*Ditulis sambil mendengarkan OST Shining For One Thing*

“The whole world is behind you, in your past.”

Sinopsis lengkap bisa dibaca di Mydramalist

Pernikahan impian yang diharapkan Lin Bei Xing (Karlina Zang) bersama Zhan Yu hancur berantakan saat kekasihnya itu memutuskan hubungan sepihak. Hidup Bei Xing kacau. Meski ia sudah berusaha membujuk Zhan Yu. Sia-sia. Laki-laki yang sudah dikejarnya sejak SMA itu sudah mantap meninggalkannya.

Seorang pria parobaya menghampiri Bei Xing saat gadis itu tengah menumpahkan kesedihan dan kemarahannya kepada Zhan Yu dengan berteriak frustasi ke arah laut.

“Fishes swim along the waves, but they don’t know that the sea is behind them. How can the bucket become their world?”

Pertemuan Lin Bei Xing dengan pria tak dikenal itu membuka satu pintu masa lalu Bei Xing, kembali ke masa-masa SMA-nya, kembali ke momen-momen berharga namun luput diperhatikan Bei Xing. Bei Xing menjalani time travel, memasuki usia 18 tahunnya kembali. Seperti mimpi rasanya. Setiap satu pesan dari folder ponsel Nokia jadulnya dihapus, ia berhasil melompati waktu ke masa lalu. Ia berkali-kali bersinggungan dengan seorang anak lelaki seusianya bernama Zhang Wan Sen (Shaw Qu). Namun setiap kali Bei Xing berada pada situasi ujian masuk perguruan tinggi, segera setelah itu, ia terlempar kembali ke masa depan. Dan itu terus saja terjadi hingga Bei Xing menyadari satu fakta penting. Kejadian terjatuhnya Zhang Wan Sen dari atas menara mercusuar yang diklaim sebagai tindakan bunuh diri oleh polisi, bertepatan dengan jadwal ujian masuk perguruan tinggi, inilah yang menjadi penyebab perjalanan waktu Bei Xing ke masa lalu terhenti.

Pada satu kesempatan, Bei Xing memutuskan kembali lagi ke kehidupannya sebagai pelajar SMA di tahun ketiganya dengan tujuan menyelamatkan Zhang Wan Sen. Ia bertekad akan mencari tahu apa dan siapa yang menyebabkan insiden yang menimpa Zhang Wan Sen di menara mercusuar dan melindungi laki-laki pemalu itu. Setidaknya ia punya waktu satu tahun sebelum ujian masuk perguruan tinggi berlangsung. Begitulah ia memutuskan.

Namun Lin Bei Xing tidak menyadari Zhang Wan Sen ibarat sebuah kotak rahasia yang ia abaikan sekian lama di sudut terbawah lemari ingatannya. Laki-laki yang di masa lalu hanya dianggapnya selewatan saja. Bei Xing bahkan nggak inget siapa Wan Sen di foto kelulusan padahal mereka pernah sekelas. SAKING ENGGAK PENTINGNYA ZHANG WAN SEN DI MASA LALU BAGI BEI XING. ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ

Keputusan Bei Xing untuk mengenal Zhang Wan Sen lebih dekat, membiarkan hari-harinya diisi ingatan bersama laki-laki itu adalah jalan lain menuju patah hati terbesarnya, yang akan mengubah keseluruhan hidupnya. Lin Bei Xing berusaha mengantisipasi semua hal yang terlihat berpeluang mencelakai Wan Sen. Namun pada akhirnya, yang gagal diantisipasi Bei Xing adalah apa yang datang dari sepasang mata tulus Wan Sen.

Terlalu banyak yang tidak diketahui Bei Xing.


Perhatian saya mulai tertuju kepada Shining For Thing saat mutual Twitter sesama penikmat drama Cina banyak yang membicarakan drama yang tayang di platform IQIYI ini sepekan terakhir. Usai menamatkan Our Beloved Summer dan Reset, saya sedikit enggan melanjutkan pending-an ongoing drakor yang lain. Termakan komentar-komentar di bawah sebuah twit akun menfess yang bilang Shining For One Thing tidak terlalu sedih, masih lebih sedih Someday Or One Day, kata merekasaya dengan percaya dirinya segera mutusin nonton Shining For One Thing. Jika satu drama yang tidak diperhitungkan sebelumnya, tiba-tiba melesat hanya lewat promosi dari mulut ke mulut, itu tandanya saya harus nyoba nonton. Kalo masih lebih sedih SOOD, berarti saya bisa lah ya jabanin. Masih awal tahun 2022 ini, saya belum pulih sepenuhnya dari The Red Sleeve. Panen kesedihannya jangan dibikin kayak estafet, sambung-menyambung kagak ada jeda napasnya. Yak an? Pokoknya saya pede banget Shining For One Thing nggak akan nyakitin saya sedalam-dalamnya.

Oke, saya pun mulai nonton. Nggak nyangka aja nonton Shining For One Thing bakal lancar jaya tanpa hambatan. Episode 1 udah bisa membangun mood nonton saya. Everything was perfect. Opening yang bikin overthinking adalah koentji. PENASASARAN SAMA NASIBNYA ZHANG WAN SEN. Selain itu, saya menyukai directing + aransemen OST + BGM + sinematografi drama ini. Pergerakan kamera mulus, saya ga tau apa istilahnya wkwk. Filter dan gradasi warna yang dipake juga bikin nyaman mata, sejiwa dengan perkembangan cerita. Daaan time travel-nya juga nggak rumit. Saya terlanjur masuk ke dalam cerita, terlanjur menyukai Lin Bei Xing dan Zhang Wan Sen sejak episode pertama dan ingin tau kelanjutan cerita mereka. Jadi saya ga sempet musingin plot-hole atau konsep time travel-nya wkwk. Saya nggak merasa ada yang tumpang tindih, enak aja gitu ngikutin tiap episodenya. Ga kerasa tau-tau udah jauh episodenya.


Saya pernah bilang, jika saya menonton drama dan jatuh cinta duluan dengan lead female-nya, maka itu adalah salah satu tanda, saya dan si drama yang bersangkutan akan punya hubungan baik ke depannya. Saya bisa dengan mudah melepas satu drama meskipun suka dengan lead male-nya kalo cerita dramanya ngalor-ngidul di tengah jalan, tapi tidak dengan LF-nya. Itulah yang terjadi antara saya dengan Shining For One Thing. Saya langsung aja suka sama Lin Bei Xing. Ga annoying. Karlina Zang pinter banget bawain peran Bei Xing. Ga ada satu pun scene yang memuat acting off nya Karlina. Bagus banget. Tau sendirilah pada beberapa kasus, acting LF di drama Cina jadi problem besar. Ada yang jatohnya berlebihan/maksa/lebay/kaku, atau ya gitu-gitu aja. Nggak semua ya, tapi banyak wkwk. Menonton setiap scene Bei Xing dan nuansa emosi yang dibawanya sangat mempengaruhi naik-turun emosi saya sebagai penonton, apalagi memasuki episode 16-24. Saya ketawa dan menangis bersama Bei Xing. Transisi Bei Xing yang terjadi dari ep 1-15 ke ep 16-24 bagus banget. .


Dan Zhang Wan Sen ooo hidup, bagaimana bisa ada laki-laki sebaik dan setabah ini? I can’t bear the sadness behind his story. It’s too much to handle my weak heart. His love for Lin Bei Xin is so pure yet painful to watch. Such beautiful pain. .

Saya sudah terlalu terbiasa melihat sekenlit drama yang hampir selalu ditokohkan dengan seluruh pengorbanan dan kasih sayang untuk LF dan hanya untuk berakhir di tempat kedua atau pada akhirnya di-friendzone kan, tetapi kisah Zhang Wan Sen berbeda. Lead Male yang kebagian peran identik second leadyang sedihnya, ia tidak pernah punya kesempatan leluasa untuk dekat dan menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada si tokoh utama wanita, Lin Bei Xing. Zhang Wan Sen selalu berada di belakang Lin Bei Xing. Wan Sen mungkin pengecut, tetapi cintanya untuk Bei Xing selalu bergerak lebih cepat. Seolah-olah memastikan Bei Xing bahagia dan bebas dari ancaman adalah tugas pentingnya di semestanya.


“… and it’s me, for me to say goodbye to you who never knew me.”

Level baik dan tulusnya Wan Sen ga muat di chart mana pun. Keterlaluan baiknya. Heran, kok bisa ada ya orang bucin tanpa pamrih begini? Sampe bela-belain ikut kelas aksel biar bisa seangkatan sama Bei Xin.

Shaw Qu berhasil memerankan karakter Zhang Wan Sen dengan sempurna di mata saya. Dia membuat Zhang Wan Sen hidup. Gestur tubuh dan mimik wajahnya, setiap detail yang menjadi ciri khasnya Wan Sen apik sekali dibawakan Shaw Qu. Luwes banget lah aktingnya Shaw Qu. Kayak peran Wan Sen tuh emang dibikin buat dia. Ini yang disebut acting dengan seluruh tubuh.

Wan Sen yang kikuk dan pemalu, yang terlihat gugup setiap kali berinteraksi dengan Bei Xing, yang iya-iya aja kalo disuruh ini itu atau manggut-manggut bae tiap diomelin Bei Xin. Tipe suami penyayang yang nurut sama istri yang cerewet wkwk. Gemes banget Zhang Wan Sen. Ada satu adegan Bei Xin mewanti-wanti Wan Sen sebelum tidur jangan lupa ngunci jendela dll, dan Wan Sen motoin satu-satu sebagai bukti dia sudah melakukannya lalu mengirimkannya kepada Bei Xin. Ada ga sih manusia se-menggemaskan ini di sekitar sayaaaa, mau jugaaaa . minta disayang sejuta umat dia tuuuh huhuhu. Kata Mbak Mel, Zhang Wan Sen nih perpaduan Li Zi Wei (Someday or One Day) + Zhou Si Yue (Our Secret), ya bayangin aja efek damage-nya segimana ..

Anak baik, pinter, kalo ngomong pelan, sopan, pemalu, penyayangmelewatkan Zhang Wan Sen adalah kehilangan paling besar yang pernah dirasakan Lin Bei Xing di semestanya.


Chemistry-nya Shaw Qu dan Karlina Zang sungguh bagus sekali. Ga keliatan beda usia lima taunnya. Nggak banyak skinship tapi cerita mengharu biru mereka masuk ke dalam hati tanpa halangan. Ngebaperin romansa anak SMA di drama Cina emang beda ya… .

Karakter-karakter lain di drama ini juga banyak yang menyenangkan—hampir semua nyenengin. Kalopun ada yang bikin sebel, ga sampe berlebihan. Suka banget persahabatannya Wan Sen, Bei Xing, Gao Ge, Chaoyang, dan Maizi. Formasi pertemanan yang terbentuk secara natural. Ada juga Gazi, si guru bahasa Inggris yang ucapan puitisnya kerap dipotong anak-anak. Bapak Bright Summit yang hobinya mendisiplinkan siswa. ㅋㅋㅋ

Dan si Zhan Yu yang pengen banget saya paketin ke Pluto. Karakter Zhan Yu ini yang banyak berubah. Di kehidupan asli, dia jadi si brengsek yang selingkuh sama sahabat pacarnya, di semesta lain dia jadi cowo bucin yang pantang menyerah ngejar-ngejar Bei Xin, lalu berubah lagi jadi sobatnya Wan Sen di semesta berbeda wkwk.

Setting-nya paling banyak di sekolahan tapi ga bikin bosen. Menurut saya Shining For One Thing berhasil mempertahankan tensi ceritanya dengan baik, tau kapan saat yang tepat untuk mengejutkan atau menyakiti penonton.

Saya menonton tanpa ekspektasi tinggi, pegangan saya hanya ini; dramanya bagus banget, lagi bolak-balik trending di Weibo, dan ga begitu sedih dibandingkan SOOD. GA BEGITU SEDIH, KATANYA.


Hasilnya? Saya tidak akan menulis postingan ini andai Shining For One Thing tidak berhasil mengejutkan saya.


Selain muji-muji setinggi langit duet Chen Xiaoming dan Zhang Pan sebagai director karena lewat tangan dingin mereka, Shining For One Thing mewujud tontonan yang asik dan keren. Setiap angle pengambilan gambar dan editingnya bagus banget yang bikin mood nonton terjaga hingga akhir, saya mau bilang good job untuk Jin Dazhou sebagai music director Shining For One Thing.

Shining For One Thing membuktikan betapa penting keterlibatan unsur OST + BGM dalam visualisasi cerita. Jujur aja, saya nangis parah banget nonton Shining For One Thing, salah satunya didukung OST yang jadi latar belakang scene, melodi dan display liriknya di layar yang cocok mewakili scene tersebut bikin nyesek ga abis-abis.

Lagi adegan sedih trus diputer ‘Goodbye… goodbye…’, siapa yang tidak nangis kejer? Saya sampe sesenggukan!!

Udah gitu pemilihan lagu penutupnya juga ga sembarangan. Seperti mewakili perubahan tensi cerita dramanya. Episode 1-14 dipilih Run to You-nya Zhao Bei Er yang melodinya menyenangkan. Yep, episode-episode itu memang sebagian besarnya diisi adegan-adegan manis. Lalu memasuki paruh kedua, part patah hatinya, episode dimulai ending ep 15 hingga episode 23, Run to You diganti Goodbye yang masih dinyanyikan Zhao Bei Er. Terniat banget nih music directornya pengen total nyakitin penonton.

Kemarin saya ngetwit, lirik OST Shining For One Thing adalah bentuk lain sinopsis/spoiler dramanya. Keren ya, Jin D. Butuh effort luar biasa menulis lagu yang merangkum cerita satu drama. Ga mudah, pasti. Ga Cuma hanya satu lagu, SEMUA ISI OST SFOT. Jin D kemungkinan besar sudah tau garis besar cerita Shining For One Thing.

Aransemen BGM Shining For One Thing bagus banget. Ga berisik, pas.

Oya, saya juga mau terima kasih banyak kepada orang yang berada di balik efek suara-suara/bebunyian yang melekati setiap adegan lucu di Shining For One Thing, siapa pun itu, dia benar-benar punya selera humor yang bagus. Saraf ngakak saya berkali-kali lepas kendali gara-gara bebunyian aneh itu HAHAHAHA.  Ini masuk detail ga sih? Bisa pas banget gitu. Tek tok-annya pas. Jatohnya adegan lucunya ga maksa. Bahkan hanya lirikan mata kikuknya Wan Sen bisa bikin saya kelepasan ketawa. Humornya Shining For One Thing cocok dengan saya.


Terusssss terima kasih kepada stylist untuk pilihan-pilihan outfit yang dipake di drama ini. Suka banget sama outfitnya Zhang Wan Sen, simple dan cocok untuk karakter dan usianya, untuk outfitnya Lin Bei Xing juga, Ga ngerti fashion, suka aja liatnya. Paling suka tuh outfit kapelan di adegan kemping. Perpaduan ungu+kuning, maniiisss.


Saya termasuk penonton yang puas banget dengan ending Shining For One Thing. Meski tidak sepenuhnya bisa menebus penyesalan dan kehilangan atas Zhang Wan Sen, Lin Bei Xing setidaknya sedang berusaha menjadi versi terbaik dirinya. Ia bukan lagi Lin Bei Xing yang kita lihat di episode 1.

“It’s hard for you, isn’t  it? In the end, you still have to watch over me in silence alone. Even if life is long, I don’t think we will see each other again. I’ll go, find a new life, and try to be brave enough to forget you. I won’t let you down.”

Saya nggak yakin Bei Xing bisa melupakan Wan Sen dengan sempurna di sepanjang hidupnya.

Ending-nya dibikin terbuka. Open ending. Gabungan antara sad dan happy. Banyak spekulasi dan interpretasi dari penonton mengenai ini. Tentu saja sebagai penonton kita bebas mau menerjemahkan seperti apa akhir kisah Zhang Wan Sen dan Lin Bei Xing. This is a time travel story, so everything is possible, every way can become a new story for them. We will never know...

Sekali lagi, jenius sekali pemilihan lagu penutup episode 24. The Entire World-Baby J. [SPOILER]

Lin Bei Xing berdiri di pinggir jalan bersiap menyeberang. Di antara bulir-bulir salju, ia mendongak ke langit.

“Zhang Wan Sen, it’s snowing. How are you? I miss you. I miss you so much.”

Dan dijawab dengan payung hitam + The Entire World.

“I’ll be always there. Tell me you know I’m there somewhere. You can see your whole world behind you. Go with you, protect you secretly. Use the rest of my life in exchange of your future of your future.”

Sebuah metafora.

Dibuka dengan I like you, lalu ditutup dengan I miss you. Indah tapi luka. .


… saya ingin percaya endingnya bahagia, meskipun bukan bahagia seperti yang saya harapkan sejak mengenal dan jatuh sayang sama Zhang Wan Sen.

Dalam perjalanan, kita (akan) menemui sosok-sosok penting yang akan mengubah perspektif kita terhadap hidup, seperti halnya Lin Bei Xing yang menemukan Zhang Wan Sen pada masa lalunya, sebelas tahun setelah laki-laki itu menghilang.

Sebelas tahun Zhang Wan Sen, sebelas tahun Lin Bei Xing.


“He was like a streak of light, warming me all the time. But when I got better, he disappeared.”

Shining For One Thing, melalui plot perjalanan waktunya (yang saya percaya memakai konsep multiverse) membawa saya menyelami titik terdalam betapa berat beban yang bisa dibawa sebuah penyesalan. Bahwa kita tidak akan mampu mengembalikan apa yang sudah selesai, sekuat apa pun kita mengusahakannya. Kadang-kadang, dalam hidup, kita terlalu fokus pada hal-hal tertentu yang kita anggap penting dan melewatkan sebagian lainnya. Kadang-kadang, juga, pandangan hati hanya sebatas apa yang dilihat mata.

Lin Bei Xing begitu terobsesi dengan Zhan Yu sehingga mengabaikan banyak hal di masa remajanya, termasuk mengabaikan dirinya sendiri.


Shining For One Thing adalah tentang menelusuri kembali jejak Zhang Wan Sen dalam kehidupan Lin Bei Xing. Untuk semua hal yang pernah diusahakannya dengan sepenuh hati namun tidak pernah tiba pada Lin Bei Xing.

Mungkin, cerita Lin Bei Xing dan Zhang Wan Sen akan menjadi berbeda andai saja Lin Bei Xing, sekaliii saja, di masa lalu, memutar badannya dan melihat siapa yang benar-benar selalu berdiri di belakangnya. Dunianya.

Sebelas tahun cinta Wan Sen untuk Lin Bei Xing.

“So, I’ve already found you.”

And it’s too late…

Saya tidak pernah menyangka ucapan I like you  bisa membuat saya menangis terisak seperti anak kecil. Bukan menangis bahagia, tapi patah hati. .

Episode 19 menjadi episode yang paling banyak menguras air mata saya. Karena di episode itu, setiap effort-nya Zhang Wan Sen yang tidak pernah masuk dalam radar Lin Bei Xing akhirnya dibuka satu persatu. Si silent protector yang pemalu, yang tidak cukup percaya diri untuk memberanikan diri mendekati Lin Bei Xing. Kalo pake kacamata-nya Wan Sen, saya bakal insecure juga sih ngedekatin orang yang terang-terangan terobsesi dengan orang lain yang bukan saya, yang setiap usaha saya ngedeketin selalu terlambat selangkah. Sejak di episode 19 itu dan seterusnya, saya nangis mulu. Masa cuman liat muka polos, bingung, sedihnya Wan Sen bisa bikin nangis. Belum lagi ketambahan pengaruh emosinya Bei Xing. Berkali-kali lipat. Luar biasa sekali. Ga kuat liat nangisnya Bei Xing. Goodbye… goodbye… HELPPPPP .

Banyak kalimat yang bikin nangis tapi yang paling, dan paliiiing bikin dada saya sesak adalah kalimat Lin Bei Xing yang dialamatkan kepada Zhang Wan Sen, “Why are you always running in front of me?  No matter what I do, it is always so insignificant compared to your efforts to me. Why am I always one step behind you?”

Selalu seperti itu sejak Wan Sen mengenal Bei Xing.

Lin Bei Xing akhirnya menyadari, entah berapa kali pun ia kembali ke masa lalu, memasuki semesta lain, ia tidak akan bisa mengalahkan cinta Zhang Wan Sen kepadanya. The amount of love he has for Lin Bei Xing is unlimited.. How lucky she is to have Zhang Wan Sen as her lover. Ah, if only….

Penyesalan, betapa pun besarnya, tidak bisa melunasi apa-apa yang sudah ditinggalkan waktu. Tapi Lin Bei Xin masih memiliki waktu untuk menjalani hidupnya dengan sebaik-baiknya. Ia membawa cinta Zhang Wan Sen bersamanya.


Sependek ingatan saya nih, baru kali ini saya nonton drama Cina yang di ending-nya munculin foto dan nama orang-orang yang berada di balik produksinya. Ada kata-kata untuk setiap orang. How lovely.... Liat itu bikin saya ngerasa warm, pantes dramanya bagus, bikinnya with love. Dan mengetahui drama ini dproduksi dengan low budget membuat saya semakin bangga dan respek kepada orang-orang yang terlibat dalam Shining For One Thing. Luar biasa sekali, dengan budget rendah bisa bikin drama bagus begini.

Saya inget My Unfamiliar Family juga bikin saya terharu liat penutup episode terakhirnya.


Zhang Wan Sen, melalui Shining For One Thing, telah memasang standar yang tinggi sekali untuk karakter idaman di drama Cina. Orang-orang berharap bisa menemukan orang yang bisa mencintai seperti Zhang Wan Sen mencintai Lin Bei Xing. ㅠ.ㅠ

RATING

☆☆☆☆☆

5/5

Mon maap, bucin saya ke Shining For One Thing sama kayak bucinnya Wan Sen ke Bei Xing. Total. HAHAHAHA

[every secret treasured in the heart, will become a shining star]

Tabik,

Azz, fans nomer satunya Zhang Wan Sen.

SAYA NYESEL DI AWAL UDAH KEPEDEAN GA BAKAL DIBIKIN PATAH HATI PARAH SAMA SFOT. .

.

.

.

MAIZI, WE LOVEEE YOUUUU
.

.

P.s : JANGAN PERCAYA KALO ADA YANG BILANG SHINING FOR ONE THING GA TERLALU SEDIH. TRUST ME, ZHANG WAN SEN DAN LIN BEI XING AKAN BIKIN KAMU NANGIS JELEK DAN BIKIN KAMU LUPA KALO MEREKA HANYA KARAKTER FIKSI.

P.s.s : SAYA GA MAU BANDINGIN SFOT DENGAN SOOD. DARI SEGI CERITA MAUPUN SEDIHNYA.

Kamu Juga bisa mampir ke REVIEW SHINING FOR ONE THING MOVIE VERSION

Review Shining For One Thing

by on 2/13/2022 03:59:00 AM
* Ditulis sambil mendengarkan OST Shining For One Thing* “The whole world is behind you, in your past.” Sinopsis lengkap bisa dibaca di  M...