989 menjadi kasus pertama yang ditangani Cha Soo Hyun dan team-nya. Seeet deh, kalau di Reply 1988 kita bertemu dengan geng Ssangmun-dong yang bikin hati hangat, di Signal kita dipertemukan dengan kasus pembunuhan berantai yang tidak pernah tuntas diselesaikan. Suram, ciiiiiin T.T
Kesan pertama saya menonton Signal, wuaaaoooow! Excited. Kim Eun Hee masih memakai pattern yang mirip dengan drama-dramanya sebelumnya. Pembunuhan, konflik internal di kepolisian hingga kaitan yang terjalin antar tokoh yang tanpa mereka sadari. Lee Jae Ha dan Cha Soo Hyun pernah memiliki hubungan—sebagai kekasih atau apalah belum dijelaskan secara rinci di tahun 2000, kala itu Cha Soo Hyun masih menjadi polisi yunior. Park Hae Young di tahun 2000 masih berusia belasan juga pernah bertemu Lee Jae Ha saat detektif itu menangani kasus penculikan dan pembunuhan. Saya mencium vibe Ghost dan Nine secara bersamaan di Signal.
Di kamus saya seperti sudah ada satu aturan tertulis, di drama ber-genre semacam Signal ini yang harus kamu curigai adalah orang-orang tampak-nya tidak perlu dicurigai. Jenis seperti ini yang biasanya yang paling berbahaya. Saya mencurigai ada konspirasi busuk dibalik menghilangnya Lee Jae Ha di tahun 2000 yang melibatkan beberapa orang di kepolisian.
Satu yang membenak di kepala saya, kenapa Park Hae Young yang terkoneksi dengan Lee Jae Ha? Jangan-jangan Park Hae Young ada kaitannya dengan pembunuh berantai di tahun 1989? Di tahun 1989, Lee Jae Ha masih bertugas sebagai polisi yunior. Ia turut terlibat dalam penanganan pembunuhan berantai Gyeonggi Nambu.
Oiya, Signal merupakan drama berdasarkan kisah nyata yang juga pernah diadaptasi ke dalam film Memories of Murdered dan drama tvN lainnya, Gapdong.
Setidaknya, drama ini sedikit demi sedikit membantu saya move on dari Reply 1988 ^^
3.    Remember (War of Son)
Pertama kali mendengar kabar kambeknya Yoo Seung Ho ke dunia drama, saya sangat antusias. Di Remember ia dipasangkan dengan Park Min Young. Nuna-Dongsaeng dooong. Setelah Healer, saya antisipasi banget drama Park Min Young selanjutnya. Pokoknya udah nancepin niat bakal nonton Remember pas tayang nanti.
Dan terjadilah apa yang sering saya alami. Drama yang biasanya betul-betul diniatkan untuk ditonton malah saya drop di tengah jalan. Sebaliknya, drama yang saya coba-coba malah bikin betah.
Remember bagus kok, barangkali selera saya saja yang tidak cocok dengan naskah yang ditulis writer The Attorney ini. Drama ini sudah tayang hingga 12 episode di SBS, sedangkan saya baru menonton sekitar 4 episode. Saya gak bilang gak akan melanjutkan menonton, hanya saja sekarang minat nonton saya sedang melanglang buana entah ke mana. Saya masih tetap setia mendonlot-nya setiap pekan.
Mengisahkan tentang perjuangan seorang anak untuk membebaskan ayahnya dari tuduhan palsu. Membunuh seorang gadis. Saya gak ada masalah dengan divisi akting, tapi kepada storyline-nya. Kayaknya karakter Yoo Seung Ho bakal dibikin menderita sampe episode terakhir deh. Kasian amat nasibmu, Nak. Setelah kematian ayahnya, giliran dia yang kenal Alzheimer. Pengacara kena Alzheimer? The end. Belum lagi lawan yang dihadapi Yoo Seung Ho itu psikopat macam Nam Gong Min. Suer, peran Nam Gong Min di sini super duper ngeselin bikin saya pengen nampol pake papan Baduknya Choi Taek! Karakternya sebagai psikopat detail banget sampe-sampe gerakan dia ngegaruk alis aja bikin baper ga ketulungan!
Saya gak bisa komentar banyak sih, soalnya saya baru nyampe di episode 4 T.T
Dedek Seung Ho, maapin Nuna yee...
4.    One More Happy Ending
MBC paling jago deh bikin drama genre Romcom. One Happy Ending, contohnya. Pairing Jung Kyung Ho dan Jang Nara ternyata cocok.
One More Happy Ending bercerita tentang kehidupan mantan Girlband Angels setelah bubar. Saya belum menghapal masing-masing karakternya. Jang Nara memerankan tokoh Mimo, seorang perempuan di usia tiga puluhan, setelah bercerai dari suaminya, ia berpacaran dengan seorang koki dan berakhir mengenaskan karena ternyata koki tersebut berselingkuh dengan seorang aktris yang merupakan mantan member Angels juga. Insiden itu membawa Jang Nara bertemu Jung Kyung Ho, temannya semasa kecil—lagi-lagi dunia hanya selebar daun semanggi, bruh. Jung Kyung Ho berperan sebagai duda yang hidup berdua dengan putranya. Ia punya teman, Kwon Yool. Seorang dokter dan single.
Berlanjut ke mantan anggota Angels lainnya, ada You Da In yang menjalankan bisnis konsultasi pernikahan bagi orang-orang yang pernah gagal bersama Jang Nara. Ia menikah dengan seorang pria kaya namun tidak bahagia. Kehidupan pernikahannya di ambang perceraian. Yoo In Na, berprofesi sebagai guru yang galau nyari jodoh dan terakhir ada Seo In Young, ragu-ragu menikah. Ia membatalkan pernikahan menjelang beberapa hari acara berlangsung. Kompleks bener ya?
Aku masih belum lanjut ke episode dua. Nanti aja pas mood bagus xD
Gimana yah, gara-gara pernah ada gosip Bogum sama Jang Nara saya agak gak sreg nih sama si Tante. Padahal sebelum keluar gosipnya saya biasa aja. Dasar penonton gak profesional sayaaah xD

P.s : setelah Reply 1988 saya semakin selektif milih drama. Biar kata orang bagus tapi storyline-nya gak beda jauh sama drama kebanyakan, dilewatin....

[Trivia] Currently Watching

by on 1/25/2016 12:32:00 AM
Hayo loooo, yang belum bisa move on dari Geng Ssangmun-Dong angkat kaakiiii eh angkat tangan ding! Hihihi... Samaaa, saya juga masih b...

Setelah menunda beberapa hari, tibalah saatnya saya harus mengucapkan salam perpisahan pada Reply 1988. Reply 1988 telah menutup tahun 2015 dan membuka 2016 dengan penuh warna. Drama ini, telah mengajarkan begitu banyak hal kepada penontonnya (khususnya saya) tentang apa arti keluarga dalam hidup seseorang.
Keluarga memang menjadi tema sentral Reply 1988. Lima keluarga yang hidup berdampingan di sebuah gang bernama Ssangmun-Dong di salah satu sudut kota Seoul, ber-setting tahun 1988.
Hati saya kebas dan sedih mengingat minggu ini dan seterusnya saya tidak akan pernah lagi bertemu para penghuni Ssangmun-Dong beserta aneka macam kisah keseharian mereka. Selamanya. Bagi saya Reply 1988 lebih dari sekadar drama. Saya melihat sebuah potret hidup yang benar-benar nyata dan lekat. Saya menemukan diri saya di kepribadian Sung Bora, mencium aroma keteguhan ayah saya di diri Sung Dong Il, raut wajah ibu saya membayang pada kesabaran Lee Il Hwa, dan kebingungan yang sama tentang masa depan pada Sung Deokseon. Reply 1988 sejatinya membawa saya untuk menekuri hidup lebih khidmat dan santun lagi, lebih dari yang telah saya lakukan sepanjang 27 tahun ini.
Hidup adalah roamansa yang tak melulu harus dibubuhi merah jambu baru bisa dibilang indah.
Berat rasanya harus melepas pergi Reply 1988.
Tapi awal selalu bertemu akhir, bukan? Dan kita harus menerimanya. Mau atau tidak mau. Suka atau tidak suka.

Prolog


... Perhaps, our own family is the most oblivious. But what’s so important about knowing? In the end, what helps you climb over the wall isn’t brains but the heart that will take your hand and won’t let you go. In the end, that’s family. Even for heroes, their rightful place to retun to in the end is family. The pain inflicted upon you outside the door, and the scars inflicted on you by life itself, even the sadness brought onto you by family... In the end, it’s family. –Sung Deokseon


    Highlight ending episode 01 benar-benar menampar saya, telak. Saya malu pada diri sendiri, merasa bersalah pada ibu dan ayah saya sepenuh hati. Saya melewati masa remaja saya dengan penuh pemberontakan, berbagai macam tuduhan saya arahkan pada mereka hanya agar kekecewaan dan amarah saya menemui muaranya—saya mencari-cari sebab yang bisa dipersalahkan atas apa yang sudah saya lalui tanpa pernah mencari tahu apakah saya berhak semarah itu pada mereka. Kamu tidak akan pernah bisa menakar sedalam apa cinta ibu dan ayahmu untukmu, percayalah. Jika ada ada orang yang tulus mendoakanmu diam-diam tanpa lelah hingga lupa mendoakan dirinya sendiri, maka itu adalah ibu dan ayahmu. Sejauh apa pun kamu melangkah, pada akhirnya keluarga adalah  satu-satunya tempatmu pulang.
Reply 1988 menyadarkan kita kembali apa makna keluarga itu.
Ketika saya menulis sebuah cerpen, seperti sudah tertanam di benak saya hirearki yang harus saya lewati sejak memulai menulis judul hingga menutupnya dengan ending. Di awal bercerita, saya sudah harus bisa menggambarkan secara utuh akan ke mana dan seperti apa alur cerita yang saya tulis ke depannya, tokoh dan konflik yang saling bertaut lalu mengarahkan mereka untuk mencari penyelesaian. Bagi saya, sebuah cerita bisa dibilang bagus dan sukses jika pertanyaan demi pertanyaan yang muncul di paragraf-paragraf awal terselesaikan di ending dengan cara yang elegan. Ada dua jenis cara menutup ending yang saya ketahui. Pertama, ending yang benar-benar selesai secara nyata. Contoh, si A mengungkapkan cintanya kepada si B dan si A akhirnya menerimanya. Selesai. Tidak ada pertanyaan. Kedua, ini yang sering saya gunakan di beberapa cerita yang saya tulis. Ending yang nge-twist. Ceritanya sudah selesai tapi pembaca masih merasa belum selesai. Contoh, kisah Kang Joon Hee di Reply 1997. Untuk cerita semacam ini, pembaca diminta membuat ending sesukanya. Silakan menginterpretasikan sendiri ending-nya. Catatan, tidak gampang loh membuat cerita seperi ini. Kamu harus benar-benar paham apa yang sudah kamu tulis.
Saya yakin Lee Woo Jung memilih cara kedua untuk menutup Reply 1988. Apakah dramanya memiliki ending yang menggantung? Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Tergantung bagaimana kamu memahami 20 Episode Reply 1988.

Nah saya akan mencoba mengingatkan kembali bagaimana cerita Reply 1988 dimulai.
Di dua episode pertama, diperkenalkan satu-persatu karakter yang menghiasi drama ini.
Sung Deokseon. Seorang gadis remaja yang menderita sebagai anak tengah, ia selalu menjadi prioritas terakhir di keluarganya, nyaris menempati peringkat terakhir di sekolahnya, ia juga sama seperti gadis seusianya yang ingin tahu bagaimana rasanya disukai lawan jenis. Sebab itulah ketika dua temannya menyodorinya ide kalau Sung Sunwoo dan Junghwan, teman masa kecilnya memiliki perasaan khusus padanya, Deokseon senang bukan main. Ia lupa satu hal, bagaimana jika Sunwoo atau Junghwan benar-benar menyukainya? Apakah Deokseon memiliki perasaan yang sama? Euforia ingin tahu rasanya disukai membuatnya lupa point penting di bawah ini,
“... instead of other people liking you, who is it that you like?” –Ryu Dong Ryong
Choi Taek, di usia 18 tahun dia sudah menjelma menjadi pemain baduk profesional. Taek bisa dibilang dewasa sebelum waktunya. Meminjam kalimat Sung Dong Il di episode 2,
“... elements of the real world are all a part of Baduk. Do you think Taek doesn’t know that? And he is the best Baduk player in the world too. I bet his character is even more mature than us adults”.
Di samping fakta itu, dia hanyalah remaja biasa yang merindukan kehadiran ibunya setiap hari. Taek adalah satu-satunya karakter di Reply 1988 yang memiliki banyak layer, di saat kamu berpikir dia hanya bocah polos yang tidak tahu apa-apa, di beberapa episode selanjutnya dia menyentakmu dengan tindakannya mencerminkan betapa mature dan penuh pertimbangan. Ucapan Sung Dong Il benar adanya. Don’t judge a book by it’s cover.
Sung Sunwoo, tipe anak yang berbakti pada keluarganya. Pintar dan selalu jadi ketua kelas. Ia menyimpan rasa suka pada Sung Bora, kakak Deokseon. Sunwoo menyayangi ibu dan adiknya, setelah kematian ayahnya akibat kecelakaan kerja, ia-lah yang menjadi pelindung bagi mereka.
Kim Junghwan, lembut di dalam tapi selalu gagal menunjukkan apa yang dirasakannya pada orang-orang di sekitarnya. Ia adalah tipikal orang yang akan melalukan hal-hal baik tapi malu atau gengsi mengakuinya secara terang-terangan. Saya paham mengapa di episode pertama Deokseon mengenalkan Junghwan sebagai :Gae’, not human. Kita lihat di episode-episode awal bagaimana Ra Mi Ran dan Kim Sajang kesulitan mendekati Junghwan. Ia menyukai Deokseon sejak lama, tapi dengan kepribadian seperti itu, ia menghancurkan banyak kesempatan yang dimilikinya. Berkali-kali. Noh, gue block biar lo mikir ulang dan mengilas balik scene-scene Junghwan dan Deokseon.
Ryu Dong Ryong, kurang lebih mirip Deokseon kalau bicara soal peringkat di sekolah. Ia juga dikenal sebagai konsultan hidup bagi teman-temannya. Ayahnya selalu mengkhawatirkan akan seperti apa masa depannya dengan kemampuan akademis seperti itu?
Setelah melihat premis yang divisualisasikan Lee Woo Jung di dua episode plot, sekarang kita lihat bagaimana dia membuat ending untuk lima tokohnya di atas.
Sung Deokseon akhirnya menyadari bahwa bukan soal siapa yang menyukainya. Siapa disukainya, itu intinya. Ketika kamu menyukai seseorang, paling tidak kamu tidak akan dibebankan satu tuntutan agar dia—orang yang kamu sukai itu, memberikan balasan yang sama. Tetapi, sebaliknya saat seseorang menyukaimu, kamu mau tidak mau terbebani satu aturan tidak tertulis—memberikan umpan balik. Lebih nyaman mana?
Setelah dinasehati Dongryong, Deokseon pelan-pelan memahami posisinya. Dibandingkan melanjutkan obsesinya mengejar orang demi memastikan rasa penasarannya, ia memilih fokus pada sekolahnya. Jeda yang hadir di sela-sela itu, diisi dengan rasa frustasi atas perubahan sikap Taek padanya.
Rentang waktu 1988 hingga 1994 kita melihat bagaimana karakter Deokseon berkembang. Ia menjelma seorang gadis yang bisa diandalkan. Pramugari cantik yang selalu membagi perhatian pada ayah, ibu, kakak dan adiknya. Sun Young—ibu Sunwoo bahkan tak sungkan memuji kepribadian Deokseon. Saya sangat tidak bisa terima jika ada yang menghina Deokseon sebagai pribadi plin-plan HANYA KARENA DIA TIDAK MEMILIH JUNGHWAN. Kamu membuang satu kesempatan berkenalan dengan karakter manusiawi dan realistis seperti Sung Deokseon yang tidak akan pernah kamu temui di Reply series sebelumnya. Deokseon berhak bersama seseorang yang menerimanya apa adanya, menghormati kekurangannya, memberinya apresiasi yang tulus. Saya rasa Taek-lah satu-satunya orang yang cocok dengan karakter Deokseon.
Sung Deokseon mendapatkan endingnya yang setimpal. Menikah dengan orang yang disukainya dan juga menyukainya. Gadis 18 tahun yang dulu bertanya kebingungan pada ayahnya akan menjadi ia apa di masa depan, kini menemukan jawabannya.
Kenapa tidak ada Wedding scene untuk Taek dan Deokseon? Saya rasa fakta kalau Taek-lah yang menjadi suaminya Deokseon sudah cukup. Lagipula kita bisa menerka kira-kira akan seperti apa reaksi para orangtua jika tahu hubungan mereka. Pasti tak akan berbeda jauh dari Sunwoo-Bora.
Taek yang disalahpahami sebagai bocah cupu itu, membuktikan kalau dia yang paling dewasa di antara teman-temannya. Ketika ia lupa manitto game di malam natal, tanpa ragu ia berlari menuju Deokseon dan mengakui kesalahannya—bandingkan dengan apa yang dilakukan Junghwan. Ketika Deokseon ketakutan setelah bertemu Flashmen, tanpa diminta ia mengikuti gadis itu ke kamar mandi. Ketika ayahnya ragu-ragu dan khawatir menerima reaksi Taek atas keinginannya menikahi Sunyoung, dengan lembutnya ucapan Taek mementahkan itu semua. Ia paham betapa kesepiannya ayahnya selama ini. Ia malah mengambil inisiatif meminta ijin Sunwoo agar merelakan ibunya menikah dengan ayahnya. Ketika Kim Sajang berada di ICU, Taek dengan sigap menelepon Direktur Rumah Sakit secara langsung agar mengambil tindakan secepatnya. Ketika Manajer-nya hati-hati meminta agar Taek mau diwawancarai, ia meluluskan permintaan tersebut. Ia kesampingkan sejenak prinsipnya yang pantang meminta dan diminta agar melakukan ini-itu. Karena ia tahu, ada saatnya ia harus menerapkan prinsipnya dan kapan ia perlu bersikap lentur. Jangan lupa, ia masih remaja 18 tahun. Saya di usia segitu masih suka pecicilan sana-sini. Kamu tidak merasa malu menuduhnya bocah yang tidak tahu apa-apa? Coba dipikir lagi.
Taek menerima ending-nya yang bahagia. Ia punya keluarga yang lengkap. Ayah, ibu, seorang kakak (satu bulan) dan seorang adik yang manis tapi kadang galak. Ia menikahi gadis yang disukainya sejak kecil. Taek tidak pernah ragu-ragu mengejar Deokseon. Satu-satunya kesalahannya adalah mundur dari niatnya menembak Deokseon, demi Junghwan. Bisa dipahami mengapa ia memilih melakukan itu. Junghwan dan Taek tidak tahu, Deokseon memegang peranan penting di sini.  Setelah 6 tahun barulah Taek berani mengaku soal dompet itu. Timing yang pas, karena saat itu mereka sudah sama-sama dewasa. Taek, Junghwan dan Deokseon. Taek tahu konsekuensinya berbohong, ia tersiksa selama 6 tahun karena itu. Manakala Deokseon memintanya agar tidak mengakui hubungan mereka, ia menolak. Ia pernah berbohong sekali, tidak akan ada lagi kebohongan lain. Tapi ucapan Deokseon berhasil melunakkan hatinya. Di sinilah terlihat, betapa Taek menghargai Deokseon sebagai pasangannya. Di usia remaja, kamu mungkin akan memilih tipe seperti Junghwan tapi setelah menginjak usia dewasa dan matang, saya yakin lebih banyak perempuan yang akan memilih tipe seperti Taek. Saya contohnya LOL.
Sunwoo memberikan kebahagiaan untuk ibu dan adiknya dengan mengijinkan Choi Appa menikahi Sunyoung. Ditambah satu lagi, ia melanjutkan kuliah di jurusan kedokteran. Sunwoo berhasil mewujudkan cinta pertamanya yaitu menikahi Bora.
Junghwan, yang di awal dikenalkan sebagai ’Gae’ akhirnya berhasil menjadi manusia seutuhnya. Junghwan berubah menjadi pria yang lebih peka terhadap orang sekitarnya Ia merancang acara ulang tahun untuk ibunya, menjadi pilot pesawat tempur karena mimpi kakaknya (yang pada akhirnya menjadi mimpinya juga). Saat Sunwoo minum sendiri setelah mengonfrontasi ibunya, Junghwan menunda perjalanan ke Sacheon menggunakan mobil dan memilih menemani Sunwoo. Junghwan di tahun 1988 bertansfromasi menjadi Junghwan yang lebih dewasa di tahun 1994. Jika kamu jeli, karakter Junghwan lebih bersinar bila bersama keluarganya ketimbang bersama Deokseon.
“... the young one will do fine on his own.” –Mbah Dukun
Inilah salah satu contoh ending yang nge-twist.
Saya percaya Junghwan telah menemukan jodohnya yang lebih baik dari Deokseon. Saya setuju dengan pilihan Lee Woo Jung yang tidak tiba-tiba mempertemukan Junghwan dengan seorang gadis di tiga episode terakhir. Jika ia melakukan itu, lalu apa bedanya nasib Junghwan dan Chilbong?
Dong Ryong yang tidak pintar disekolah ternyata memiliki bakat menjadi pebisnis andal. Sosoknya mengajarkan kita bahwa meskipun di kampus/sekolah kamu menempati peringkat satu, ketika kembali ke tengah masyarakat kamu tidak akan pernah berhasil jika hanya mengandalkan satu itu, dibutuhkan skill atau kemampuan lain yang bisa membuatmu berhasil berkompetisi. Hidup itu keras, maka kamu harus tahan banting.
Pada akhirnya, Ryu Appa sadar Dong Ryong bisa mendapatkan kesuksesan dengan caranya sendiri.
Gimana? Cocok dengan premis awal, kan?

I told you, Reply 1988 wasn’t all about pink love. After all, this series mostly talking about Family.
Let’s talking about this beautiful words for a moment...

Episode 2
There’s no need to force the harsh truth onto happy delusions. Sometimes, delusions make us happy. An adult-like child is just one without complaints. It’s just that they’ve acclimated to the world of adults and they’ve grown used to the illusions around them. But an adult-like child is still a child. An illusion is short, but a misunderstanding lasts a long time. That’s why illusions offer freedom while misunderstandings chain you down. –Sung Deokseon
Terkadang kebenaran bisa terasa pahit dan sulit dicerna, tapi itu bukan berarti kita bisa memilih menolak dan melarikan diri. Kebenaran, sesakit apapun, harus mau diterima dengan hati lapang. Memang tidak mudah. Seiring berjalannya waktu, kita pasti akan menemukan pemahaman yang lebih baik. Kecuali kamu menolak untuk belajar. Khayalan menawarkan kebebasan, sementara kesalahpahaman bisa menjatuhkanmu.
Junghwan membiarkan kesalahpahaman di antara dia dan Deokseon berlarut-larut (pink shirt) sedangkan Taek (manitto game) segera berlari ke arah Deokseon untuk meminta maaf.
 Jika kamu membiarkan kesalahpahaman menggantung, maka kamu sendiri yang dirugikan.

Episode 4
There’s nothing is more sick of and considers more tacky than something that has belonged to them for a long time. However, another way to say tacky and sick of is accustomed to and comfortable. The feeling of being accustomed only comes with having spent a long time with something and only the people I’m comfortable with, can truly know me, embrace me, and console me. Sometimes, you’re so sick of something and it seems so tacky that you don’t even want to look at it. But the only people in the world who can protect me are.... my people. People who I’m used to, and I’m comfortable with...
People who have been my people for a long time...
... are people who you can’t help but love...
We can’t help but loving them. –Kim Junghwan

It’s family...
Jika ibu atau ayahmu yang terpisah jarak yang jauh darimu, berkali-kali meneleponmu dalam sehari, jangan merasa jengkel dan marah. Mungkin saja mereka sedang merindukanmu.
Saya terharu melihat dua pasangan suami istri Sung Dong Il-Lee Il Hwa dan Kim Sung Kyun-Ra Mi Ran di episode 3 ini. Mereka bertengkar, saling berteriak satu sama lain, namun di akhir hari mereka tetaplah pasangan seumur hidup yang sudah melewati tahun-tahun penuh kesulitan bersama. Mereka sudah mengenal setiap inci dari pasangannya. Sung Dong Il tahu, hanya Lee Il Hwa yang bisa menerima seluruh kelebihan dan kekurangannya, begitu pula dengan Ra Miran, yang sudah terbiasa dengan tingkah konyol dan absurd Kim Sung Kyun. Saya melihat pattern yang sama di hubungan Taek dan Deokseon.
Di kehidupan nyata, kita tidak mencari pasangan hidup yang hanya tampan, mapan, cerdas dan sebagainya, tapi pada akhirnya kita akan memilih seseorang yang bisa membuat nyaman dan menerima seluruh kelebihan dan kekurangan kita. Yang dengannya, kita bisa berbagi emosi, marah, menangis, tertawa, dan berbincang tentang apa saja di sepanjang hidup kita.

 Episode 5
Sometimes, I felt like my mom was an embarrasment. There were time I couldn’t undersand why she seemed to have self-consciousness or a sense of pride and got angry. I didn’t realize it then, but it was because there was something precious that she wanted to protect more than herself.
And that it was because of me.
When true love manifests it doesn’t allow one to be concerned over one’s pride and causes one to cast it aside. That’s why mothers are strong.
Even when one is at the age to be a mom, one’s mother is always one’s guardian and even saying the word, Mom is something that has the power tu tug at one’s heartstrings. 
Mothers are always strong.
When one is at the age when one can console one’s mother, it’s when one has matured past being able to say Thank you and I love you...
If one wishes to make one’s mother happy, the words, Mom, I need you, are more than enough. –Sung Deokseon
Saya menangis sampai terisak hebat menonton episode ini. Saya seperti melihat diri saya di masa lalu yang kerap menjatuhkan penghakiman sepihak untuk ibu saya. Saya lupa, ibulah yang selalu menjadi pembela di garda terdepan untuk kami, anak-anaknya. Ibu yang mengesampingkan keperluannya hanya agar kebutuhan anak-anaknya tercukupi. Ibu yang memiliki definisi sederhana tentang apa itu kebahagiaan,
... Sepanjang kalian bahagia, maka itu sudah cukup, Nak.
  Ibu, yang dalam heningnya tak pernah lupa meriuhkan doadoa untuk anak-anaknya.
Ibu...
Ibu...
Ibu...
Berapa banyak dari kita yang masih gengsi dan merasa malu untuk mengucapkan tiga kalimat ini?
Thank you, Mom. I love you. I need you...
Kamu selamanya tidak akan pernah sanggup menakar sedalam apa cinta ibumu untukmu. Dalam marahnya, ada cinta. Dalam diamnya, ada rindu. Dan dalam senyumnya, ada luka yang selalu bisa sembunyikan dari matamu.

Episode 7
Time continues on.  That’s why time eventually creates farewells and it always leaves people with regrets. If you love someone you have to tell them now. Before your fleeting days become filled with regret. In some ways, the biggest present that time leaves us with is the memories we have of loving others. That’s why you have to shove embarrassment aside and confess your love to the one you love before it’s too late. Sung Deokseon
Quote ini cocok sekali untuk Junghwan. Ia punya kesempatan di malam natal itu, tapi yang dilakukannya hanya memberikan sinyal-sinyal kasatmata pada Deokseon (Junghwan lupa kali kalo IQ deokseon itu di bawah 100, makanya lemot).
Ini juga berlaku untuk kita. Siapa pun kamu, jika saat ini kamu sedang menyukai seseorang, jangan sungkan mengungkapkannya. Orang itu tidak berarti hanya lawan jenis, bisa teman, kakak, adik, ayah dan ibumu juga. Waktu tidak akan menunggu saat kamu merasa siap. Percaya atau tidak, dulu saya pernah mengungkapkan rasa suka saya pada seseorang HAHAHAHA. Saya tidak serta merta jujur agar dia membalas perasaan saya. Cukup dia tahu dan selesai. Saya hanya tidak ingin menyesal di akhir. I’m doing well now.

Episode 12
It’s really difficult to love someone. To love someone, doesn’t mean that you don’t hate them. It means that you can never be able to hate them. –Sung Bora
Kesampingkan dulu husband hunt, saya benar-benar menyukai bromance Junghwan-Taeki. Junghwan menyayangi Taeki, demikian pula Taeki pada Junghwan. Kalau bukan karena itu, mengapa dua pria ini sontak memilih mundur ketika mengetahui masing-masing mereka menyukai gadis yang sama?
Menyukai seseorang, bukan berarti kamu kamu tidak pernah membencinya. Pernah. Tapi rasa sayangmu padanya, mengalahkan kebencianmu.
It’s a true love, my dear...

Episode 13
We don’t know how many dirty, petty, unfair, sad, scary, or difficult worlds have passed Dad by. And only now, I realize no matter how dirty, petty, unfair, sad, scary, or difficult, the reason he endured was because he had people to protect. It’s because he had a family. And he had me. Because he had to live the world by the name Dad, and not another. –Sung Bora
Ayah saya tidak pernah sekali pun menunjukkan wajah sedihnya di hadapan anak-anaknya. Dari jauh, ia selalu menelpon demi memastikan apakah kami makan dengan baik, tidak sakit, masih punya uang yang cukup. Ayah saya selalu memprioritaskan anak-anaknya lebih dahulu dibandingkan dirinya sendiri. Wajahnya terlihat bahagia hanya dengan menceritakan kesuksesan anak-anaknya pada teman-temannya. Ayah saya adalah orang yang selalu meninggalkan rumah di pagi hari untuk bekerja dan kembali setelah matahari terbenam. Sekian tahun saya baru menyadari, tak ada yang setabah bahu ayah. Beliau mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaganya demi anak-anaknya.
Dan beliau tidak pernah mengeluh untuk itu...
Di episode 13 ada tiga ayah hebat yang menyadarkan kita bahwa di balik senyum ayah, ada kesepian dan kelemahan di sana yang berusaha disembunyikannya agar kebanggaan kita terhadap sosok ayah yang kuat dan tangguh tetap utuh.
Sekali lagi, kamu tidak akan pernah tahu betapa besar pengorbanan yang dilakukan seorang ayah untuk anak-anaknya...

Episode 18
Fate doesn’t come around at any time. At the very least, to use the term fate, it has to be a dramatic moment brought by coincidance. That’s what makes it fate. That’s why, another term for fate is timing. If I had not been caught at any of those damn traffic lights, if any of those red lights had helped me just once, I might be standing in front of her, as it it were fate. My first love was always held back by that damn thing called timing. That damn timing.
... but fate and timing aren’t just coincidences that find you. They are miraculous moments made from numerous choices arising out of earnestness. Surrender and decision, without hesitation that’s what makes timing.
He was more ardent. And I should have been more courageous.
It was not the traffic light’s fault.
It was not timing.                                 
It was my many hesitations.
Life is like a box of chocolates. You never know what you’re going to get. Though you may pick the bitterest chocolate, there is nothing you can do about it. That’s the fate that I have chosen. There are no regrets, no whining, and there is no need for heartbreak. –Kim Junghwan

Junghwan butuh lima tahun untuk menyadari kesalahannya. Ia menyia-nyiakan banyak kesempatan di masa lalu. Ia bisa saja mengutarakan perasaannya pada Deokseon sebelum malam di mana Taek mengakui perasaannya di depan Sunwoo, Dong Ryong dan dirinya. Ketika Sunwoo menolak Deokseon, Junghwan bisa saja melakukan sesuatu untuk menangkan Deokseon tapi ia tidak melakukan apa-apa. Berharap Deokseon menyadari perasaan Junghwan? Sulit. Kita tahu sendiri bagaimana sehari-harinya Junghwan memperlakukan Deokseon. Boro-boro mikir romantis, di mana-mana cewek bakal kesel kalau diperlakukan kasar. Yang ada Deokseon-nya malah bingung sendiri wkwk.   
  Berapa banyak di antara kita yang menjelma Junghwan di dunia nyata? Sibuk menyalahkan ini-itu ketika ada hal-hal terjadi di luar kemampuan dan keinginan kita. Seperti menyalahkan dosen karena memberikan nilai C pada satu mata kuliah, padahal bisa saja kesalahan terletak pada kita yang belum sungguh-sungguh belajar. Sesungguhnya, Junghwan dan traffic lights hanyalah simbol belaka yang diperuntukkan bagi mereka yang sepanjang hidupnya terus-menerus mencari-cari alasan untuk disalahkan. Tanpa disadari, Tuhan berkali-kali memberikan kita kesempatan namun kita luput menangkap isyarat itu.
Tidak ada yang berlangsung secara kebetulan di dunia ini. Semuanya saling berikatan membentuk satu tali takdir. Pilihan yang kita buat hari ini, akan mempengaruhi hari-hari kita di masa depan.
Beruntung, Junghwan masih bisa menyadari kesalahannya meski sudah terlalu terlambat untuk bisa memiliki hati Deokseon.
Bagaimana dengan kita?

Saya mencoba mencuplik beberapa pesan moral dari Reply 1988.
1.      Jangan asal ngomong, karena omongan itu adalah doa. Apalagi soal jodoh. Hati-hati. Kalau cowoknya kayak Choi Taek mah boleh-boleh aja wkwk. Sung Dong Il, dan Lee Il Hwa pernah berseloroh bahwa Taek akan menjadi menantu mereka. Sunyoung juga pernah berharap agar Deokseon menjadi menantunya. Lihat apa yang terjadi kemudian.... HAHAHAHA. Yang lucunya adalah, Sung Dong Il selalu salah dalam menebak. Satu-satunya yang tepat hanya guyonannya tentang Taek yang akan menjadi menantunya.
Deokseon tanpa sadar dua tiga kali bercanda hal yang mirip. Ketika Taek minum susu di depan gerbang rumahnya (Ep2), ketika Deokseon dan ibunya sedang perjalanan pulang dari Dooly market dan ketika geng Ssangmun-Dong ngumpul di kamar Junghwan di malam ulang tahun Kim Sajang.
How lucky she was!
2.      Kalau suka, ngomong aja gak usah ragu. Ntar nyesel kayak Junghwan loooooh. Periiiiih hati, Jenderal!
3.      Perlakukan orangtua, adik-kakakmu dengan santun dan penuh kasih sayang sebelum waktu menjauhkan yang dekat, sebelum hari-hari menua dalam hening, dan kamu tak lagi punya jalan untuk kembali ke masa saat semuanya masih begitu lapang dan lengkap. Do it now, before it’s too late.
4.      Belajar yang rajin, jangan terlena seperti Deokseon yang malah sibuk nyari pangerannya. xDDD
5.      Ikuti kata Junghwan, merokok itu gak baik.
Saya ingin menulis tanggapan mengenai ending Reply 1988 yang dinilai banyak orang paling buruk di antara Reply series lainnya. Bagi saya, ini adalah ending paling realistis untuk drama Reply 1988. Cobalah menengok kembali ke premis awal atas dasar apa drama ini dibangun. Family and Youthhood. Saya mungkin belum setua Sung Deokseon di tahun 2016, tapi sedikit banyaknya saya tahu apa kehilangan masa-masa remaja. Betapapun bahagianya kamu di masa itu, kamu tidak akan pernah bisa kembali. Ia telah mengendap di ingatanmu sebagai kenangan. Orang-orang yang dulu pernah menjadi teman-teman yang dulu pernah mesra dan dekat, seiring berjalannya waktu telah sibuk dengan hidupnya.
Rasa kehilangan dan kekosongan yang mengisi rongga dadamu setelah menonton ending episode 20 adalah perumpaan yang sama dengan Deokseon yang merindukan masa mudanya. Bukan berarti ia ingin kembali ke sana, ia hanya akan selalu mengenangnya sebagai masa di mana ia pernah melewatkan hari-hari penuh haru dan tawa bersama orang-orang yang dicintainya. Saya percaya Geng Ssangmundong sudah menemukan masa depannya masing-masing, para ajushi dan ahjumma juga melewati hari-hari menyenangkan di masa tua mereka.
Reply 1988 menempati satu tempat tersendiri di hati saya. Di antara tiga Reply, ini yang terbaik dari segi cerita, penokohan, musik dan elemen-elemen lainnya. Saya menangis hebat saat menulis tulisan ini. Saya mencoba membayangkan bagaimana rasanya berada di posisi Lee Woo Jung ketika menulis naskah Reply 1988. Menuliskan kembali masa-masa yang pernah dilewatinya dengan niat agar setelah menonton ini orang berpikir kembali bagaimana mereka hidup selama ini. Dan pada akhirnya banyak orang-orang berpikiran picik menyalahkannya dan menuduhnya dengan kejam.
Thinking twice before you talk. Be wise.
Saya meminta maaf jika selama menulis postingan tentang Reply 1988 saya melakukan kesalahan yang menyinggung Readers sekalian.
Sekali lagi, Reply 1988 bukan hanya tentang husband game. Saya berani bertaruh kamu sudah kehilangan banyak hal jika hanya menonton drama ini demi Choi Taek atau Kim Junghwan.
"It's good to have an end to journey toward; but it is the journey that matter, in the end." -Ernest Hemingway
.... And maybe it's not about the happy ending. Maybe it's about the story.
Goodbye, Ssangmun-Dong...
Thank you, Reply 1988...
You will be missed dearly.
-Azzhura-

Epilogue
When I went back, in search of our neighborhood street, the street had aged so much. You could fel that the time had passed. I can’t go back to my youth, or this street. They are both the same.
Time will always flow. Everything will pass by. Everything will age. That might be why youth is beautiful. It shines, blindingly bright, for just an instant. But to it, you can never go back. The time when many tears were shed. The time of my youth was like that as well.
Longing for that time and longing for that street, is not because I miss a younger version of myself. That’s the place of my father’s youth, of my mother’s youth, of my friends’ youth. It’s the place that holds the youth of everything that I love.
In that landscape, where we won’t be able to gather like that again... I regret being unable to say my final farewell.
To the things that are already gone...
To a time that has already passed, I want to say a belated farewell.
Goodbye, my youth.
Goodbye, Ssangmundong.

A time so warm and pure, that it was painful.
Can you hear me?
If you can hear me, answer me.
My 1988, the days of my youth.
--Sung Deokseon