How to heal my broken heart
Nonton live streaming drama udah biasa, tapi nonton onlen acara nondrama? Terlebih acara survival show?  Demi final Produce X 101, saya jabanin! Nyaris empat jam bbook! Makin wow dong karena saat itu saya sedang sibuk-sibuknya dengan urusan real life. Selama seminggu full saya terlibat langsung dua kegiatan penting. Meski secara fisik dan mental saya lelah, tapi saya keukeuh nonton. Saya pengen nyaksiin moment nama Jinhyuk diumumin masuk line debut. And  yeah... we already knew it didn’t happen. Sedih? Jangan ditanya! Saking nyeseknya, pagi-pagi, di tengah jadwal sibuk, saya neleponin Deng—tjurhat sambil nangisin Jinhyuk di tengah keramaian HUAHAHAHAHA. That was so epic!
Sebelum final Produce X digelar, saya nggak pernah terang-terangan nyebutin trainee tertentu sebagai one pick. Saya (selalu) bilang sayang dan dukung semua trainee, dan itu benar. Masa sih saya nggak punya one pick? Yaaa pasti punya dong. Cuman nggak diomongin, takutnya entar pas nggak kepilih efek kecewanya bisa ngancurin mood  berbulan-bulan—saya emang gitu orangnya, bapernya suka kelewatan. Dan emang beneran nggak kepilih kan one pick saya...  ㅋㅋㅋㅋ
Yep. My one pick is Lee Jinhyuk from TOP Media.
Mau cerita dikit kronologis kenapa (akhirnya) one pick saya jatuh kepada Lee Jinhyuk. Ketika saya pertama kali menonton ep 1 Produce X 101, pas evaluasi agensi first impression saya ke Jinhyuk nggak bagus-bagus amat. Songong bin nyebelin banget kesannya, Angry eyebrows kata Lee Sejin HAHAHAHA. Ya abis mukanya Jinhyuk emang kayak sombong gitu kan pas nongol pertama kali mau milih kursi berdua sama Wooseok. Kehadiran mereka seolah ingin mengesankan bahwa mereka adalah senior—at least itulah yang coba dihadirkan M*et dengan evil editing­-nya yang melegenda itu. It sucks anyway, Jinhyuk proved them wrong. He is not that kind of man.
Hwang Yunseong, Kim Minkyu, Song Hyeongjun, Cho Seung Youn, Choi Byungchan adalah nama-nama trainee yang pernah menarik perhatian tapi tidak sampai sukses menjadi one pick saya. Prosesnya saya mutusin ngestan idol atau grup tertentu nggak pernah ringkas. Nggak ada tuh love at the first sight.  Kalau pun saya pernah suka idol pada pandangan pertama, itu nggak akan berlangsung lama. Liat aja gimana berlikunya ketika saya akhirnya ngestan Lee Changsub. Saya harus kenal dulu. Nah sama juga ke Lee Jinhyuk-nya—emm, baru nyadar marga nya sama ㅋㅋㅋ
Saya benar-benar mulai merhatiin Jinhyuk di episode 5, dan makin solid sukanya setelah evaluasi posisi. Di twitter saya pun mulai mem-follow akun yang ngebagiin info-info tentang idol yang juga merupakan member UP10TION ini.
Kenapa suka Jinhyuk? Banyak. Tapi ada satu kesamaannya dengan Lee Changsub dan ini bisa menjadi standar ketika saya ngestan idol—Changsub dan Jinhyuk memastikan dengan segenap hati bahwa sebagai fans saya tidak perlu khawatir mereka akan mematahkan hati saya. Bukan soal dating, I can accept that. Drugs etc. Itu yang nggak bisa saya tolerir. Bagi saya bakat nomer dua, tapi attitude harus nomer satu. Nggak mau sok sih dengan menampik dunia artis itu tidak semanis yang tampak. Saya udah tahu banget ini, makanya saya hati-hati kalo ngefans, nggak ngasal ganteng berbakat. Ganteng/cantik berbakat tapi ternyata kelakuan iblis? Nggak banget. Ngapain suka orang macam begini? Saya suka dengan artis yang bisa ngasih pengaruh yang positif buat saya. Saya punya banyak sifat jelek, laaah kalau ngefansnya sama orang sifatnya jelek kayak saya apa enggak sama aja saya nyeburin ke lumpur item namanya? Mereka bilang ambil yang baiknya, buang yang jeleknya—adakah yang bisa menjamin alam bawah sadar kita tidak terpengaruh segala sesuatu dari apa yang sehari-hari akrab dengan kita?
Kita cenderung menyenangi atau paling tidak berusaha mendekatkan diri dengan sesuatu yang tidak/belum melekati diri kita. 
jadi, karena Jinhyuknya baik makanya saya ngefans? Fans akan (selalu) bilang idol-nya baik, karena baik itu relatif. Nggak ada takaran yang jelas soal seseorang itu baik atau enggak.  Kualitatif. Jinhyuk punya banyak catatan positif yang datang dari banyak orang. Teman sesama trainee, long-time fans, trainer... Saya rasa itu udah cukup. Oiya, ada satu lagi yang bikin saya mau nggak mau nge-adore Jinhyuk. Dia nggak pernah ragu-ragu nyebutin mak-nya di mana-mana HAHAHAHA. Persis Changsub. Perlu digarisbawahi, personality nya Changsub dan Jinhyuk jelas berbeda jauh. Kebiasaannya juga, misalnya Changsub suka kopi, Jinhyuk enggak. Tapi kalau ditanya kenapa saya bisa suka dua orang ini, jawabannya nggak akan berebeda satu sama lain.
Itulah mengapa saat pengumuman debut line Produce X, setelah posisi 3 diumumin dan itu bukan Jinhyuk, saya nyerah. Dada udah nyesek, mata berair—saya brenti streaming. Udah nggak sanggup. Udah ada feeling Jinhyuk ga bakal lolos. Berharap pada posisi X? udah nggak mungkin. Eunsang atau Minkyu yang akan kepilih, saya yakin itu. Duh, bayangin gimana ancurnya mood saya waktu itu. Nggak bisa mikir jernih. Pengen berkata kasar tapi takut dosa ㅋㅋㅋ
Saya membatin, “oooh jadi gini rasanya one pick nggak lolos, mirip orang patah hati....”
Harap maklum ke-lebai-an saya, ini pengalaman pertama saya ngikutin Produce.
Saya sayang dan dukung seluruh trainee untuk debut, pun dengan X1. Tapi maaf banget—saya nggak bisa memungkiri ada kekecewaan yang masih membekas dalam. Saya nggak bisa nge hype X1 seperti orang-orang yang one pick nya lolos debut. Feel nya beda aja. Soal ini saya nggak pernah terang-terangan ngomong di twitter. Khawatir ada yang tersinggung, e tapi saya nggak berbakat nge-salty in orang sih, makanya tenang aja, saya nggak akan bad mouthing anak-anak ekswan. Saya serius sayang kok sama mereka, cuman level nya beda sama sayangnya saya ke Jinhyuk hehe.
Saya senang sekali Jinhyuk mendapatkan spotlight pasca final PDX. Fanmeeting, tawaran dari acara televisi berdatangan, DAN TAWARAN MAIN DRAMA JUGAAAAAAAA!! Denger-denger katanya Jinhyuk masuk TOP Media melalui jalur akting jadi sloth wkwkwk. Saya cuman berharap agensinya akan mengelola peluang dan kesempatan yang datang kepada Jinhyuk. Nggak semua orang bisa mendapatkannya. TOP Media, please do your job properly!
BY9 (Be Your Nine)
Kemunculan grup yang dibentuk fans pasca final Produce X telah menimbulkan keramaian di kalangan fans, baik itu fans BY9 maupun X1. Ada pro dan kontra. BY9 diisi oleh trainee yang tidak lolos ke debut line—Kim Minkyu, Goo Jung Moo, Lee Jinhyuk, Song Yuvin, Ham Woonjin, Hwang Yunseong, Keum Donghyun, dan Tony. Entah perasaan saya doang atau emang beneran terjadi gesekan antara fans BY9 dan X1. Beberapa fans menuduh bahwa orang-orang mendukung BY9 karena sakit hati trainee favoritnya nggak lolos—benar atau tidak saya tidak tahu. Alih-alih menyudutkan pihak lain, saya memilih menujukkan pertanyaan ini ke diri saya sendiri, “apakah saya mendukung BY9 karena kesal bin dendam ke M*et dan ekswan? Apakah saya meniatkan dukungan saya untuk membuat grup tandingan hasil PDX karena one pick saya nggak lolos?”
Dan ternyata jawabannya sederhana, tidak serumit yang dibayangkan. Sejak mula, saya mendeklarasikan rasa sayang saya kepada seluruh trainee PDX wabilkhusus OT31, dan terespesial OT20. Saya pengen semuanya debut. Saya tidak ingin kehilangan momen-momen kebersamaan para trainee—inilah yang paling saya rindukan. Saya bisa merasakan betapa kentalnya pertemanan di season ini, trainee dekat satu sama lain. Banyak yang nggak terkespos—sebut saja Jinhyuk-Minyuk, Wooseok-Yunseong, Jinhyuk-Seokhwa, duh banyak banget. Dendam, iri, dengki, marah—saya tidak butuh. Yang paling saya butuhkan OT31 debut. Semua bahagia. Kelar perkara. Terkait kekecewaan mendalam atas tidak lolosnya Jinhyuk, saya bukan robot. Sangat wajar saya merasakan kekecewaan. Hanya saja saya enggak mau menelurkan kekecewaan saya ke hal-hal yang merugikan pihak lain. Jika keinginan saya agar BY9 debut dinilai merugikan pihak lain, tunjukkan ke saya bagaimana jalan ceritanya? Lagian kan ini sebatas project doang yang aturannya bisa disepakati agensi-agensi sangg idol tanpa ikut campur M*et. Kenapa boleh mendukung grup lain, dan berlaku ‘tidak boleh’ untuk BY9?
Bagi saya, peluang, kesempatan atau apalah namanya itu, sangat besar dimiliki BY9. Saya hampir yakin, jika pada akhirnya ada agensi yang tidak mendukung BY9 dan grup ini menemui akhirnya yang antiklimaks, maka mereka telah kehilangan peluang/kesempatan besar untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari hype grup bikinan fans ini. Adalah kerugian teramat besar melepaskan BY9.
C9, agensi Keum Donghyun telah mengeluarkan pernyataannya bahwa Keum Donghyun akan debut bersama BY9 jika kedelapan  trainee lainnya setuju untuk debut, tapi jika ada satuuu saja yang menolak maka selesai sudah riwayat BY9. Layu sebelum berkembang. Sejauh ini Starship dan Woolim belum memberikan respon terkait hype BY9.
Saya membayangkan jika BY9 debut, maka grup ini tidak akan kalah pamor dari grup lain. Belum debut aja fansnya udah berhasil masukin iklan di Time Square, belum lagi bentuk-bentuk promosi lain bikin saya menganga. Niat banget emang.
Hemat saya, kenapa sampai detik ini kepastian BY9 masih stuck nggak ke mana-mana, itu karena ekswan belum debut, nggak sopan banget debutin BY9 di waktu yang nyaris bersamaan dengan ekswan. JBJ aja dulu harus nunggu beberapa bulan untuk debut. CMIIW, Wanna One debut Agustus kalau enggak salah dan JBJ Oktober. Fans BY9 disuruh sabar se-sabar sabarnya. Dan jika pun nanti hal yang paling buruk terjadi—BY9 gagal debut, dipastikan saya akan patah hati lagi. Mau gimana lagi, sudah resiko nge-stan grup yang belum pasti debut atau enggak :’)
Produce X 101 sudah selesai, sebelas orang telah dipilih oleh gukmin producer-nim, X1—nama grupnya—tinggal menunggu hari debutnya tiba. Jika diminta jujur mengenai perasaan saya, saya nggak mau menutupi kenyataan bahwa saya belum sepenuhnya pulih dari kekecewaan. Saya mulai nonton PDX karena Lee Dong Wook, lalu berakhir menyukai sepenuh hati acara yang telah menuai banyak kontroversi sejak season pertamanya ini. Dan kemudian One pick saya nggak lolos. Meski sedari awal, berbekal pengalamnnya nonton PD, Deng, adek bungsu saya sudah mewanti-wanti agar tidak terlalu terbuai Produce, karena bila pick saya nggak lolos maka itu akan melukai saya sedalam-dalamnya, belum lagi kontroversi-kontroversi yang melingkupi acara ini.... Deng terbukti benar. Pun tentang Jinhyuk.
Well, sudah terjadi. No turning back, saya tidak menyesali apa pun. Ini saatnya saya recovery .
Dan untuk seluruh trainee Produce X 101, saya mengutip kata-kata trainee OT 20...
“Let’s not forget about the moments we shared together. I know it from experience that all 101 of us are doing our best, every one of us is splendid and amazing.” –Cha Junho
“You were so cool. And you will be even more cooler in the future.” –lee Sejin
I’d like to tell everyone, that they’ve done well. I wish they don’t give up.” Lee Hangyul
“We raced forward together... without looking back. I was happy to be togehter with them on Produce X 101. –Kim Minkyu

And the last one, this is all we want to happen in the future....
“I wish... al 101 of us could meet on stage.” –keum Donghyun

See ya! ^^


Starring : Ong Seung Woo, Kim Hyang Gi
Tentang drama Korea yang mengambil setting kehidupan remaja, sudah banyak sekali yang sudah saya nonton; God of Study, School series, Sky Castle, Cheer Up! Angry Mom. dan masih banyak lagi judul lainnya. Garis merah dari drama-drama tersebut tak pernah jauh-jauh dari pelbagai masalah yang dihadapi remaja-remaja wabilkhusus Korea Selatan: konflik anak-orangtua, campur tangan orangtua berduit dalam pencapaian prestasi anak di sekolah sehubungan dengan ambisi mereka memasukkan anak-anak mereka ke universitas-universitas ternama di Korsel sana, kasus bullying yang mengerikan dan tak mengenal akhir, depresi, hingga bunuh diri...  
At Eighteen atau Moment of Eighteen merupakan drama besutan Sutradara Shim Na Yeon, dan penulis naskah Yoon Kyung Ah. At Eighteen tayang setiap hari Senin dan Selasa pukul 21.30 waktu Korea Selatan di stasiun tivi kabel jtbc, dan saat ini telah menayangkan 4 episode dari total jumlah 16 episode.
Dikutip dari Asianwiki, At Eighteen mengisahkan kehidupan Choi Joon Woo (Ong Seong Wu), remaja delapan belas tahun yang terbiasa hidup sendiri dan kesepian. Ibunya, Lee Yeon Woo (Shim Yi Young), mengasuh Joon Woo sendirian. Ia sering meninggalkan putranya karena tuntutan pekerjaan. Joon Woo digambarkan sebagai anak lelaki yang kerap menemukan kesulitan mengekspresikan dirinya, namun di sisi lain ia juga memiliki karakter yang cute. Karena satu kejadian, Joon Woo ditransfer ke sekolah lain. Di sekolah barunya itulah ia bertemu dengan Yoo So Bin (Kim Hyang Gi), yang kelak akan sekelas dengannya. Yoo Soo Bin adalah satu dari sekian siswa berprestasi di sekolahnya. Kehidupannya dikontrol sepenuhnya oleh ibunya. Yoon Song Hee (Kim Sun Young) menginginkan agar putri semata wayangnya itu masuk ke perguruan tinggi top. Sebab itulah ia rela melakukan apa saja agar prestasi anaknya meningkat. Soo Bin memiliki mimpi kelak ia akan menjadi seseorang yang independen tanpa campur tangan ibunya. Pembawaannya yang easy going, ceria, down to earth, dan tidak tampak sebagai orang ambisius membuatnya mudah dekat dengan siapa saja. Termasuk dengan Joon Woo. Soo Bin lah yang pertama kali membuka jalan kedekatan di antara mereka.
Kehadiran Joon Woo di sekolah barunya tak sepenuhnya lancar. Hanya berselang beberapa hari saja ia masuk di sana, masalah baru telah melibatinya. Ia dituduh mencuri jam tangan malah milik seorang pengajar kenamaan. Ma Hwi Young (Shin Seung Ho) berada di balik insiden tersebut. Awalnya, ia tak berniat menjebak Joon Woo, target sebenarnya adalah Jo Sang Hoon, siswa pecicilan yang selalu berusaha menjatuhkannya dengan segala gaya pecicilaannya. Namun situasi menjadi tak terkendali setelah kasus itu masuk ke lingkaran sekolah hingga akhirnya Joon Woo menjadi pihak tertuduh.
Sama seperti Yoo Soo Bin, Ma Hwi Young adalah teman sekelas Joon Woo. He is a top student there. Namun tak banyak yang tahu jika Hwi Young menderita semacam gangguan panik—saat ia mengalami situasi mencemaskan ia akan menggaruk pergelangan tangannya tiada henti. Hwi Young tak menyukai kehadiran Joon Woo, lebih karena ia merasa disepelekan. terhina oleh tindakan Joon Woo. Kalau saya melihatnya, ketidaknyamanan Hwi Young terhadap Joon Woo tak lain adalah akibat complex yang dialaminya. Ketidaksukaan Hwi Young kian menjadi-jadi setelah ia menyadari kedekatan Joon Woo dan Soo Bin yang semakin hari semakin akrab saja. Yep!  Hwi Young naksir Soo Bin.
Soooooo, gimana kesan pertama saya nonton At Eighteen?
Sebelum menonton At Eighteen, saya sedang memasuki masa hiatus ngedrama. Such a short break. Waktu itu saya lagi kepincut sama Produce X101, mood ngedrama pun ambyar byar byarrr bablas. Nah, pasca Produce X  saya merasakan kekosongan yang luar biasa. Debut X1 masih lama, BY9 belom ada kabar juntrungannya bakal jadi apa enggak—bosen dong. Mau nonton drama, nggak tau mau nonton yang mana—nggak ngikutin twitt temen-temen yang biasa nge-review drama soalnya hanya berselang dua-tiga hari setelah saya bikin @CloudySkies1234, akun khusus PDX, akun twitter @Majimak_Sarang dikunci sama pihak twitter dan nggak tau bakal balik lagi atau enggak sama sekali .. Ribet amat ya permasalahan kehidupan onlen ane ..
Secara ramdom saya milih nonton At Eighteen sebagai drama pertama saya setelah short break, dan tentu saja tanpa ekspektasi apa-apa. Selain Kim Hyang Gi, tak satupun dari list pemainnya yang familiar. Rata-rata pemeran utamanya emang belum punya jam terbang tinggi kecuali Hyang Gi, di luar supporting roles yang meranin guru dan ortu para siswa. Tau Ong Seong Wu sebagai idol doang, bukan sebagai aktor.
Saya menonton sekaligus tiga episode drama At Eighteen, dan saya pikir dramanya cocok sama saya. Saya bisa menangkap Storyline-nya secara utuh, nuansanya kalem, sendu, tidak dramatis, divisi aktingnya tidak ada masalah—Ong Seong Wu is okay. Saya membaca banyak komentar di portal yang mengatakan pace dramanya lambat. Sejauh ini menurut saya udah pas kok. Untuk empat episode awal, konfliknya udah mulai keliatan. Tapi emang untuk pengenalan karakternya, untuk supporting role teman-teman sekelas Soo Bin, Joon Woo, dan Hwi Young, masih belum begitu jelas. Saya mencium di episode-episode mendatang tokoh-tokoh kecil ini memiliki porsi permasalahan yang akan memberi warna pada konflik At Eighteen. At Eighteen bukan drama suram, kesan melankoliknya tidak menjurus ke sana, tapi lebih ke arah sentimental-nya usia 18 di mana remaja di usia ini sedang giat-giatnya melakukan pencarian jati diri di tengah-tengah lingkungan yang kerap kali justru memberinya arah yang keliru. Saya membaca karakter-karakter remaja di drama ini sebenarnya sedang bertarung melawan dirinya sendiri dan lingkungannya—orangtua, ketidakberuntungan, harapan, cita-cita.
Saya tidak ingin menuduh bahwa ada antagonis di drama ini, setiap karakter telah atau akan menjadi apa ia di sepanjang jalannya cerita At Eighteen, pasti memiliki alasannya sendiri. Pun demikian, saya tidak ingin memberikan pemahaman tanpa batas bila nanti ada dari karakter-karakter tersebut ada yang melakukan tindakan di luar batas. Sebab itulah kenapa drama ini menarik perhatian saya. Saya ingin melihat bagaimana penulis naskahnya menyelesaikan konflik karakter dan antarkarakter di At Eighteen. Jika pun tak bisa menyerupai jejak School 2013 yang begitu apik mengemas konflik dan penyelesaian setiap karakter di dramanya, saya berharap At Eighteen tidak kehilangan arahnya hingga selesai masa tayang.
Berikut ini saya tulis hal-hal menarik yang saya temukan saat menonton empat episode At Eighteen!
Scene yang bikin nangis kejer .
Saya nangis sesenggukan, serius.
Joon Woo terbiasa ditinggal ibunya kerja sampai larut malam. Suatu malam hujan turun deras sekali disertai guntur yang menggelegar. Joon Woo kecil ketakutan. Ia bersembunyi di bawah selimut tebal. Di saat itulah Shin Jeong Hoo datang mengetuk pintu rumahnya.
“I thought you might be scared,” Jeong Hoo said.
Ooh kiddo, you have the purest heart... .
Jeong Hoo tau Joon Woo tidak bisa tidur dalam gelap. “Sekarang, kamu tidak takut gelap kan karena aku ada di sini?” gitu katanya sambil nyelimutin Joon Wooㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
Joon Woo dan Jeong Hoo memiliki kedekatan batin yang tidak akan bisa dimengerti oleh siapapun. Keduanya sama-sama dilahirkan tanpa salah satu orangtua mereka, dibesarkan dalam ketidakberuntungan yang tidak sederhana, saling pengertian yang terjalin di antara mereka begitu kuat hingga Joon Woo rela mengakui kesalahan yang tidak dilakukan demi Jeong Hoo, dan itulah yang menjadi alasan ia dipindahkan ke sekolah lain .
Joon Woo sayang banget sama Jeong Hoo, begitupula sebaliknya.
Ending episode 4 bener-bener bikin heartbreaking. Saya bertanya-tanya haruskah dibikin seperti itu? HARUSKAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH??  Nyesek sekali .
Moon Bin ASTRO!
I didn’t know that the tall and cute guy with tiny voice was ASTRO Moon Bin. Yep. Saya suka kpop tapi enggak tau banyak soal idol-idol di luar boyband yang saya sukai. Paling banter tau grupnya doang, atau membernya yang populer, dan di ASTRO yang terkenal banget cuman si Cha Eun Woo. Non fans kayak saya cuman tau sebatas itu doang. Padahal nih ya, beberapa hari sebelum nonton At Eighteen, saya kepincut sama lagunya ASTRO yang Always You gara-gara jadi opening video seorang youtuber kpop. Pantes aja kan waktu Oh Je (nama karakter yang diperankan Moon Bin) nongol, saya ngerasa familiar gitu. Jangan-jangan idol nih!
LAHHHHHHH emang beneran idol ㅋㅋㅋㅋ. Moon Bin is doing great. Aktingnya fine-fine aja, natural dan BAGOS. Dan saya pun teringat ASTRO dan BTOB pernah tampil di satu acara yang sama yakni Immortal Song 2. Saya nonton ulang lagi, eng ing eeeeeeeeeeng! Ternyata sebelum main di At Eighteen, Moon Bin telah memulai debut aktingnya saat masih anak-anak. Its almooooosttttttttt paraaaaaaaaaaaadiseeeeee! HAHAHAHA. Moon Bin memerankan Kim Bum versi anak-anak di Boys Before Flower. Idol-turned actor nya Fantagio menjanjikkan nih.
Ong Seong Wu!
Imej-nya Ong yang melekat di benak saya adalah anaknya lucu, pinter bikin orang ketawa, suaranya bagus, jago nge-dance—maklum, meskipun saya bukan fansnya Wannaone, tapi saya nonton Produce 101 season 2 setelah acaranya selesai tayang di Korea Selatan. Ketakutan terbesar saya sebelum nonton akting idol yang biasanya tampil bodor bin dodol adalah kalau-kalau aktingnya nggak pas ngga bagus, lebay, kaku, nggak lepas, dan imej-ny sebagai idol tetap melekat. Syukurnya, akting Ong baik-baik aja. Yang menarik dari karakter Choi Joon Woo, awal kemunculannya, saya pikir dia pendiem, cool, ternyata enggak. Sisi kiyut-nya juga ada, persis seperti yang digambarkan sinospsisnya di Asianwiki. Dia emang kaku, awkward, bisa dimengerti jika melihat latar belakang kehidupannya. Saya kok percaya nantinya Joon Woo ga akan merasa kesepian lagi...
The OST!
Lagu di ending episode 2 bagus banget, dinyanyiin Christoper, penyanyi asal Denmark kalo ga salah. Judul lagunya Moment. BAGUS BANGET. Nge bland sama nuansa dramanya. Dengerin lagunya bisa membangkitkan memori, ada sedihnya, melankolik.

=oOo=
At Eighteen nggak serius dan melo-melo amat kok, ada lucunya juga. Kemunculan Wali Kelasnya Joon Woo yang diperankan Kang Ki Young selalu bisa mencairkan suasana. Memang tak banyak hal baru di darama ini, konfliknya hanya recycle dari drama-drama sebelumnya yang bergenre sama. Bukan berarti dramanya tidak menarik, setiap drama memiliki warnanya sendiri termasuk At Eighteen. Semoga aja kisah cinta di At Eighteen tidak mengambil porsi banyak ya? Saya tetap berharap penulis akan lebih fokus pada pengembangan karakter dan konflik alih-alih mendalami kisah cinta ala remaja tiga tokoh utamanya. Cukup School 2017 aja.
Just give it try!