Majimaksarang.blogspot.co.id
*saya belum nonton episode 7-10*
♥
Episode 3
Jika dua episode
plot sebelumnya lebih memfokuskan kehidupan Ra On, bagaimana ia bertemu Lee
Yeong hingga akhirnya menjadi seorang kasim, maka di episode 3 dan 4, fokus cerita
mulai menyoroti kehidupan Lee Yeong. Bagaimana ia kehilangan ibunya—permaisuri,
rasa tidak sukanya pada Raja—ayahnya sendiri yang selalu tampak rapuh dan
kehilangan wibawa di depan para mentri khususnya Perdana Mentri Kim dan
bagaimana Lee Yeong menjalani hidupnya sebagai Putera Mahkota yang senantiasa
diintai musuh dari dalam istana.
Berikut best moment di episode 3, ini menurut
saya loooh... bisa saja menurut kamu berbeda ^^
Selir Seok Hui akhirnya bertemu Raja
Soonjo berkat kelihaian Kasim Ra On
Ini adalah
langkah awal Ra On memasuki kehidupan
Lee Yeong. Ketika melihat scene ini feeling saya segera saja muncul bahwa
kelak di masa depan akan banyak sekali pengorbanan Ra On untuk kebaikan Lee Yeong.
Mau berapa kali
pun saya menonton scene pertemuan
Selir Seok Hui dan Raja Soonjo, saya tetap bisa menangis. Perfect. Latar belakang musiknya, ekspresi Selir Seok Hui dan Raja
Soonjo lalu keberadaan Lee Yeong dan Ra On di seberang istana, spot on. Betapa besar jasa Ra On di
sini. Karena keberanian dan kecerdasan gadis ini, tiga kesalah-pahaman segera
terselesaikan. Tanpa disadarinya, ia telah menyambungkan kembali kasih sayang
yang tulus seorang ayah kepada anaknya, membantu memulihkan rasa percaya
seorang anak kepada ayahnya, dan karena Ra On pula, Selir Seok Hui akhirnya
tahu, sejatinya Raja tidak pernah mengabaikannya. Tak secuil pun perasaan Raja
berubah padanya.
Sebagai viewer, saya sepatutnya harus
berterimakasih pada Ra On. Ia memberikan keberanian kepada saya agar
memercayai, Raja Soonjo barangkali memang tidak se-heroik keinginan saya,
tetapi ia—seperti monolog yang
diucapkan Lee Yeong—tetaplah seorang ayah dan suami yang baik. Sejak kemunculan
Raja Soonjo pertama kali, saya terlanjur men-cap sebagai pemimpin yang tidak
bisa diandalkan meski saya tahu dengan sangat jelas, menjadi raja Joseon tak
serta merta memberikan legitimasi sepenuhnya kepada Raja Soonjo untuk
mengendalikan roda pemerintahannya. Bahkan dengan pemahaman seperti itu, saya
tidak bisa menabah-nabahkan hati untuk menaruh respek pada ayah Lee Yeong ini.
Jika kita berpikir menjadi penguasa berarti segalanya, saya rasa ada baiknya
kita memikir ulang. Menjadi penguasa adalah posisi paling tidak aman dan paling
sunyi di dunia pada masa itu—bahkan mungkin saja di masa modern saat ini, Yang
pernah nonton Three Days pasti tahu
maksud saya. Menjadi Raja, berarti mau tak mau rasa tidak aman menjulang setinggi langit. Harap-harap cemas kalau-kalau
di saat lengah, seseorang akan muncul dan mencuri tahta melalui pemberontakan.
Belum lagi keharusan untuk melindungi
orang-orang yang dicintainya. Tidak ada yang tahu, orang terdekat bisa saja
adalah orang yang paling berbahaya itu...
Raja Soonjo menunjuk Putera Mhkota
sebagai walinya
Beberapa menit
menjelang ending episode 3 adalah
detik-detik paling terbaik. Kita melihat rekonsiliasi serta kerja sama yang apik
antara Raja Soonjo dan Putera Mahkota. Modal utamanya hanya satu, saling
percaya. Hayati terharuuuuuuuu ㅠ_ㅠ
Puas banget
ngeliat Perdana Mentri serta antek-anteknya tergagap kaget menyaksikan Lee
Yeong tampil tak seperti harapan mereka. Ingin rasanya menabuh drum band di
depan istana sambil nari hula-hula #yakalibisaAzz HAHAHAHA. Jreeeng bum jreeeng
bum taaaaaaakkkkkkkkkk! Skor 1-0 untuk kemenangan Lee Yeong. Perdana Mentri Kim
skakmat. #tumpengan
Lee
Yeong-ida, nae ireum.
Jangan bohong,
pasti sekali saja kalian pernah mencoba menerka atau membuat skenario sendiri
bagaimana caranya supaya Ra On tahu jati diri Lee Yeong sebenarnya. Bisa saja
melalui alur yang klise. Tak dinyana screen
writer mengejutkan kita dengan caranya yang tak tertebak—setidaknya oleh
saya. Bukan melalui scene epik, atau
melalui momen dramatis. Proses Lee Yeong mengenalkan dirinya kepada Ra On
sangat sederhana, yang membuatnya terasa bombastis
dan memorable adalah bagaimana director mengemas scene tersebut. Sekali lagi pemilihan musik latar berhasil
membangun mood viewers, diiringi
gerakan lambat yang tidak terasa membosankan dan too much. Tidak ada kalimat berlebihan. Lee Yeong tampil selayaknya
dia sebagai pangeran dan seluruh kharisma yang melekat di dirinya. Ekspresi
kaget yang terlukis di wajah Ra On mengakhiri episode 3 dengan sempurna.
Pakaian kebesaran Lee Yeong sebagai Putera Mahkota sudah cukup mewakili seluruh
penjelasan Lee Yeong. Skor 1-0 untuk screen
writer Moonlight Drawn by Clouds! Penonton dapet skor 0. Biar kata dapet 0
tapi penonton seneng gak terkira. Saya tidak sempat mikir atau mengkhawatirkan
bakalan seperti apa reaksi Ra On di episode selanjutnya karena sibuk melakukan
selebrasi. Tepuk tangan sendiri, heboh sendiri, senyum-senyum sendiri. Yang
terngiang-ngiang adalah suara Lee Yeong yang penuh percaya diri.
Lee Yeong-ida, nae
ireum...
Yeong-ah,
nae ireumeun, Azz-imnida! Take me to your palace, juseyoooo~ng HAHAHAHAHA
Azz sarap.
♥
Episode 04
Apa antisipasi
pertamamu menjelang episode 4 tayang? Pasti ngarep yang muncul di menit awal
adalah lanjutan ending episode 3, ye
kaaaaaaaaan? ㅋㅋㅋㅋ
Episode 4 dibuka
dengan lanjutan pertemuan di balai istana. Demi restu dari Raja Qing, Lee Yeong
menerima tantangan yang dilemparkan Perdana Mentri Kim dan antek-anteknya untuk
menjamu utusan dari Qing.
Setelah
pengakuan blak-blakan Lee Yeong, Ra On tidak punya pilihan lain. Andai ini
bukan drama sageuk dan Lee Yeong bukan seorang yang memiliki kekuasaan setingkat
raja, kita mungkin akan melihat Ra On marah-marah,
ambekan atau eksyen yang paling dekat
yang bisa saya bayangkan adalah gadis itu melakukan aksi diam pada Lee Yeong
(baca; melarikan diri).
Nope.
Ra
On berada di istana, dan dia adalah seorang Kasim. No way out HAHAHA. Satu-satunya yang bisa ia lakukan cuma satu, terima nasib. #PukpukBerjamaahRaOn
Sebelum masuk ke
best moment episode 4, saya ingin
terlebih dulu memuji Kim Byeong dan selera humornya yang garing tapi bisa bikin
saya ketawa. Setelah Ra On mengetahui kalau Lee Yeong adalah Putera Mahkota, Ra
On menemui Kim Byeong lalu curhat—teringat pula seluruh kekasaran yang ia
lakukan pada Lee Yeong. Ra On membentur-benturkan kepalanya ke pilar/tiang dan
tahukah apa komentar Kim Byeong?
“Hentikan.
Pilarnya bisa rusak.”
Gak lucu kan?
Emberrrrrrrrrr. Tapi saya ketawa looh. Ucapan pendek Kim Byeong
mengingatkan saya pada kakaknya sahabat
saya. Saya sudah lupa siapa yang dia komentari, tapi apa yang dia ucapkan
kurang lebih mirip dengan Kim Byeong.
“Jangan
suka balapan. Kalau jatuh gimana? Kan kasian aspalnya...”
You
get it? Jadi, sebenarnya yang tsundere bukan Lee Yeong, tapi Kim Byeong. Ia menunjukan perhatian
dengan cara yang cool ㅋㅋㅋㅋ
Oke, momen
paling tak terlupakan dari episode 4 yakni tarian solo yang dipertunjukan oleh
Ra On di acara penyambutan utusan dari Qing. Bagaimana bisa sebuah tarian
membuat hati saya sakit dengan merasakan sedih dalam waktu bersamaan? Saya
nangis nonton scene ini ㅠ.ㅠ
Tarian solo Ra
On mengandung unsur cerita mengenai pengharapan, pengorbanan, dan kerinduan
mendalam terhadap seseorang. Apakah ini adalah semacam firasat akan seperti apa hubungan Ra On dan Lee Yeong di masa
depan? Saya mencium aroma kesedihan
yang kental. Lantas haruskah saya meyiapkan hati sedini mungkin untuk
mengantisipasi ini? Tidak mengherankan bila Lee Yeong seketika teringat
mendiang ibunya di detik pertama tarian Ra On dimulai. Ra On menarikan setiap
gerakannya dengan penuh penghayatan.
Siapakah yang
harus saya puji atas scene spektakuler
ini? Director? Music Director? Koreografer?
Park Bogum dan Kim Yoojung untuk mikro-ekpresi mereka? Jujur, Ra On menyelamatkan episode ini.
Lee Yeong
semakin unggul selangkah lebih maju dari Perdana Mentri Kim di ending episode 4 setelah menjebak kakek Kim Yoon Sung secara
halus di hadapan Raja dan utusan Qing. Dari sekian banyak orang di istana,
Perdana Mentri Kim adalah orang paling berpengaruh kedua setelah Raja. Untuk
menaklukan Perdana Menteri Kim, Lee Yeong menemukan cara jitu tanpa harus
melewati aksi-aksi fisik yang melelahkan. Karena Lee Yeong jenius. Selama ini
orang-orang sudah keliru menilainnya. Lucunya, Lee Yeong seperti manut-manut saja. Mengaminkan apa saja
yang dipikirkan orang-orang tentangnya. Lee Yeong-nya enggak sombong. His action speaks loudly. It’s enough. ㅋㅋㅋㅋㅋ
Skor 2-0. Tambahan
poin untuk Lee Yeong.
♥
Episode 05
Jika
disuruh memilih antara hubungan sebagai abdi dan sahabat, manakah yang akan
dipilih?
Dengan cerdas
dan penuh resiko, Yoon Sung memilih kedua-duanya. Baginya menjadi abdi dan
sahabat tetaplah sama. Jika Pangeran melalui jalur yang salah, ia harus
membawanya kembali ke jalan yang benar. Maka agar Pangeran bertindak benar
layaknya pemimpin dan sahabat, Yoon Sung akan mendukung Lee Yeong seumur
hidupnya.
Ah. Menonton scene ini kenapa lagi-lagi saya
mengkhawatirkan Yoon Sung di episode-episode mendatang? Saya tak henti-hentinya
memikirkan apa kiranya yang menyebabkan hubungan baik Yoon Sung dan Lee Yeong
di masa lalu tidak berlanjut setelah mereka tumbuh remaja? Bisakah Yoon Sung
memenuhi janjinya untuk tetap berada di
sisi Lee Yeong seumur hidupnya? Sebagian besar hati saya yakin, Yoon Sung
tidak akan mengkhianati janji yang sudah diucapkan didepan guru dan kedua
sahabatnya. Saya ingin percaya itu ㅠ.ㅠ
Ra On yang
sedang sakit memimpikan ibunya. Lee Yeong duduk di sisinya. Menungguinya. Sedih
sekali. Aktingnya Kim Yoojung superb!
Jjang-ida! ㅠ.ㅠ
Nae saram-imnida
Gak sah kali ya
dramanya kalau gak ada scene narik
tangan di mana si cewek berada di tengah antara 1st lead male dan 2nd lead male? Syukurlah line-nya Lee
Yeong menjadikan scene ini spesial.
Yoon Sung tak menyangka akan mendapatkan perlawanan
seperti itu dari Lee Yeong.
♥
Episode 06
Bentar, mau
ngakak dulu. HAHAHAHA.
HAHAHAHA. Aduh.
Gak bisa gak ngakak tiap keinget penjelasan tabib istana perihal sakitnya Lee
Yeong. Menurut tabib, Lee Yeong menderita sakit
yang dialami janda dan biarawati HAHAHAHA. Makin gokil saat si tabib
menambahkan soal yin dan yang... mencintai orang yang tidak pantas... Kasim
Jang yang cegukan... tabibnya ikutan kaget... demi menutupi kegugupannya, Lee
Yeong menyuruh tabib itu pergi HAHAHAHA. Kasian Lee Yeong HAHAHAHA aduh ini
gimana caranya sih supaya gak ngetawain orang yang jatuh cinta? HAHAHAHA lucu
tauuuuuk. Bahagianya melihat Lee Yeong kebingungan mengatasi perasaannya
sendirian. Cute.
Siapa yang
menahan napas gugup ketika Lee Yeong datang menyelamatkan Ra On dari aksi bejat
utusan dari Qing? Sayaaaaa! Beugh, saya berdoa Lee Yeong tidak kelepasan dan
menebas habis si bapak-bapak gak tahu
malu itu. Untunglah kontrol emosi Lee Yeong masih berfungsi.
Kau
siapa sampai... Kenapa kau membuatku sangat marah? -Lee Yeong
Di waktu lain,
giliran Yoon Sung bertindak menghukum Kasim
Ma. Go Yoon Sung go! ㅋㅋㅋㅋ
ROMAAAAANTIIIIIIIIIISSSSSSSS
ABISSSSSSS. COBA AJA YANG ADA DI POSISI RA ON ITU SAYAAAAA, BOGUM GAK AKAN
PULANG KE KEDIAMANNYA DENGAN SELAMAT! HAHAHAHA. AAAARGGGHHH. Tatapannya Bogum
eh Lee Yeong sadiiisss, full of love. Yang
ditatap sedemikian rupa akan merasa tidak ada yang tidak baik-baik saja,
sepanjang masih ada Lee Yeong, it’s ok. ㅠ.ㅠ
Scene
ini!
Heol! Daebak! Heol! Saya mewek gara-gara musiknya, gara-gara Ra On, gara-gara
Lee Yeong ㅠ.ㅠ
Sly Lee Yeong
kkkk. Kemunculannya bersama Kim Byeong tak terduga sebelumnya. Jika tanpa
campur tangan dua sahabatnya—Kim
Byeong dan Yoon Sung, Ra On tidak akan selamat. Benar, Lee Yeong cerdas dan
jago mengatur strategi, tapi seringnya itu tidak cukup bila tanpa sokongan
sektor lain.
Lee Yeong tidak bisa melakukannya sendiri.
5 menit menuju ending episode 6 adalah moment terbaik. Sinematografinya badaaiii. Beautiful scenery.
Ra On : Aku kira kau
tidak bisa menahan amarahmu jika melihatku
Lee Yeong : Sekarang
juga begitu. Melihatmu membuatku marah. Tapi bagaimana lagi, kalau tidak
melihatmu, aku lebih marah sampai rasanya bisa gila.
... jadi tetaplah di
sisiku.
Pemandangannya...
speechless....
Em, kasian Kim
Byeong ㅋㅋㅋㅋㅋ
♥
Saya hampir lupa
kalau kelima karakter utama Moonlight Drawn by Clouds dikisahkan masih berusia
18 tahun. Barulah ketika saya mencoba mengambil
jarak dari drama yang sudah menayangkan 10 episode ini, saya bisa menangkap
ciri khas anak muda pada diri mereka
kecuali Ra On dan Kim Byeong.
Di usia segitu,
masih rawan terjadinya pemberontakan sebagai
dalih pencarian jati diri—walau
memang benar demikian halnya.
Coba perhatikan
apa yang dilakukan Lee Yeong terhadap ayahnya? Sebuah konfrontasi langsung.
Lihatlah reaksi Kim Yoon Sung pada intimdasi
halus kakeknya, Perdana Mentri Kim. Diam-nya bukan berarti selalu bermakna
persetujuan. Dan Jo Ha Yeon, kata adek saya yang sudah menonton episode 7 dan 8
dengan tega memberikan spoiler kalau gadis itu menolak perjodohan yang diatur
ayahnya.
Apakah kelima
remaja Joseon ini akan membiarkan diri mereka menjadi pion orang-orang dewasa atau sebaliknya, mereka akan meretas jalan
hidup berbeda seperti yang mereka kehendaki? Kita harus menunggu untuk melihat
pertanyaan ini menemukan jawabannya.
Menurut saya,
salah satu yang menyebabkan drama Moonlight populer di berbagai tingkatan usia
karena ceritanya yang dinamis. Menghibur. Juga menyentuh. Saya sepertinya harus
mengingat kesimpulan ini di masa yang akan datang bahwasanya, tidak peduli
seklise apa pun suatu cerita, namun bila dikemas dengan cara yang tidak biasa maka hasilnya pun akan
berbeda.
Saya masih
berharap karakter Kim Yoon Sung akan muncul mengejutkan saya dengan rahasia-nya. Semua karakter di drama ini
menyimpan rahasia-nya masing-masing.
Bagi saya, Kim Yoon Sung masih ambigu. Belum bisa saya baca hingga episode 6
ini.
Untuk karakter
Ra On, semoga saja SW-nim tidak lupa kalau lebih dari siapa pun karakter Ra On
adalah kunci cerita—bukan Lee Yeong. Saya tidak siap bila akhirnya ia hanya
menjadi objek tarik ulur di antara
Lee Yeong dan Kim Yoon Sung. Ra On sudah melakukan perannya dengan baik di
episode-episode sebelum sadar telah jatuh cinta pada Lee Yeong. Yang membuat
saya jatuh cinta pada Ra On adalah dia yang
muncul di awal episode...
Btw, bukan salah
Park Bogum karena karakter Lee Yeong jauh lebih bersinar dibandingkan karakter lain. Ia hanya bertugas memerankan
Lee Yeong se-perfect yang ia bisa
lakukan. Terima saja bahwa Lee Yeong memang ditakdirkan untuk Park Bogum. Perlukah mendebat hal-hal yang tidak esensial? ☺
P.s : Di langit hanya boleh ada satu rembulan, tidak bisa dua ^^
Tabik,
=
Azz =
Remember, that great
love and great achievements involve great risk –Dalai Lama
[Trivia] Best Moment Moonlight Drawn by Clouds Episode 3-6
by
Azzy
on
9/23/2016 12:29:00 AM
Majimaksarang.blogspot.co.id *saya belum nonton episode 7-10* ♥ Episode 3 Jika dua episode plot sebelumnya lebih memfokuskan keh...