Starring : Seo In Guk, Jung So Min, Park Sung Woong
P r o l o g
Bohong banget kalau saya bilang bukan Seo In Guk yang jadi alasan paling kuat saya menonton The Smile Has Left Your Eyes, remake dorama Jepang berjudul Sora Kara Furu Ichioku no Hoshi. Sejauh ini drama project-nya In Guk selalu menarik diikuti dan beberapa judul dramanya sudah saya tonton. Terooos, selama saya ngikutin drama-dramanya In Guk, aktingnya belum pernah mengecewakan saya. Peran yang dimainkan In Guk nggak ada yang setipe, beda, dan punya ciri khasnya masing-masing  Dua hal ini sudah cukup bagi saya untuk tidak melewatkan drama yang ditayangkan di tvN ini—um, yaaaaaah meski sedari awal, saya sudah diingatkan, premis drama ini tidak akan jauh-jauh dari yang namanya BANJIR KESEDIHAN. Nggak ada isyarat kepada saya dalam bentuk apa pun kalau drama ini akan sebegitu indah, bittersweet TAPI TRAGESSSSSSSSSSS. Alhasil, hati saya tidak sempat menyiasati kesedihan yang datang kemudian begitu drama ini menyelesaikan menit terakhirnya. .
HELP.
#1 Storyline
The Smile Has Left Your Eyes mengisahkan kehidupan seorang pria yang memandang dunia dengan mata dan sudut pandangnya yang dingin. Bahwa manusia adalah objek paling menyenangkan dan paling menarik untuk diamati. Di matanya, manusia dan kehidupannya ibarat permainan. Dan dalam permainan itu, dirinya akan selalu menjadi pemenang. Ia memasuki kehidupan orang lain tanpa merasa harus hidup di dalamnya—ia sebatas hanya ingin menuntaskan rasa penasarannya tanpa antusiasme yang menggugah terhadap sisi emosi manusia. Tanpa disadarinya, bahwa dengan cara itulah ia selalu berhasil menekan hatinya dari gejolak emosi. Ia tidak menjalani hidupnya selayaknya manusia pada umumnya. .
Namanya Kim Moo Young (Seo In Guk). Ia diduga terlibat pembunuhan seorang mahasiswi. Saat proses penyelidikan sedang berjalan, ia bertemu Yoo Jin Kang (Jung So Min). Setelahnya, hidup Kim Moo Young seperti menemukan alur dan gejolaknya yang tak biasa.
“I always go one more step. I go one more step. When I’m with you, I miss the timing to stop. Thing accelerate. Your eyes... really annoys me. I get irritated if I don’t do anything.”Kim Moo Young to Yoo Jin Kang (ep3)
Sebelum bertemu Jin Kang, Moo Young memiliki kalkukasi yang sama pada setiap perempuan yang ditemuinya. Ia cukup melancarkan aksinya yang mengesankan betapa cool­ dirinya, dan hasilnya perempuan-perempuan itu pun bertekuk lutut padanya. Mudah. Membosankan. Namun pada mata Jin Kang, Moo Young menemukan betapa tidak santainya dirinya setiap kali berhadapan dengan perempuan itu. Ada sesuatu pada cara Jin Kang menatapnya, pada sorotnya...
Dan hanya dari ucapan Moo Young kepada Jin Kang itu, saya segera menyadari The Smile Has Left Your Eyes adalah drama yang sesuai dengan selera saya. Kedalaman cerita dan detail karakter utamanya (khususnya Kim Moo Young) bagus sekali. Saya suka tema utamanya. Segala hal yang berkaitan atau melibatkan emosi manusia selalu menarik perhatian saya. Hemat saya ketika masih di episode-episode awal, saya bisa berdamai dengan endingnya yang tragis, sebab itulah saya keukeuh nggak mau melepas begitu saja drama ini. Karakter Kim Moo Young adalah umpan paling jitu untuk memenangkan perhatian saya. Saya jatuh cinta pada Moo Young. Pada sunyi matanya, pada kesinisannya, pada semua hal yang membuatnya berjarak dengan yang abstrak dan yang nyata.
Perjalanan hubungan Kim Moo Young dan Yoo Jin Kang tidak semulus yang kita sangka. Yoo Jin Gook (Park Sung Woong), kakak Jin Kang, tidak menyetujui adiknya itu menjalin kedekatan dengan Moo Young. Terlebih saat itu penyelidikan mulai mengarah kepada pria misterius itu.
Tarik-ulur hubungan Moo Young-Jin Kang, dan potongan-potongan masa lalu Moo Young yang mulai diingatnya, perlahan-lahan menarik Moo Young kepada pusaran tergelap hidupnya.
... bahwa tragedi telah dimulai bahkan jauh sebelum ia jatuh pada sorot mata Jin Kang yang kerap membuatnya berakhir gelisah itu.
The Smile Has Left Your Eyes adalah drama yang mengangkat sisi emosi manusia sebagai tema utamanya yang bermuara pada Kim Moo Young. Tentang jahat dan baik dari beberapa sudut pandang yang bisa kita temui pada tokoh-tokohnya, juga pada viewers-nya. Tentang mampukah ketulusan dan kasih sayang mengembalikan hati kepada rumahnya yang telah hilang....
#2 Cast and Character
Saya pernah mencoba membayangkan bilakah Kim Moo Young dan Yoo Jin Kang diperankan aktor dan aktris lain, apakah akan sebagus ini reaksi saya terhadap The Smile Has Left Your Eyes? Tanpa menyepelekan pemain lain di drama ini, saya sungguh-sungguh merasa bahwa power drama yang disutradarai Yoo Je Won ini terletak di dua karakter utamanya yaitu Kim Moo Young dan Yoo Jin Kang—dua karakter yang menurut saya tidak mudah—yang akan tampil biasa saja kalau diperankan oleh pelakon yang aktingnya flat, yang spektrum aktingnya sempit. Syukurlah berkat kekuatan akting Seo In Guk dan Jung So Min, Kim Moo Young dan Yoo Jin Kang berhasil mencuri perhatian saya.
Seo In Guk as Kim Moo Young
“Moo Young looked at the world with an astonishingly naked eye when he was young. Think about it. What would this world be like through the naked eyes of someone smart and sensitive like Moo Young? It probably was full of strange things for him.”
Sebelum bertemu Kim Moo Young, saya masih konsisten menyebut Yang Jeong Do (38 Task Force) sebagai karakter favorit saya dari semua peran yang pernah dimainkan Seo In Guk. Lalu sekarang gimana? Kim Moo Young sukses  doooong menggeser Young Do ke urutan kedua ㅋㅋㅋ
Sejak kemunculan pertamanya, Kim Moo Young meneror saya dengan rasa penasaran dan ingin tahu yang tidak biasa; sorot matanya yang datar dan dingin; gerak-geriknya yang terkesan cuek dan tak terduga; juga ucapannya yang penuh intrik. Pernah, di episode-episode awal saya kepengen banget nonjok Moo Young, antara kesal dan gemes sih. Kebayang nggak, jadi lawan bicara Moo Young dan cara dia nanggepin kamu se-kurang ajar itu? Itu loooh tatapan matanya yang mengandung ejekan itu. Hih. Kalau saya sih, nggak perlu nunggu lama ya untuk buka sepatu dan nimpukin dia. boro-boro jatuh cinta HAHAHAHAHA.
Saya tidak memungkiri, saya pernah menyurigai (dan kuatir) kalau Kim Moo Young ternyata benar-benar jahat, tidak punya hati dan... dan sadis—maapkeun dakuh ., abis dia misterius banget siiiiih, susah dibaca. Ditambah saya abis baca angin sepoi-sepoi (baca; spoiler) dorama versi Jepang-nya. Saya menangkap kesan di versi aslinya itu tokoh utama cowoknya dingin dan sadis . Yaaaa maap kalau salah, namanya juga modal sepoi-sepoi nggak nonton langsung. Nah, barulah di episode dua ketika Moo Young berlari lebih cepat dari Jin Kang untuk menjangkau seekor kucing belang kuning-cokelat yang terperangkap di bawah roda mobil, saya menyadari saya telah salah menilai Moo Young. Saya tidak tahu apakah Moo Young melakukan itu demi mencuri perhatian Jin Kang atau, dia semata-mata ingin menolong kucing tersebut, satu yang pasti, scene ini mematahkan hipotesa saya sekaligus menegaskan Kim Moo Young tidak sesederhana yang terlihat. Karakter ini begitu complicated dan menyedihkan. . sikapnya seringkali kontradiktif dan menimbulkan kesan manipulatif dari sudut pandang orang lain. Sebuah kekeliruan jika kamu mencoba men-judge karakter ini setelah menonton satu-dua episode drama ini. Untuk bisa mengenal Kim Moo Young, maka kamu harus setia mengikuti alur perkembangan karakter ini. Meski di akhir nanti, kamu tersadar telah berinvestasi kesedihan yang dalam pada karakter ini. *Nangis tanpa suara*
Beberapa moment yang membuat saya terpukau oleh Kim Moo Young... Sebenarnya banyak, hampir di setiap kemunculannya, Kim Moo Young menyihir saya dengan ekspresi dan pilihan kata-katanya
Episode 2.
Tatapannya saat memeluk Seung Ah—perubahannya dari yang tersenyum lalu pelan-pelan nihil emosi, datar dan dingin. Saya hanya sanggup bilang “Waaah”, saking speechless-nya. Serem euy .
Episode 7
“Don’t let him catch you.”
MERINDING.
Tanpa ekspresi, Kim Moo Young mengatakan kalimat itu kepada Seung Ah yang sedang mengemudikan mobil dalam kecepatan tinggi, sedang di belakangnya kekasihnya mengejarnya menggunakan mobil lain yang juga dalam kecepatan tinggi. Orang normal, jika berada dalam situasi seperti itu akan (setidaknya) merasa cemas terhadap keselamatannya. Tapi Kim Moo Young Tidak. Ia justru memberikan sugesti berbahaya pada Seung Ah. Scary.
Episode 9
“I don’t want to understand you. I don’t trust you.” Yoo Jin Kang to Moo Young
Did you see that? Those sad eyes.... so raw .
Hanya Yoo Jin Kang yang bisa membuat Moo Young menunjukkan warna emosinya. Dengan orang lain, mana sudi Moo Young memperlihatkan sisi lemahnya...
Episode 9
“... teach me.”
Sebuah punch line dari Kim Moo Young di ending episode 9 ini benar-benar bikin saya kehilangan kata-kata. BAPERNYA LEVEL GAK TERHITUNG LAGI!! *menangis di sudut kamar*
Dua kata itu sesungguhnya telah memberikan kita gambaran utuh mengenai Kim Moo Young. Dia tidak semata-mata terlahir sebagai evil—jika memakai sudut pandang Yoo Jin Gook. Saya termasuk orang yang percaya tidak ada orang yang terlahir jahat. Di sisi lain, saya tidak bermaksud menggunakan latar belakang atau masa lalu seseorang sebagai alasan untuk mengasihani dia atau mereka yang sudah melakukan kejahatan. Pun dengan Kim Moo Young. Sebenarnya bentuk kejahatan apa sih yang sudah dilakukan Moo Young? Ia terlibat secara tidak langsung atas kematian Seung Ah. Itu saja, pikir saya. Selebihnya? Jika memanipulasi seseorang adalah tindakan kriminal, pantaskah Moo Young disebut jahat? Coba kita lihat dari sudut pandang lain; menyoal tindakan manipulatif, saya berspekulasi, Moo Young yang senang mengobservasi orang lain, hanya mengikuti alur emosi orang lain—Seung Ah, Yu Ri... Moo Young hanya membantu meluluskan keinginan tersembunyi mereka. Seung Ah misalnya. Gadis ini hidup dalam tekanan, oleh kekasih kaya rayanya, oleh ibunya sendiri. Kehadiran Moo Young dianggapnya sebagai sumber kekuatan baru yang bisa mengeluarkan dirinya dari gelap yang seringkali membuatnya kesulitan bernapas itu. Moo Young bisa membaca keinginan terdalam Seung Ah, maka yang perlu dilakukannya adalah memberikan trigger. Pancingan. Dan terjadilah... [Waaaah, tidakkah saya terdengar sedang membela Moo Young? Saya belum pernah bertemu karakter se-menyedihkan dia .]
Yang membuat saya sedih adalah Moo Young bisa dengan mudah mengenali dan membaca emosi orang lain, tapi tidak dengan dirinya sendiri. Seolah ada yang tercerabut dari hatinya.
“Because you never had a heart to begin with. Thats why you toy with people as you please and you’re not even sorry if you destroy them in the process. Then you watch them, and happy because you have won.” –Yoo Jin Kang to Kim Moo Young.   
Apresiasi tertinggi saya tertuju pada Seo In Guk yang telah berhasil memerankan karakter Kim Moo Young dengan perfect. Mikro-ekspresinya, tone suaranya, semua detail yang ditunjukkan In Guk sebagai Moo Young memberi perbedaan yang jelas pada karakter-karakter yang pernah diperankan In Guk sebelumnya. Saya berani mendebat siapa saja yang menolak mengakui kualitas akting In Guk. Cukup dengan dua karakter ini saja sudah bisa menjawab bagus atau tidak akting In Guk; Louie dan Moo Young. Yang satu bikin ngakak sampe perut mules, satunya lagi bikin nyesek dan sesenggukan. Kontras banget kan? Hanya aktor yang memiliki spektrum akting yang luas-lah yang mampu memerankan karakter-karakter ekstrim semacam itu. Am I right? I’m proudly say, you cant trust Seo In Guk.
Melihat penampilan In Guk sebagai Moo Young, timbul kekhawatiran di benak saya, bagaimanakah cara In Guk melepaskan Moo Young? Kalau saya tidak salah ingat, di sebuah wawancara In Guk mengaku kesulitannya dan tekakan berat saat memerankan Lee Hyun di Hello Monster—baginya Hyun adalah karakter yang sulit terkait dengan kondisi emosionalnya. Dibandingkan Hyun, Moo Young jauh lebih kompleks dan sulit. Tak jarang ada aktor yang sampai harus berkonsultasi dengan psikiater setelah menyelesaikan satu peran di drama atau film, saking dalam-nya mereka terlibat secara emosional dengan peran tersebut. Saya berharap In Guk bisa melewatinya dengan halus.
Jung So Min as Yoo Jin Kang
Saya tidak ingat (atau tidak pernah berniat menghitung) sudah berapa drama Jung So Min yang saya tonton. Namun jika saya diminta merunut kembali, saya masih mengingat pengalaman perdana saya dengan akting Jung So Min yaitu perannya di Playfull Kiss sebagai Oh Ha Ni. Sukaaa banget sama Oh Ha Ni. Kelakuannya aneh-aneh. Ajaib. Ngegemesin. ㅋㅋㅋㅋ
Akting Jung So Min sebagai Yoo Jin Kang bagus sekali. Natural. Ekpresinya detail.
Karakter Yoo Jin Kang berbanding terbalik dengan Kim Moo Young yang gelap. Yoo Jin Kang berkepribadian enerjik, auranya positif, easy going, dan cerah. Setrong banget. .
Momen ketika saya merasa karakter ini kuat, dan polos adalah di scene Jin Kang ditampar ibunya Seung Ah. Sehabis itu, bukannya merasa kesal ia malah mau saja menyampaikan sms Seung Ah kepada Moo Young, yang sebelumnya ia teriaki sambil marah-marah (usai ditampar itu). Ih, saya mah ogah. Saya suka tuh ucapannya Moo Young soal Seung Ah. Ia menyoroti kealpaan gadis itu untuk meminta maaf pada Jin Kang atas perlakuan buruk ibunya. Dan saya setuju. Entah kenapa karena satu kejadian itu, di mata saya Seung Ah terlihat egois. Apa saja yang dilakukan mutlak berasal dari sudut pandangnya saja, tidak mempertimbangkan orang lain.
Berbeda dengan Jin Kang yang pada beberapa kejadian, ia mendahulukan orang lain daripada dirinya. Karakter positif yang dimiliki Jin Kang tidak datang entah dari mana. Berkat kasih sayang dari Jin Gook-lah hingga ia berhasil menyembunyikkan dirinya dari masa lalunya yang tragis. Karena Jin Kang tumbuh dengan menyaksikan sendiri bagaimana perjuangan kakaknya dalam membesarkannya, hingga ia merasa akan sangat keterlaluan dan tidak berterima kasihnyabila ia memberontak setelah tahu fakta sebenarnya tentang hubungannya dengan Jin Gook.
Yang paling saya suka dari Jin Kang, ia tidak mencintai dengan setengah-setengah; pada kakaknya, pada Moo Young. Lihatlah usahanya agar tetap bersama Moo Young sembari menjaga perasaan kakaknya. Jin Kang nggak suka menye-menye nggak jelas. Nggak annoying kayak Seung Ah ㅋㅋㅋ
Btw, Jung So Min cantik banget. Dari dulu sampe sekarang, selalu begitu. Lovely So Min.
Best moment Yoo Jin Kang bagi saya adalah ketika Kim Moo Young secara sepihak memutuskan Jin Kang. Di episode 15 Jin Kang bersikeras meminta alasan mengapa ia diputuskan begitu saja. Sampe nangis-nangis histeris di depan pintu rumah Moo Young. DEMI APAPUN SEDIH BANGET YA ALLAH. Mana Moo Young-nya sehancur itu reaksinya. Siapa yang nggak sedih cobaaaaaaaa . Jin Kang nggak ada gantinya di hatinya Moo Young huhuhu.
Park Sung Woong as Yoo Jin Gook
HAAA. Ketemu lagi deh sama Ajeossi satu ini. Yang nonton Life on Mars masih inget dong karakter yang diperankan beliau di situ? Jadi tuh karakternya sebagai detektif di LoM agak familiar dengan perannya sebagai Detektif Yoo di drama ini—heboh, dewasa, lucu, asik.
Sebuah kejadian di masa lalu membuat Yoo Jin Gook hidup di dalam lingkaran rasa bersalah yang tidak pernah putus. Kejadian itu pula yang menyebabkan ia seperti kehilangan selera mengejar pangkat di kepolisian. Waktu liat poster dramanya, yang dia ngacungin pestol ke In Guk itu looh, saya pikir Ajeossi bakal dapat peran yang gimanaaa gitu (baca; jahat), EH ternyata enggak. Malah dia yang ditodongin pestol ㅋㅋㅋ
Saya akan lebih banyak ngebahas karakter Yoo Jin Gook di bagian chemistry.
Selain ketiga karakter mayor yang sudah saya bahas di atas, ada beberapa karakter pendukung yang porsi kemunculannya lumayan sering meskipun saya merasa beberapa karakter-karakter ini enggak ngasih pengaruh yang gede ke main story-nya—posisinya lebih ke pelengkap aja sih. Ada Seo Eun Soo sebagai Seung Ah, Do Sang Woo sebagai Jang Woo Sang, Jang Young Nam sebagai Tak So Jung—bestie nya Jin Gook, Kwon Soo Hyun sebagai Eom Cho Rong, dan Hong Bin sebagai No He Joon.
Kalaupun ada yang berperan sebagai trigger perubahan plot dan alur yang menggiring makin tajamnya konflik, maka karakter-karakter itu adalah...
Yoo Jae Myung as Yang Kyung Mo
Yang Kyung Mo menulis sebuah buku berdasarkan pengalamannya sebagai psikiater. Salah satu part dari buku tersebut mengisahkan pertemuan terpisahnya dengan Yu Ri dan Moo Young. Mengapa keberadaan Yang Kyung Mo menjadi penting jika berkaitan dengan Moo Young? Karena dari sudut pandang beliau-lah kita mendapatkan info yang lebih detail mengenai kondisi mental Moo Young, sehingga penilaian kita (setidaknya) bisa sedikit berimbang. Bahwa setiap orang memiliki latar belakang (masa lalunya) sendiri-sendiri. Memisahkan masa lalu dari seseorang bukanlah tindakan bijak, dan tentu saja sama tidak bijaknya bila kita menggunakan masa lalu sebagai satu-satunya untuk men-judge seseorang.
Kim Ji Hyun as Jang Se Ran
Jang Se Ran menganggap Kim Moo Young sama seperti dirinya sejak pertama kali bertemu pria itu. Ada yang bilang, iblis akan segera mengenali sejenisnya hanya dengan sekali tatap mata—itulah yang disangka Jang Se Ran. Tanpa tedeng aling-aling, ia mengidentifikasi Moo Young sebagai replika dirinya. Heartless. Licik dan kejam.
Karakter Jang Se Ran mengejutkan saya. Saya terlalu fokus pada karakter versi Jepang sehingga saya menyangka Yu Ri yang akan berperan sebagai evil-nya di sini.
#3 Chemistry
Seo In Guk jago banget membangun chemistry dengan siapa saja dalam satu drama. Namun kita harus sama-sama paham bahwa chemistry sesungguhnya tidak hanya diciptakan oleh satu pihak, melainkan dua pihak. Aktor atau aktris yang nggak bisa ekting ya mana bisa membangun chemistry?
... dan di The Smile Has Left Your Eyes kita punya Jung So Min; bisa akting, bisa membangun chemistry. So?
Chemistry antara Kim Moo Young Yoo Jin Kang terbangun solid. Kalau saya bilang sih semacam ada arus listrik-nya setiap kali dua orang ini berada di dalam satu scene , bukan cuman pas scene romantisnya doang—mereka berantem pun tetap bisa bikin saya baper. Mood dan tensi scene nya on top banget. .
Saya berpikir begini; mulanya Kim Moo Young tertarik pada Yoo Jin Kang bukan karena dia jatuh hati pada gadis itu, bukan jatuh cinta yang sebenar-benarnya. Bukan itu. Its not falling in love at the first sight. Moo Young menyangka Jin Kang tidak berbeda dengan gadis-gadis yang pernah ia temui; lemah, rapuh, mudah dimanipulasi hanya dengan kata-kata manis, yang bisa ditarik-ulur.  Maka tanpa ragu, Moo Young menjadikan Jin Kang objek permainnya. Ia menggunakan metode serupa seperti yang ia lakukan pada gadis-gadis lainnya. Ah.. tapi tidak semudah itu Fergusso~ ㅋㅋㅋㅋ
Semakin sering Moo Young berinteraksi dengan Jin Kang semakin jelas sekali kalau Jin Kang tidak sesuai prediksi Moo Young. Moo Young terjatuh dalam permainannya sendiri. Lantas apa yang membuat Jin Kang berbeda dengan Seung Ah, atau Yu Ri, bahkan dengan Jang Se Ran? Saya menduga, perbedaannya terletak pada cara Jin Kang melihat Moo Young. Jin Kang melihat Moo Young sebagai manusia seutuhnya tanpa tendensi apa-apa. Jin Kang tidak menjadikan Moo Young sebagai pelarian atau jalan keluar dari keruwetan hidupnya. Secara emosi, Jin Kang independen. Merdeka. Jin Kang mengenal hatinya sendiri lebih dari siapa pun—tampaknya masa lalunya yang tidak menyenangkan telah membentuk mental Jin Kang menjadi kuat, juga simpati dan empatinya. Seseorang akan dengan mudah melahirkan empati ketika bertemu orang yang memiliki pengalaman emosional yang mirip dengannya dirinya. Demikian pula yang terjadi pada Jin Kang. Pemahaman yang Jin Kang berikan kepada Moo Young semakin besar tatkala mengetahui Moo Young besar di panti asuhan, dan memiliki bekas luka bakar yang sama dengan miliknya. Sudut pandang Jin Kang terhadap Moo Young bukan berdasar kasihan, namun lebih mengarah ke hal yang manusiawi. Moo Young adalah Moo Young. Manusia sudah semestinya memperlakukan manusia lainnya secara adil—itulah yang coba dilakukan Jin Kang. Tidak ada kamuflase pada tatapan Jin Kang untuk Moo Young. Ia Jujur apa adanya, polos, mudah terbaca—sebab itulah Moo Young segera menyadari Jin Kang menyukainya.
Yoo Jin Kang adalah anomali bagi dunia Kim Moo Young yang sunyi dan tanpa riak. Tenang tapi menenggelamkan. Ngomongin scene  favorit, kayaknya saya menyukai hampir semua scene nya Moo Young-Jin Kang. Kalau diminta nyebutin salah satunya, ini, ketika Moo Young menolak berinisiatif agar bisa meraih restu Jin Gook, Jin Kang marah dan meninggalkan Moo Young. Moo Young awalnya nggak peduli. Tapi itu tidak berlangsung lama, hanya sepersekian detik setelah kepergian kekasihnya, Moo Young melesat mengejar Jin Kang. Udah ke rumah Jin Kang tapi nggak ada. Taunya Jin Kang masih ada di halaman rumah Moo Young HAHAHAHA. Ekspresi leganya Moo Young pas liat Jin Kang.... .
Selain chemistry antara Jin Kang Moo Young, tidak sah rasanya kalau kita tidak ngomongin love-hate relationship antara Jin Gook-Moo Young. Yang satu demen mancing emosi, yang satunya lagi mudah terpancing emosinya. Cucok ㅋㅋㅋ. Saya sudah salah paham, mengira motif Moo Young yang dari ucapannya kerap menyerang dan menyudutkan Jin Gook, karena Moo Young sudah tahu kejadian di masa lalu itu. Ternyata bukan. Emang dasarnya Moo Young pengen ngusilin Jin Gook sih.
Saya nggak ngitung udah berapa judul drama Park Sung Woong ajeossi yang udah saya tonton, tapi dari drama terakhir beliau—Life on Mars, saya tahu ajeossi mudah sekali membangun chemistry dengan siapa aja. Dengan penjahat aja bisa, apalagi dengan leads? Air mukanya ajeossi kan serius gitu yaaa, jadinya malah dapet banget feel lucunya pas scene-nya diarahin ke yang lawak. Komikal banget. Entah apa saya akan siap atau enggak kalau saya nonton Ajeossi di drama romantis dengan beliau sebagai main lead ㅋㅋㅋㅋ
Chemistry nya Ajeossi dengan Tak So Jung juga turut mewarnai drama ini. Kita sama-sama tahu Tak So Jung menyukai Jin Gook. Tapi Jin Gook ajeoosi terlanjur memerangkap Tak So Jung dalam garis friendzone. Ugh. Mungkin hanya saya yang penasaran, bagaimana awal kejadian Tak So Jung dan Jin Gook bisa sedekat itu, hingga Tak mengetahui sebagian besar rahasia masa lalu Jin Gook.
Chemistry kakak-ade Jin Gook-Jin Kang juga bagus banget. Natural. Detail ekspresi, juga celetukan-celetukan dua karakter ini terhadap satu sama lain, menguatkan pondasi chemistry nya.
Ending
Karena tersulut penasaran, saya menelusuri gugel, mencari spoiler The Smile Has Left Your Eyes versi Jepangnya. Dan seketika shock. DEMI APAPUN ENDINGNYA KURANG AJAR BANGET. MAKJANG. Ih beneran deh saya histeris. Dengan masih dibaluti perasaan tidak mau terima, saya pun menulis di temlen, di blog terkait ending drama ini, bahwa saya bisa nerima ending tragis—paling tragis tokoh utamanya matik. SAYA BISA. Perkara saya susah move on atau baper berkepanjangan, itu urusan belakangan, SAYA (PASTI) BISA melewatinya, tapi yang saya nggak bisa terima ya kalau endingnya tar ngikutin versi Jepang *siap-siap ngamuk*. Saya yakin netyjen koriya sama enggak ikhlas nya seperti saya. Meski was-was dan kuatir, saya tetep dong lanjut nonton. Udah kadung sukak, jadi sulit ngelepasin. Menjelang episode terakhir, keyakinan saya kalau ending versi Koriya akan berbeda dari original-nya semakin membulat. Sependek ingatan saya sih, se-makjang makjangnya drakor, plot-twist semacam itu belum pernah kejadian. Kalo di Indo –kalau nggak salah inget, pernah ada dulu. Sinetron yang diangkat dari novel-nya Mira W. Lupa judulnya tapi inget yang main Alm. Adjie Masaid dan Vicky Burki (YA ALLAAAAAAAH DIBAHAS SAMA SI MBAAAAAAK ㅋㅋㅋㅋ)
Mengenai ending The Smile Has Left Your Eyes, ada satu point yang menurut terasa banget antiklimaksnya. Saya melihat ada upaya SW-nimnya untuk menggiring prasangka penonton agar berkiblat ke versi Jepang-nya (mengenai hubungan Jin Kang-Moo Young), yakni melalui tokoh Jin Gook. Jin Gook menolak keras jika adiknya terlibat hubungan asmara dengan Moo Young. Di satu scene Tak mengatakan bila Moo Young benar-benar anak laki-laki yang dicari Jin Gook, berarti Jin Kang tidak bisa (tidak boleh) pacaran dengan Moo Young. Masuk akal sih kalau misalnya alasan Jin Gook melarang Jin Kang demi melindungi adiknya dari ingatan masa lalu yang mengerikan itu. Tapi merasa alasan itu terlalu lemah, dan makin enggak kuat jika dikaitkan dengan usaha Jin Gook mencari Moo Young kecil dulu. Jin Gook sudah susah payah mencari Moo Young, lalu ketika sudah ditemukan kenapa malah diperlakukan seperti itu? Nggak konek konfliknya. Jujur aja, melihat kenekatan Jin Gook menggunakan cara jahat guna menjauhkan adiknya dari Moo Young, saya sempat berpikir—oh, jangan-jangan... good job, writer-nim ㅋㅋㅋㅋ
Itu aja sih yang saya rasa cukup mengganggu.
Ngeliat Moo Youn down, nangis sedih di awal ep 15 sukses meremukkan hati—aktingnya In Guk daebak gilak! DAPET BANGET feel ancurnya. Bayangin aja, untuk pertama kalinya dia ngerasain bisa bener-bener suka sama orang, untuk pertama kalinya dia mencoba menjalani hidup selayaknya manusia normal, lalu tiba-tiba dikejutkan dengan fakta seperti itu—siapa sih yang enggak shock dan pengen mati aja? Mana lagi sayang-sayangnya pulak .
Di ep 15 dan 16, saya berkali-kali dibuat takjub dan terpana oleh akting brilian Seo In Guk. Amazing actor. Setelah dibuka dengan akting nangisnya di ep 15, dilanjutkan dengan scene Moo Young yang berusaha mengabaikan Jin Kang yang menangis histeris di depan pintu rumahnya. Saking enggak kuatnya, Moo Young mutusin menelpon Jin Gook. Trus Moo Young cuma bisa ngeliat bayangan Jin Kang digendong kakaknya dari jendela rumahnya, nangis dong dia. KIM MOO YOUNG YANG KITA LIAT SEPERTI BATU KUBUR TANPA PERASAAN ITU, NANGIS DAN NANGIS. HATI SIAPA YANG TAK LUKAAAAAAAAA HAAAAAAAAH .  Jin Kang benar, Moo Young akan nangis kalau ngerasain sakit. Dia manusia juga.
Moo Young ngintipin Jin Kang dari jauh, sedih liat kondisi Jin Kang. Lalu ia pun ikut tersenyum melihat Jin Kang tertawa saat bercanda dengan rekan kerjanya. Moo Young tuh sok tsundere di hadapan Jin Kang, tapi ancur se-ancurnya di dalam.
Bapernya belum selesai pemirsa. Di ep 16, saat Jin Gook menemui Moo Young. Setelah keduanya terlibat pembicaraan, Jin Gook meminta Moo Young menyerahkan diri namun ditolak Moo Young. Moo Young menegaskan bukan salah Jin Gook atau Dokter Yang hingga ia menjadi seperti itu, Moo Young pun memeluk Jin Gook YA ALLAAAH SEDIIIIIIIHNYAAAAAAAA. Moo Young yang sebelum-sebelumnya nggak pernah melewatkan satu pun kesempatan memancing emosi Jin Gook, kali ini memeluk Jin Gook demi memastikan pria itu agar terlepas dari rasa bersalah menahun yang mengikutinya ke mana-mana. Moo Young-ah .
Part yang bisa menjelaskan ending karakter Kim Moo Young adalah surat yang ditulis Moo Young untuk Jin Gook. Um, kenapa nggak nulis untuk Jin Kang ya? Kok malah kayak firasat ya?
“To tell the story that I want to tell, I will have to quickly end the story that I must tell. I don’t think that the things you said were wrong. If not having a heart makes you a devil, I really didn’t have a heart. I don’t know the reason. I always thought that people were strange. They become happy because of strange things, becomes sad because of strange things, and become angry because of strange things. I hated people some days, and they entertained me some days. I bothered the things that I wanted to bother and observed the things that I wanted to observe. If someone started a fight, I fought. At that moment, I wasn’t even interested in Yuri or Seung Ah. In the end, I knew that I would win.
Tidak peduli seberapa dalam saya berpikir mengenai karakter Kim Moo Young, saya tetap tidak mampu melabelinya dengan sebutan evil. Bisa jadi karena saya sudah terlanjur terpengaruh secara emosional hingga sulit berpikir objektif. Alih-alih mendefinisikannya sebagai karakter devil, saya malah berempati pada Moo Young. Dan saya tidak merasa bersalah untuk itu.
Menjelaskan sesuatu yang tidak ada adalah hal paling sulit. Itulah yang dirasakan Moo Young ketika Jin Kang berkali-kali menanyakan apakah Moo Young tidak merasa sedih atau apapun jenisnya itu setelah apa yang terjadi pada Seung Ah. Moo Young tidak memiliki perasaan semacam itu, dan ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya.
Jin Kang told me to become a good person. I wanted to become a good person, but I become a murdered.
I’m sure that no one will understand me, but I want to say this. I really felt that I was a human that day. I killed someone when I felt like a human the most. I realized my life was over because of that.”
Part inilah yang membuat saya tercenung, menarik napas panjang, dan berusaha untuk tidak menangis. Ruang empati yang saya berikan kepada Moo Young semakin membesar tanpa bisa ditahan. Moo Young yakin tidak akan ada yang memahaminya, tapi saya yakin, saya bisa.
Apa yang membuat Moo Young merasa menjadi manusia seutuhnya jelang detik-detik ia menembakkan pistolnya kepada Jang Se Ran? Amarah yang menggebu-gebukah karena merasa dipermainkan wanita itu? Saya rasa bukan itu pemicu utamanya. Moo Young sudah berniat meninggalkan rumah Jang Se Ran, namun saat nama Jin Kang disebut, emosi Moo Young jadi tak terkendali. 
Yoo Jin Kang. Saya teringat teori Enzim Lock and Key. Enzim tidak akan bereaksi bila tidak bertemu substrat yang cocok dengan sisi aktifnya.  Moo Young-Jin Kang mirip banget dengan teori itu. Keran emosi Moo Young yang menjadi penanda sisi manusianya hanya bisa dibuka oleh Jin Kang—satu-satunya orang yang memperlakukannya sebagai manusia utuh, yang memahaminya lebih dari siapapun. Moo Young ingin Jin Kang bahagia dengan atau tanpa dirinya di sisi gadis itu. Yang seperti ini tentu tidak akan terasa spesial seandainya kita tidak melihat bagaimana perjalanan Moo Young dari awal episode 1 drama ini.
Moo Young ingin jadi orang baik, namun ia justru membunuh orang. Ini ironis.
Saya paham sekali mengapa Moo Young yang biasanya tidak mudah terpancing (seringnya dia yang mancing emosi orang), justru kehilangan diri-nya dihadapan Jang Se Ran. Perasaan sedih, amarah, dan jenis-jenis emosi lainnya—Moo Young belum terbiasa dengan itu semua. Bagaimana mengenali dan mengendalikan perasaan asing itu, Moo Young belum tahu caranya.
Yang evil itu Jang Se Ran, bukan Moo Young.
Apakah saya puas dengan ending drama ini? Jika pertanyaannya sehubungan dengan versi  Jepangnya, maka saya lebih dari puas. Tepatnya, saya lega. 
POTONGAN TERAKHIR
  Ps. In the afternoon one day, I missed something and started my journey. I walked, walked, and walked again. I bumped again and again...
Then I met Jin Kang.
And I started to breathe again...
Kisah Kim Moo Young dan Yoo Jin Kang ditulis dengan indah sekali. Melihat dua karakter ini membuat saya meyakini kembali bahwa setiap orang memiliki soulmate-nya masing-masing. Pasangan jiwa yang melengkapi dan mengisi potongan jiwamu yang hilang atau kosong.
Ketika kecil dulu, Moo Young lah yang menjadi pelindung dan rumah bagi Jin Kang. Dan ketika dewasa dan segalanya telah menjadi demikian rumit dan tak terjelaskan, Jin Kang menggantikan posisi Moo Young. Jin Kang menjelma satu-satunya rumah untuk Moo Young. Untuk mereka berdua..... .
Saya berandai-andai, bilakah saat itu Moo Young dan Jin Kang tidak terpisahkan, entah mengapa saya yakin sekali Moo Young tidak akan kehilangan hatinya. Ia akan menjadi manusia yang berbeda dari Moo Young dewasa yang kita kenal (sebelum bertemu Jin Kang kembali).
Dari karakter Moo Young, lahirlah pertanyaan menggelitik di benak saya; mengapa sebagian perempuan mudah sekali tertarik pada laki-laki yang dilabeli bad boy? Usia saya sekira tigabelas atau empatbelas, saat itu untuk pertama kalinya saya mengenal yang namanya cinta monyet. First love saya seorang bad boy. Trouble maker. Orang-orang di lingkungan saya mengenalnya sebagai anak nakal. Tapi di mata saya dia baik, lucu, nggak suka main kasar sama perempuan. Ada apa dengan tabrakan sudut pandang ini? Lalu tibalah saya pada kesimpulan ini; saya melihat sesuatu yang tidak dilihat orang kebanyakan pada sosok dia. Mungkin seperti itu juga yang dialami orang lain; kita seperti merasa mampu mengubah seseorang pada saat itu. Kenyataannya enggak. Seseorang seharusnya berubah karena dan untuk dirinya sendiri, bukan demi orang lain. 
Apakah sekarang, saya masih suka pada trouble maker (di real life)? Nope. Saya bukan abege lagi. Saya sudah punya pemahaman yang jauh lebih baik tentang sosok seperti apa yang (bisa) saya sukai. Kalau di drama maaaah, kadang-kadang masih suka terperangkap dalam pesona male lead yang bad boy bin trouble maker tapi di dalam rapuh butuh kasih sayang  ㅋㅋㅋㅋㅋ
Rating : 9/10
★★★★
Pesan moral dramanya bagus sekali.
Goodbye, Moo Young-ah...
I Wish you can find your happiness in heaven,
with Jin Kang
There...
Thank you
You’ll be remembered.
.
***

Tabik,
A z z
Sebuah plot-twist ㅋㅋㅋㅋ