Hi, here I’m bringing to you my long post about You Are My Hero! ㅋㅋㅋㅋ


Isinya full curhatan se se mbak yang nge fans banget sama You Are My Hero. Kamu bisa banget nggak setuju dengan tulisan saya di bawah ini ^^.


Saya sudah menulis dua lembar halaman Ms. Word draft POV untuk You Are My Hero, lalu saya tersadar, saya tidak benar-benar yakin untuk menulis review panjang lebar untuk drama berjumlah 40 episode ini. Tak seperti drama-drama favorit sebelumnya yang saya tamatkan—ada keinginan besar untuk segera menuliskan POV-nya di blog, kali ini saya tidak begitu bersemangat menggodok POV You Are My Hero. Saya pikir, POV adalah bentuk ucapan selamat tinggal saya terhadap drama ini, dan saya belum siap.


Sebelum memasuki masa penayangannya, promosi dan poster You Are My Hero sudah wara-wiri di feed Instagram saya. Jujur saja, saya tidak tertarik. Parahnya lagi, saya sama sekali tidak mengenali pemeran utama ceweknya. Ma Sichun/Sandra Ma—aktris veteran yang pernah saya nonton drama dan filmnya (Love Me If You Dare, The Left Ear). Di saat bersamaan, list tontonan saya sedang kacau setelah sebelumnya saya dengan yakinnya mengikuti banyak sekali drama-drama yang baru saja menayangkan episode-episode pilotnya hanya untuk berakhir kacau di pekan ketiga atau keempat—kena trigger.


Saya pun melipir ke drama Cina, 63 episode Ashes of Love dengan sukses saya tamatkan, dan dilanjutkan dengan Sweet Dreams—yang walhasil saya nonton pake jurus skip demi Kang Deng Lun doang wkwk.


Setiap kali saya membuka feed IG, banyak sekali postingan yang membahas You Are My Hero. Tampaknya pekan pertama penayangan drama produksi Huace dan Croton ini menuai respon positif dari penonton. Tak berapa lama setelahnya, sekira memasuki pekan kedua, di WAG paguyuban nge drama, Mbak Mel dan Fiki kompakan bahas Kapten Xing... Kapten Xing... iya, yang dimaksud si Kapten dari You Are My Hero. Ya udahlah, makin penasaran kan saya. Emang saya tuh ga boleh dibikin penasaran wkwk. Yang tadinya kalem aja, ogah-ogahan, jadinya kepo. Sebagus apa sih sampe dihebohin Mbak Mel dan Fiki.... Perlu dicatet, kalo temen-temen se-paguyuban C-drama udah hebohin satu drama, kecil kemungkinan dramanya ga bagus. Belom pernah enggah bagus sih drama yang di hype paguyuban. Ehm.


Saya otw donlot 4 episode pertama. Sebelum nonton udah masang kuda-kuda duluan nih. Mengantisipasi serangan-nya Mas Kapten. Ndilalaaaaaah, kuda-kuda apaan! 10-11 menit pertama saya udah kena peletnya Mas Kapten. Bener-bener nggak nyangka! Ga pernah ngebayangin scene pertama yang jadi pembuka dramanya akan se-iconic itu! Yang nggak peduli berapa kali dinonton ulang lagi dan lagi, sensasi kerennya tetap terasa! Saya terdeteksi bucin sejak dini, pemirsah! Bye.


Apakah yang membuat saya dengan mudahnya terpikat You Are My Hero di 10-11 menit pertamanya? Storyline?  Nope. Apa sih yang bisa kita ketahui dari 10-11 menit episode perdana sebuah drama? Jangankan storyline, pengenalan karakternya pun rasa-rasanya belum membulat, dan perlu diingat ini drama Cina, di mana episode 1-6 (bahkan bisa sampe ep 12) ceritanya masih berputar di pengenalan karakter, belum masuk ke inti/konflik. Terlalu banyak basa-basinya. Teruuuus, apa dong yang bikin saya membuka diri selebar-lebarnya untuk jadi bucin drama yang tayang di wetv ini?



Akting dan chemistry.

Itu.


Saya ingat sekali bagaimana reaksi saya ketika menonton adegan Kapten Xing Kelei yang mencoba menenangkan Mi Ka yang histeris dan panik—sebuah granat yang hulu ledaknya telah ditarik tergenggam di tangan. Sikap tenang Kapten Xing, cara ngomongnya, nada suaranya itu lohhh, apa yah... nuansa psikologisnya dapet banget, bikin saya ga akan ragu bilang Xing Kelei emang cocok banget jadi kapten SWAT—GILAK KERENNNN. Belum lagi tatapan matanya ke Mi Ka, sebagian wajahnya tertutup kain item,  jadi yang keliatan mata doang. Ekspresif banget ya ampun. Auranya, pesonanya, kharismanya diborong semua sama dia/angkat bendera putih saya/.


Trus ya, Mi Ka-nya juga lucu. Dia tuh jawab pertanyaan-pertanyaan Kapten Xing sambil nangis ketakutan, di saat genting begitu sempet-sempetnya dia ngasih jawaban lucu. Belum mau mati karena belum pernah pacaran, belum nikah. Takut mati karena belum nikah HAHAHAHA.


Dan iconic scene ini nggak akan hidup jika bukan karena kualitas akting Bai Jingting dan Ma Sichun yang bagus banget! Bener-bener bagus! Detail-nya OKE! Saya nggak yakin saya bisa se-jatuh cinta ini dengan scene pembuka You Are My Hero andai yang memerankan Mi Ka dan Xing Kelei adalah aktor dengan range akting yang biasa saja. Jatohnya malah bisa cringe. Lebay.


Saya tidak bisa mengingat apakah sebelumnya ada drama Cina yang berhasil meninggalkan kesan sekuat ini pada saya di episode pilot, bahkan hanya beberapa menit episode perdananya dimulai—saya hanya bisa mengingat detail scene dari drama Korea yang membuat saya jatuh cinta—A Piece of Your Mind, Do You Like Brahms. Yang berhasil ninggalin impact luar biasa kepada saya, dan menerbitkan keyakinan bahwa drama tersebut pasti bagus. 


Yah, begitulah awal cerita saya mulai kepentok You Are My Hero. Saya jatuh hati pada akting dan chemistry main leads-nya. Saya berharap banget drama ini nggak kentang di tengah jalan, Cdrama gitu sih. Jarang ada yang konsisten bagus sampe akhir. Ternyata semakin nambah jumlah episodenya, makin bagus dramanya, bisa banget bikin betah dan nyaman nontonnya. Pokoknya seneng banget nungguin hari Kamis-Minggu, hari-harinya You Are My Hero. Makin seneng karena tayangnya dua episode per hari, total ada 8 episode per minggu. Nonton ongoing ga berasa berat banget nungguin (tapi bo’ong, nungguin hari Kamis tetep aja berasa lama ㅋㅋㅋㅋ). Emang dasar bucin yang udah terlanjur, udah ga ketolong. Saya bahkan mutusin langganan wetv—terbilang nekat, mengingat kondisi jaringan di tempat saya yang nggak bisa konsisten bagusnya wkwk. Pokoknya saya nggak mau ketinggalan, ga bisa nunggu besok, jam 8 tayang, di jam itu juga saya harus nonton. DASAR.


Soooo, saya akhirnya mutusin ga akan mosting POV You Are My Hero—saya menolak mengucapkan salam perpisahan. Sebagai gantinya, saya akan menuliskan apa saja alasan yang membuat saya sayang banget sama drama yang ditayangkan di WeTv, Youku, dan iQiyi ini.


YOU ARE MY HERO BREAKS THE STEREOTYPE


Pernah nggak siiih kamu memulai menonton satu drama dan di kepalamu sudah hilir mudik bayangan-bayangan negatif soal masa depan si drama yang bersangkutan, sebab kamu sudah terlalu hapal metode, style, paket-an genre drama yang kamu sedang nonton itu? Umm, saya lagi ngobrolin Cdrama. Mungkin, ada yang menganggap saya underestimate ke Cdrama. Maka perlu digarisbawahi di sini, yang saya bahas adalah selera ngedrama versi saya sendiri. Menurut saya, secara kuantitas Cdrama menang banyak, namun ceritanya akan menjadi lain jika kita geser sedikit pembahasannya ke kualitas. Perbandingannya bisa 10 : 1.


Yang udah namatin lebih dari 20-an Cdrama romance pasti paham maksud saya. Secara umum, plot-nya monoton, cringe, berlebihan, kurang natural, dan akting pemerannya tidak lentur, apa ya namanya... seperti teks (?). Mudah ketebak.


Saya menonton You Are My Hero dengan kondisi seperti itu. Saya udah berani nebak-nebak, jangan-jangan tar karakter lead male-nya bakal kayak digambarin sebagai karakter yang mendominasi (saya terlanjur nge judge profesi­-nya), menjual maskulinitas, dreamy, perfect and so on... dan lead female-nya bakal yah gitu deh, di bawah bayang-bayang dominasi lead male. BUANYAAAAK BANGET CDRAMA ROMANCE MODEL BEGINIAN.


You Are My Hero mematahkan prediksi-prediksi saya. Menampik sok tahu-nya saya. Banyak banget sih aspek-aspek drama ini yang nggak ngikutin jalur yang biasa dilalui cdrama romantis. Bagi sebagian orang yang menganggap skinship/kissing adalah nyawa sebuah drama romantis mungkin akan melihat You Are My Hero sebagai drama membosankan. Bisa dibilang skinship couple di sini bukan tipe skinship yang intim, lebih banyak ngobrolnya, kalo pun ada skinship, bukan skinship yang gimana-gimana, tapi yang gemes lucu, bikin haru tersentuh juga. Natural banget.


Saya mulai dari main couple-nya, Xing Kelei dan Mi Ka.




Kalo kamu nyari couple drama yang equal, yang seimbang pembagian peran dalam hubungan kasih sayangnya, maka Mi Ka dan Xing Kelei adalah contoh yang bagus. Saya berasa enggak lagi nonton drama, tapi ngeliat keseharian pasangan di dunia nyata. Kelewatan naturalnya mereka tuh. Porsi kebucinan mereka pas, ga lebay. Saya sampe ngetuit, mereka duduk ngobrol santai aja bisa bikin saya senyum-senyum gaje. Chemistry-nya melewati ekspektasi. Aktingnya jempolan.


Saya ngasih jempol ke Kelei. Gara-gara udah kekenyangan dikasih cerita romansa di mana tokoh laki-laki mendominasi, entah fiksi maupun real life, ketika kemudian saya bertemu Xing Kelei saya merasa terharu sekali. Kayak yang “Aaahhhh Its been a long time...” Apalagi ini drama China ya. Langka banget nemu cowo macam Xing Kelei ini. Jiang Zheng Han (Forever Love) ada temennya. Yang romantis di drama banyak, yang over romantis juga banyak, tapi yang realistis macam Xing Kelei ini rasanya jarang sekali nemu. Saya bilang realistis karena perlakuannya ke Mi Ka tuh enggak lebay, apa adanya. Natural aja. Banyak yang bilang (termasuk saya) yang kayak Xing Kelei (sifat dan sikapnya) cuman ada di drama doang, tapi nun di dalam hati saya percaya karakter macam Kelei ini ada di real life, kita nya aja yang gak pernah atau belum ketemu, nggak pernah ketemu bukan berarti nggak ada dong ya?


Di You Are My Hero saya menjadi terbiasa ngeliat Xing Kelei masak, antar-jemput Mi Ka, beres-beres rumah yang selalu diberantakin sama Mi Ka—dan itu semua dia lakuin secara sukarela! Seneng aja liat Mi Ka dan Kelei ngejalanin hubungan mereka dengan santai. Padahal latar pekerjaannya Kelei ga biasa loh. Kelei di satuannya dan Kelei yang bersama Mi Ka beda banget. Jadi dia pinter menempatkan diri. Visi dan misinya bersama Mi Ka juga jelas sedari awal.



MAU NYARI DI MANA LAKI KAYAK XING KELEI INIIII! 


Awalnya saya mengira Xing Kelei bakal kayak mas-mas tsundere yang galak di luar tapi soft di dalam. Taunya enggak loh. Kapten Xing nggak sok galak sok berkuasa. Apalagi dengan sengaja nunjukkin aura flamboyan dan maskulin-nya. Kapten Xing sama sekali enggak seperti itu. Soal dia yang galak banget ke Mi Ka di episode-episode awal, saya bisa menerima alasan kenapa dia galak banget ke Mi Ka selama pelatihan—aslinya Kapten Xing disiplin gais, meski dia udah tau Mi Ka itu siapa, dia enggak lantas kasih keringangan. Harus sesuai prosedur. Mi Ka salah ya harus menerima sanksi. Bucin-nya Kapten Xing nggak salah kaprah. Dia sangat sangat sangat menghargai Mi Ka dan pekerjaannya. Bahkan dari Mi Ka lah Xing Kelei menemukan sudut pandang baru soal pekerjaannya sebagai bagian tim SWAT, dengan memerhatikan lebih dekat bagaimana perempuan yang disayanginya itu begitu mencintai pekerjaannya. Mereka saling memberikan masukan yang positif.


Aih Xing Kelei, Kang Kebetulan-nya Mika wkwk.


Lalu Mi Ka—she is amazing. I love her!


Saya mencoba mencari-cari definisi yang pas untuk menggambarkan karakter satu ini. Saya berani bilang, karakter Xing Kelei tidak akan berhasil keluar dengan sempurna jika tidak ada karakter sekuat Mi Ka di sisinya. Sebagai dokter bedah saraf, Mi Ka adalah seorang profesional tetapi dia masih mau belajar. Cintanya terhadap pekerjaannya sangat kuat dan tidak membabi buta. Mi Ka tahu kapasitas dan kemampuannya. Tipe pekerja keras. Kompetitif. Berani. Mi Ka punya sisi humoris juga—makanya cuman dia dan Xing Keyao yang bisa ngimbangin Kapten Xing  ㅋㅋㅋㅋ. DAN YANG PASTI MI KA ENGGAK ANNOYING! Dia lovable. Likeable. Senyum dan ketawanya bikin yang liat ikut bahagia juga. Nular. Happy virus .


Setidaknya ada dua scene yang membuat saya tersenyum dan refleks megang dada sambil memuji Mi Ka. Pertama, sewaktu Xing Kelei pura-pura lupa nyiapin kue ulang tahun untuknya, Mi Ka sedih tapi begitu Xing Kelei ngajakin keluar jalan-jalan, sedihnya langsung ilang. Balik senyum lagi. Nggak inget beberapa detik lalu dia nangis kecewa. Kedua, karena salah paham Xing Kelei marah-marah ke Mi Ka, Mi Ka sampe nginep di rumah Xia. Esok paginya, dia udah galau depan pintu rumahnya, mau masuk tapi takut Kelei masih marah, makanya dia mentok depan pintu nyusun kata-kata dulu (keinget dia waktu pelatihan, mau ngadep Kapten Xing ngatur kata-kata dulu HAHAHAHA). Dan ternyata Kelei udah balik ke satuannya. Ekspresi kuatir, was-was nya Mi Ka ilang gitu aja abis baca pesan singkatnya Kelei. Udah gitu aja, nggak ada drama berlebihan. Pasti pada mikir, hah? Udah gitu aja berantemnya? Kok nggak seru. Lah, aslinya Mi Ka sama Kelei emang bukan kapel yang suka mendramatisir keadaan. Mungkin karena latar belakang pekerjaan mereka yang bisa dibilang cukup serius, terbiasa ngadepin situasi antara hidup dan mati makanya mereka berdua ngejalanin hubungan nggak lebay. Pola komunikasinya bagus. Apa-apa diomongin baik-baik demi meluruskan salah paham. Dari sini pula saya bisa menyimpulkan, karakter Mi Ka nggak rumit, cara berpikirnya sederhana, easy going, asik. Anaknya baik banget, gimana Xing Kelei nggak sayang coba? Saya juga sayang banget bu dokter Mi Ka .



Terang benderang sekali, Xing Kelei dan Mi Ka mematahkan stereotype kebanyakan drama Cina yang pernah saya nonton. Jenis bucin-nya mereka tuh realistis dan logis, jaraknya dari kehidupan nyata saya rasa cukup dekat. Saat menemui situasi sulit atau melelahkan, kita akan terbiasa ngeliat Kapten Xing sanderan ke Mi Ka, atau Mi Ka yang sanderan ke Kapten Xing. Bener-bener konsep saling-nya diterapkan dengan sangat baik sama pasangan ini.


Scene lain yang sukses bikin saya ngacuing jempol ke naskah drama ini adalah ketika Xing Kelei akhirnya ngaku ke Mi Ka bahwa dia adalah sosok Uncle SWAT yang pernah menolongnya dulu. Mi Ka nanya, kenapa nggak bilang dari dulu? Jawabannya Xing Kelei bikin baper. Dia bilang dia nggak pengen Mi Ka menyukainya atas dasar terima kasih. Dia pengennya Mi Ka menyukainya karena dia Xing Kelei, bukan paman SWAT penolongnya. THISSSSSSS. Xing Kelei menunjukkan garis yang jelas bagaimana hubungannya dengan Mi Ka dibangun. Padahal saya udah mikirin skenario nantinya Mi Ka bakal tau duluan Xing Kelei itu yang nolongin dia trus makin jatuh cinta, ternyata jalur skenarionya lebih bagus dari yang saya bayangkan. Mi Ka tulus ke Kapten Xing begitu juga sebaliknya. Benar, Kapten Xing yang nolongin Mi Ka dulu, tapi bukan itu yang membuat Mi Ka jatuh cinta padanya.


Teruuuuussss, scene Mi Ka ngelamar Kapten Xing HAHAHAHAHA. Mi Ka antimainstream. Di mana-mana kebanyakan cowo yang ngelamar cewe, ini kebalik, cewe yang ngelamar cowo, dan rasanya lega. Fresh! Lagian nggak ada aturannya kaan harus cowo yang memulai duluan ㅋㅋㅋ.

Suka deh mereka ngomong pake tone suara rendah. Makin dapet feel-nya.

Couple kedua.



Xing Keyao dan dr. Shao. Nah ini pasangan ini mendefinisikan pasangan mature. Saya udah ngebayangin kisah cinta kakaknya Kelei dan mentornya Mi Ka ini akan banyak angst-nya. Saya udah mengantisipasi tarik ulur hubungan dua orang ini. Eh taunya ini kapel justru yang paling santuy dan kalem. No drama ga penting. Asik! Pertemuan mereka setelah terpisah sekian tahun juga ga dramatis. Susah sih ya, Keyao dan dr. Shao udah sama-sama dewasa, ga cuma dilihat dari usia tapi juga sudut pandang dan cara menyikapi banyak hal. Berangkat dari pengalaman masa lalu. DAN INI JARANG BANGET ADA KAPEL MODEL BEGINI DI CDRAMA!


Sukaaaa banget pasangan ini. Xing Keyao yang proaktif dan dr. Shao yang menanggapi dengan baik. Good vibes only!

Couple ketiga.



Xia dan Shu Wenbo. Tipe pasangan yang di awal bikin gemes tapi makin lama malah ngeselin karena perjalanan kisahnya yang dipenuhi tarik-ulur HAHAHAHA. Okelah, Shu Wenbo anaknya emang polos belom pernah pacaran, tapi ceritanya mereka bisa dong nggak dilama-in tarik ulurnya, selow sekali perkembangannya. Kasian Xia, dia udah ngegas dari awal, Shu Wenbo-nya masih asik menipu diri sendiri. Di antara tiga kapel You Are My Hero, Xia-Wenbo yang paling lemah sih, menurut saya. Untung happy ending.

Yang paling lelet progres-nya tapi yang duluan nikah mereka HAHAHAHA. Xing Kelei-Mi Ka can't relate.

AMAZING CAST AND CHARACTERS!



Belakangan saya tahu ternyata banyak yang ragu dengan pairing-nya Bai Jingting dan Ma Sichun. Semacam nggak bisa kebayang aja. Trus, yang saya baca juga, Xiao Bai keliatan muda banget, dan kurus untuk memerankan anggota SWAT.


And... BBAAMMM!!


Baru episode satu aja udah bisa meruntuhkan semua keraguan itu wkwk.


You Are My Hero adalah drama yang berhasil membawa tokoh-tokohnya dengan baik, tidak hanya tokoh utama, tetapi tokoh pendukung juga. Setiap tokoh punya ciri khasnya yang melekat di ingatan penontonnya. Mereka menyenangkan—kecuali duo sisters pencetus Kelei gege itu HAHAHAHA.




Saya ngerasa surprise banget dengan karakter dr. Shao yang apik diperankan  Wang Yang. First impression saya terhadap karakter ini bagus sekali. Ketika di episode 1 dia menyisihkan waktunya mendengarkan Mi Ka, saya percaya ini karakter ga akan mengecewakan. Dan emang kebukti bener. Aktingnya Om Wang Yang OKE BANGET! Dia berhasil menampilkan sosok dr. Shao dengan sangat sangat sangaaaat meyakinkan. Si Ahli bedah saraf yang kalem, profesional yang logis dan rasional. Jujur aja saya udah terpesona sejak di episode 1 itu, dan makin banyak episodenya makin suka sama dr. Shao. Jadi gini, dari sekian drama genre medical yang pernah saya nonton, bagi saya karakter dr. Shao ini adalah salah satu yang terbaik.


Gestur, cara ngomong, tone suaranya—sangat meyakinkan. Hanya dengan memerhatikan itu aja saya sudah bisa membaca seperti apa karakter ini seutuhnya. Dan ditambah dengan tindakan-tindakannya menyikapi masalah, makiiiiin kagum sayaaaaa AAAAAAAAA. Dr. Shao tuh bisa banget enggak bikin lawan bicaranya merasa terintimidasi. Berwibawa. Cerdas. Saya suka saya sukaaa. Dewasa banget.


Lalu ada Xing Keyao yang diperankan Zhang Yao—jie jie nya Xing Kelei yang keren!




Penampilan Xing Keyao sekilas bikin nyali ciut. Strong, tegas dan intimidatif, Mi Ka aja sampe ketakutan pertama kali ketemu HAHAHAHA. Padahal aslinya mah baik banget. Support system-nya Xing Kelei dan partner-nya Mi Ka ngadepin Xing Kelei wkwk.


Keyao juga tipe orang yang mikirnya rasional dan logis. Agak tsundere, tapi ke adeknya doang ㅋㅋㅋ.




Saya nggak usah ngebahas Xing Kelei dan Mi Ka. Udah banyak dibahas kan di awal tulisan ini. Saya bahas Bai Jingting aja. Aktingnya. Ini drama pertama Xiao Bai yang saya nonton, dan saya mendeteksi Xiao Bai punya mikro ekspresi yang bagus. Saya sering ngulang nonton part-nya Xing Kelei karena jatuh suka dengan detail ekspresinya, iconic scene di ep 1 misalnya. Perpindahan ekspresi atau perubahan air mukanya tuh keliatan. Dia nggak ngomong aja kita udah tau warna emosinya. Bai Jinting berhasil menampilkan sisi serius, dan humorisnya Xing Kelei. Xing Kelei yang jago ngelawak di saat tak terduga. Kang Kerdus-nya dr. Mi Ka. Kalo cowok lain yang ngegombal, auto pengen nyari kantung, tapi kalo Xing Kelei yang gombalin Mi Ka, bukannya geli, ngakak iya HAHAHAHA. Suka ada aja omongannya dia tuh. Mana mukanya kalo ngegombal biasa aja. Cenderung datar. Ketemu dr. Mi Ka yang nggak gampang digombalin, malah makin lucu jadinya.




Aktingnya Ma Sichun, udahlah, ga diraguin lagi. Saya nonton Love Me If You Dare duluan abis itu The Left Ear (movie). Di Left Ear—waaaaah. Bagus banget aktingnya. Kaget sayah. Di situ dia lumayan berani. Genit. Jauh banget dari karakter dr. Mi Ka wkwk.


Karakter Mi Ka ini, kalo ga diperanin sama aktris yang punya kualitas bagus, bisa-bisa jatohnya cringe atau nggak, ngebosenin. Menurut saya nih, enggak mudah meranin karakter lovable dan kuat secara individual kayak Mi Ka. Mi Ka, kalau saya boleh bilang, adakah tokoh sentral di You Are My Hero. Dia memiliki koneksi dengan semua tokoh di drama yang menyelesaikan syutingnya pada Januari 2020 silam ini. Dan Mi Ka mampu menghidupkan chemistry yang manis dengan siapa pun. Nggak berlebihan, selalu natural. Jadinya enak ngikutin. Nggak butuh tombol skip.


Bersyukur banget Ma Sichun yang meranin Mi Ka. Pokoknya ga bakal lupa iconic scene di episode1. Mi Ka yang lucu menggemaskan. Siapa sih yang nggak bakal jatuh cinta dengan bu dokter manis ini? Sebesar rasa suka saya ke Xing Kelei, sebesar itu juga rasa suka saya pada Mi Ka.


Sekarang kita bahas karakter pendukung~


Di Tim SWAT-nya Kapten Xing ada Shu Wen Bo yang kelewatan polosnya, kadang pengen ta hiiiih saking gemesnya sama  HAHAHAHA. Trus ada duo Luo Ting dan Li Nian. Li Nian si dokter cinta tapi masih jomblo juga sampe You Are My Hero bubaran—nasib. Ada Wen Jin—satu-satunya cewe di timnya Kelei. Di tempat lain, ada Lu Feng, mantan anggota SWAT yang memutuskan keluar atas permintaan ibunya agar Lu Feng bisa meneruskan bisnis keluarga. Lu Feng nih dokter cinta juga, cuman beda metode sama Li Nian.


Di rumah sakit Renxin kita ketemu ada suster Xiao Xiao yang manis, dr. Chen Tao—si tukang gosip yang cerewet, fans nomor satunya yogurt dan dr. Yanshan, sahabatnya Mi Ka. Yanshan sebenernya baik, hanya saja tekanan ibunya dan imej yang terbangun di keluarganya yang merupakan keluarga dokter itu membuatnya keluar dari jalur. Seenggak sukanya kita sama Yanshan, apa yang digambarkan dan dialami karakter ini sangat dekat dengan kehidupan kita.


Nah ada juga nih rekan-rekan dokter di IGD dan Bedah Syaraf yang meskipun frekuensi kemunculan mereka tidak banyak, tapi sebagai penonton saya bisa mengingat mereka.


Salah satu ciri saya benar-benar jatuh suka pada satu drama adalah ketika saya memedulikan tidak hanya karakter utama tetapi sampai ke karakter-karakter pendukung. Karena sebuah drama tidak semata hanya bergantung pada karakter utamanya, tetapi juga karakter pendukung di dalamnya. Kehadiran mereka—jika porsi dan keunikannya membekas, justru semakin menghidupkan nyawa drama yang bersangkutan.


Semua aktor/aktris di You Are My Hero memerankan karakter mereka dengan sangat baik. Sekali lagi, meski karakter mereka hanya pendukung, tetapi detail yang mereka memiliki begitu membekas di ingatan penontonnya You Are My Hero. Siapa yang ga inget odong-nya Wenbo saat bersinggungan dengan Xia? Atau flamboyannya Lu Feng dan lucunya Li Nian si dokter cinta? Atau Chen Tao yang cerewet tapi baik itu? Karena karakter-karakter inilah kisah utama tokoh di drama ini berjalan natural, yang akhirnya membuat kita yang nonton begitu enjoy mengikuti setiap episodenya. Saya mau jujur, selama menonton Cdrama membuat saya bersahabat dekat dengan tombol fast forward. Banyak scene-scene membosankan yang membuat saya tidak merasa rugi jika melewatkannya karena scene-scene itu tidak memberikan kontribusi berarti pada plot cerita pun character development-nya, tetapi untuk You Are My Hero, hanya ketika duo sisters muncul di episode 30-an ke atas saya menggunakan tombol itu. Selebihnya enggak. Scene gempa bumi aja enggak saya skip.


Plot dan ceritanya bikin betah, cast dan character-nya asik-asik, saya enggak punya alasan untuk melewatkan You Are My Hero.



=oOo=

Sila dibaca part duanya dong [KLIK DI SINI]


Bye-ing,

Azz.



💚💚💚

 


Ocean, Hoppipolla

Ketika serangan panik pertama menghampiri saya sekira dua tahun lalu, saya benar-benar tidak tahu bahwa itulah yang disebut orang sebagai serangan panik. Pasca kejadian tersebut, kondisi kesehatan saya menurun drastis—lebih buruk daripada yang pernah saya alami ketika kuliah dulu. Ibu yang khawatir melihat kondisi saya lantas memaksa saya memeriksakan diri ke dokter, kebetulan di daerah saya hanya ada dokter umum, maka ke sanalah saya. Saya sampaikan semua keluhan yang saya rasakan kepada dokter. Menurut keterangan dokter, selain Hb saya yang rendah, mendekati ambang transfusi, tidak ada hal mencurigakan lainnya dari tubuh saya. Bagaimana dengan kondisi jantung saya yang kerap kehilangan kontrol, berdegub keras dan pada keadaan tertentu saya merasa napas saya akan berhenti? Dokter tidak berani mendiagnosis, saya disarankan untuk memeriksa rekam jantung untuk memastikan kondisi jantung saya.


Sayang sekali untuk bisa mencapai fasilitas rumah sakit atau laboratorium klinik saya harus keluar pulau, perjalanan memakan waktu satu hari penuh. Saat itu kondisi saya tidak memungkinkan menempuh perjalanan jauh.


Setelah beberapa waktu kemudian, saya akhirnya memeriksakan diri ke laboratorium klinik. Abdomen atas dan bawah, serta rekam jantung. Hasil rekam jantung saya aman. Lalu bagaimana dengan keluhan-keluhan yang saya rasakan? Saat itu tidak terpikir untuk konsultasi ke psikolog atau psikiater. Saya pikir saya akan baik-baik saja.


Saya akan baik-baik saja. Itu harapan saya.

Pikiran itu tidak bertahan lama. Saya berkali-kali mengalami serangan panik, hingga di titik saya berpikir—oh apakah ini cara saya untuk mati?


Saya pernah berharap untuk mati, dulu. Tidak sekali saja pikiran itu menghampiri saya.

Sejak remaja, saya terbiasa berusaha memastikan bahwa saya baik-baik saja. Saya harus baik-baik saja. Saya tidak ingin terlihat rapuh di mata orang-orang. Sehingga yang tampak di luar adalah saya yang dingin, cuek, galak (kejam) dan tidak terbaca. Saya tidak ramah.


Sekarang, setelah saya pikir-pikir lagi, tampaknya itu adalah wujud dari self-mechanism defense yang dibangun alam bawah sadar saya. Tidak ada yang bisa melindungi diri saya sendiri jika bukan saya sendiri. Saya berkali-kali dikhianati orang-orang terdekat saya dan usia saya masih sangat belia saat itu. Saya kerap menangis sendirian. Saya memosisikan ada Aku yang lain yang menjadi dan hidup di dalam diri saya. Dia-lah yang sering saya ajak bicara dan bercerita, pada dia tulisan-tulisan pendek saya tujukan. Saya percaya hanya dia  yang mau dan setia mendengarkan saya, hanya dia yang tidak akan egois menghakimi saya. Dia sebaik itu kepada saya. Ada satu lagu Simple Plan yang relate sekali dengan saya, judulnya Astronaut.


Di tengah-tengah situasi itulah, saya berpikir keras bagaimana agar saya bisa selamat. Saya tidak akan membiarkan orang-orang melukai hidup saya. saya terbiasa menganalisa detail keadaan yang saya hadapi, menyusun rencana-rencana dengan cepat, menemukan cara-cara yang bisa memastikan saya aman dan tidak perlu berurusan lebih jauh dengan orang-orang yang tidak saya sukai. Saya tidak pernah takut kehilangan siapa-siapa, dan apa-apa, saya hanya takut kehilangan diri sendiri—jika itu benar-benar terjadi maka habislah saya.


Bertahun-tahun saya hidup dengan imej gelap karakter saya. Saya merasa aman.

Lalu datanglah momen di mana saya ingin berdamai dengan kemarahan, kekecewaan, dengan kesakitan-kesakitan yang pernah saya alami. Saya ingin memaafkan diri sendiri, memaafkan pihak-pihak yang telah membuat saya menderita psikis bertahun-tahun, yang membuat saya nyaris menyaru batu yang keras.


Saya pikir itu mudah. Nyatanya harus ada yang saya korbankan, harus ada yang saya lepaskan, dan itu tidak lain adalah satu bagian diri saya yang sudah membersamai saya sejak remaja. Self-mechanism defense yang melindungi saya selama ini. Saya tidak tahu, tebusannya bisa semahal itu.


Sekira 5-6 tahun lalu proses itu dimulai. Saya menyebutnya healing. Saya tidak menyadari ada yang tumbuh diam-diam, buah dari keinginan berdamai itu. Sebuah kontradiksi yang tidak pernah masuk dalam kalkulasi saya. Perasaan tidak aman. Orang-orang senang dengan perubahan yang saya tampakkan—imej gelap tidak lagi menguasai saya, meskipun jejaknya tidak bisa saya hilangkan sepenuhnya. Saya sudah jauh lebih ramah, lebih banyak tersenyum, sudah bisa dijangkau. Tetapi, nun jauh di dalam hati, saya kerap merasa tidak aman dan nyaman. Adakah yang lebih mengerikan dari itu?


Saya membuka diri untuk dibaca, namun upaya saya itu justru melukai diri saya sendiri.

Mungkinkah serangan panik yang saya alami adalah wujud rasa tidak aman yang telah menetas? Kehilangan sebagian dirimu yang telah menemani hidupmu sekian lama ternyata bukan perkara sederhana. Walaupun niatmu melepaskannya cukup baik.


Serangan panik yang saya alami di awal tahun ini adalah yang terburuk. Efek setelahnya benar-benar mengerikan. Jika saja waktu saya tidak menuliskan sesuatu di akun Twitter saya, mungkin saya akan nekat memilih langkah terburuk yang bisa saya ambil. Saya benar-benar takut. Betapa ingin saya dipeluk seseorang dan mengatakan kepada saya bahwa semua baik-baik saja. Dan jika pun tidak baik-baik saja, itu bukan salah saya sepenuhnya. Bahwa saya boleh terlihat lemah, bahwa saya boleh berteriak sekuat yang saya mau.... bahwa saya memang tidak sekuat yang saya pikirkan. Tidak apa-apa merasa tidak baik-baik saja. Tidak akan ada yang menyalahpahami saya...


Saya beruntung memiliki orang-orang baik di Twitter, yang meskipun mereka tidak mengenal saya secara langsung, mereka tidak segan-segan menuliskan kata-kata yang hangat-nya sampai ke hati saya. Saya percaya mereka peduli. Saya ingat, saya menangis sesenggukan sembari membaca dan membalas pesan dan twit-twit mereka. Sungguh, kekuatan kata-kata baik bisa sangat mempengaruhi seseorang. Kita tidak pernah tahu sebesar apa kebaikan-kebaikan yang hidup di dalam kata-kata. Ia, kata-kata itu, pada situasi tertentu bisa menjadi jalan, jendela, atau pintu bagi orang lain yang membantunya melihat keluar dari lingkaran gelap situasi yang dihadapinya. .


Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang sudah membalas twit saya saat itu.

Saya sadar, saat ini kondisi saya masih kacau. Saya masih berusaha menata kembali kepribadian saya. Proses ini membantu saya mengenali diri saya lebih jauh. Banyak sekali sifat-sifat buruk yang saya miliki dan ini membuat saya—maaf, jijik. Saya mengerikan sekali sebagai manusia.


Mencoba menghadapi diri sendiri adalah upaya terbaik yang bisa saya lakukan agar tidak kehilangan saya—sejelek apa pun kualitas diri yang ada pada saya sekarang ini. I’m trying to be the best version of myself. To accepting everything, including me in the past years.


Sebab saya hari ini, adalah hasil perjalanan saya di masa lalu. Saya tidak perlu membuang apa-apa. Saya hanya perlu menerima, lalu melanjutkan hidup.

Akhir-akhir ini, saya bisa segera mendeteksi setiap kali sifat jelek saya memunculkan diri—saya tarik napas panjang, mengingatkan diri berkali-kali.


Serangan panik masih mengintai saya, ia bisa datang kapan saja, di waktu yang tidak terduga, dan ini memberikan pengaruh dan perubahan besar terhadap hidup saya. Dulu, saya menyukai gelap. Sekarang? Gelap membuat saya sesak, was-was, takut berlebihan. Dulu saya menyukai tontonan bertema berat kecuali horor. Sekarang? Saya sudah tidak kuat nonton. Pasti ke trigger. Saya jadi takut.


Dulu, saya senang sekali tinggal seorang diri, saya menyukai kesendirian, saya terbiasa soliter. Pernah, semasa kuliah, saya tidak pernah keluar kamar kosan selama seminggu. Sekarang? Kadang-kadang sepi dan hening membuat saya panik. Saya takut dengan pikiran-pikiran berbahaya yang bisa sekonyong-konyong berhamburan keluar dari kepala saya.


Saya tahu suatu saat saya perlu berkonsultasi pada orang yang ahli.

Di awal usia tigapuluh ini, saya adalah orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Saya masih berada di dalam labirin, tetapi saya yakin sekali saya tidak sedang tersesat.


Satu hal yang sadari, tidak peduli berapa usiamu, struggle dengan diri sendiri pasti dialami banyak orang. Mungkin, kita hanya mencoba sebisanya tidak menampakkannya di hadapan orang lain—untuk alasan-alasan yang hanya bisa dipahami oleh kita sendiri.


Ya, dan semoga kita (akan) selalu baik-baik saja, pada akhirnya.


Azz.

[Pieces of Me] Labirin

by on 4/06/2021 08:22:00 PM
  ㅡ Ocean, Hoppipolla ♪ ㅡ Ketika serangan panik pertama menghampiri saya sekira dua tahun lalu, saya benar-benar tidak tahu bahwa itulah y...