Sinopsis Reply 1988 Episode 19 Part 1

Januari 2016
Deokseon dan suaminya melakukan wawancara, tak berbeda jauh dari apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya. Tetapi pakaian yang dikenakan Deokseon dan suaminya terlihat lebih formal.
“Siapa yang mengajak pacaran duluan?” tanya suaminya mengulang pertanyaan dari orang yang mewawancarai mereka. Sejenak, ia tampak ragu menjawab.
“Itu terjadi begitu saja tanpa kami sadari,” sahut Deokseon mengambil alih.
Suaminya menoleh, meneguk isi gelasnya sambil bergumam, “Apakah kami harus memberitahukan tentang itu juga?”
Deokseon melanjutkan. Ya, begitulah adanya. Bahkan jika kau berciuman dan berpegangan tangan, itu hanya akan dianggap sebagai kedekatan sampai kau resmi pacaran. Bahkan berciuman? Suaminya terlengak kaget. Deokseon mengangguk. Ia mendengarnya dari anak-anak—wait, anak-anak siapaaaah? Jangan bilang anak-anak tetangga! Anak kalian manaaaah ã… .ã… 
“Heol,” cetus suaminya tak percaya.
“Dan kau mengatakan sesuatu seperti itu?” Deokseon menyela.
“Aku mendengarnya dari anak-anak,” sahut suaminya lagi. –cie yang di tahun 2016 udah jadi anak gahoool ã…‹ã…‹ã…‹ di tahun 80-an Heol ini setara Waenyeol kali yah.
Pertanyaan dilanjutkan. Sekarang mengarah ke topik yang disukai penonton. First kiss—hayolooo ngacung!
Deokseon dan suaminya, senyum-senyum antara bahagia dan malu-malu. Suaminya lebih semangat dan pe-de.
“Haruskah kita mengatakannya secara bersamaan pada hitungan ketiga?” tanyanya.
“Berhentilah terlalu sering menonton TV,” sambar Deokseon.
Suaminya tidak peduli. Ia melanjutkan begitulah cara orang-orang mengumumkan sesuatu. Ia memberikan instruksi pada Deokseon, ia akan mengitung dan pada hitungan ketiga mereka akan mengucapakannya secara bersama-sama.
Hana, Deul, Saet!
Deokseon : 1994!
Suaminya : 1988!
HAHAHAHA It’s Taek! No doubt.
Oh, 1994... di tahun 1994, benarkan? Taek salah tingkah dan tergagap. Deokseon tersenyum pahit. Mbeeeeek...
Moment of silence...
Seketika saya teringat Taek di tahun 1988, di scene ketika Deokseon, Bora, Sunwoo, Taek dan Junghwan di dalam mobil hendak menjemput Dong Ryong yang melarikan diri. Waktu itu Taek dengan pe-denya menebak penyanyi dari lagu yang diputar Sunwoo. Penyanyinya sih bener, Lee Moon Sae. Tapi saat ditanya judul lagu—Taek salah tebak. Cara Taek bertanya miriiiip sekali dengan cara Taek di tahun 2016 ini.
“Tahun 1994 di Beijing, kan?” Taek masih mencoba berusaha memperbaiki situasi. Deokseon meringis, ia meminta izin ke toilet pada orang yang mewawancarai mereka. Tak lama Taek menyusul istrinya. Sesaat suami takut istri HAHAHAHA.

Kembali ke Seoul Dongbong-gu, Ssangmundong di tahun 1994, saat itu sedang musim gugur.
Ra Miran yang sedang menggoreng tahu tiba-tiba meninggalkan pekerjaannya. Wajahnya terlihat kesal. Miran Eomma lagi sensi...
Lee Il Hwa menemani Dong Il Appa makan malam. Ia pikir pekerjaan suaminya sudah berkurang, namun ternyata masih sama. Ia sepintas lalu mengusulkan agar suaminya menyuruh orang lain yang dipercayainya. Dong il Appa berkilah Ia adalah direktur tertua di bank, di bawahnya ada Wakil Kepala, Wakil Ketua dan Direktur, ada banyak. Jika lulusan SMA sepertinya tidak bekerja keras, siapa yang masih mau mempekerjakan manajer tua sepertinya? Ia akan mengurus pekerjaannya sendiri, istrinya tak perlu khawatir. Dan mengenai pensiun dini yang pernah dibahas Dong Il Appa sebelumnya, ia melakukannya karena saat itu ia sedang (stres) banyak pekerjaan. Jangan jadikan bahan pikiran yang seperti itu, Dong Il menenangkan istrinya. Akhirnya Il Hwa tersenyum penuh pengertian.
Dong Il menyeruput kuah tahu dari sendoknya. Ia memuji betapa enak rasanya. Istriku membuat semur tahu terbaik di dunia, kaulah pemenanganya, ucapnya sambil tersenyum lebar—Inilah yang disebut pasangan seumur hidup. Hidup tak melulu harus dibumbui romansa pinkeu agar bisa dilabeli bahagia. ã… .ã… 
Ini anak siapaaaaah? Kenapa bisa adorable begindang, di mana bisa nemu yang seperti ini? Tunjukkan pada Baim Ya Allah... ã… .ã… —plak—Woi bangun lo!
Taek di rumahnya, lagi makan malam (Nope, bisa dibilang Taek lagi sahur ã…‹ã…‹ã…‹) ditemani ayah dan ibunya. Ia tak bisa menahan geli menyaksikan betapa khidmat-nya kedua orangtuanya memerhatikannya. Ia menyuruh agar ayah dan ibunya kembali tidur, masih terlalu pagi untuk bangun.
“Penerbanganmu nanti sore, kan?” tanya Moosung pada puteranya. Taek mengangguk. “Jadi kau akan ke Jepang hari ini dan pergi ke China lusa?” tanya Sunyoung. “Aku tak tahu banyak sekali pertandingan baduk,” tambahnya antusias.
Banyak pertandingan di akhir tahun, kata Moosung. Ia kemudian bertanya mengapa Taek tidak berangkat nanti saja, agar ia bisa beristirahat di rumah? Taek hanya tersenyum tanpa suara. Ia sudah punya tujuan lain sebelum keberangkatannya ke China.
Deokseon dan salah satu rekan kerjanya—lagi nunggu bus kah? Rekan kerjanya excited menyadari minggu depan mereka punya jadwal penerbangan ke Beijing. Ia menebak mereka akan bertemu kekasih senior mereka—manajer Taek. Bukankah pertandingan baduknya di Beijing? Tanyanya. Deokseon mengangguk. Temannya berseru setengah menggoda.
“Kudengar kau berteman dengan Choi Taek 9-dan yang terkenal itu? Mengapa kalian tidak pacaran?”
“Apa?” Deokseon terhenyak kaget.
“Senior mengatakan padaku kalian berdua sangat dekat. Mengapa kau tak kencan dengannya?”
“Kami hanya teman sejak kecil. Aku sudah mengenalnya hampir 20 tahun,” sahut Deokseon.
Temannya berdecak kagum, “kalian pasti sangat dekat. Tapi mengapa kau tak kencan dengannya?”
“Apa?”
“Ya~ tidak ada persahabatan antara pria dan wanita. Teman? Lelucon macam apa itu...”
Deokseon terdiam. Senyumnya menghilang. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Eheeem. Dihitung-hitung ada empat kali teman Deokseon menanyakan mengapa Deokseon dan Taek tidak pacaran. Jika Deokseon tidak punya perasaan apa-apa pada Taek, ia hanya perlu mengabaikan ini dan bertingkah seperti Deokseon yang biasa tapi yang terjadi justru sebaliknya. Wajah Deokseon jelas-jelas menggambarkan kegalauan.
Uri Taetiseo-nya Ssangmundong ngumpul bareng, nonton tivi sambil makan  goguma di markas—baca; rumahnya Kim Sajang. Saat itu sebuah iklan muncul di tivi—aku pake engsub ya iklannya biar lebih kena humornya.
Salaryman wants to go home from work! Why? Because it’s tired! Therefore, the salaryman can’t procrastinate at work. Fights fatigue and gives you nutrients, Hal Won!~
Il Hwa nyeletuk, mereka—iklan itu maksudnya—benar, suaminya pasti sangat lelah. Alih-alih nyebut Salaryman, lidah Il Hwa terpeleset dan malah bilang salad-man ã…‹ã…‹ã…‹
Salaryman,” Miran mencoba memperbaiki penyebutannya.
“Sama saja,” timpal Il Hwa tanpa merasa bersalah. Sementara Sunyoung hanya tertawa. ­Il Hwa dan Sunyoung selalu gagal kalo ngomong engrish—inget staek yang diubah jadi skake? ã…‹ã…‹ã…‹
“Belakangan ini, menurutku Dong Geun Oppa terlihat seksi...” Il Hwa memulai.
“Dia sepuluh tahun lebih mudah darimu. Bagaimana bisa kau memanggilnya oppa?” kata Miran. “Dia akan melompat dari tidurnya jika di mendengarmu.”
“Bukankah semua pria tampan adalah oppa?” celetuk Sunyoung. Ha! Ahn Yoo Na versi 1988, pemirsa.
Miran menatap Sunyoung yang diikuti oleh Il Hwa, “Jadi kau memanggil suamimu seperti itu?” goda Miran.
Sunyoung merasa tidak ada yang salah, suaminya—Moosung tampan. Sunyoung-ah, Miran menyela. Ada satu hal yang masih belum bisa ia mengerti. Bagaimana bisa wajah brutal seperti Moosung bisa memiliki putera seperti Taek—astagfirullah HAHAHAHA
Tak masuk akal. Bagaimana bisa ia memiliki putera seperti Taek? Sambung Il Hwa. Sunyoung berseru mereka—Il Hwa dan Miran tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka tidak pernah melihat ayah Taek saat masih muda. Dia terlihat mirip seperti Taek. Jika wajah Taek sekarang dibandingkan dengan wajah ayahnya sewaktu muda, tak ada yang bisa menebak mana Taek mana ayahnya. Mereka sangat mirip. Il Hwa meringis melihat tingkat kepe-dean Sunyoung.
“Sunyoung-ah,” panggil Miran. “Kau ini memang gila. Apakah efek kacamata mawarnya belum hilang? Kau pikir kami tak tahu bagaimana tampang Moosung ketika dia masih muda? Dia pindah ke sini saat masih muda! Dia terlihat sama.”
Il Hwa tertawa. Sunyoung manut saja. Sarkasnya Miran tingkat dewa banget ã…‹ã…‹ã…‹ kacamata mawar = love. Jika kau mencintai seseorang apa adanya bukan karena ada apanya, meskipun sudah menghabiskan waktu puluhan tahun, perasaan akan tetap sama tak peduli sudah setua apa dan sekeriput apa wajah pasanganmu. Kim Sajang-Ra Miran, Sunyoung-Moosung dan Il Hwa-Dong Il adalah representasi generasi itu di drama ini. Kau juga bisa menemukannya di sekitarmu kalau mau membuka mata. Sejatinya, cinta yang ingin disampaikan Lee Woo Jung pada Reply ini tidak se-glamour seperti yang kau tafsirkan dari drama-drama yang sudah sering kautonton. Ia—cinta, seperti mantel tua yang akan selalu bisa menghangatkan musim dinginmu yang tak pernah gagal membuatmu gigil, serupa payung yang meneduhkanmu di kala hujan, dan cinta, adalah rumah tempatmu kembali tanpa syarat apa-apa. Selalu.
“Kalian berdua sangat cocok, aku penasaran mengapa tak sejak dulu kalian menikah?” tahu-tahu ibunya Dong Ryong menimpali. Astaga. Ternyata ia ada di sana bersama geng Taetiseo! Untuk yang pertama kalinya kita bisa melihat ibu Dong Ryong bergaul sesama tetangga.hal. Ia sudah berhenti bekerja—pensiun barangkali dan sekarang hanya tinggal di rumah sambil mengawasi cucu-cucunya. Pasti sangat membosankan, kata Miran. Tentu saja, bagi orang yang sudah terbiasa aktif bekerja di hampir separuh hidupnya, tiba-tiba harus berdiam diri di rumah. Ibu Dong Ryong berkata ia tak apa-apa, tapi dengan ekspresi wajah seperti itu, apakah ada yang percaya ia baik-baik saja? I guess no. Ia buru-buru pamit karena cucu-cucunya pasti sudah bangun. Sepeninggal ibu Dong Ryong, Sunyoung memujinya. Ibu Dong Ryong seorang pekerja keras dan seorang ibu rumah tangga yang baik pula. Miran menyela, ia seperti ingin mengatakan sesuatu yang penting. Raut wajahnya mendadak muram.
Sacheon—Pelatihan Ketiga Skuadron Angkatan Udara
Taek di sana, di depan gerbang. Ia menunggu seseorang.
Tak berapa lama, orang yang ditunggunya muncul. Junghwan berlari-lari kecil menghampiri Taek. Ia tak percaya Taek datang menemuinya. Taek tersenyum, ia mengamati sekilas penampilan Junghwan beserta seragamnya—keren sekali katanya.
Bora menemui Sunwoo di rumah sakit. Permainan sudah berbalik arah. Bora tak se-superior dulu pada Sunwoo. Ia datang ke sana untuk mendengarkan keputusan Sunwoo apakah mereka akan kembali seperti dulu—pacaran atau tidak sama sekali. Untuk ini, Sunwoo punya tiga syarat. Bora tidak perlu melakukannya jika ia tak mau. Pertama, Sunwoo akan berhenti berbicara formal pada Bora. Walau sempat ragu, Bora setuju. Ada senyum samar di wajah Sunwoo. Syarat kedua, Sunwoo ingin agar Bora menjadikannya salah satu prioritas hidupnya. Ia tak ingin menjadi seseorang yang dengan mudah bisa Bora campakkan saat sesuatu terasa sulit—Bora keliru memutuskan Sunwoo saat ia sedang berjuang dengan ujian masuk pegawai negeri-nya dulu, padahal dengan kepribadian seperti Sunwoo, Bora tak perlu mengkhawatirkan apa-apa. Aku yakin Sunwoo cukup dewasa untuk memahami Bora meskipun dari segi usia Sunwoo lebih muda. Bora setuju. Lanjut syarat ketiga, Sunwoo menegaskan ia seperti pria biasa. Jika ia berpacaran itu artinya ia ingin melangkah ke tahapan yang lebih serius—menikah. Kalau Bora takut, mereka tak usah memulai lagi.
“Berikan aku waktu untuk memikirkannya,” pinta Bora pada akhirnya.
Taek dan Junghwan sarapan bersama—Taek gagal puasa ã…‹ã…‹ã…‹
Saat itu datang dua bawahan melakukan penghormatan pada Junghwan. Taek kagum. Junghwan bersikap cool as always ã…‹ã…‹ã…‹ Ia bertanya apa yang membawa Taek jauh-jauh ke Sacheon menemuinya? Ia tahu Taek sibuk dengan banyak pertandingan.
“Junghwan-ah...” suara Taek bergetar. Kegugupan yang sama juga pelan-pelan menjalar pada Junghwan. Ia tak sesantai sebelumnya. Ia mengangkat wajah, memandang Taek sepenuhnya. Taek meneguk air minumnya.
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu,” kata Taek. “Kau ingat, dulu kau pernah bertanya padaku apakah aku membuka dompetmu atau tidak...”
Senyum Junghwan mengembang dalam diam.
“Sejujurnya, aku...”
“Dasar bodoh, apa kau masih membahas itu?  Berhentilah menyakiti semuanya dan kejarlah Deokseon... Idiot. Kau benar-benar membuat frustasi.” Junghwan mengomel, ia kembali bersikap santai dan melanjutkan makan.
“Aku bukan datang menemuimu untuk membahas itu, siapa bilang aku datang karena itu?” elak Taek.
“Benarkah? Terserah. Kita makan saja.” ã…‹ã…‹ã…‹ That’s sooo Junghwan.
Taek tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Terharu? Sepertinya. Sejenak aku ingin melupakan apa yang sudah terjadi—husband hunt, fans-fans galak bla bla bla, aku menyukai scene ini. Beginilah cara pria menyelesaikan masalah. Face to face. Efisien. Berbeda dengan perempuan yang suka ribet sendiri, rempong dengan segala tetek-bengek. Masalah yang tadinya bisa diselesaikan malah berkepanjangan dan kadang merembet ke mana-mana. Kenapa Taek tidak melakukan hal yang sama di tahun 1989? Kenapa ia harus berbohong pada Junghwan? Kembali ke waktu itu, bayangkan bila kamu berada di posisi Taek. Usiamu masih 18 tahun, kamu menyukai sahabatmu. Di saat kamu hendak mengungkapkan perasaanmu padanya, di waktu yang sama kamu menemukan sahabatmu yang lain juga menyukai gadis yang kausukai. Kamu masih 18 tahun. Kalian bersahabat sejak kecil. Apakah kamu akan mengonfrontasi sahabatmu secara langsung? Apakah kamu akan mengungkapkan perasaanmu pada gadis yang kausukai? Jika aku menjadi Taek, aku akan memilih mundur. Mereka sahabatku, jika aku berterus terang aku tak berani menjamin hubungan kami akan tetap berjalan seperti sedia kala.
Di tahun 1994, lima tahun setelah itu, Taek, Junghwan dan Deokseon sudah dewasa. Berdasarkan ucapan Taek, ia menemui Junghwan bukan untuk membicarakan tentang Deokseon—melainkan dompet. Taek hanya ingin mengklarifikasinya, meluruskan kebohongan yang sudah dipendamnya sekian lama. Aku tidak membaca indikasi Taek akan berterus-terang mengenai perasaannya pada Deokseon. Dan Junghwan tahu apa yang harus dilakukannya. Deokseon menyukai Taek, begitu pun Taek pada Deokseon. Junghwan-lah yang membuka gerbang agar hati Taek dan Deokseon bertemu. It’s all about timing. Tak peduli betapa besar kamu menginginkan sesuatu namun bila belum saatnya, tak akan terjadi apapun. Jika kamu tetap memaksa, kau hanya akan menyakiti hatimu sendiri—karena hasil yang kaudapat tak seperti yang kauinginkan atau lebih buruknya kau tak mendapatkan apa-apa. Di lain sisi ada banyak hal di dunia ini yang tetap tidak bisa kita miliki sekeras apa pun kita berusaha, apalagi yang tidak diusahakan sekeras mungkin atau bahkan tanpa usaha?—rasa suka Junghwan pada Deokseon. Di titik ini, aku tidak melihat Junghwan sebagai karakter yang menyedihkan, ia bersikap layaknya seorang pria terhormat—para penonton yang mengaku fansnya-lah yang membuatnya terlihat sangat menyedihkan. What an Irony!
Miran mengatakan pada Il Hwa dan Sunyoung bahwa ia mengalami monopause. Bukankah kita sudah berada pada usia yang wajar untuk mengalaminya? Kata Sunyoung simpatik. Miran mengangguk setuju.
“Itu tidak main-main. Kau pastii kesulitan,” ucap Il Hwa.
“Apa maksudmu?” sela Miran. “Sangat menyebalkan merasakannya selama lebih dari 30 tahun—menstruasi—sekarang aku tak perlu memikirkannya. Baguslah. Aku akan menghadapinya!” Miran berusaha terlihat optimis. Ia lalu memilih satu goguma yang besar dan panjang. HAHAHAHA I know what do you mean here, Shin PD and Lee Woo Jung-nim ã…‹ã…‹ã…‹
Malam harinya, Miran duduk berhadapan dengan Kim Sajang dan Jungbong. Ia menjelaskan apa yang sedang dialaminya. Ia mengingatkan agar suami dan anak-anaknya lebih berhati-hati mulai sekarang. Kim Sajang dan Jungbong manggut-manggut patuh.
“Aku bisa merasakan demam secara tiba-tiba, bisa saja aku meninggalkan rumah...”
Kim Sajang dan Jungbong menggeleng kompak. ã…‹ã…‹ã…‹
“Seluruh tubuhku akan terasa sakit. Banyak orang yang merasakan depresi juga.”
Kim Sajang dan Jungbong menghela napas berat.
“Aku akan menyiapkan makanan tapi aku tidak akan mencuci piring,” lanjut Miran.
Keduanya manggut-manggut lagi.
“Aku akan membersihkan rumah, tapi aku tidak akan mencuci.”
“Jangan khawatir, aku akan melakukan semuanya,” potong Kim Sajang.
“Akan kulakukan semuanya, Bu,” susul Jungbong.
Miran tersenyum senang.
Jungbong menelepon adiknya, ia menceritakan perihal ibunya. Diingatkannya supaya Junghwan sering-sering menelepon ibunya. Junghwan meng-iyakan. Ia tahu ibu mereka sudah berada pada usia untuk mengalami monopause. Junghwan bertanya tak adakah hal lain yang bisa mereka lakukan untuk ibu? Saat-saat seperti inilah dibutuhkan seorang anak perempuan. Jungbong tak bisa menyarankan apa-apa. Tapi bukan Jungbong namanya kalau ia tak punya kata-kata bagus untuk menguatkan adiknya. “Kau lupa siapa ibu kita? Dia, Ra Mi Ran yang hebat!”
“Kau sudah makan? Kau tak kesepian kan?”  lanjutnya. Junghwan memberitahu kalau Taek mengunjunginya hari ini, mereka makan bersama. Jungbong tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Kenapa Taek ke Sacheon? Adakah sesuatu yang terjadi? Tidak ada apa-apa, kata Junghwan. Taek datang mengunjunginya karena mereka berteman. Pembicaraan itu selesai karena Junghwan akan melakukan latihan. Sempat-sempatnya Jungbong menggoda adiknya. Ia juga tak lupa mengingatkan   ulang tahun ibunya bulan depan. Junghwan bisa pulang ke rumah karena hari itu bertepatan dengan akhir pekan. I miss them so much ã… .ã… 
Jungbong menelepon Man Ok. Man Ok senang akhirnya setelah enam tahun dia bisa ngobrol dengan Deokseon dan Ja Hyun. Besok ia akan bertemu mereka di warung Ddeokbokki. Man Ok yakin sabahat-sahabatnya sekarang pasti makin cantik. Bagaimana kalau ia tak bisa mengenali mereka? Jungbong menampiknya, ia bilang Deokseon dan Ja Hyun belum berubah. Ia melihat mereka belum lama ini.
“Tidak, kudengar Deokseon semakin cantik sejak jadi pramugari.”
“Siapa yang mengatakan itu?”
“Ja Hyun.”
“Mereka berdua cuma saling menghibur dengan mengatakan seperti itu. Aku justru khawatir mereka berdua yang takkan mengenalimu, Man Ok. Kau sebaiknya mengenakkan label nama di dadamu.” Jungbong tertawa diikuti Man Ok. Let me introduce to you, the most romantic guy in the world, KIM JUNGBOOOONG! HAHAHA. Sorry, Oppa. You’re not my ideal type ã…‹ã…‹ã…‹ kalau aku denger laki-laki ngomong seperti Jungbong, wajahku seketika berubah jadi datar. Geliiii. Aku suka cara Jungbong menghargai Man Ok, ia sangat menghargai kekasihnya. 
Mereka berjanji akan bertemu minggu depan. Ketimbang daging iga sapi, Man Ok minta dibelikan daging perut babi. Mau tahu apa yang paling bikin ngakak? Ucapan penutup sebelum telepon ditutup.
Jungbong : ... sampai jumpa dalam mimpiku.
Man Ok : sampai jumpa dalam mimpimu.
Jungbong : *emuah* cium gagang telepon
Aku : Eey! *tendang guling*
Jadi, malam itu mereka nge-date di dalam mimpinya Jungbong, teman-teman ã…‹ã…‹ã…‹
Keesokan harinya, tiga sahabat itu akhirnya bertemu. Deokseon, Ja Hyun dan Man Ok kesayangannya Jungbong. Mereka saling memuji kecantikan masing-masing. Percayalah dibalik pujian sesama perempuan, ada maksud tersembunyi HAHAHA. Kalau kamu dipuji temen cewek, puji balik dia. Dan kalian pun saling memuji sampai lebaran kodok ijo-nya Abim tiba.  Deokseon menegur Man Ok karena tidak pernah sekali pun menghubungi mereka. Dasar jahat, tudingnya. Ja Hyun menambahkan kalau Man Ok menganggap mereka tak ada artinya sama sekali. Man Ok khawatir ia akan merindukan teman-temannya jika ia menelpon.
“Aku merasa aku ingin kembali ke Korea jika aku mendengar suara kalian. Bahkan hanya dengan melihat foto kebersamaan kita membuatku menangis. Bagaimana bisa aku menelepon kalian? Sebab itulah aku tak menelepon.” Mata Man Ok basah, Deokseon dan Ja Hyun juga. Lalu munculah ajumma pelayan menyela keharuan suasana, mana menu makanan yang dibawa sadis-sadis pula : kue beras pedas, sosis darah dan jeroan yang banyak. Ia heran melihat wajah-wajah sedih nan melankolik gadis-gadis cantik itu. Mereka bertiga makan sambil menangis. Awas keselek ã…‹ã…‹ã…‹
Kediaman Kim Sajang. Jungbong mencuci piring, Kim Sajang bersih-bersih rumah. Ra Miran duduk di sofa, minum teh sambil nonton tivi. Il Hwa datang tertatih membawa kol yang banyak. Kim Sajang tadinya mengusulkan agar Miran membuat makanan enak dari kol tapi dengan cepat mengubah topik biar dia saja yang membuatnya tatkala dilihatnya ekspresi muram istrinya—wajah Miran kembali cerah.
Il Hwa dan Miran minum teh bersama. Miran bertanya mengapa Dong Ryong terlihat sibuk belakangan ini. Kata Il Hwa Dong Ryong membuka cabang restoran tak jauh dari sana. Bisnisnya pasti sangat lancar, Miran kagum. Dong Ryong mudah bersosialisasi makanya bisnisnya lancar. Ia menjalankan restoran keduanya sendirian. Setelah ia berbicara pada pemilik gedung, ia mendapatkan kontrak juga. Seluruh informasi ini disampaikan oleh Lee Il Hwa ã…‹ã…‹ã…‹
“Apa bagusnya mengirimkan anak-anak kita ke Universitas Seoul? Tunggu dan lihatlah, Dong Ryong akan lebih baik dari siapa pun.” Ada kritik menggelitik pada kalimat Il Hwa. Kuliah di tempat prestisius memang tak ada salahnya, tetapi tak semua anak bisa ke sana. Tak semua anak punya otak cemerlang dan cerdas seperti Bora, Sunwoo, Junghwan atau Taek. Tetapi apakah itu artinya anak-anak yang otaknya di bawah rata-rata akan selalu gagal? Tidak. Sesungguhnya kecerdasan tak harus selalu dipatok pada nilai IPK atau angka-angka di buku raport sekolah. Dong Ryong mungkin akan kalah jika diadu dengan Sunwoo mengerjakan soal Kimia, tapi coba adu mereka soal manajemen bisnis. Dong Ryong ahlinya. Sebagai orangtua posisinya adalah mengarahkan—bukan memaksakan impian pada anak-anaknya. Persepsi seperti inilah yang mesti harus diluruskan sebelum terlambat.
Tiba-tiba Ryu Appa datang. Ia meminta dipinjamkan minyak wijen. Miran memuji kesuksesan bisnis Dong Ryong. Ryu Appa sedikit menambahkan ide-ide cerdas Dong Ryong karena ia sering menonton film-film barat. Ia menyesal pernah memarahi puteranya gara-gara hasil studinya dulu ã…‹ã…‹ã…‹ see, kalau kata aku sih, menonton adalah salah satu versi lain dari membaca. Matamu menikmati visual, dan bagian dirimu yang lain membaca apa-apa yang coba disampaikan dalam film/drama yang kamu tonton. Jika kamu tak menyadari ini kamu telah gagal di dua pekerjaan sekaligus—pembaca dan penonton yang baik lagi cerdas. Dong Ryong sukses.
Il Hwa bertanya apakah di rumah sedang tak ada siapa-siapa sehingga Ryu Appa harus meminjam minyak wijen? Bukan seperti itu, kilah Ryu Appa. Ia mengambil cuti dua minggu, otomatis tak banyak pekerjaan yang bisa ia lakukan di rumah. Ia seharusnya melakukan tugas itu.
Sepeninggal Ryu Appa, Miran melontarkan kekagumannya pada sosok ayah Dong Ryong, selama hampir dua puluh tahun hidup bertetangga, tak pernah sekali pun ia melihat laki-laki itu marah. Dia selalu ceria.
“Lihatlah siapa yang bicara...” cetus Il Hwa. Miran terkenal sebagai orang yang kuat. Ia tak mudah menampakkan kesedihannya pada orang-orang. Masih ingat kan operasinya Jungbong? Hanya Taek yang polos, yang tahu ibu Junghwan itu tak setegar yang terlihat.
Kali ini Miran jujur pada Il Hwa, ia mengalami masa sulit. Tapi Il Hwa tak percaya.
Sunwoo pulang ke rumah. Tak lama Bora juga terlihat
“Aku pulang!” teriak Bora.
“Kenapa kakak pulang ke rumah?” terdengar suara Noeul.
“Ini akhir pekan.”
“Huh?”
“Sejak kapan kakak pulang ke rumah di akhir pekan?”
“Diam!”
Noeul-ah, tak hanya Bora yang rajin pulang ke rumah. Kakakmu yang lain dan Taek  juga. Masih tanya kenapa? It’s the power of looooooove *plak*
Orang ketiga yang pulang ke rumah, uri Taek Sabo-nim. Itu, ngapain pake acara ngintip-ngintip ke rumah Deokseon? Emang kenapa kalau ada Deokseon? Ngaruh gitu? *Laah kok jadi sewot sih HAHAHA* Tapi aksi celingak-celinguknya Taek lucuuu bangetttt minta di-kekep trus bawa ke penghulu *woiii!*
Nah, kesayangannya Taek akhirnya nongol tuh.
“ Gadis cantik pulaaaang,” seru Deokseon ceria.
“Tak ada orang seperti itu yang tinggal di sini!” sambut Noeul sarkas.
“Ya!?” Deokseon tersinggung.
Mbeeeeek.
HAHAHAHA. Good job, Noeul-ah.
Sunwoo sedang di kamarnya. Ia menatap pager-nya dengan gelisah. Satu pesan masuk. Dari Bora yang mengajak bertemu di tempat biasa. Ehm.
Noeul dan ibunya sedang menonton tivi yang menampilkan Lee Sun Hee menyanyi, lagu kebangsaan Sunwoo dan Bora. Il Hwa menanyakan keberadaan Deokseon. Noeul tak tahu. Kalau Bora? Sama, ia juga tak tahu ke mana. Noeul tak tahan untuk memberitahu ibunya mengenai kecurigaannya pada sesuatu selama ini. Apa itu? Noeul merasa kalau kakak tertuanya sedang berpacaran. Il Hwa senang mendengarnya. Bora tak mau pergi ke acara perjodohan dan tak punya ketertarikan pada pria. Sebab itulah Il Hwa mengkhawatirkan putrinya satu itu. Noeul curiga orang yang disukai Bora berasal dari kompleks mereka. Bora jadi rajin pulang, dia juga menggunakan parfum, belum lagi tingkahnya yang mencurigakan semakin menguatkan tebakan Noeul Mereka pun menebak-nebak kira-kira siapa yang dekat dengan Bora di kompleks itu.
Junghwan langsung dicoret dari kandidat karena dia berada di Sachoen. Il Hwa tak masalah jika itu Junghwan, ia juga suka pria yang lebih muda—ini maksudnya apa ya? ã…‹ã…‹ã…‹Jungbong tanpa pertimbangan apa-apa terlempar dari kandidat. Bagaimana dengan Taek? Il Hwa antusias, di antara semuanya ia paling menyukai Taek. Noeul juga. Tapi Taek takut pada Bora. Taek pun ikut dicoret—tenang, Il Hwa Eomma masih punya satu puteri lagi ã…‹ã…‹ã…‹ Selanjutnya Dong Ryong, itu tidak mungkin dia. Bukankah dia sudah punya kekasih? Tanya Il Hwa.
“Benar. Tinggi dan masih muda,” sahut Noeul. HAHAHA Lee Woo Jung jago banget becandanya, di real life Lee Dong Hwi yang memerankan Dong Ryong memang sudah punya pacar seorang model—tinggi dan masih muda. Meta-joke. Berarti tinggal tersisa satu orang. Senyum di wajah Il Hwa memudar.
“Tak mungkin Sunwoo. Yang lain boleh asal jangan Sunwoo. Kau tahu kenapa, bukan?”
Noeul tersadar.
Terkadang, apa yang paling tidak kita harapkan malah terjadi. Bora dan Sunwoo bertemu di lorong tak jauh dari rumah mereka. Bora memakai high heels, rok dan kalung pemberian Sunwoo. Tak perlu ada kata-kata, hanya dengan melihat penampilan Bora ia sudah tahu jawabannya. Sunwoo menyeret Bora dan—kau jelas sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya. Enam tahun menunggu! PWAHAHAHA sereeeeem ciiiiiiin. Usai menyelesaikan bisnis yang tertunda enam tahun, Bora dan Sunwoo duduk di tangga.
“Apa yang akan kau lakukan jika kukatakan tidak saat kau menciumku tadi?”
“Kau seharusnya tidak memakai kalung itu.”
“Kapan kau melihat kalungnya?”
“Dua kancing atasmu terbuka, jadi aku bisa melihatnya.”
Bora tertawa bahagia—ini bukan Bora yang kita kenal selama ini. She has changed! It must be the power of loooove....
“Sunwoo-ya... Sung Sunwoo... terima kasih,” ucap Bora. “Aku mencintaimu...”
Sunwoo tersentuh. Ia memajukan wajahnya dan—he-eh belum puas ny**r, Mas? Semangat amat *istigfar* ã…‹ã…‹ã…‹just  kidding.
Sunwoo menerobos masuk ke kamar Taek. Binar bahagia  tak bisa disembunyikan dari wajahnya. Ia menggoyang bahu Taek berkali-kali bilang ini sudah enam tahun berlalu dan akhirnya ia bisa memacari Bora Nuna. Ia masih tak yakin apakah ini nyata atau hanya mimpi. Sunwoo juga mengatakan Taek tahu benar betapa sulitnya ia melewati hari-hari selama enam tahun terakhr, ia bahkan sampai mencuri obat tidur milik Taek—anehnya, ekspresi Taek sangat kaku, lebih mengarah ke takut. Sunwoo menyadari itu. Sebagai jawaban, Taek mengarahkan dagunya ke belakang Sunwoo. Tatkala Sunwoo membalikkan tubuhnya. Alangkah kagetnya ia mendapati keberadaan Dong Ryong dan Deokseon di sana. Dong Ryong dan Deokseon tak kalah shock-nya. Makanya ketok pintu dulu jangan asal nerobos. Gini nih, orang terlalu bahagia kadang lupa etika HAHAHA.
“Kau tidak sedang membicarakan Sung Bora kakakku, kan?” tanya Deokseon lengkap dengan ekspresi tak percayanya.
Dong Ryong lebih kejam lagi, disebutnya Sunwoo berandal gila ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Deokseon bertanya lagi jika itu bukan cinta bertepuk sebelah tangan, Sunwoo dan Bora sebenarnya berpacaran, bukan begitu? Lucunya, Dong Ryong yang menjawab, dia (Sunwoo) bilang mereka pacaran. Mereka pacaran! 
Telepon berbunyi, Dong Ryong yang mengangkatnya. Dari Junghwan. Kebetulaan yang menyenangkan, the gang is complete. Entah saking gugup atau kesalnya Dong Ryong sampai salah menyebut Sunwoo dengan embel-embel ‘Nuna’. Sunwoo Nuna dan Bora Nuna HAHAHA. Junghwan kaget mendengarnya. Deokseon bangkit dari duduknya dan berusaha menjangkau Sunwoo yang sudah terlanjur bersembunyi di belakang Taek. Tidak ingin terlibat, Taek pura-pura sakit kepala, tapi Sunwoo menahannya agar tidak meninggalkan ruangan itu. Junghwan tak menyangka jika Bora juga menyukai Sunwoo. Ia pikir itu hanya cinta bertepuk sebelah tangan. Giliran Dong Ryong diserang kaget dua kali. Jadi selama ini hanya dia seorang yang tak tahu apa-apa?  Bagaimana bisa mereka menyembunyikan hal seperti ini dari dirinya? Dong Ryong menutup telepon dengan marah.
“Ya! Sung Sunwoo, hanya aku seorang diri yang tak tahu! Apakah aku bukan temanmu? Hah?” teriak Dong Ryong.
“Omong kosong macam apa yang dikatakannya?” Sunwoo tergagap.
Dong Ryong bangkit, ia menunjuka Sunwoo. “Aku tak butuh semua ini. Lupakan saja! Kau bukan temanku!”
Taek berusaha membela diri. “Dong Ryong-ah. Aku juga tak tahu apa-apa.”
“Jangan berbohong! Kau pikir masuk akal Sunwoo mengatakan di sini jika kau tak tahu? Aku tak sebodoh itu.”
Taek berjuang keras menahan tawa—Kalau aku jadi Taek, aku gak akan bisa menahan ngakak liat ekspresi Dong Ryong saat mengatakan ini. Serius banget.
“Mengapa orang-orang kalah main baduk darimu?” kejar Dong Ryong—maksudnya Taek gak berbakat sama sekali jadi pembohong. Tawa Taek nyaris menyembur keluar.
“Jangan tertawa! Aku bisa melihat kau tertawa!” bentak Dong Ryong sebal.
“Aku? Kapan?”Dengan polosnya Taek balik bertanya. Makin meninggi lah marahnya Dong Ryong.
Deokseon menyindir Sunwoo, ia lekas meraih jaketnya. Sunwoo menahannya. “Bicara padaku, jangan mengganggu Bora.”
Bora? Deokseon dan Dong Ryong surprise Sunwoo tak lagi menggunakan jondaemal pada Bora. Akhirnya Sunwoo menjadi bulan-bulanan dua sahabatnya, sementara Taek sudah lebih dulu melarikan diri, ia tak lupa mengunci pintu dari luar HAHAHAHA.
Beijing, China. Final Chunlan, putaran ketiga H-1
Saat sedang mengurus kamar di meja resepsionis, senior Deokseon melihat pengumuman yang ditempel tak jauh dari sana mengenai pertandingan baduk yang berlangsung di hotel tersebut. Karena besok libur, bagaimana kalau mereka pergi menontonnya? Banyak wartawan akan datang. Kekasihnya bilang mereka boleh datang.Deokseon hanya tersenyum. Ia menatap pengumuman itu. Rekannya yang  lain lebih bersemangat. Ia tidak pernah melihat pertandingan baduk sebelumnya. Ia akan meminta tanda tangan Choi Taek 9-dan. Senior eonni ragu rekan Deokseon bisa melakukannya mengingat kebiasaan Taek yang tak mau bertemu seseorang selama pertandingan berlangsung. Kalau dia menang, ia langsung ke kamarnya dan tidur, seperti mayat. Deokseon mengangguk meng-iyakan.
Tak berapa lama Manajer Yoo dan direktur datang. Mereka saling menyapa. Deokseon menanyakan Taek. Direktur bilang Taek di kamarnya. Putaran ketiga esok sangat penting makanya Taek sangat sensitif hari ini dan besok hari. Tetapi belakangan ini kondisi Taek lebih baik dari sebelumnya.
“Apakah dia sudah makan?” tanya Deokseon. Hanya Deokseon, dan selalu Deokseon yang paling tahu Taek. Direktur menggeleng. Deokseon menghela napas.
Deokseon menyerahkan termos mungil berisi bubur yang dibawanya dari Seoul. Direktur tak menyangka Deokseon melakukan itu. China tak sejauh itu dari Korea.
“Kau benar-benar luar biasa. Orang-orang tanpa teman, terlalu menyedihkan untuk hidup. Tetapi, mengapa bukan kau sendiri yang memberikan ini padanya? Dia akan lebih senang.”
Besok adalah hari penting, Bagaimana kalau Taek terlalu senang melihat Deokseon dan mengacaukan semuanya? Deokseon mengatakannya sambil bercanda.
“Benar, itu bisa saja terjadi. Dia benar-benar menyukaimu. Dia bakal resah jika melihatmu dan kami tak tahan. Ini, akan aku berikan padanya,” ucap Direktur.
“Aku hanya bercanda...” Deokseon tertawa.
“Benarkah? Aku serius,” pungkas Direktur. Deokseon terdiam.
My two cent :  Direktur tahu Taek menyukai Deokseon. Bukankah itu berarti Taek pernah atau sering menunjukkan perasaannya pada Deokseon di depan Direktur—entah dalam wujud apa. Tidak bisa dipungkiri fakta kalau Taek dan Deokseon selama enam tahun di belakang masih saling berhubungan. Deokseon menjodohkan senior eonni dan Manajer Yoo, Taek dan orang-orang pernah menonton film Forrest Gump—yang juga pernah ditonton Deokseon. Jadi siapa yang men-stalker  siapa nih?
Taek menghabiskan bubur dari Deokseon dan ia tertidur sangat pulas. Mana ada orang masih tetap keren ketika tidur? ã… .ã… 
Kediaman Kim Sajang. Berita di televisi pagi itu. Mengenai drastinya peningkatan pensiun dini di bank untuk menyesuaikan dengan perubahan drastis dengan situasi pasar keuangan yang disebabkan oleh pasar keuangan terbuka serta pengenalan ATM. Bank menjalankan strategi untuk mengurangi pegawainya. Mereka yang pensiun dini akan menerima pesangon dua kali lipat dari dana pensiun mereka. Ra Mi Ran menonton tivi, wajahnya muram. Kim Sajang yang sedang mengepel ikut mengomentari berita tersebut. Ia pikir pesangon sebesat itu pantas. Miran membantahnya, usia mereka—orang-orang dipensiun dinj-kan itu—rata-rata akan memasuki usia 50 tahun. Haruskah mereka duduk di rumah di usia semuda itu? Aku akan tetap bekerja meski mereka menawariku uang banyak.
“Yeobo, bukankah Dong Il masih bekerja di sana? Meski ia selalu menyinggung mau berhenti,” tanya Kim Sajang.
“Siapa yang tahu isi kepalanya? Semuanya bisa saja kacau di dalam, dan jiwanya mati.”
Kim Sajang menatap istrinya tanpa suara, keresahan yang membayang di wajah itu... Miran menatap keluar jendela, tatapannya melekat pada tanaman tepat di luar jendela.
Di rumahnya, Il Hwa juga menonton berita yang serupa. Hanil Bank, tempat suaminya bekerja termasuk dalam daftar bank-bank yang menawarkan pensiun dini pada para pegawainya. Ia mendesah. Bagaimana kalau dia tinggalkan bank-nya? Gumamnya pada dirinya sendiri.

Chunlan, Putaran Final Ketiga.
Deokseon menemui Direktur di tempat pertandingan baduk berlangsung. Di sana tampak hening, ia pikir pertandingannya belum dimulai. Rupanya disediakan satu ruangan khusus bagi para reporter dan penonton di ruang monitor.  Deokseon hanya mengintip sebentar, setelah beberapa saat lamanya mondar-mandir di depan Direktur, menunggu kapan pertandingannya selesai. Deokseon memutuskan kembali ke kamarnya. Ia terlalu gugup menontonnya. Ia meminta tolong agar Direktur mau meneleponnya jika pertandingannya sudah selesai.
“Baiklah. Aku akan segera meneleponnya setelah pertandingannya usai. Pertandingan tampak bagus untuk Taek sejak awal. Kurasa ia bisa menyelesaikannya dengan cepat. Melihatnya caranya menyerang, ia sudah menyadarinya.”
“Tetap saja,  dalam baduk kita takkan pernah tahu apa yang akan terjadi sampai akhir,” tutur Deokseon.
Direktur tertawa. “ Deokseon-yang, sekarang kau tahu semua tentang baduk.”
Di kamarnya, Deokseon menunggu dengan gelisah. Senior eonni pamit bertemu dengan pacarnya—Manajer Yoo. Telepon berdering, Deokseon bergegas mengangkatnya tanpa menunggu deringan kedua.
“Halo? Apakah semuanya sudah selesai? Taek sudah keluar? Apakah dia menang?” pertanyaan berhamburan keluar dari bibir Deokseon.
“Ini aku, Taek.”
ã…‹ã…‹ã…‹ makanya tanya dulu atuh Neng... kan ketahuan kalau lagi nunggu Taek.
Deokseon menghela napas. “ Ah, Taek-ah. Kau sudah bekerja keras. Apakah kau baik-baik saja?”
“Ya, aku baik-baik saja.” Aku bisa melihat Taek tersenyum—seperti biasa ketika Deokseon mengucapkan, you’ve worked hard. “Aku sudah selesai dan sekarang berada di kamar.”
“Apakah kepalamu sakit?”
“Ya, sedikit. Aku sudah minum obat.”
“Kau seharusnya makan terlebih dulu. Tidurlah. Kenapa kau bersusah payah meneleponku?”
“Aku lapar. Deokseon-ah, ayo makan bersama.”
Deokseon tersenyum.
“Sampai ketemu di lobi.”
Usai meletakkan gagang telepon, Deokseon melesat, ganti baju.
Scene ini, dalam beberapa view mengingatkanku pada saat Taek mengajak Deokseon menonton film. Tone suara yang sedikit berbeda, tapi dia masih tetap Taek yang jika ingin mengatakan sesuatu pada Deokseon selalu efisien, tidak buang-buang waktu dan basa-basi. Ia cukup tahu diri, Deokseon tidak akan menolaknya—tidak pernah.
Deokseon tiba di lobi. Cantiknya gak main-main. Dan Deokseon mengenakkan rok pendek—inget kaaaan kalau seseorang memakai rok pendek saat bertemu seseorang—laki-laki, ehm. Pintu lift terbuka, Deokseon melongok. Taek di sana. Laki-laki itu segera mengulas senyum begitu dilihatnya Deokseon tersenyum menunggunya.
Taek keluar, diusapnya puncak kepala Deokseon. Aku jugaaaa mau doooong diusap palanya sama Taeki eh bukan mahram yak  Gak jadi deng ã…‹ã…‹ã…‹
Jreeeng! Bayang-bayang makan bareng pun buyar tatkala rombongan direktur, Manajer Yoo, Senior eonni dan rekan Deokseon muncul dari arah berlawanan. Taek menundukkan kepalanya, hormat—kalau Taek bersikap sangat sopan pada seseorang itu tandanya.... ã…‹ã…‹ã…‹
Wajah penuh kekecewaan karena gagal makan bareng berdua, malah makan bersama rombongan Direktur dkk HAHAHA. Hadoooh.
Taek menghela napas, tak nyaman. Deokseon memilihkannya makanan. Dia manut saja. Makan malam itu berakhir, Senior eonni dan Manajer Yoo mabuk berat. Curigaaa, Taek-lah orang yang paling berbahagia karena makan malamnya cepat bubaran.
Deokseon kembali ke kamarnya. Ia terkunci dari luar. Senior eonni sudah tertidur pulas.
Deokseon ke meja resepsionis tapi tak ada siapa pun di sana. Akhirnya ia duduk di lobi, menunggu.
Saat ia tak sengaja menolehkan wajahnya ke arah dinding kaca hotel, ia melihat  bibirnya, dilambaikannya tangannya ke arah Deokseon. Kikuk. ã…‹ã…‹ã…‹
 “Kau tidak kembali ke kamarmu?” Taek menghampiri Deokseon.         
“Pintunya terkunci. Sepertinya Senior tertidur.”
Taek mengangguk mengerti.
“Kau sebaiknya kembali kembali ke kamarmu dan cepat tidur. Aku akan meminta kunci kalau pegawainya datang.”
Taek tampak berpikir. “Tidur di kamarku,” katanya kemudian.
Deokseon memandang Taek, tak menjawab.
“Kau bisa tidur di kamarku,” ulang Taek. Taek udah gede udah berani-berani ngajakin tidur di kamar. Sudah kubilang kan, Taek itu gak suka basa-basi. Ia selalu mengatakan apa yang ada di kepalanya secara langsung. Taek bukan orang sembarangan, ia menyuruh Deokseon tidur di kamarnya semata-mata karena ia peduli pada gadis itu. Sudah larut malam, tak mungkin Taek membiarkannya menunggu di lobi sendirian. Lagipula, Deokseon sudah pernah tidur di kamar Taek kan? Waktu hidungnya berdarah gara-gara ketidaksengajaan Taek.
Taek menyuruh Deokseon di kamar, dia sendiri akan tidur di sofa. Tuh kaaaan.
“Tidak apa-apa. Aku akan tidur di sofa. Sebaiknya kau tidur di dalam,” tolak Deokseon.
“Bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan nyaman kalau kau tidur di sofa? Di kamar atau di sofa sama saja bagiku sekali aku meminum obat.”
Deokseon melihat obat-obatan Taek. Ia duduk di samping Taek. “Kau minum banyak obat belakangan ini?”
Taek mengangguk. “Tubuhku sudah terbiasa.”
Ya, jika kau meminum terlalu banyak, kau bisa berakhir tidur sambil berjalan di malam hari. Bagaimana kalau itu benar-benar terjadi?” tanya Deokseon khawatir.
Ya. Belum seburuk itu,” tampik Taek. Ia tertawa ringkas. “Kau tak pernah tahu. Kau harus yakin mengunci pintumu malam ini. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan sekali aku meminum obatku.”
Deokseon ikut tertawa. “Kenapa? Apa kau akan menciumku lagi?”
Moment of silence...
Taek urung menyobek kertas obatnya.
Deokseon terhenyak. Ia menyadari apa yang baru saja diucapkannya. Ia salah tingkah.
“Jadi... itu bukan mimpi...” lirih Taek. Ia memandang Deokseon. “Kenapa kau berbohong?”
“Aku takut,” kata Deokseon tanpa menatap langsung Taek. “Kita adalah teman. Bagaimana jika kita merasa canggung satu sama lain?”
Air mata Taek jatuh. Sooooo emotionalã… .ã… 
“Jika kita menjadi canggung, aku tak bisa membayangkan itu,” Deokseon melanjutkan.  Taek meletakkan kembali bungkusan obatnya.
“Bagaimana dengan sekarang?” tanya Taek. Matanya memerah.
“Sekarang pun akan terasa canggung juga. Tapi...”
Deokseon tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Taek dengan cepat membungkam bibirnya dengan....
#NowPlaying Byun Jin Sub-Back to Me Again
Ih kok gelap—BWAHAHAHA
Sunwoo dan Taek sama aja, enam tahun dipendam hasilnya nyeremin ã…‹ã…‹ã…‹Tapi-nya Deokseon bisa diterjemahkan menjadi banyak persepsi. Ini menurutku. Kalimat Deokseon yang dipotong ciuman Taek mungkin saja berisi keputusan yang sudah diambil Deokseon terkait hubungan mereka berdua. Kita tahu kan bagaimana karakter Deokseon? Masih ingat lontaran kalimatnya sewaktu ia menemani Taek di Shanghai? Terkait Baduk etiket—jika kau senang kenapa harus kau sembunyikan? Apa salahnya menampakkan kalau kita sedang bahagia? Kurang lebih seperti itu. Deokseon menyukai Taek, hubungan mereka mungkin akan menjadi canggung setelah ia jujur mengenai ciuman itu—yang bukan mimpi—tapi ia tak bisa berbuat apa-apa agar bisa menekan rasa sukanya. Klausula ‘canggung’, akan terjadi bila Taek tidak memiliki perasaan yang sama seperti Deokseon—jika dan hanya jika ia tak menyukai Deokseon. Kalau sama-sama suka, mana ada itu canggunng-canggung segala? Jadi menurutku, lanjutan kalimat Deokseon bisa saja utaran mengenai perasaannya yang sesungguhnya pada Taek.
Kenapa Taek tak menunggu gadis itu menyelesaikan kalimatnya? Tanpa diucapkan, ia sudah tahu. Ia hanya butuh mengonfirmasinya sekali lagi. Hasilnya? Deokseon memberikan reaksi pada ciumannya. What a perfect couple they are! *korek-korek tanah sambil nyanyi Lonely-nya B1A4* ã… .ã… 
Taek jago flirting juga. Coba kalau dia tidak menggoda Deokseon soal kunci pintu, Deokseon tidak akan keceplosan. Timing, ciiiiin LOL
Kembali ke tahun 2016. Dua kursi yang diduduki Deokseon dan Taek masih kosong. Masih sementara berunding sepertinya ã…‹ã…‹ã…‹ hanya suara mereka yang terdengar.
Deokseon : Ya! Bagaimana bisa kau bilang 1989?
Taek : Tapi bukankah benar tahun 1989?
Deokseon : Aku masih kelas 3 SMA waktu itu.
Taek : Ah, benar kau masih sekolah. Aku tak ingat karena aku tak sekolah dulu. Memangnya apa salahnya kalau kau masih kelas tiga? *aku ngakak caranya bertanya, kepolosannya Taek bangettt*
Deokseon : Kau public figure! Aku yakin orang-orang akan menyukainya jika mereka tahu ciuman pertamamu saat SMA. Orang menyebutmu Buddha stone...
Taek : Haruskah kita meminta mereka agar menghapus bagian ini?
Deokseon : Bagaimana bisa kau melakukan itu? Kau akan terlihat semakin buruk. Kita minta pada mereka untuk mengulangi bagian tadi, ok? Aku akan bicara pada mereka.
Taek : Ok.
HAHAHAHA
Flashback ke first kiss mereka di tahun 1989. Yang dikira Taek hanya mimpi. Deokseon tak meninggalkan kamar Taek seperti yang diminta Taek sebelum jatuh tertidur. Ia berdiri agak lama, ditatapnya Taek. Deokseon lalu duduk tak jauh dari tempat Taek baring. Matanya semakin lama semakin terasa berat. Deokseon ikut tertidur, tepat di depan Taek. 
Ketika Taek membuka mata—masih di bawah pengaruh obat, ia tak percaya melihat wajah Deokseon. Apa yang tidak terlihat di episode 17, kini diperlihatkan.
Deokseon memberikan reaksi kecil pada genggaman tangan Taek—jika ini diperlihatkan di episode 17, kita semua akan sangat yakin ini bukan mimpi. Spekulasi itu tidak akan pernah ada. Shin Won Ho super-duper detail ã… .ã… 
Hidden scene lainnya, malam usai dicium Taek, Deokseon tak bisa tidur. Ia gelisah. Bolak-balik di tempat tidurnya. 
Di kala Taek menikmati susunya di keesokan paginya, Deokseon grasa-grusu di depan gerbang. Sibuk memikirkan bagaimana cara menyapa Taek agar ia tak terlihat gugup. Sapaannya macam-macam. Mulai dari Hai, Annyeong, Good Morniing... ã…‹ã…‹ã…‹
Deokseon keluar gerbang, Taek melihatnya. Ia bertanya semalam kapan Deokseon pulang ke rumahnya?
“Aku? Aku pulang setelah kau bilang kau mau tidur. Kenapa?”
Taek mengangguk.
“Kenapa? Kau bermimpi sesuatu?”
“Ya.” Taek tampak berpikir. “Syukurlah.”
Taek luput melihat reaksi kelegaan yang sama dari Deokseon, gadis itu menghembuskan napas pelan. Sangat pelan.
“Apa itu? Apakah aku muncul dalam mimpimu? Mimpi macam apa itu?”
“Bukan apa-apa. Sesuatu yang tidak masuk akal. Kau tak perlu memikirkannya.,” cetus Taek.
Obrolan ringan mereka berlanjut soal Dong Ryong. Ketika Deokseon membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Taek, Deokseon berkali-kali menarik napas panjang lalu mengembuskannya secara secara konstan.
Aku rasa, awkward yang dimaksud Deokseon bermula dari sini. Ia sendiri tak yakin jika Taek menciumnya karena laki-laki itu menyukainya atau ia melakukannya akibat pengaruh obat. Belum lagi komentar Taek keesokan paginya—‘syukurlah’ dan ‘kau tak perlu memikirkannya’ sudah cukup bagi Deokseon untuk menyimpulkan—ciuman itu tak berarti apa-apa bagi Taek.
Deokseon masih teringat sensasi yang ditinggalkan usai long kiss yang diberikan Taek. Kontras sekali dengan apa yang terjadi di tahun 1989, karena kali ini mereka melakukannya scara sadar ã…‹ã…‹ã…‹ Deokseon sumringah. Ia menggelepar bahagia di atas ranjang hingga nyaris membangunkan Senior eonni.
Taek tidur pulas, ia tak menyentuh obat tidurnya. It must be... the power of loooooooooove! ã…‹ã…‹ã…‹
=Coming soon Part 2=

Alamaaaaaak! 25 halaman Ms word untuk part 1 ã…‹ã…‹ã…‹ Ini rekor terpanjang sinopsis yang saya tulis, satu episode saja termasuk part 2 tidak pernah sepanjang ini.
Satu hal yang saya pelajari dari skrip Reply 1988, scene satu dan lainnya ibarat foreshadow. Berkaitan. Tak ada satu pun scene yang terbuang percuma. Ia ada karena satu alasan, yang cepat atau lambat akan kautemukan jawabannya. Dengan mengantongi ini, coba rewatch mulai episode 1 dan perhatikan detail demi detail di drama ini. Saya jamin kamu akan terperangah.
Yang paling unik dari couple di drama ini, tak ada satu pun yang sama packaging-nya. Semua punya keunikan masing-masing yang—barangkali tak akan kita jumpai di drama-drama mainstream. Jika kau sedang kebingungan mencari tipe ideal, bacalah karakter-karakter sederhana di Reply 1988, mungkin akan sedikit memberimu pencerahan.
Ketika kau jatuh cinta di usia belasan, kau cukup yakin dan percaya diri dengan perasaanmu, namun seiring berjalannya waktu kau akan sadar—cinta yang kau cari bukan cinta ala remaja belasan yang menawarkan jutaan fatamorgana. Belajarlah dari Kim Sajang dan Ra Mi Ran, Lee Il Hwa dan Sung Dong Il, Choi Moo Sung dan Sunyoung, Jungbong dan Man Ok, Sunwoo dan Bora, juga Taek dan Deokseon. Cinta mereka hangat tapi tak membakar. Apa adanya dan jujur. ã… .ã… 
Berat sekali bagi saya menulis dua sinopsis episode terakhir Reply 1988—bukan karena kesibukan yang mencekik—tapi karena kesedihan yang selalu saya rasakan setiap kali menonton dua episode ini. Beberapa kali saya gagal menulis paragraf pertama karena keburu nangis. Drama ini bagus sekali. Takarannya tak ada yang berlebihan—dipikir-pikir lagi, husband hunt tidak sengaja dibikin berkepanjangan oleh Shin PD dan Lee Woo Jung-nim. Memang sudah seperti itu adanya.
Jangan menonton pake kacamata bias. Nanti bisa nyasar... dan kebencian yang kamu tanam akan semakin subur. Dan akhirnya kamu lupa jalan pulang. Hidup terlalu ringkas untuk disesaki dengan segala macam kebencian.
***
Reply 1988 juga membawa cinta yang hangat untuk saya sebagai Blogger. Saya terharu melihat teman-teman yang sangat rajin meninggalkan komentar di blog Majimak Sarang—juga mereka yang menjadi silent reader. Banyak sekali yang belum/tidak saya balas komentarnya. Bukan karena saya sombong atau malas membalasnya. Sungguh, bukan karena alasan-alasan itu. Saya sering terlambat mengecek blog, giliran saya buka dan baca komennya buanyaaak sekali, saya jadi bingung sendiri mau jawab yang mana ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹ 
Ketika saya punya kesempatan membuka blog di ponsel, saya mengalami kesulitan untuk membalas komentar padahal sebelum-sebelumnya bisa ã… .ã…    
saya senang baca komentar di sini. Jangan pada kapok yaaah ^^    
Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih. ã… .ã… 

P.s : Komentar keseluruhan untuk episode 19 akan saya posting setelah part dua selesai ^^ Mohon dengan sangat, sinopsis ini jangan di-copas yah? Hargai kerja keras penulis ã… .ã… 

34 comments:

  1. setelah dibaca-baca gaya penulisan sinopsis kaka mirip dee kutudrama ya,

    paling ngakak waktu baca kalimat "taek dan sun woo sama aja 6 tahun dipendem hasilnya nyeremin" aku berasa lucu aja bacanya haha

    eh itu teaser yof yg baru udah keluar,mas pilot sama bogum keliatan mesra kontras sekali perbedaannya dengan para shipper-shippernya yg malah kebalikannya,semoga setelah yof tayang suasana yg memanas bisa mendingin kembali~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oya? Mirip ya, Nis? :D

      Wakakaka emang iya kan? Dua sodara ini kompak banget reuni sama kopel masing-masing pake k**s
      Asal nyerobot pulak ckck semangat benerrrr *eh*

      Aku udah liat teasernya, Nis. Aku juga ngarepnya dua shipper ini bisa damai. Hhhhhh. Tapi untuk si Mas, aku tetap pada pendirian. Gak akan ambil pusing atau ngasih perhatian. Biasa aja, benci gak suka juga gak. Ngalir aja.

      Delete
    2. iya mirip,
      mirip bagian ngelawaknya haha

      iya sih tapi tambahan kata-kata "nyereminnya" itu lho lucu kalo menurut aku kenapa ga diganti sama kata ganas aja ka bagus juga tu kayanya kalo diganti jadi kata ganas sinonimnya nyeremin~

      aku kaget waktu liat teasernya masa pakai acara saling cium pipi segala itu skrip apa beneran ya? *keinget mubank yg pake skrip*

      atau mungkin cowo-cowo di korea sana biasa aja kali ya kaya begitu satu sama lain kulturnya beda kali ya sama disini,terus terang waktu liat mereka begitu aku langsung agak jijay dikit sih+mulai mikir yg aneh-aneh sebentar hihi *emang pada dasarnya suka negative thinking sih otakku*

      oh gitu ka,aku cuma mau bilangin ka kayanya mas pilot itu diem-diem mengagumi park bo gum alias ngefens gitu abis akhir-akhir ini dia kaya sering niru-niru gaya baju,cara bicara,pose sama ekpresinya bogum gitu ka lucu aja ngeliat dia begitu kaya bukan jadi dirinya sendiri aja,

      25 halaman ka? Daebak!!
      udah kaya bikin makalah ya,nah ini nih penyebabnya aku males bikin blog apalagi bikin sinopsis,untuk membuat sinopsis yg bagus dan detail sejenis kaka dibutuhkan konsentrasi yg lebih tinggi daripada ketika menonton dramanya menulis beda sama menonton,kalo nulis sinopsis kita seperti disuruh menceritakan kembali isi dari drama yang sudah kita tonton makanya aku lebih suka baca terus ninggalin komentar jadi deh hha

      pasti nyesek banget ya kalo kita udah cape ngetik panjang-panjang terus ada yg seenaknya copy paste hasil kerja kita,yaya aku mengerti perasaan kaka. .

      ditunggu ka part 2nya
      semangat terus nulisnya ^^

      Delete
    3. Kkkk Bogum kan anak bungsuuuu trus jarak usia dia sama kakak-kakaknya jauhhhh banget, menurutku wajar kok dia kayak gitu. Udah nonton YoF Laos kan? mirip-mirip bromance nya HAHAHA
      You can trust Na PD and Team, mereka gak fake. Apa adanya makanya ga dibuat-buat makanya aku suka semua VS yang timnya Na PD+Shin PD dan Lee Woo Jung.

      Aku trauma banget jaman IRIS 2 pas tau sinopsisku dicopas. Gak gampang bikin sinopsis. Butuh waktu luaaang untuk nulis dan bikin pics-nya T______T belum lagi ngumpulin mood-nya....

      Aku salut banget sama blogger yang nulis sinopsis karena aku tau prosesnya.

      Delete
    4. iya sih,udah di yof laos juga begitu bromancenya cuma akunya belum terbiasa aja kali ngeliat mereka begitu makanya ngerasa aneh haha

      dulu itu emang lagi marak-maraknya copas-copasan sekarang masih atau ngga ga tau,aku biasanya kalo nonton drama nonton dulu habis itu baru baca sinopsisnya atau dibalik aturannya baca sinopsis dulu baru nonton supaya lebih afdol~

      Delete
    5. Hahahaha....ntn teaser yof itu sedih campur seneng...sedih liat kontradiksi hub bogum rjy yg sweet banget sm hub fans keduanya yg panas,what an irony???....seneng liat mrk enjoy the trip(aku sendiri blm prnh ntn yof,to kata org2 yg sbnrnya terjadi mrk bkl menderita..iya gk sih??)....apalagi bromance rjy-bogummie suka banget...wajar aja sih mrk cium pipi kayaknya budaya mrk mmg begitu...gk sungkan untuk ungkapin sayang...d running man jg sering aku liat pr member cium pipi..itu karena mrk anggap hub udah kaya saudara scra udah 7th mrk brsma...makanya aku kaget sm ciuman rjy bogum aku ngeliatnya kedekatan mrkbtu kayak member running man yg udah 7th....mungkin hub mrk mmg baik2 aja slm ini...ya iyalah baik fans aja yg terlalu rempong....pokoknya aku gk sabar nunggu F4 yof....

      Delete
    6. iya kali ya budaya mereka emang begitu kalo disini pasti udah dikira orang macem-macem tapi kalo disana kesannya biasa aja sama kaya adegan ciuman disana kalo ga ada kissing scene dalam drama mereka berasa ada yg kurang kalo disini ada adegan model begitu bisa dipastikan bakal didemo sama FPI kultur budaya mereka lebih bebas dalam mengekspresikan perasaan sayang dan sejenis itu,

      ayo ditonton ka yg yof laos seru lho pemandangannya indah terus waktu mereka wisata kulineran ke pasar bikin ngiler yg ngeliat semua makanannya enak-enak semua~

      Delete
    7. Emang yof itu reality apa variety show sih...maklum aku ntnnya cm running man ajaa...harus tau kisi2 acara biar gk gagal paham waktu ntn dan bisa menikmati

      Delete
    8. aku sampe sekarang jujur masih ga tau apa bedanya variety sama reality ka,mungkin yof ini sejenis kaya return of superman gitu interaksinya beneran ga pake skrip,

      kalo mau baca sinopsisnya bisa di blog ini ka yof iceland :

      http://difaulhusna.blogspot.co.id/2016/01/youth-over-flowers-episode-1-part-1.html

      Delete
    9. Assalamualaiku,mba zee salam kenal ya.mungkin sangat terlambat bagi saya soal drama ini,krn dulu pas liat judulnya saya ga tertarik krn ku pikir jadul..tp ternyata sebulan lalu pas saya tonton epi 1..wow..dan ini lagi nonton ulang.heheheh.mba zee,mau tanya boleh? Apakah di blog ini hanya nulis sinopsis 19 dan 20 saja? Krn sembari nntn saya buka2 sinopsis di blok lain isinya ga sesuai harapan saya..dan sinopsisnya karam di epi 18..jujur saja ketika saya menemukan blog ini saya suka saya suka,sampe2 yg berbau 1988 saya baca terus...makasih dan maaf atas keterlambatan berkomentar saya.salam kenal..#teamtaeki

      Delete
    10. Assalamualaiku,mba zee salam kenal ya.mungkin sangat terlambat bagi saya soal drama ini,krn dulu pas liat judulnya saya ga tertarik krn ku pikir jadul..tp ternyata sebulan lalu pas saya tonton epi 1..wow..dan ini lagi nonton ulang.heheheh.mba zee,mau tanya boleh? Apakah di blog ini hanya nulis sinopsis 19 dan 20 saja? Krn sembari nntn saya buka2 sinopsis di blok lain isinya ga sesuai harapan saya..dan sinopsisnya karam di epi 18..jujur saja ketika saya menemukan blog ini saya suka saya suka,sampe2 yg berbau 1988 saya baca terus...makasih dan maaf atas keterlambatan berkomentar saya.salam kenal..#teamtaeki

      Delete
  2. mbaaakkk aku sukaaa!! aku sampai ngakak malam2 *ehh pagi deng*
    waenyol!! ditunggu mbak lanjutannya dan tulisan mbak hahaha i love youuu!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. I love you too, Ay ^^
      Gomawo~yo...

      Delete
    2. haha
      sama ayu aku juga ngakak ketawa-ketiwi malem-malem sendirian efek baca sinopsis kaka dari awal sampai akhir lucu suka deh bacanya,aku jadi mikir pasti seru ya kalo kaka nulis sinopsisnya sejak dari episode 1 sewaktu dramanya masih tayang jadi kita ga perlu baca di blog sebelah terus nyesek sendiri karna tulisan kaka sepertinya netral dan aku merasa seperti itu meskipun kaka berada di pihak taek tapi pasti kaka ga akan memojokkan karakter mas pilot juga dalam artian lain nulis sinopsisnya ga akan timpang sebelah nulis karna melihat 1 sisi saja tanpa mempertimbangkan sisi lainnya *ceritana lagi berandai-andai gimana jadinya kalo kaka bikin sinopsi dari episode 1*

      tapi yg namanya nulis juga butuh suasana hati yg bagus apalagi kalo buat drama dengan durasi sepanjang reply ini dan yg namanya penulis/blogger walaupun suka nulis dan kerjaannya nulis pasti juga ada saatnya males nulis belum lagi kalo ditambah ada kesibukan di real life,jadi aku mengerti ka kenapa kaka ga bikin sinopsisnya sejak dramanya tayang. .

      Delete
  3. ka ada yg mau aku tanyain,aku masih belum ngerti kenapa taek nangis waktu adegan hotel kenapa dan mengapa kalo menutur kaka?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beberapa kemungkinan :
      1. Akumulasi kesedihan yang disimpan Taek sejak 1989, ia merindukan Deokseon selama itu. Kita gak pernah tau apa yang akan terjadi andai saja Deokseon jujur mengenai k**s itu di tahun 1989. Apa yang akan dilakukan Taek? Entahlah. Taek menyukai Deokseon, Deokseon menyukai Taek--tapi di antara mereka ada Junghwan. Di usia 18 tahun cara menangani masalah sangat berbeda ketika seseorang sudah beranjak menuju kedewasaan bersama pengalaman hidup.

      Mungkin jeda 5 tahun adalah pilihan yang tepat bagi masing-masing hati.

      2. Andai tak ada kebohongan Taek ke Junghwan, Junghwan ke Deokseon dan Taek, serta Deokseon ke Taek... Andai mereka tak saling menyimpan apa yang di hati, andai atas nama persahabatann mereka saling terbuka...
      Mungkin ini yang ada di benak Taek.

      Tapi mereka masih terlalu muda kala itu untuk memahami ini....

      Delete
    2. makasih ka atas penjelasannya :)

      serius sekarang aku ngakak setelah terbitnya teaser yof terbaru lahirlah thread shipper baru di soompi juga yang bernama "Yeolgum (jun yeol-bogum)" alhamdulillah yah suasana sepertinya sudah mulai agak mendingin berkat ide gila Na Pd nyulik anak-anak sangmundong~

      Delete
    3. iy nisa, liat bogum sama junyeol akrab bgt

      Delete
  4. horeeee......... ep 19 dan 20 dibuat sinopsisnya.... gomawo....

    ReplyDelete
  5. Wuaaaa....mantap sinopnya keren bingit...
    Iya nih...sukak banget sm candaan2 mb.azz di tengah2 sinop mengingatkan blog dee kutudrama... blog fav aku pas jaman do min joon

    Knp taek nangis aku jg bingung awalnya..tp kalo d pikir menurutq dia sedih karena slm ini menyimpan perasaan ke ds dan kebohongan ke jh dan membuat sedih semuanya(ya wajar ya persahabatan mrk slm 20th dan usia msh muda)spt jh blg berhenti membuat semua menderita...sedih ternyata ds juga menderita memendam perasaan yg sm slm ini...

    Makasih banget udah buat 2 sinop terakhir....spt aku blg sebelumnya aku salut sm mb azz sbg pemilik blog karena gk gampang bkn sinop bisa seharian untuk durasi 1jam apalagi r88 yg hampir 2jam slotnya....aku dulu jg sempet bikin blog dan buat sinop tp gk kuat merawatnya nyita waktu banget...pasti mb.azz punya manajemen waktu yg bagus jd bs berkarya disini...mantap pokkoke...ini aku kasih hadiah pigura foto aku berdua sm bogummy dg senyumannya yg paling manis...hehehehee...kok bisa ya ni bocah cute banget...

    ReplyDelete
  6. Terima kasihmbak sinopsisnya...akhirnyaaaaaa... setelah selama ini hanya meraba2 bagaimana kelanjutan ep 19 & 20 efek blog tetangga yg mogok nulis...dtunggu lnjutannya...semangatttttttt!!!!!

    ReplyDelete
  7. wah akhirnya ada postingan sinopsis juga dari kakak.. aku seneng banget bisa baca sinopsis episode 19, soal-nya ini episode favorit aku. hehe... saluut sama kak azz yang berhasil membuat sinopsis episode 19 part 1 ini dengan 'detail' dan 'balance' seperti dramanya..
    scene 2016 di episode ini sukses bikin aku senyum senyum sendiri karena ulah 'sinabro couple' yang memang mengagumkan sekali.. bener banget kak, salah satu faktor yang membuat aku suka karakter taek adalah 'ke-jeniusan-nya dan ke-efisienan-nya' hahahaha.. taek selalu tau diri dalam memposisikan sesuatu..
    selain itu salah satu yang aku suka dari episode ini adalah pendekatan yang dilakukan Lee Woo Jung dalam menyelesaikan masalah antar tokoh-nya menggunakan cara yang santun dan manusiawi..
    bora-sunwoo menyelesaikan permasalahan mereka dengan 'duduk bersama' berbicara empat mata mengenai nasib kelanjutan hubungan mereka yang berakhir dengan 'dangerous kiss' hehehe..
    taek-deoksun menyelesaikan 'kesalahpahaman' mereka dengan cara saling mengkonfirmasi perasaan masing-masing yang sudah lama dipendem dan berakhir dengan 'baduk kiss' hehehe..
    taek-junghwan pun memiliki cara yang elegan dalam menyelesaikan masalah mereka. seperti yang kak azz tulis face to face dan efisien..hehe
    aku suka sekali tulisan kakak di bagian ini
    ...tak peduli betapa besar kamu menginginkan sesuatu namun bila belum saatnya, tak akan terjadi apapun. jika kamu tetap memaksa, kau hanya akan menyakiti hatimu sendiri-karena hasil yang kau dapat tak seperti yang kau inginkan atau lebih buruknya kau tak mendapatkan apa-apa. di sisi lain ada banyak hal di dunia ini yang tetap tidak bisa kita miliki sekeras apapun kita berusaha, apalagi yang tidak diusahakan sekeras mungkin atau bahkan tanpa usaha..
    hal ini menjadi pengingat buat aku agar bisa menjadi pribadi yang lebih bisa menghargai waktu dan senantiasa terus bekerja keras dalam menghadapi pelajaran hidup serta senantiasa bersyukur dengan nikmat dan karunia yang diberikan allah..

    terima kasih banyak kak azz yang sudah meluangkan waktu-nya dalam membuat sinopsis ini..
    ditunggu kelanjutan sinopsis part 2-nya...
    sukses selalu untuk kakak..

    ReplyDelete
  8. Akhirnyaaaa episode 19 keluar jugaaa. Serunya baca sinopsis tuh pikiran penulis dan pembaca samaa jadi ngehibur sendirii hhaha :D maaf yaa selama ini cuma jadi silent reader ga pernah comment tapi dari awal aku nonton reply ngikutin mulu postingan disini jarang banget ada blog team suntaek seneng banget nemu blog iniii !!! Kalo ada postingan suntaek dari soompi tolong post yaa ke blog ini kaa aku ga terlalu ngerti soompi tuh gimana hhaha :'D aku juga suka bacain commentan yg lain kok disini hhehe ku kira teamtaek langka huhuhu ternyata lumayan jugaa

    ReplyDelete
  9. Bolak balik...nungguin part 2 ga sabar.. ga sabar baca komentar mba azz yang terselip di antara sinopsis..hee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabar ya mba part 2 paling diposting tengah malem atau besok. Soalnya ka azz lg banyak keperluan. Yg ep 20 jg ga janji diposting cepet :)

      #mewakili ka azz hehe

      Delete
    2. Sabar ya mba part 2 paling diposting tengah malem atau besok. Soalnya ka azz lg banyak keperluan. Yg ep 20 jg ga janji diposting cepet :)

      #mewakili ka azz hehe

      Delete
  10. Annyeong team taek ^^ cielah drama udah lama kelar juga masih sebut team2an hihi...
    Selama ini selalu jadi silent reader, tapi sinopsis dari kakak membuka hatiku hehe, salam kenal kak saya sani pembaca setia blog kakak, andaikan tidak telat menemukan blog ini saat drama reply 1988 sedang on going, mungkin aku ga bakal tersesat di blog tetangga yang garis keras team mas pilot (ehem) sehingga makan hati sendiri setiap bacanya, aku suka sinopsis ini dan sudut pandang kakak yang kata-katanya kadang bikin geli atau bikin merasa "wah ini sebenarnya yang ingin di sampaikan", intinya aku suka cara kakak merangkai kata terutama bagian "Cinta yang menghangatkan tapi tak membakar, apa adanya dan jujur" di tunggu setiap postingan barunya kak ^^

    ReplyDelete
  11. @Melia sipp...makasih mba info nya


    Untuk team taek...aku baca di twitter kalo team sebelah pada heboh mau menangin folling mas pilot x doek son di soompi...itu ada polling apa sebenarnya?? Maklum..saia ga terlalu ngerti mau baca soompi

    ReplyDelete
    Replies
    1. poling best couple di soompi,

      bagi yang membaca ini dimohon partisipasinya untuk setidaknya dengan memberikan "like" terhadap postingan yg dikirim oleh para tim taek di soompi,bikin akun di soompi gampang bisa lewat facebook atau twitter dimohon partisipasinya bagi yg rajin tapi kalau tidak juga no problem haha

      menang atau kalah itu bukan masalah karna pada intinya kita sudah menang duluan hanya saja jika melihat "tekad membaranya tim tetangga untuk memenangkan poling" entah kenapa sayanya jadi gimana gitu tadi saya udah ngelike postingannya di soompi

      ini link polingnya :
      http://forums.soompi.com/en/topic/382978-registration-discussion-soompiers-in-paradise-shippers-contest-2016/#comment-19545841

      tambahan unek-unek hati sedikit : cuma bisa garuk-garuk kepala ngeliat kelakuan tim sebelah habis interview di entertainment weekly hari sabtu kemarin hatersnya si hyeri bertambah cuma karna dia bilang "nampyeonku alias suamiku park bo gum" sekarang siapa yg bermental bocah coba --

      ah sudahlah memang begitu adanya lalala. . .

      Delete
    2. Haters gonna be hatters..psiko gonna be psiko....biarlah orang2 yg waras aja yg jd fans hyeri....toh masih banyak orang yg berpikiran terbuka diluar sana....walaupun diserbu dg fans2 yg ababil dan childish....aku yakin bannget para haterrs itu usianya remajaan...atau usia dewasa tp mental remaja alias childish.....

      Hahahahaa....nampaknya hyeri masih kesemsem sm taek apa bogum nih...udah bbrp kali sebut2 terus d interview....org gk waras aja yg msh ship di dg mas itu....liat fakta aja lah jgn hidup dlm dunia khayalan...

      Delete
    3. ada fansnya si mas pilot itu cewe yg umurnya 35 tahun udah punya anak 2 ka tapi anehnya dia lebay banget gitu ka katanya sehabis baca interviewnya hyeri dia langsung nangis dan kebawa dalam mimpi gitu kesian sama si mas pilot terus parahnya lagi dia pake acara nyumpahin hyeri segala ka katanya semoga drama hyeri selanjutnya ga laku+semoga mas pilot dapet couple yg lebih cantik dari hyeri di drama selanjutnya beserta sumpah serapah lainnya yg ditujukan ke hyeri

      geleng-geleng kepala aku liatnya ka aku yg ngefans bogum aja ga sampe segila itu reaksinya,ternyata umur itu ga bisa mengukur tingkat kedewasaan seseorang --

      Delete
    4. Aku kurang ngerti klo buka soompi..ikut mndoakan aja supaya menang..

      Delete
  12. Makasih sinopsisnya..
    Kyknya gw udh g normal gara ni drama. Hbs nangis, ketawa, nangis lg, meraung2, ketawa lg..
    Seneng bngt nemu blog ini..
    Gila ni si taeki, hanya satuuuuu tetes air mata dia jtuh, udh bikin lutut hati Pikiran gw lemes..
    Mnrt gw alasan taeki (ma gw) nangis adalah "knp dia br tw kiss itu bkn mimpi stlh 5 taun brll?" seandainya dia tw mngkn dia udh action 5 taun yg lalu, tdk lari ke obat2n hanya untk bs tdur nyenyak. Dan deoksun seandainya dia tw cewek akan ditembak taeki itu dia. Psti g prlu nunggu hubby hunting game over di ep 19..
    Ahhh i loveeeee this drama

    ReplyDelete

Haiii, salam kenal ya. 😊