[no pics, kuota sekarat dan saya berniat hiatus sekira dua bulan-an dari sekarang makanya ga ngisi paket internet dulu. Harap maklum yaaaaa]

Friendly reminder : Jika kamu fans berat drama ini, kamu (mungkin) tidak akan menyukai tulisan saya di bawah ini.
So cheesy.
Masih lekat diingatan saya di tahun 2013 ketika The Heirs tayang, banyak K-netz yang berkomentar seperti di atas. Tapi yang terjadi kemudian, setelah Secret Love tamat, The Heirs melompat ke posisi pertama dalam perolehan rating. Ah, they can’t help but love. Hal yang serupa  kini terjadi pula drama Kim Eun Suk yang lain, Descendants of The Sun. Setelah episode plot ditayangkan, saya menemukan reaksi dan komentar yang lebih kurang mirip seperti The Heirs.
Cheesy.
Descendants of The Sun telah selesai masa penayangannya—tamat—di KBS pada timeslot Rabu-Kamis. Drama ini mengambil dua profesi sebagai sentral cerita yakni dokter dan prajurit/tentara yang dibalut beberapa kisah cinta serta intrik lain yang berkaitan dengan profesi para pemerannya. Pertemuan perdana Kapten Yoo Shi Jin dan dokter Kang Mo Yeon terjadi di rumah sakit. Berawal dari sebuah kesalahpahaman lalu berlanjut hubungan pendek antara dokter dan pasien hingga akhirnya Kapten Yoo mulai melakukan pendekatan pelan-pelan pada Dokter Kang. Tak semua yang kita inginkan bisa menjadi kenyataan, demikian pula yang terjadi pada Kapten Yoo dan Dokter Kang. Perbedaan profesi dan sudut pandang menciptakan jurang lebar yang tidak memungkinkan bagi keduanya untuk menjalin hubungan sebagai kekasih.
Benarkah? Sepertinya jauh sebelum mereka menyadari, benang takdir sudah merentangkan diri, menjangkau Kapten Yoo dan Dokter Yoo dalam satu rangkulan. Perpisahan yang terjadi di antara mereka—mau atau tidak, justeru semakin mendekatkan  perasaan mereka satu sama lain. Bukankah cinta, selalu bekerja dengan cara yang mengejutkan?
Selain Kapten Yoo-Dokter Kang, ada pula kisah cinta lain yang tidak kalah seru-nya yakni antara Dokter Yoon Myeong Joo dan Sersan Seo Dae Yeong. Satu-satunya yang menghalangi cinta mereka hanya restu dari ayah Dokter Yoon yang merupakan seorang jenderal tentara. Piuh. Pasang surut (baca; putus nyambung) hubungan Dokter Yoon-Sersan Seo itu sama sekali tidak mengkhawatirkan. Kenapa? Karena perasaan sayang keduanya sama besarnya. Melepaskan berarti luka. Ini jelas bukan soal siapa yang lebih berani berkorban atau seberapa besar pengorbanan Dokter Yoon atau Sersan Seo. Tidak ada itu yang namanya bahagia, bila tanpa kehadiran satu sama lain. Hanya soal waktu saja, ayah Yoon Myeong Joo akan merelakan puteri satu-satunya dicintai Seo Dae Yeongmantan preman yang kini menjadi salah satu kebanggaan pasukan khusus Alpha Team. So, persoalannya lebih menitikberatkan pada seberapa sabar Seo Dae Yeong meyakinkan ayah Dokter Yoon juga hatinya sendiri bahwa tak ada yang lebih tepat mendampingi Dokter Yoon selain dirinya. Aih, saya senang melihat bagaimana Seo Dae Yeong berproses dari seorang pria yang pengecut menjadi pria yang bertanggungjawab—berani menggenggam tangan gadis yang dicintainya meski itu berarti dia akan berhadapan seorang jenderal ㅋㅋㅋㅋ. Ibarat kata, disuruh mindahin gunung juga dia hayuk ajaaah HAHAHAHA.
Saya pernah membaca—saya lupa di mana—kalau genre drama ini adalah melo-drama. Usai menamatkan 16 episode, saya 100% meragukan itu. Jika saya membagikan sub-genre Descendants of The Sun ke dalam bentuk presentase. Maka hasilnya kurang lebih akan seperti ini :
 PPL (41%), Romance (18%), comedy (37%) dan medical-action masing-masing proporsinya 2%.
Makanya saya kebingungan sendiri karena sepanjang menonton dramanya, saya malah lebih banyak ngakaknya. Satu-satunya yang bikin mata saya berkaca-kaca—tidak sampai menangis—hanya saat Mo Yeon menemui Myeong Joo untuk mengonfirmasi kebenaran berita kematian Yoo Shi Jin dan Seo Dae Yeong. Itu saja. Selebihnya, saya ketawa bahkan sampe ngakak ngeliat tingkah konyol Yoo Shi Jin dan Kang Mo Yeon.
Mungkinkah Kim Eun Suk sengaja mengemas drama yang sebenarnya mengangkat dua profesi serius ini menjadi satu tontonan ringan yang kemudian membuat banyak mata betah hingga akhir? Hanya Kim Eun Suk yang tahu jawabannya. Tak lupa pula saya menyinggung kehadiran iklan (PPL) yang memenuhi Descendants of The Sun. Awalnya saya tak terlalu menaruh perhatian, namun makin jauh episodenya kok kehadiran iklannya semakin menjadi-jadi ya? Saya sampai punya pikiran, scene-scene di drama ini tak lebih hanya berupa potongan-potongan iklan. Saya juga tidak bisa menyalahkan tim produksinya. Drama ini melakukan syuting terlebih dahulu dan ditayangkan belakangan, butuh dana besar—mungkin ini alasan kenapa banyak iklan bertebaran. Semacam nyari sponsor banyak-banyak demi keperluan syuting duluan. Pemilik iklan membayar sejumlah uang dan timbal baliknya, iklan tersebut masuk dalam drama. Saya pun teringat salah satu adegan dari drama King of Dramas yang dibintangi Choi Siwon. Terjadi konflik antara sang penulis—tokoh utama di drama itu, produser dan si pemilik iklan. Pemilik iklan menuntut item miliknya harus muncul dua kali dalam drama. Penulis terpaksa muter otak nyari celah untuk memasukkan item tersebut. Pokoknya ribet deh. Saya seolah bisa membayangkan betapa rempongnya Kim Eun Suk dan team membuat scene yang bisa klop dengan tagline iklannya HAHAHAHA. Yang paling melegakan, drama ini populer. KBS dan PH balik modal ㅋㅋㅋㅋㅋ
Storyline
Descendants of The Sun bukan sejenis drama yang ngajak mikir sampe puyeng seperti TEN atau Signal atau drama bertema spionase meski latar profesi yang diangkat adalah dokter dan prajurit/tentara. Ada pun isu-isu sensitif seperti nasionalisme, hubungan Korea Utara-Korea Selatan, hak paten obat-obatan yang dimunculkan dalam drama ini hanya dibahas sambil lalu—sebatas kulit luarnya saja namun tetap bisa menimbulkan satu sentakan kesadaran meski tak terlalu hebat. Sejak awal saya memang merasa kalau drama ini akan lebih banyak fokus pada benturan prinsip hidup serta prinsip kerja profesi masing-masing—dokter dan tentara yang pada perjalannya mengajak kita berkenalan lebih dekat dengan mereka. Entah mengapa saya lebih bisa memahami Yoo Shi Jin serta segala hal yang berhubungan dengan keprajuritannya ketimbang Kang Mo Yeon. Saya yang aslinya menyukai genre kedokteran sedikit pun tidak merasakan feel Song Hye Kyo sebagai dokter. Sepertinya ini soalnya bukan terletak pada akting, tetapi lebih kepada skripnya sendiri yang cenderung setengah-setengah. Em. Saya sulit membahasakan; ada kalanya saya bergumam dalam hati kalau Kang Mo Yeon terlalu cantik sebagai dokter. I mean, tolong jelaskan kepada saya kenapa dia masih bisa tampak rapi, dan cantik meski tinggal di Unit Gawat Darurat? Saya bertanya-tanya dan merasa takjub sendiri; kok bisa ya penampilannya tetap apik sebagai relawan kesehatan di Urk—daerah konflik itu? Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa seorang relawan/dokter harus terlihat berantakan. Ada ketidaklogisan di sini. Fiuh, bukankah saya sudah bilang begitu sulit menjelaskan kepada kamu mengenai ini? Ah, sudahlah....
Storyline Descendants of The Sun sangat predictable. Setelah melewati separuh dari jumlah keseluruhan episode secara tak sadar, nun di lama hati saya sudah punya keyakinan bahwa drama ini tak peduli betapa berat masalah yang muncul menerpa para karakternya—semuanya akan menemukan happy ending-nya msing-masing. Kim Eun Suk penyuka happy ending ㅋㅋㅋ. Sependek ingatan saya, belum ada drama Kim Eun Suk yang tokoh-tokoh utamanya di-almarhum-kan di ending cerita. Saya takut membayangkan apa yang akan terjadi pada Kim Eun Suk dan KBS andai misalnya, Yoo Shi Jin atau Seo Dae Yeon atau Yoon Myeong Joo mati. Mungkin reaksi yang muncul bisa lebih dari sekadar cerca sumpah serapah. Kecintaan fans pada Descendants of The Sun lebih mengerikan ketimbang efek husband hunt. Ratingnya aja hampir nembus 40%! Heol.
Secara keseluruhan, tak ada yang terlalu spesial dari storyline drama ini, kalau kata Dicta Eonni, drama yang benar-benar drama—anehnya, drama ini populer. Gem-nya tak lain tak bukan terletak pada Kapten Yoo Shi Jin. Kapan pun Kapten Yoo nongol saya selalu merasa bahagia HAHAHAHA.
Dan lagi, dialog-dialog di drama ini bagi saya sesuatu banget. Kadang menggelitik, lucu, sarkas, penuh parodi. Kim Eun Suk’s style.
Jika ada yang meminta saya menyebutkan satuuu saja alasan apa yang membuat saya memutuskan menonton Descendants of The Sun, maka saya akan menjawab begini :
Yoo Shi Jin.
Barangkali akan banyak dari kamu yang mencoba mematahkan pendapat saya ini, akan tetapi sepanjang 16 episode, saya merasa ruh drama ini terletak pada karakter yang diperankan dengan sangat baik oleh Song Joong Ki. . Tanpa Yoo Shi Jin, drama ini akan kehilangan Sun-nya. Saya tidak bermaksud mendiskreditkan Song Hye Kyo dan pemeran lainnya. Saya bisa membayangkan Descendants of The Sun tanpa Song Hye Kyo, Jin Goo atau Kim Ji Won, tapi tanpa Song Joong Ki? Saya tidak bisa.
Selama menonton, jujur saja saya tak terlalu ambil pusing atau mengharap ada atau tidak ada scene lovey-dovey Shi Jin-Mo Yeon di tiap episode, lucu sekali karena saya lebih menantikan dialog-dialog Shi Jin-Dae Yeong atau Shi Jin dan pemeran lainnya—yang menampilkan sisi humoris kapten kece ini. Tampang poker face Seo Dae Yeong ketemu paras sok innocent Yoo Shi Jin—pas banget bromance satu ini. Oh ya, apakah ini hanya perasaan saya saja? Alih-alih menghadirkan romantisme wanita dan pria dewasa (uhuks... if you know what I mean kkkkk), Descendants of The Sun lebih memilih menerjemahkan hubungan asmara para tokohnya ke jalur yang lebih mature dan sarat komedi. Gak ada tuh romantisme lebay yang bikin saya mrangas-mringis gak nyaman dan saya pun betah.
Chemistry dan Akting
Saya rasa tidak ada yang perlu dikritik jika itu menyangkut chemistry antar karakater-karakter di drama ini. Mulai dari karakter utama hingga ke supporting cast-nya, seluruhnya bisa bekerja sama dengan apik. Aman. Ah, untuk divisi akting, saya terpaksa men-skip scene yang menampilkan Lee Chi Hoon dan Bleki, juga scene Lee Chi Hoon yang menangis. Hm. Kali ini saya tak bisa memastikan apakah keengganan saya menonton adegan-adegan tersebut dikarenakan naskahnya yang menurut saya cringeworthy atau karena akting pemerannya yang lebay?—maaf. Jangan karena komentar saya ini, lantas fans-fans Onew menuding saya sebagai antis. Itu sangat kekanakkan. ☺
Oh, hampir lupa rata-rata scene di Urk yang diisi pemeran luar—minus Kapten Agus—bikin saya menyeringai lucu. Terlalu kaku bagi mata dan kuping saya, baik itu intonasi maupun aktingnya. Ugh.
Beberapa dari potongan cerita ada yang bikin yang bikin saya tanpa sadar menghela napas panjang adalah antara lain bagaimana Kim Eun Suk menciptakan karakter Yoo Shi Jin bak hero  yang seolah punya cadangan 9 nyawa—yakali. Rasanya tidak masuk akal, Kapten Agus dan penjahat lainnya bisa dirobohkan dan dikirim ke alam baka dengan selamat hanya dengan satu-dua-tiga tembakan, sementara Yoo Shi Jin masih sanggup beroperasi meski sudah tertembak berkali-kali dan bersimbah darah. Tidak masuk akal. Terlalu dramatis—drama yang benar-benar drama.
Lalu, scene mobil Dokter Kang yang masuk jurang bersama Kapten Yoo. Oke, Yoo Shi Jin adalah kapten Alpha Team yang luar biasa akan tetapi, logika berpikir saya menolak menerima bahwa mereka masih bisa selamat setelah terjatuh dari jarak setinggi itu—di dalam mobil. Di detik saya merasa ingin protes saya teringat kembali, ini cuma drama dan karena saya sudah kadung suka sama Kapten Yoo, ya sudahlah ㅋㅋㅋ. *mureeeeee lo Azz HAHAHA
Ending
Happy ending.
Semua bahagia.
Kecuali satu,
Penonton. Sebab setelah credit title muncul di akhir, penonton kembali tersadar, kalau minggu depan gak akan ada lagi Yoo Shin Jin beserta seluruh tingkahnya.
Oh iya, ada pertanyaan-pertanyaan tak terjawab setelah ending drama ini—saya tidak tahu apakah pertanyaan-pertanyaan saya ini menemukan jawaban di 3 episode spesial karena saya tidak menontonnya.
1.    Rekan Dokter Kang yang duduk di kursi roda. Tidak diceritakan mengapa ia bisa sampai duduk di sana. Sayang sekali, tak ada akhir cerita yang manis untuk dia. Saya lantas mencoba mengira-ngira, apakah kaki cacatnya diperoleh dalam sebuah misi kemanusiaan di luar Korea Selatan?
2.   Pasien yang sempatnya menjadi antis-nya Lee Chi Hoon. Bagaimana kabarnya setelah tim relawan kesehatan pulang ke Korea? Apakah dia memilih pulang ke Korea juga?
Sun’s Effect
Andai ada kata-kata yang melebihi ungakapan luar biasa untuk menggambarkan efek yang ditimbulkan Descendants of The Sun ini...
Sadis! gilak. cetar membahana.
Di lokasi saya, ada teman yang sepengetahuan saya tidak pernah menonton drama Korea, tiba-tiba datang menemui saya dan tanya apakah saya punya koleksi lengkap drama Descendants of The Sun. Sebuah tempat yang masuk kategori desa tertinggal oleh satu lembaga pemberi beasiswa—sukses kena invasi Sun. Drama ini populer tak hanya di negeri sendiri, namun mencakup juga seluruh dunia. Ketika saya iseng bertanya apa yang membuat mereka menyukai dramanya, jawabannya ringkas saja; Kapten Yoo Shi Jin ㅋㅋㅋㅋ. Nah, saya bilang juga apa....
Apakah semua orang menyukai dramanya? Tentu saja tidak. Selalu ada 1% pendapat tak populer dalam seluruh kemungkinan. Tidak perlu jauh-jauh, adik saya yang menggilai Oh! My Venus, keukeuh gak mau nonton Descendants of The Sun. Alasannya? Dia tidak punya alasan rinci. Semata malas saja. Tak peduli meski teman-temannya di BBM hampir semuanya adalah penggemar Sun, pendiriannya teguh ㅋㅋㅋㅋ. Jika dia menolak menonton drama yang di dalamnya ada Jung Eun Ji dan Ha Ji Won—beda kasus dengan Sun ini. Bukan karena dia tidak menyukai salah satu artis pemerannya—ya itu tadi. Malas. Ada lagi salah satu teman saya di twitter yang emoh menonton Sun. Dia sebatas menyukai OST-nya saja.
Perlu ditekankan di sini, bahwa kita—yang masuk kategori penggemar dramanya, jangan merasa berhak dan perlu mengejek mereka yang tidak menyukai drama yang kita sukai. Belajarlah menghargai pendapat orang lain. Kan lucu dan gak tahu diri banget, bila kamu menuntut dihargai sementara kamu sendiri lupa cara menghargai orang lain? Sejatinya, menyukai atau tidak, itu urusan yang berkaitan dengan selera masing-masing kepala. Relatif. Memaksa orang agar sepaham dengan kita adalah salah satu pekerjaan paling melelahkan di dunia. Berbeda itu keniscayaan, memaksa supaya seragam—itu pe’a namanya.
Lalu bagaimana dengan saya sendiri? Oooh, tentu saja saya menyukai Descendants of The Sun. Seberapa suka? Suka banget dong. Tetapi, drama ini tidak sampai membuat saya mengunjungi thread-nya di Soompi atau IDWS, saya juga nyantai aja kalau misalnya berminggu-minggu saya terlambat menonton episode terbarunya. Setelah dramanya tamat, saya tidak serta merta ngefans Soong Jong Ki. Memang benar saya pernah memfollow salah satu fanbase-nya dia, tak berapa lama saya unfollow lagi. Soal ship? Nothing. Betapa pun bagusnya chemistry Song-Song couple, saya gak punya keinginan sedikit pun untuk menjadi shipper mereka. Bagi saya Descendants of The Sun terlalu fairy untuk dibayangkan terjadi di dunia nyata. Saya merasa tak punya kaitan emosional sedikit pun dengan karakter-karakter di drama ini. Salah satu keinginan terpendam saya adalah menjadi relawan kemanusiaan—menonton scene di Urk sedikit pun tak berefek apa-apa pada saya. Saya malah lebih tersentuh menonton KOICA MBC—Oke, ini perumpamaan yang keliru sebab KOICA ada sebuah program realistis sedang Dscendants of The Sun adalah drama. Atau mungkinkah paham yang mengendap tentang relawan di kepala saya selama ini telah salah kaprah. Entahlah..... ☺
Drama ini menghibur. Dan paling penting, no makjang... ㅋㅋㅋㅋ.
Rating dari saya 8/10.
Demikian.
= Sampai jumpa di tulisan saya yang lain =

Azz #TeamLowExpectation
P.s : Update-nya Azz, mau ngambil hiatus dulu dari sosmed dan blog. Insya Allah balik tar abis lebaran.