Di antara beberapa drama yang saya ikuti di paruh pertama tahun 2016 hanya Signal yang mampu saya tonton tuntas—saya kecualikan Reply 1988 karena drama ini tayang menjelang akhir 2015.
Signal merupakan drama yang ditayangkan tvN hasil kerjasama antara Screen Writer Kim Eun Hee (Sign, Ghost, Three Days) dan Director Kim Won Suk (Misaeng : Incomplete Life). Sejak pertama kali mendengar berita kalau Kim Eun Hee hengkang dari SBS yang telah menayangkan tiga drama besutannya, dan memilih tvN sebagai pihak yang akan menayangkan Signal, saya sedikit pun tidak menyimpan keraguan—Signal akan menjadi salah satu drama yang saya tunggu meski tidak se-antusias ketika saya menunggu Remember-nya Yoo Seung Ho. Saya percaya tvN akan memberikan dukungan sepenuhnya pada Kim Eun Hee dan tidak akan melakukan intervensi pada penulisan naskah. Setidaknya saya selalu merasa puas dan menyukai drama-drama Tante Kim Eun Hee sebelumnya—Sign, Ghost dan Three Days.
Dan Signal berhasil membuktikan bahwa Kim Eun Hee adalah screen writer handal yang bisa kamu percayai karyanya. Dua episode plot meninggalkan kesan yang menjanjikan pada saya. Di saat saya sedang galau gara-gara Reply 1988 tamat, Signal sedikit demi sedikit membantu saya move on. Lucunya, tak ada satu pun pemeran utamanya yang saya merasa familiar dengannya. Sebenarnya bagus sih, jadi saya tidak harus bersikap bias ke salah satu karakter dan hanya perlu fokus pada storyline—hal yang sama saya alami ketika menonton Sign, Ghost dan Three Days.
Di tahun 2015 Profiler Park Hae Young dikejutkan oleh sebuah transmisi melalui walkie-talkie jadul yang tak sengaja ditemukannya di dalam karung berisi sampah sekeluarnya ia dari kantor polisi—sebuah mobil pengangkut barang terparkir tanpa sopir di sana. Transimisi tersebut berhasil menyambungkan Park Hae Young ke tahun 2000, menemui Lee Jae Han, seorang detektif yang sedang bertugas mengusut sebuah kasus anak hilang. Transmisi melalui walke-talkie terus terjadi di antara Park  Hae Young dan Lee Jae Han seiring dengan penyelesaian cold case yang ditangani Tim khusus yang dikepalai Cha Soo Hyun—Park Hae Young masuk dalam tim ini.
Di drama ini, diceritakan—andai tak ada pembatasan kasus kriminal di Korea Selatan, apa yang akan terjadi? Para korban dan keluarga korban masih memiliki harapan untuk mendapatkan keadilan dan para pelaku kriminal yang selama ini hidup tenang tanpa diadili kini seolah terbangun dari tidur panjang.
Cold case terjadi karena para polisi dan detektif menyerah pada satu kasus entah karena kurangnya bukti, saksi mata dan lain-lain—juga bisa karena faktor X, campur tangan orang atas. Di tahun 80-an dan 90-an itu banyak terjadi penutupan kasus karena alasan-alasan yang saya sebutkan di atas, tapi memasuki era modern di mana dunia forensik dan kepolisian semakin maju dan dilengkapi peralatan canggih, cold case bisa dibuka dan dilakukan pengusutan kembali.
Signal dibuka dengan kasus penculikan seorang gadis kecil kecil di tahun 2000 yang mengakibatkan hilangnya detektif Lee Jae Han secara mendadak—ia kemudian dituduh telah meneerima suap dan melarikan diri, lalu berlanjut ke kasus-kasus lainnya, yakni Pembunuhan berantai di Gyeonggi Nambu di tahun 1988, kasus pencurian perumahan mewah yang melibatkan sejumlah petinggi pemerintah di tahun 1995, pembunuhan berantai Hongwon-dong di tahun 1997 dan terakhir kasus pemerkosaan terhadap seorang remaja SMA di Injoo di tahun 1999.
Sedari awal, saya sudah bertanya-tanya kenapa Park Hae Young yang menerima transmisi dari Lee Jae Han? Ada hubungan apa di antara kedua orang ini? Saya pernah beramsumsi bahwa kematian Park Sun Woo—kakak Park Hae Young di tahun 1999 ada kaitannya dengan Lee Jae Han. Dan belakangan perkiraan saya itu terbukti benar. Lee Jae Han termasuk salah satu detektif yang bertanggung jawab pada kasus pemerkosaan siswi di Injoo di tahun 1999. Tak hanya sampai di situ, akibat kesalahan yang sengaja dilakukan kepolisian saat itu, Park Sun Woo harus merelakan dirinya mendekam di penjara anak selama 6 bulan dan pada akhirnya ia ditemukan bunuh diri tak lama setelah keluar dari tahanan. Park Sun Woo adalah benang takdir yang menghubungkan adik tersayangnya, Park Hae Young dan Lee Jae Han.
Tak ada satu pun yang kejadian di dunia ini yang terjadi karena kebetulan. Everything happens for reason. Tahu butterfly effect kan? Mengutip salah satu blurb novel favorit saya, “Kepak sayap kupu-kupu di Kirgiztan bisa menyebabkan badai di Pantura”. Bahwa seluruh penghuni semesta saling berikatan satu sama lain—besar kecil, bergerak dan yang tidak bergerak. Satu kesalahan kecil yang dilakukan Pak Polisi terhormat, bisa menghancurkan hidup seorang anak lelaki kecil yang belum mengerti apa-apa. Ada sebab, ada akibat.
Bagi saya, Signal adalah sebuah kritik menggelitik, tegas tanpa tedeng aling-aling. Untuk kepolisian, untuk pemerintah dan khususnya kita sebagai manusia dalam hidup bersosial. Kim Eun Hee masih menggunakan pattern yang sama seperti drama-drama beliau sebelumnya. Ada pak polisi korup, ada pak polisi yang hatinya lurus, ada oknum-oknum pemerintah yang lupa untuk apa ia sebenarnya dipilih oleh rakyat—yang mestinya bukannya memerintah melainkan mengurus rakyat, lalu ada pula orang-orang kaya yang berlagak bisa membeli seluruh sendi dunia dengan uangnya yang banyak itu, serta tak lupa akan selalu ada masyarat yang sakit entah karena ketakutan terhadap tekanan dari orang-orang di atas atau akibat tuntutan hidup yang kian hari kian bikin napas sesak sehingga rasa-rasanya tak ada pilihan selain menjual diri di hadapan uang. Yang membedakan di Signal dan drama Kim Eun Hee sebelumnya, sebut saja Ghost, tidak ada pengkhianat di Tim khsusus cold case. Lega. Mianhae, Gye Chul Sunbaenim, saya sempat mencurigai Anda.
Ada beberapa wajah yang saya kenal di sini karena sudah pernah melihat mereka bermain di drama Kim Eun Hee lainnya, ada  Pak Presiden baik hati di Three Days tapi di Signal jadi Anggota Kongres Jang yang jahatnya bikin berdecak ngeri, ada juga Ketua Pengawal Presiden di Three Days yang jadi jahat gara-gara kena hasut, kini di Signal si Bapak ini memerankan Kim Beom Joo, Kepala Kepolisian Seoul yang licik, ambisius dan rela melakukan apa saja demi memuluskan langkahnya—termasuk membunuh seorang remaja tak bersalah. Wajah si bapak yang kalau gak salah inget pernah ikut Appa Eodiga MBC ini sudah kadung nempel di benak saya sebagai spesialis pemeran karakter jahat, jadinya bila nanti beliau main drama lagi tanpa dikomando alam bawah sadar saya pasti langsung nyeletuk, “duh, nih orang pasti jahat...”
Signal telah sukses menampar pusat sadar dan titik emosional saya secara telak. Padahal ini bukan drama melankolik, apalagi drama romance. Tapi saya berkali-kali menyusut mata saya yang tanpa saya sadari basah—beberapa kali saya terisak bahkan setelah satu episode selesai saya tonton. Signal adalah drama yang menggunakan dunia kepolisian dan kriminal sebagai latar kisah. Hubungan sebab-akibat yang mengungkungi cerita setiap episodenya bisa membikin kamu terpekur lama dan berpikir soal banyak hal—tentang hidup itu sendiri.
Episode pertama mengenai penculikan seorang gadis kecil, bila saja Park Hae Young kanak-kanak mau membagi payungnya pada gadis kecil di teras depan sekolah di tahun 2000 itu—maka penculikan itu tidak akan pernah terjadi. Dan andaikan ada satu saja dari sekian banyak orang di Hongwon-dong yang menolong Kim Jin Woo kecil dari siksaan ibunya yang mengalami gangguan mental—mungkin, ia bisa tumbuh seperti anak-anak normal seusianya dan tidak menjadi pembunuh berdarah dingin akibat depresi berat yang dialaminya sejak kecil—ketika seorang gadis diam-diam menyukainya, itu sudah sangat terlambat bagi Kim Jin Woo. Tak ada yang pernah mengajarinya tentang perasaan semacam itu. Sesungguhnya dibutuhkan kepedulian terhadap sekitar kita. Jika empati masih terasa berat dilakukan, maka cobalah bersimpati sedikiiit saja. Tak ada yang salah dengan sekadar bertanya, “ada apa?”, “ada yang bisa saya bantu?” atau paling tidak berikan senyum pada orang yang berpapasan dengan kita di jalan—tapi jangan nyengir tar dikira orang baru keluar RSJ. Saya sering ngajak orang yang saya temui di jalan, di angkot, di pasar, di ruang tunggu sebuah rumah sakit, di mana saja. Kadang-kadang saya bahkan sampai menanyakan nama mereka xD
Scene-scene yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya antara lain,
-   Lee Jae Han menonton di bioskop sendirian, di saat orang-orang sekelilingnya tertawa karena film yang mereka tonton, ia malah menangis hebat. Film yang seharusnya ia tonton bersama gadis yang sudah lama ditaksirnya kini pupus karena gadis tersebut termasuk salah satu korban pembunuh berantai Gyeonggi, Nambu 1989. Suer, sedihnya gak ketulungan .
-  Ketika pembunuh berantai Hongwon-dong akhirnya ditangkap, Kepala polisi Kim Beom Joo, menyebut Kim Jin Woo sebagai sampah. Di lain pihak, Park Hae Young merasa terusik. Benarkah Kim Jin Woo yang telah membunuh sebelas perempuan memang pantas disebut sampah? “Ada orang-orang yang memang terlahir sebagai monster, tapi ada juga yang dijadikan monster oleh orang lain.” Ucapan Park Hae Young serta merta mengingatkan saya pada Hello Monster. Jika saja ada seseorang yang mau mengulurkan tangan pada Min, pada Kim Jin Woo.... Kasus Hongwon-dong merupakan salah satu sindiran halus tentang kehidupan sosial masyarakat yang sedang ‘sakit’ .
-  Saat Lee Jae Han diseret keluar dari ruangan Kim Beom Joo, lontaran kalimat berupa sindiran kritis untuk Kim Beom Joo bikin mata saya berair. Saya turut merasakan kesedihan dan rasa frustasi yang dialami Lee Jae Han. Ia hanya ingin menolong Park Sun Woo, remaja belasan tahun yang sudah diperlakukan tidak adil oleh hukum dan perangkatnya hanya karena ia miskin, tak punya orang-orang kuat di belakangnya. Park Sun Woo adalah korban keserakahan orang-orang besar di atas sana. Episode Injoo ini benar-benar menyedihkan. Sungguh. .
-  Menjelang ending episode 12, saat Park Hae Young dan Cha Soo Hyun akhirnya menemukan Lee Jae Han. Saya Speechless dan ikutan nangis . Penantian 15 tahun Cha Soo Hyun akhirnya menemui akhir.
-  Dan tak lupa juga kedekatan Park Hae Young kecil dan kakaknya, Park Sun Woo benar-benar menyentuh. Credit untuk pemeran Park Sun Woo, saya melihat ada potensi bagus pada aktingnya. Wajahnya mengingatkan saya pada Do Kyung Soo.
Seringkali terjadi, sebuah drama bagus, kekurangannya terletak di ending. Bagaimana dengan Signal sendiri? Saya tidak ada masalah dengan ending drama ini—setidaknya saya tidak perlu menyiapkan monolog panjang  untuk melepas Lee Jae Han—pahlawan tanpa tanda jasa di drama ini. Kegigihannya dalam mengusut satu kasus ibarat utopia yang membuat saya bertanya-tanya masih adakah Lee Jae Han lain di dunia nyata? Saya berharap, ada.
Open ending yang dpilih Kim Eun Hee dan Kim Won Suk sama sekali tak mengganggu, menurut saya itu adalah pilihan terbaik dan cukup memuaskan bagi penonton. Lagipula Kim Eun Hee menjanjikan kemungkinan ada Signal Season 2. Saya akan setia menunggu kok—seperti kesetiaan saya menunggu Min Geomsa di Vampire Prosecutor Season 3 . Dan semoga para pemeran di Signal Season 2 nantinya masih memakai komposisi yang sama. Aamiin.
 “Hanya satu yang pasti. Transmisi ini dimulai karena rasa putus asa seseorang. Satu hal yang diajarkan oleh walkie-talkie ini adalah segalanya akan berhasil selama aku berusaha.” –Park Hae Young
Kalimat apa yang paling saya ingat dari Signal?
Jangan menyerah.
Epilog
Apa yang paling memusingkan dari film/drama bertema time traveler? Pertukaran current time dan masa lalu. Jika kamu tidak jeli dan kurang konsentrasi kamu akan kecele dan kebingungan sendiri. Untungnya Signal, pola pengambilan dan penayangan gambarnya bisa terlihat jelas mana masa sekarang dan mana lalu. Pertanyaan lainnya, apa yang paling tidak ingin kamu lakukan setelah menonton drama habis drama/film dengan genre semacam ini? Menonton ulang, re-watch. Itu apa yang saya lakukan pada Nine. Tak peduli betapa sukanya pada drama ini, saya gak punya keberanian untuk menonton ulang. Kenapa? Kepala saya puyeng. Makin ditonton makin kusut rasanya HAHAHAHA.
Vibe yang sama saya dapatkan ketika membaca novel Supernova-nya Dee. Waktu itu usia saya sekitar tujuhbelas atau delapanbelas, bagi otak lemot saya karya Dee tidak cocok dibaca dibawah penerangan lampu 5 watt. Akibatnya pertama kali baca, saya pusing dan mual—selain karena pengaruh penerangan juga karena tingkatan intelegensia saya masih termasuk di bawah rata-rata untuk ukuran novel keren macam Supernova. Benang merah antara Nine dan Supernova adalah kedua-duanya bikin saya pusing ㅋㅋㅋㅋ
Nah, rupanya Signal datang kepada saya dalam paket yang berbeda dari Nine. Ditilik segi kualitasnya, bagi saya tak ada yang lebih baik satu sama lain. Dua-duanya termasuk drama yang ditulis dan divisualisasikan dengan cemerlang dan cerdas. Susah looooh nulis cerita menggunakan tema time traveler. Tapi khusus Signal, saya tidak mengalami pusing saat mencoba mencari titik temu antara Lee Jae Han dan Park Hae Young di masa depan (2015-2016). Saya mencoba menjabarkan bagaimana Signal dibangun dalam satu gambar yang utuh.
Di tahun 2015, Park Hae Young menerima transmisi dari Lee Jae Han tahun 2000. 15 tahun ke belakang. Tahun itu, merupakan tahun lenyapnya detektif itu secara misterius. Namun rupanya, transmisi tersebut bukan yang pertama kalinya bagi Lee Jae Han. Ia menerima transmisi pertama kali dari Park Hae Young di tahun 1988. Artinya, waktu Lee Jae Han terus bergerak dari 1988 hingga 2000 tapi waktu di masa Park Hae Young tak bergerak secepat itu. Apakah ini termasuk kekurangan Signal? Mengingat ini merupakan fiksi fantasi thriller, rasanya bisa dimaafkan. Toh, fokus cerita tak berpusat pada keanehan pergerakan waktunya melainkan cold case-nya. Ini menurut pendapat pribadi saya. Lalu ke mana Lee Jae Han menghilang selama kurun waktu 2000-2015? Hanya satu kemungkinan ia mengalami koma akibat penganiayaan berat. Ayahnya sengaja menyembunyikannya selama itu. Karena kalau sampai ketahuan Anggota Kongres Jang, sudah bisa dipastikan Lee Jae Han akan berusaha dihabisi.
Pada akhirnya, Signal bisa dijadikan sebagai pengingat bagi kita khususnya para aparat hukum dan pemerintah, amanah diberikan bukan untuk diselewengkan. Bukan pula hukum disusun untuk ditajamkan ke bawah dan ditumpulkan ke atas—sayang sekali drama seperti Signal ini terasa sangat mustahil untuk dibikin versi Indonesia-nya xD
Maaf jika saya harus mengatakan ini, barangkali terdengar sangat pesimis tapi memang demikian apa yang membenak di kepala saya bahwa, Lee Jae Han adalah simbol keadilan dan kejujuran yang kini menyepi entah ke sudut mana. Keadilan itu—ia ada, tapi oleh banyak orang dianggap terlalu usang untuk digunakan lagi. Lee Jae Han, sebagai sosok yang kukuh memegang prinsipnya sebagai polisi yang lurus hatinya meski demi itu ia selalu menerima tekanan dari berbagai pihak yang tak menyetujui tindakan-tindakannya. Satu-satunya (yang dianggap) kesalahan karena ia berdiri tegak di sisi kebenaran. Sedih sekali. Ironis.
Script yang bagus di tangan director hebat lalu diisi aktor/aktris dengan akting mumpuni hasilnya adalah satu paket drama yang keren. Signal merupakan salah satu drama terbaik yang pernah saya tonton. Terimakasih Tante Kim Eun Hee, selamat telah menebus kesedihan karena Three Days yang menerima banyak sekali kritikan tahun kemarin.
Jangan menyerah ^^

[Review] Signal (tvN, 2016)

by on 3/21/2016 08:04:00 AM
Di antara beberapa drama yang saya ikuti di paruh pertama tahun 2016 hanya Signal yang mampu saya tonton tuntas—saya kecualikan Reply 19...
Sekali lagi, saya dibikin klepek-klepek satu drama on going yang tidak pernah saya antisipasi dengan antusiasme tinggi penayangannya. Berbeda dengan kebanyakan penikmat K-drama, saya cenderung biasa saja saat keluar berita Song Joong Ki dan Song Hye Kyo akan berpasangan di drama Kim Eun Suk. Duh, si Tante yang jago bikin drama romantis itu.... Hampir seluruh drama beliau yang tayang di SBS sudah saya tonton dan pasti saya suka. Sebut saja Lover in Paris, Lover in Prague, On Air, hingga yang paling anyar Gentleman’s Dignity dan The Heirs. Lucunya, saya selalunya tidak pernah sengaja memasang ekspektasi setinggi yang saya bisa setiap kali Kim Eun Suk mengumumkan proyek drama barunya. Cuek saja, begitu. Nanti setelah tayang beberapa episode barulah saya tergoda menontonnya.
Sebelum memulai syuting, Kim Eun Suk tidak menemukan kata sepakat dengan SBS yang digadang-gadangkan akan menayangkan Descendants of The Sun seperti drama-drama Kim Eun Suk sebelumnya. KBS dengan senang hati menerima kedatangan Kim Eun Suk. Bicara soal SBS, saya sedikit kaget mendengar alasan penolakan terhadap Descendants of The Sun dan Signal (Kim Eun Hee, tvN) yang tak lain berkisar soal komersial. SBS takut rugi.... Saya tidak tahu bagaimana pertimbangan SBS hingga mereka menutup mata, padahal selama bertahun-tahun Kim Eun Hee dan Kim Eun Suk sudah setia menyerahkan drama-drama mereka ditayangkan di stasiun tv tersebut. Atau jangan-jangan karena pemeran prianya Song Joong Ki? Kan’ semacam ada kutukan tuh, aktor yang baru keluar wamil lalu main drama biasanya dramanya gagal ㅋㅋㅋㅋ
Nasi sudah terlanjur basi, duo sahabat Screen Writer Kim nyatanya bisa membuktikan, SBS sudah keliru memasang pertimbangan. Signal berjaya di tvN, sementara Descendants of The Sun berhasil membebaskan KBS dari drama-drama ber-rating rendah... SBS kehilangan momentum besar tahun ini.
Dua pekan setelah Descendants of The Sun ditayangkan, saya pun iseng mendonlot satu episode. Waktu itu pukul dua dini hari. Saya baru saja selesai mengerjakan Laporan Anggaran Sekolah dan belum mengantuk. Usai mendonlot, langsung saya tonton dan hasilnya....
Saya jatuh cinta pada Descendants of The Sun saat itu juga .. Tante Kim Eun Suk mah suka gitu sama saya. Dulu sama Heirs juga. Hanya butuh satu episode untuk saya memutuskan apakah akan melanjutkan menonton atau tidak. Esoknya, saya cepat-cepat mendonlot episode lainnya di sela-sela kerjaan. Menurut saya kekuatan script Kim Eun Suk terletak pada dialog-dialog antar tokohnya. Menggelitik, jenaka dan lugas. Oya, lupa satu lagi. Gombal ㅋㅋㅋ
Setelah menyelesaikan episode satu, sesaat saya merasa amnesia. Saya bertanya-tanya apakah kiranya yang membuat hati saya berbunga-bunga ketika menghabiskan waktu hampir satu jam menonton satu episode plot Descendants of The Sun. Storyline-nya kah? Sinematografi-nya kah? Original Soundtrack? Atau karena Song Joong Ki? Hayati bingung, pemirsaah... *mainin kancing baju*
Saya tegaskan di sini, saya bukan fans berat Joong Ki. Meskipun saya menonton episode perdana Running Man dan bela-belain berburu donlotan Sungkyunkwan Scandal dulu demi dia, perasaan saya ke Joong Ki biasa aja. Gak meluap-luap. Buktinya saya menolak menonton Nice Guy karena terlalu makjang bagi saya. Mental saya gak begitu kuat ㅋㅋㅋ Rasa suka saya pada seorang aktor tidak lantas membuat saya akan menonton seluruh dramanya. Pilah-pilih, pastinya. Saya ga bisa menolerir drama makjang.
.... lalu kemudian,
Joong Ki sebagai Kapten Yoo Shi Jin di Descendants of The Sun benar-benar kereeeeeeeeeen heuheuheu .
Oke, saya harus menahan diri dan fokus ke inti utama tulisan sebelum postingan ini berubah jadi lautan fangirl-ing saya ke Joong Ki.
Jika ditanya kesan pertama saya menonton Descendants of The Sun, maka jawabannya saya simpel saja. Suka (sok kalem tapi dalem hati histeris ㅋㅋㅋㅋ). Kali ini Kim Eun Suk mengangkat dua profesi di drama terbarunya yakni Tentara dan Dokter. Kalau polisi kan udah pernah di Lovers in Prague. Nah apa jadinya bila dua orang dengan profesi berbeda ini bertemu dan saling jatuh cinta? Mampukah mereka mengatasi perbedaan prinsip satu sama lain?
Pertemuan pertama Yoo Shi Jin dan Kang Mo Yeon terjadi di ruang IGD rumah sakit. Hanya sekali lihat, saya bisa menebak Yoo Shi Jin menyukai Dokter Kang saat itu juga. Awalnya Kang Mo Yeon tidak tahu apa-apa soal pekerjaan Yoo Shi Jin. Ia mengira Yoo Shi Jin hanya prajurit/tentara biasa. Kang Mo Yeon mulai menebak-nebak ketika Yoo Shi Jin dengan terpaksa harus membatalkan kencan mereka karena satu hal—ia dijemput helikopter. Kang Mo Yeon mulai merasa tak nyaman setelah acara nonton bareng mereka harus batal karena Yoo Shi Jin lagi-lagi harus pergi usai menerima panggilan seseorang. Kang Mo Yeon sadar hubungannya dengan Yoo Shi Jin tidak akan berjalan mulus. Dari segi prinsip pekerjaan pun sudah jauh berbeda. Dokter Kang menghabiskan waktunya di meja operasi untuk menyelamatkan pasien, sementara itu Kapten Yoo turun ke lapangan, menyelamatkan orang-orang melalui kematian orang lain. Tentara/prajurit terikat aturan ketat bahwa apapun itu—tak peduli benar atau salah, jika perintah diberikan atasan, maka harus ditunaikan. Dan lagi, satu hal yang paling meresahkan Kang Mo Yeon, Yoo Shi Jin tidak mau terbuka soal apa saja yang dilakukannya—aturan melarangnya memberitahu siapa pun. Kontradiksi ini jelas tidak bisa mempertemukan Yoo Shi Jin dan Kang Mo Yeon di titik yang sama, sebesar apa pun rasa suka di antara mereka.
Atau bisa saja, andaikan Kang Mo Yeon mau membuka hatinya untuk Yoo Shi Jin dan menerima resiko apa pun itu—termasuk kemungkinan ia kehilangan Yoo Shi Jin saat pria itu bertugas ke medan konflik. Butuh jiwa besar hidup bersama seorang tentara, terlebih orang seperti Yoo Shi Jin yang merupakan bagian dari pasukan khusus ketentaraan Korea Selatan. Ia adalah ketua Tim Alpha yang sering ditugaskan ke wilayah konflik di luar negaranya sendiri. Ia bisa saja ditawan musuh, gugur atau hilang tanpa nama... . Sebagai perempuan dewasa, saya mengerti konflik batin Kang Mo Yeon. Cinta, tapi kamu tak harus membabi buta. Perlu kehati-hatian karena itu menyangkut hidupnya di masa depan. Penghormatan tertinggi saya untuk para bapak-bapak tentara dan keluarganya di mana pun itu, terimakasih telah merelakan diri menjaga ketertiban dan keamanan wilayah NKRI .
Konflik batin Kang Mo Yeon kian sempurna setelah ia dan Kapten Yoo dipertemukan kembali di Urk—sebuah wilayah di timur tengah yang penuh dengan konflik. Kapten Yoo bertugas sebagai penjaga perdamaian dan Dokter Kang ditempatkan ‘secara paksa’ sebagai relawan medis di sana.
Bukan Kim Eun Suk namanya kalau tidak menciptakan couple lain di dramanya. Dan biasanya 2nd couple atau 3rd couple dan couple-couple lainnya lebih banyak fans-nya dibanding 1st couple-nya ㅋㅋㅋㅋ. Selain Yoo Shi Jin-Kang Mo Yeon, ada juga kisah cinta terhalang pangkat (kasta) yakni antara Sersan Mayor Seo Dae Yeong dan Dokter Yoon Myeong Joo. Seo Dae Yeong memutuskan hubungannya dengan Myeong Joo karena ayah gadis itu tak menyetujui Seo Dae Yeong sebagai menantunya. Jenderal bintang tiga tersebut lebih tertarik pada Yoo Shi Jin karena peluang karirnya melesat jauh lebih besar—ayah Shi Jin juga seorang pensiunan Jenderal kalau tidak salah. Terlebih pangkat Myeong Joo lebih tinggi dari Dae Yeong. Padahal rasa cinta Dae Yeong ke Myeong Joo benar-benar tulus. Sejujurnya di episode-episode awal kisah cinta Dae Yeong-Myeong Joo lebih mengharukan ketimbang Shi Jin-Mo Yeon .
Mampukah Yoo Shi Jin dan Kang Mo Yeon melintasi rintangan yang menghalangi mereka? Lalu akankah Seo Dae Yeong merebut kepercayaan ayah Yoon Myeong Joo dan membuat jenderal itu merelakan puteri kesayangannya pada Seo Dae Yeong?
Saya mendecih kesal ketika membaca komentar k-netz yang bilang Descendants of The Sun tak lebih dari kisah cinta antara Dokter dan Tentara. Apa mungkin karena saya saja yang terlanjur menelisik lebih detail storyline drama ini dan tidak setuju dengan komentar tersebut? Yang demi mendapatkan terjemahan paling akurat, saya menonton menggunakan subtitle semua versi. English-Indonesia. Karena salah terjemahan bisa mengubah pemahaman kita soal dramanya. Sependek ingatan saya masih sangat jarang k-drama yang mengangkat profesi tentara. Tuturan saya berikut barangkali terdengar sebagai pembelaan, saya tidak mau memungkiri Descendants of The Sun memiliki kekurangan di sana-sini—tapi saya dengan percaya diri memberikan dua jempol saya untuk Kim Eun Suk dan KBS Team telah membuat drama Descendants of The Sun. Melalui drama ini sedikit banyaknya saya mulai paham cara kerja prajurit/tentara. Salah satunya, perintah atasan adalah harga mati—salah atau benar. Jika kamu bertindak di luar itu, sanksi-nya berat. Koreksi jika saya salah mengira, dengan segala hormat saya pada Pak Polisi, profesi tentara jauh lebih beresiko. Seorang tentara bisa saja menanggung tudingan berupa satu kesalahan seumur hidupnya, padahal tanpa ada seorang pun yang tahu, saat itu ia hanya menjalankan perintah atasan. Sumpah prajurit melarangnya bicara terus terang... .
Huft. Ngomong-ngomong apa cuma saya di sini yang sering salah fokus setiap kali ngeliat Kapten Yoo Shi Jin. Saya yang biasanya merinding disko denger gombalan, malah senyam-senyum geli tapi seneng kalau yang ngegombal Kapten Yoo ㅋㅋㅋ Abisnya doi ngegombalnya setengah becanda setengah serius gitu... Paling seneng kalo Kapten Yoo udah ngeluarin jurus gombal yang disebutnya sebagai candaan, trus Dokter Kang-nya kadang nge-blush dengernya atau gak kalo lagi mood candaan itu dibalas juga. Mau tau yang paling cute dari Dokter Kang? Pas dia lagi mesem-mesem, cemberut digodain/dikerjain Yoo Shi Jin HAHAHA. Kalau saya yang jadi Dokter Kang, udah abis ditimpukin si kapten. Gemesssshh.
Andai di dunia nyata kamu disuruh milih antara Kapten Yoo Shi Jin dan Sersan Mayor Seo Dae Yeong untuk jadi pasangan, kamu bakal milih siapa? Saya milih Sersan Mayor Seo ㅋㅋㅋㅋ
Anyway, selamat untuk Song Joong Ki telah terlepas dari kutukan drama gagal setelah keluar wamil. Jika Descendants of The Sun diibaratkan novel, menurut saya bisa dikategorikan ke jalur Metropop.

You are my everythiiiiiiing.... ♪ ☺