Dulu, semasa saya masih aktif menulis fiksi, hal utama yang terpikirkan di kepala saya ketika hendak menggarap satu cerita adalah pesan apa yang ingin saya sampaikan melalui cerita saya, apa yang bisa diambil pembaca dari cerita yang saya tulis itu. Saya tidak pintar mencari judul, sering kesulitan menulis opening, saya juga kerap kebingungan menamai karakter-karakter dalam cerita yang saya tulis, adakalanya saya berlama-lama menatap keyboard laptop, memilah-milah huruf-huruf apa saja yang akan saya pilih menjadi nama. Namun, bila saya telah berhasil membulatkan pesan yang ingin saya sampaikan, kendala-kendala tersebut bisa saya selesaikan satu-persatu. Bagi saya, pesan dalam cerita yang saya tulis sangatlah penting. Ia seperti pilot yang mengarahkan tulisan-tulisan saya. Pesan berjalan bersama konflik, dua unsur ini menjadi kawan dekat yang sulit dipisahkan dalam proses menulis fiksi saya. Berpegang pada pesan, saya bisa melihat ke mana cerita yang saya tulis mengarah, bagaimana watak-watak tokohnya, apa saja yang perlu menjadi bagian dialog-dialognya, hingga kemudian mengerucut pada klimaks konflik dan penyelesaian. Saya tidak pernah menulis cerita yang belum saya selesaikan di dalam kepala saya. Selalu ada simulasi sebelum saya mulai paragraf pertama. Bahkan dengan persiapan seperti ini saya tetap saja seorang penulis amateur. 


Mungkin, sebab kebiasaan inilah, ketika menonton film/drama, fokus saya di episode pilot adalah ini drama mau nyeritain apa? Apa yang ingin disampaikan kepada penontonnya? Pesan dan konflik biasanya melekat pada karakterisasi tokoh. Jika sejak awal karakterisasi tokohnya tidak kuat, saya tidak akan betah. Saya merasa perlu tahu apa yang diinginkan si drama ini. Biasanya juga di episode pilot sudah bisa terlihat gambaran konflik ke depannya akan seperti apa meski belum sempurna. Ibaratnya, cetak biru-nya sudah keliatan (semoga saya tidak keliru memilih analogi). Itulah sebabnya bagi sebagian penikmat drama (termasuk saya), dua episode perdana sebuah drama sangatlah penting. Tidak selalu terjadi seperti ini, memang. Pada beberapa drama, saya pernah mencoba bersabar hingga 6-8 episode karena berkeyakinan dramanya bagus. Hanya berdasarkan feeling saja. Tetapi memang drama-drama favorit saya lebih banyak berhasil menggoda saya di episode pilot, melalui karakterisasi tokohnya. Aneh ya? Ya... begitulah seni-nya menjadi penonton. Kita selalu punya alasan sendiri-sendiri tentang mengapa kita jatuh suka pada apa yang kita nonton.



Yang baca bertanya-tanya untuk apa saya menulis intro sepanjang ini di bawah tag Doom At Your Service? 


Jadi begini, setelah menonton 14 episode Doom at Your Service, satu kesadaran utuh muncul di kepala saya; Im Me-ari sejak awal sudah membulatkan pesan apa yang ia sampaikan melalui drama ini. Ke-konsisten-an itu ada. Saya paham betul apa maunya DAYS, dan untuk alasan inilah saya tidak sedikitpun berniat men-drop dramanya, tetapi setelah episode 14, saya akhirnya bisa tersenyum puas dan tanpa sadar bergumam sendiri, "wah".  



Semua direncanakan dengan baik. Tentang bagaimana ceritanya akan menjadi, tanpa berniat menggurui. 

Im Me-ari meletakkan firasat untuk perkembangan episode-episode mendatang pada dialog-dialog antartokoh. Lantas terciptalah mirror-ing dan paralel scene. DAYS adalah ketika dialog-dialog dramanya berhasil memberikan dua feeling yang bertolak belakang di saat bersamaan; bercabang; harapan (optimisme) dan kekhawatiran. Harapan bahwa akan ada hal-hal baik untuk karakter-karakter yang saya sayangi, Myul-mang dan Dong-kyung. Kekhawatiran kalau-kalau apa yang tersirat dalam dialognya hanya akan berakhir sebatas harapan karena takdir sudah menjatuhkan vonis-nya. That uncertain feeling


Saya yakin ada sebagian penonton DAYS yang meskipun sudah merasa ending dramanya akan sedih, tapi tetap berharap ada happy ending. Saya termasuk kategori yang sebagian itu.


Sampai sekarang saya belum tahu standar naskah drama yang baik, sempurna atau bagus itu seperti apa. Namun jika saya memakai standar saya sebagai penonton, bagi saya naskah DAYS bagus. Naskah yang sedari awal sudah tahu ke mana atau apa tujuannya ia dibuat, yang konsisten berpegang pada itu. Drama yang dianggap klise oleh beberapa orang ini, yang beberapa dari mereka menonton karena alasan aktor atau aktrisnya, mereka yang sudah menonton 14 episode tetapi belum juga paham konflik atau mau dramanya apa, DAYS nyatanya telah dengan terang-terangan menyampaikan maksud-nya di episode pilotnya. Hanya saja, bila kita terlampau fokus pada part romance atau fantasi-nya maka kita kehilangan kesempatan mengenali drama ini. Mengharapkan apa yang tidak pernah dijanjikan DAYS sejak awal. Begitulah kira-kira gambarannya.



Setelah 14 episode DAYS, saya akhirnya mengerti arti dari feeling bagus yang saya rasakan sejak episode pilotnya. Saya tidak keliru dengan rasa percaya diri saya terhadap DAYS. Simpati yang terbit dengan mudahnya untuk Tak Dong-kyung, yang semakin menguat seiring bertambahnya episode adalah salah satu bukti bahwa storyline, plot, dan konflik DAYS bekerja pada saya dengan efektif. Untuk setiap scene dan dialog-nya, saya mengerti mengapa mereka perlu ada di situ


Pesan dramanya kuat sekali. Konsisten. Tidak berubah hingga 14 episode ini, dan saya yakin sekali sisa 2 episode pekan depan akan semakin melengkapi. Melalui Dong-kyung, kita diberi pelajaran yang banyak sekali di DAYS ini. Banyak sekali. 


Sebagai penonton, ketika sebuah drama sanggup membuat saya enjoy mengikutinya dengan antusiasme yang tidak maju-mundur, itulah konsep drama bagus di mata saya. Jika sudah seperti ini, saya tidak sempat lagi menyisakan ruang untuk hal-hal yang dianggap sebagai kekurangan dramanya. Di titik inilah objektifitas saya pamit undur diri. Hehe.


Highlight Episode 14



Episode 14 yang luar biasa sedihnya itu seperti episode pamungkas bagi DAYS. Puncak konflik, baik cerita utama maupun cerita sampingan-nya. Seolah-olah episode 1-12 sengaja disiapkan untuk ini. Everything happens for reason. Dialog-dialog DAYS yang penuh metafora dan terdengar filosofis ini nih kayak puzzle. Kalimat satu menjawab kalimat lainnya. 


Di episode ini, tidak lagi kita jumpai Myul-mang yang sinis dan dingin, dan Dong-kyung yang mati-matian berusaha agar Myul-mang bisa mencintainya. Pertanyaan-pertanyaan yang dilempar di episode-episode sebelumnya akhirnya mendapatkan jawaban di sini. Banyak yang ingin saya highlight dari episode 14 ini. Tapi pertama-tama biarkan saya menulis betapa keren luar biasanya akting Seo In-guk dan Park Bo-young di episode 14 ini. Sangat detail. 


Seo In-guk.... WAH... speechless saya. Sungguh. Saya tahu akting In-guk bagus. Saya sudah tahu sejak lama soal ini. Tapi saya masih tetap saja sukses dibuat ber-woah woah takjub sama aktingnya. Mikro ekspresinya GILLAAAK WOIIII. Perpindahan ekspresi yang berbeda-beda bisa dia lakukan dalam rentan waktu yang sangat cepat, dan hanya dengan menggunakan sorot matanya! Wah. Sebenernya udah beberapa kali saya liat ini di episode-episode DAYS sebelumnya, menurut saya di episode 14 detail transisi perubahan ekspresinya kuat sekali. On point. Ibaratnya dia nggak ngomong aja kita yang nonton udah paham. Tau nggak, sambil nonton DAYS, beberapa hari kemarin saya nge rerun The Smile Has Left Your Eyes. Saya masih bisa dibuat merinding ngeliat Kim Moo-young, dan geleng-geleng kepala takjub dengan kekuatan akting In-guk. Cuman bisa bilang gilak banget dah In-guk. Totalitasnya... wah. Bagaimana bisaaa dia membangun karakter Kim Moo-young dan Myul-mang dengan sangat baik? Bagaimana bisaaa?? Dua karakter ini punya detail yang berbeda. Mulai dari perawakan, gestur, cara berbicara, sorot mata, cara berjalan, ampoooon pusing sayah. Sampai-sampai saya tuh pernah mbatin, "ini beneran yang meranin Kim Moo-young dan Myul-mang adalah orang sama?" 


Apa ya... saking speechless-nya saya. Seo In-guk dan totalitasnya dalam berakting. Kapan sih dia nggak bikin yang nonton terpana sama aktingnya? Selalu ya...




Yang bilang aktingnya Park Bo-young nggak bagus kayaknya perlu merumuskan ulang akting bagus tuh seperti apa. Selama menonton aktingnya sebagai Tak Dong-kyung, belum ada satu scene pun yang membuat saya mengernyitkan kening dengan alasan aktingnya off. Mau akting serius, atau lucu menggemaskan, semuanya dapet banget feel-nya. Saya paling suka cara Bo-young berbicara sebagai Dong-kyung, juga monolog-monolognya. Pengucapan dialognya, penekanan-penekanan kalimatnya bagus, intonasinya enak didengar. Ekspresinya tidak ada yang berlebihan. Dong-kyung senyum, saya ikut senyum, Dong-kyung nangis saya ikutan nangis. Untuk urusan akting nangis, Bo-young ahlinya. Ga bikin ilang feeling, yang ada hati ikut babak belur denger tangisannya. 


"... our fate. Let's accept it."

Siapa sangka, justru Myul-mang yang demikian besar hati menerima takdirnya. Myul-mang yang mengumpati takdir, dan bunga-bunga di episode 1. Narasi dan nuansa antara Myul-mang dan Dong-kyung di episode ini sangat berbeda dari yang, setidaknya mereka harapkan sebelum jatuh saling jatuh cinta. Perjanjian terjadi di antara mereka karena yang satu mengharapkan kehancuran dunia dan dirinya sendiri, sedang satunya (akan) diberi kemudahan agar bisa terbebas dari rasa sakit selama 100 hari.


Myul-mang dan Dong-kyung akhirnya mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun di saat yang sama mereka kehilangan alasan terbesar mereka untuk hidup. Cinta yang saling tumbuh di hati mereka. 


"If you gain something, you lose something. Everything you have gained in life were thanks to things you lost." 


Perih. Pada akhirnya kata-kata itu justru menjadi boomerang. Tetapi, Myul-mang tidak menyesali apa yang sudah terjadi. "I want to mean something to you." Begitu katanya kepada Dong-kyung. Ia sudah memutuskan. 


Myul-mang di episode 14 ini bener-bener berubah. Perubahan yang tidak terjadi tiba-tiba. Reset yang terjadi di ep 12-13 memberikan dampak besar padanya. Ia sadar, Dong-kyung dan dirinya tidak bisa lari takdir yang telah ditetapkan atas hidup mereka.


"You must've been really kind too. Seeing that you ended up meeting my sister."  




Denger Tak Sung-kyung ngomong gini bikin sedih. Dia adalah orang kedua yang mengatakan langsung kepada Myul-mang bahwa dia adalah orang baik. Kalo diingat-ingat lagi, nggak pernah deh ada scene Myul-mang jahatin orang, ngasih pelajaran ke orang jahat yang ada. Selama ini yang memberi imej gelap ke Myul-mang tak lain ya Myul-mang sendiri. Saya suka obrolan heart to heart antara Myul-mang dan Sung-kyung. Ini satu-satunya scene di mana Myul-mang memosisikan dirinya sebagai orang terdekat Dong-kyung, kakaknya Sung-kyung. Sebelumnya kan kalo ketemu Sung-kyung, selalunya dikerjain Myul-mang. Tapi kali ini Myul-mang bener-bener dengerin omongannya Sung-kyung, nggak membantah apalagi menjawab aneh-aneh. Gara-gara diajakin bicara sama Sung-kyung, sekembalinya dari sana Myul-mang tidak bisa lagi menahan diri untuk mengeluarkan kesedihannya. Apa-apa yang dijanjikannya pada Sung-kyung tidak bisa ia tepati. Sedih sekali liat Myul-mang jatuh berlutut dan menangis sendirian. Saya ikutan nangis.


"This school field looks big to me. I guess I didn't grow up at all." 




Saya pernah bilang pada postingan sebelum ini, pasti ada yang ingin disampaikan penulis dari kisah cinta pertamanya Na Ji-na. Sesuatu yang berharga dan bisa menjadi pembelajaran, untuk tokoh-tokoh yang terlibat, dan untuk kita sebagai penonton. Oleh karena itu saya tidak merasa perlu terburu-buru menghakimi Na Ji-na yang belum move on dari Lee Hyun-kyu. Saya sabar nungguin bagaimana Na Ji-na dan Lee Hyun-kyu menemukan closure-nya masing-masing. 


Pada akhirnya baik Na Ji-na dan Lee Hyun-kyu tahu, apa yang missing dari hubungan mereka. Memulai kembali hubungan di atas pondasi yang retak tidak akan berakhir manis. Mereka menyadari ada yang berubah, mereka bukan lagi Hyun-kyu dan Ji-na di usia tujuhbelas atau delapanbelas tahun. Momentum ini memberi masukan bagus bagi perkembangan karakter Hyun-kyu. Ini kisah cinta pertama dari sudut pandang yang lain. Realistis cara penyelesaiannya. Tidak menye-menye. 


Btw, adegan pisahannya Hyun Kyu-Ji Na sedih ya...


"As you live life, you'll realize one day that there was a reason behind everything you went through. You'll find out that it was a happy ending. You can only find out if you stay alive." 


Apa yang diucapkan Sonyeoshin kepada Dong-kyung, rasa-rasanya tidak hanya ditujukan kepada Dong-kyung, tetapi juga kepada mereka, kita yang sedang berjuang tabah menemukan alasan untuk semua kesulitan-kesulitan hidup yang dirasakan. Meski terdengar tidak meyakinkan menyoal happy ending, ucapan Sonyeoshin sedikitnya memberikan kita harapan. Happy ending-nya Myul-mang adalah happy ending-nya Dong-kyung juga. 


Pot yang selalu dibawa Sonyeoshin adalah miliknya. Ketika Myul-mang dan Dong-kyung mendapatkan kembali ingatan mereka, bunga di pot itu tumbuh kembali. Demi pot itu, demi melihat bunga di pot itu mekar sempurna, Sonyeoshin memperpanjang lagi hidupnya di dunia. Semoga firasat baik dari ucapan Sonyeshin mewujud nyata. Myul-mang terlahir kembali, namun kali ini sebagai manusia.


"Words disappear. I hear them. Even now, hundreds of words are disappearing every second in that corner. Collague. Disport. Indite. Malapert. Peregrinate."


Scene di perpustakaan ini jadi salah satu favorit saya di episode 14. 


Saya merasakan tone suara Myul-mang di sini sangat berbeda dengan kali terakhir ia membawa Dong-kyung ke tempat kerjanya. Ini yang paling membuat saya sedih; Myul-mang terlihat jelas berusaha menenangkan Dong-kyung. Karena terikat perjanjian, ia tidak bisa mendengarkan apa yang dipikirkan Dong-kyung, tapi ia tahu gadis itu sedang berusaha menahan kesedihannya saat mendengar Myul-mang menceritakan kata-kata yang menghilang di pojok perpustakaan itu. Gerakan Dong-kyung yang mengarahkan tatapannya ke luar bisa dibaca Myul-mang sebagai kesedihan. Maka cepat-cepatlah ia menabahkan Dong-kyung dengan mengatakan ada juga kata-kata yang tidak akan pernah menghilang, dan nama Dong-kyung termasuk salah satunya. Sumpah ya, nada suara dan ekspresi Myul-mang bikin nangis. 


Dong-kyung pernah menyuruh Myul-mang agar mengobservasi orang untuk mengetahui apa yang dipikirkan orang tersebut, bukan dengan mendengar isi pikirannya secara langsung. Siapa sangka di hari-hari terakhirnya, Myul-mang berhasil melakukan itu, kepada Dong-kyung.  

"Even words are forgotten."


Lagi-lagi dialog yang terdengar filosofis. Sendu. 


Bagi saya adegan di perpustakaan ini artinya dalem banget. Bukan hanya untuk Myul-mang dan Dong-kyung, tetapi juga untuk saya sebagai penikmat kata-kata. Banyak kata-kata menjadi usang dan menghilang karena tidak pernah lagi digunakan. Atau mereka digantikan kata-kata lain yang dirasa pemakainya lebih efektif. Pemaknaan terhadap dialog di perpustakaan ini bisa mewakili objek lainnya, tidak sebatas kata-kata.


Di episode 14 ini, tone Suara Myul-mang sudah berada di frekuensi yang sama dengan Dong-kyung, bahkan beberapa kali terdengar lebih rendah.  


Puncak kesedihan saya terjadi ketika Myul-mang menenangkan Dong-kyung yang panik. Ia terbangun dan tidak mendapati Myul-mang di sisinya. Ia benar-benar ketakutan kalau-kalau Myul-mang menghilang begitu saja tanpa sepengetahuannya. Adegan ini tuh... huhuhu bikin nangis parah. Saya bisa ngerasain level ketakutannya Dong-kyung hanya dengan mendengar suaranya bergetar, yang tak lama kemudian pecah menjadi tangisan frustasi. Pas Dong-kyung ngomong "I don't have time left. I really don't have much time left...", sambil nangis histeris, di sini saya nyerah, ambyar pertahanan. Udah diulang nonton beberapa kali tetap aja nangis. 😭😭😭😭😭


"Do you remember what I told you last time? Even if it rains, and you are the only one without an umbrella, it's okay. If you run just a little bit, you'll soon be home. 

I want you ro run once I'm gone. Don't look back and just run. Then you'll soon be..."

Home. 

Harusnya itu menjadi ujung kalimat Myul-mang. Harusnya. Tetapi Myul-mang tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, ia menghilang ditelan angin. Patah hati se-patah patahnya. 😭😭😭😭😭

Gimana mau nyampe rumah, rumah-nya Dong-kyung udah ilang. Patah hati masal pun terjadi. Semua pengen Myul-mang balik lagi.


 "If today was my last day, what would I do?"


Ketika Na Ji-na mengatakan ini pada Hyun-kyu di episode 14, saya nggak sadar menarik napas panjang. Selama mengikuti kisah Dong-kyung, pertanyaan setipe juga sering muncul di kepala saya. Bagaimana bila saya yang berada di posisi Dong-kyung? Akan seperti apakah reaksi saya terhadap hidup? Oh, Minus Myul-mang, tentu saja. Saya tidak berani membayangkan berada di posisinya Dong-kyung. Berat sekali.
 

Dong-kyung adalah pusat cerita DAYS. Dari tokoh Dong-kyung, garis cerita DAYS dimulai. Lalu bagaimanakah nanti akhir cerita DAYS?

Saya teringat ucapan dokter kepada Dong-kyung, "In the end, kindness always wins." Dari cara ngomong pa dokter, saya menebak untuk menuju kemenangan, prosesnya panjang. Sangat paaaanjaaaaang, lebih panjang dari kacang panjang. Saya ingin menganggap apa yang dialami Dong-kyung dan Myul-mang sebagai bagian dari proses yang panjang itu. 


Tidak apa-apa kan berharap happy ending? 


Terima kasih, Nad, untuk kiriman foto ini 😍


"Days like this will continue. 
After you are gone, spring will arive. 
After you disappear, the morning will come. 
And after your life ends, my life will begin. 
So, every year when spring comes, and every time morning is here, I will think of yoy throughout my entire life. Will I be able to endure that? 
How would that kind of life be any different from doom? 


Saya berharap monolog Dong-kyung ini tidak terjadi, jika pun terjadi, tolong jangan terlalu lama. Karena Myul-mang (Doom) telah purna tugas, ia tidak lagi menjadi pihak yang bertanggung jawab atas semua yang menghilang. 


Karena Myul-mang diberi tugas lain, sebagai Kim Saram. Jadi ia bisa pulang pada Dong-kyung. Rumahnya.


Semoga. Aamiin.... 

Tabik,
Azz 💚💚💚

[Trivia] #4 Doom At Your Service

by on 6/24/2021 09:33:00 PM
  Dulu, semasa saya masih aktif menulis fiksi, hal utama yang terpikirkan di kepala saya ketika hendak menggarap satu cerita adalah pesan ap...


Nevertheless Yoo Na-bi, seorang mahasiswa jurusan seni, bertemu dengan Park Jae-eon di hari ia diputuskan kekasihnya yang brengsek. Kekasihnya yang merupakan seorang seniman itu menjadikan Na-bi sebagai objek seninya tanpa sepengatahuannya. Label brengsek-nya semakin lengkap usai Na-bi menangkap basah laki-laki itu berselingkuh. Belakangan diketahui, Park Jae-eon juga kuliah di kampus dan jurusan yang sama dengan Na-bi. Seorang junior. Jae-eon pernah mengambil cuti setahun. Itulah sebabnya meski ia dan Na-bi seumuran namun terpisah jarak setahun di kampus. Park Jae-eon tidak tertarik untuk terikat dalam sebuah hubungan (pacaran). Itulah yang saya baca di AsianWiki. 


Tampaknya pertemuan Na-bi dan Jae-eon sepertinya memantik sesuatu jauh di dalam hati Na-bi. Sesuatu yang purba dan berbahaya. 


Seperti kata Oh Bit-na, teman sekampusnya, Na-bi dikaruniai wajah cantik namun ia tidak bisa membedakan laki-laki baik dan tidak baik. Ia tertarik pada Jae-eon di kali pertama pertemuan mereka. 

Kurang lebih seperti itulah perkenalan sinopsis drama yang ditayangkan setiap Sabtu malam di jtbc. Saya tidak memasang ekspektasi apa-apa saat dengan santainya menekan tombol play pada video episode satu Nevertheless. Nontonnya abis subuhan wkwk. 


Nah, bagaimana hasilnya setelah menyelesaikan episode satu? Nevertheless berhasil menggoda saya HAHAHAHAHA OMO. 

Abis nonton saya masih kepikiran, bahkan sehari setelahnya, dan setiap kali saya melihat topik Nevertheless lewat di timeline twitter saya, saya masih bertanya-tanya apa ya yang membuat saya bisa langsung nge-klik dengan drama ini? Sungguh, saya benar-benar heran... 


Saya bukan fans kedua pemeran utamanya. Dengan Song-kang satu-satunya dramanya yang pernah saya nonton adalah Love Alarm, yang sayang sekali sejak kemunculan pertamanya di drama itu saya udah ngebatin nggak suka (karakter-nya). Aku kayak yang..., "apaan sih, ga sopan banget langsung nge gas aja" HAHAHAHA. Jadi ya... saya berani jamin cara saya melihat Song-kang dan karakternya di Love Alarm sangat tidak objektif. Sama karakernya aja saya nggak tertarik, gimana dengan aktornya sendiri... hihi mon maap. 


Begitu juga dengan Han So-hee. Saya hanya sekali menonton dramanya, yang bareng D.O dan Nam Ji-hyun itu. 


Bisa dibilang pengalaman saya terhadap dua aktor ini masih sangat sedikit. Rasa-rasanya mustahil saya menonton Nevertheless karena Song-kang atau Han So-he. 


Lalu bagaimana dengan cerita Nevertheless? Mungkinkah karena ini? 



Tau nggak reaksi saya setelah menonton beberapa menit drama ini? Saya membatin, "wah, ini drama berbahaya" HAHAHAHA. Menurut saya tensi sensual yang terbangun antara Na-bi dan Jae-eon lumayan kuat. Pondasi mood-nya udah bagus. Sependek ingatan, saya cenderung menghindari drama-drama dengan konten utama seperti ini. Entah kenapa dengan Nevertheless saya berhasil dibikin penasaran akan seperti apa kelanjutan drama berjumlah total 10 episode ini. 


Saya tertarik dengan storyline-nya. Di mata saya sosok Park Jae-eon bukanlah tipikal lead male yang akan membuat saya ber uw-uwu ria. Dia misterius. Berbahaya. Liar. Dan berpotensi besar menjadi sosok manipulatif. Apakah saya jatuh hati pada Park Jae-eon? Big No. sejak kemunculannya saya sudah merasakan kehadirannya sebagai ancaman yang membuat tidak aman dan nyaman. Ada sesuatu pada karakter ini yang membuat saya waspada. Aura player-nya kuat sekali woiii. Tapi saya penasaraaannnnn. Memang ya adakalanya rasa penasaran ini bisa menjadi sangat berbahaya juga, nagih. 😂


Saya penasaran dengan perkembangan karakter dan konflik di Nevertheless ini.


Satu kesadaran (yang sebenarnya tidak lucu), tetapi berhasil membuat saya tertawa. Tidakkah drama ini sedang berusaha menyuguhkan satu sudut pandang secara vulgar tentang satu fakta tak terbantahkan dalam sebuah hubungan kasih sayang laki-laki dan perempuan; mengapa ada orang-orang di usia mudanya cenderung (mudah) jatuh pada laki-laki berbahaya? Bad boy atau semacamnya. Mengapa yang misterius itu lebih menggoda dan membangkitkan keingintahuan? Ada ketertarikan yang aneh di sini. Seolah-olah ada pusaran menyenangkan yang menarik kita. Jangan harap bisa bersikap realistis jika berada dalam situasi semacam ini. Logika? Kita bahkan tidak ingat pernah punya itu. 


Sebuah kamuflase usia muda nan polos. 


Oh, well. Saya ngomong begini berdasarkan pengalaman pribadi HAHAHAHAHA. 


Mungkin, untuk alasan satu ini saya langsung ngerasa nge-klik dengan Nevertheless. Saya penasaran akan seperti apa drama ini bertutur. Oiya, saya tidak mengikuti webtoon-nya, saya tidak tahu apa-apa soal karakter dan cerita di webtoon-nya hehe. 


Satu-satunya yang membuat saya tidak nyaman menonton episode 1 Nevertheless adalah angle close-up wajahnya Jae-eon dan Na-bi yang dilakukan berkali-kali. Kalo di episode seterusnya ini tetap terjadi, bisa-bisa mood nonton saya ambyar wkwk. 



Nevertheless bukan drama abege uwu. Ada alasan kuat kenapa drama ini diberi rating 19+. Konten dramanya berat. Saya yakin sekali saya tidak akan meng uwu-uwu kan karakter Park Jae-eon. Sebaliknya, saya akan mempertanyakan setiap tindakannya. Di sisi lain, sepertinya saya akan lebih sering mengasihani dan dibuat frustasi dengan karakter Na-bi. 


Toxic relationship sangat berbahaya. Jangan diromantisasi. Apalagi di-aminkan dengan alasan uwu banget. 


Selain kisah Park Jae-eon dan Yoo Na-bi, karakter-karakter pendukung lainnya akan turut meramaikan cerita drama yang dipromosikan dengan status TWOTM versi anak kuliahan. Ngeri. 🙈


Umm, bagaimana dengan divisi akting Nevertheless? Untuk episode 1, menurut standar saya aman-aman saja. Andai tidak aman, saya pasti ogah lanjutin. Sekali lagi, pengalaman saya dengan Han So-hee dan Song-kang masih sangat sedikit. Dan untuk pengalaman yang sedikit ini, akting kedua aktor ini masih bisa saya nikmati. 


Saya tidak menaruh ekspektasi terhadap Nevertheless. Tetapi, jika ditanya apa yang saya pegang ketika menonton drama ini, jawaban saya satu saja; semoga Nevertheless mampu memberikan saya tontonan yang bertanggung jawab. Aih. Bukankah ini termasuk ekspektasi juga? Wkwk. 

Menurut hemat saya, drama ini berpotensi menyuguhkan tontonan yang bisa memberikan pelajaran berharga kepada kita, penontonnya. Semoga tebakan saya tidak keliru.



Terakhir, sekadar mengingatkan, jangan lupa berhati-hati ketika menonton Nevertheless. Jangan sampai terperangkap konten menjebak, yang dikira uwu padahal toxic. Sekali lagi ini bukan drama anak muda biasa.

Saya baru tahu kalo ini drama tayang sekali doang dalam sepekan. 😖


P.s : saya yakin sekali Park Jae-eon melihat Na-bi yang tertidur di bangku rooftop.

Tabik,

Azz

First Impression : Nevertheless

by on 6/22/2021 01:28:00 PM
Nevertheless Yoo Na-bi, seorang mahasiswa jurusan seni, bertemu dengan Park Jae-eon di hari ia diputuskan kekasihnya yang brengsek. Kekasihn...


Angkat tangan yang masih shock dengan preview DAYS episode 13? Kaget-nya ga main-main yak. Hah hoh hah hoh aja bisanya. Udahlah babak belur ini perasaan abis nonton episode 12, ditambah preview-nya seperti itu, DAAAAN KITA DISURUH NUNGGU SEMINGGU UNTUK TAHU APA YANG SEBENARNYA TERJADI!! PERFECTEU ambyar-nya. Soal ini pasti udah banyak yang bikin teorinya. Saya ga bisa bahas teori-teori, suka pusing sendiri. Cenat-cenut ini kepala wkwk. Di hestek DAYS Twitter pun saya lewatin twit-twit yang mengandung teori. 


Nah, di postingan kali ini, saya mencoba menelusuri sudut pandangnya Sonyeoshin. Ini bukan postingan rumit 😁. Siapa tahu bisa dapet sesuatu yang berhubungan dengan kisahnya Myul-mang dan Dong-kyung. Sejak awal karakter ini-lah yang paling banyak jadi objek 'kekesalan' penonton DAYS. Sonyeoshin dianggap sebagai pihak yang berperan besar dalam hubungan Myul-mang dan Tak Dong-kyung. Sonyeoshin dianggap tidak konsisten, narik ulur nasibnya Myul-mang, pokoknya dia dianggap mempermainkan Myul-mang. 


Benarkah demikian? 


Saya tidak tahu mengapa banyak yang memosisikan Sonyeoshin sebagai 'antagonis' dalam kisahnya Myul-mang dan Dong-kyung, karena di saat yang sama saya bisa mengenali motifnya sebagai wujud kasih sayangnya pada Myul-mang, pada Dong-kyung, si manusia. 


Sonyeoshin sangat menyayangi manusia, dan ini membuat Myul-mang kerap mempertanyakan sikap Sonyeshin tersebut. Ia tidak mengerti mengapa Sonyeoshin sebegitu sayangnya pada spesies satu itu. Pada dasarnya, sebelum bertemu dan jatuh cinta pada Dong-kyung, Myul-mang sangat skeptis jika menyangkut manusia. Bisa terlihat dari dialognya dengan Sonyeoshin. Kita tahu persis alasannya. 


Lalu mengapa harus di reset di saat Myul-mang telah sepenuhnya mencintai Dong-kyung? Apa yang diinginkan Sonyeoshin? Tebakan saya, perjanjian berbahaya antara Myul-mang dan Dong-kyung itulah yang membuat Sonyeoshin bertindak. Myul-mang kan emang awalnya pengen ngancurin dirinya sendiri melalui wish-nya Dong-kyung. Dunia hancur, begitu pula dengan Myul-mang, simbol kehancuran itu sendiri. Padahal tanpa perjanjian itu, Myul-mang toh tetap akan jatuh cinta pada Dong-kyung. Demikian juga sebaliknya, Dong-kyung ke Myul-mang. Udah takdirnya begitu... Seperti inilah hingga saya tetap tidak bisa memosisikan Sonyeoshin sebagai antagonis. Perawat Kebun harus menjaga kebunnya agar tetap seimbang.


RESET DI EPISODE 12 


Upaya Sonyeoshin mengembalikan hubungan Myul-mang dan Dong-kyung ke titik nol semakin membuat saya yakin Pemilik Kebun ini hanya ingin mengupayakan agar Myul-mang dan Dong-kyung berada di jalur yang benar. Terlepas seperti apa pun akhir kisah mereka, perjanjian yang menjadikan dunia dan kehancurannya sebagai jaminan tidaklah benar. Apakah perkara reset bisa membuat kita menuduh dengan pesimis bahwa penulisnya kehabisan ide terhadap perkembangan plot DAYS? Oh, I don't think so. Justru reset ini semakin melengkapi gambar besar cerita DAYS. 


Fate. Takdir. Ia mungkin bisa datang kepada kita dalam bentuk atau wajah lain, tetapi maksud kedatangannya sama. Sedikit perubahan pada perlakuan atau cara kita menghadapi takdir tersebut mungkin akan memberi perubahan pada proses, meski tidak pada hasil. Apa yang sudah dituliskan tidak bisa diubah. Ada takdir yang bisa diubah, ada yang tidak bisa. Kematian, misalnya. Saya tidak yakin kematian Dong-kyung bisa diubah. I know it hurts. But... 😭. 


Lihatlah nuansa pertemuan Myul mang-Dong kyung di episode pertama dan setelah reset. Terlalu besar perbedaannya untuk kita abaikan. Tatapan rindunya Myul-mang kelewat nyata adanya. Dia rindu, tapi nggak tau rindunya itu ditujukan kepada siapa. Dong kyung juga gitu, perasaan bahagia sebelum reset masih tertinggal di hatinya. 😭


Dan ini secara nggak langsung ngasih sumbangan semangat untuk Dong kyung. Ada optimisme yang mengikutinya. Bagaimana Dong kyung mengapresiasi hidupnya, mengalami perubahan besar setelah reset ini. Melihat dari sudut pandang Sonyeoshin, ini jauh lebih baik. 


Apa yang dialami Dong kyung sepanjang 12 episode DAYS bikin saya mikir betapa besar efek dari mengetahui bahwa ternyata masih ada yang peduli dan sayang pada kita. Ini bisa memberi perubahan pada sudut padang kita terhadap hal-hal di dalam dan di luar diri kita. 


Myul-mang akan tetap jatuh cinta pada Dong kyung. Myul-mang sendiri yang ngomong. Cuman saya nggak bisa ngebayangin patah hati-nya Myul mang jika nanti ia benar-benar kehilangan Dong kyung.... saya nggak berani ngebayangin ini. 


Di preview episode 13, saya tidak yakin Myul-mang menangis di hari kematian Dong kyung. Jangan-jangan itu hanya distorsi ingatan, atau mimpi? 



Ini mungkin terdengar sok tahu, saya lihat sejak awal apa yang ingin disampaikan DAYS kepada kita adalah; cherish every moment in your life, don't waste your time. Karena kita enggak tau kapan batas pinjaman waktu kita di dunia ini berakhir. So, be grateful. Hanya dengan melihat kisah Dong-kyung saja kita bisa mengamini ini. Itulah kenapa saya bilang DAYS ini bukan sekadar fantasi romansa. Life lesson yang dimiliki drama ini setara dengan drama-drama yang jelas-jelas mencantumkan genre-nya sebagai drama slice of life. 


Di episode 11 diperlihatkan Myul-mang yang mengalami perubahan sikap. Ia sebelumnya membenci manusia malah berlaku seperti manusia, kasih sayang yang ia tolak keras ternyata tumbuh juga di hati-nya (atau apa pun sebutannya, kan bukan manusia dia jadi nggak punya hati)... 


Sonyeoshin nggak pernah salah soal ini. Jika tujuan Sonyeosin memberi pelajaran pada Myul-mang, maka ia sudah berhasil. 


... kembali ke episode awal, pada perbincangan Myul-mang dan Sonyeoshin. Sonyeoshin bilang dia adalah deity yang ditugaskan merawat kebun. Myul-mang kupu-kupunya, sedangkan manusia adalah isi kebunnya. Kalo kebunnya nggak ada, musnah, perawat kebun dan kupu-kupu pun akan hilang. Bagaimana jika hanya satu dari sekian banyak isi kebun itu ada yang layu atau mati, apakah perawat kebun dan kupu-kupunya masih ada? Ya. Logikanya begitu. So... Dong-kyung? 😭😭😭😭


Ending sebentar lagi, mari siapkan hati. 


Terakhir, perkara siapa sesungguhnya bunga di pot benar-benar meresahkan. Tebakan saya itu Myul-mang.



Saya nggak ngikutin dan baca-baca teori DAYS yang berkembang, makanya satu pertanyaan ini masih menjadi teka-teki di kepala saya tanpa saya coba cari tahu karena pengen dapet jawabannya langsung dari dramanya kalo memang nanti ada diceritain : Myul-mang ini asal-usulnya seperti apa? Apakah posisi-nya sebagai simbol kehancuran adalah sebentuk hukuman yang harus ia jalani dan ada masa tenggatnya? Apa pun itu, keyakinan saya belum berubah. Sonyeoshin tidak jahat. Besar kemungkinan karakter ini akan memberikan kontribusi yang besar pada akhir kisah cintanya Myul-mang dan Dong kyung. Who knows....


Tabik,

Azz 💚💚💚



Saya semakin sadar betapa besar dan berpengaruhnya toxic dan negatif komen terhadap Doom at Your Service bagi mood saya. Berawal dari membaca komen-komen tersebut, alam bawah sadar saya mulai memunculkan banyak pertanyaan; apakah standar berpikir saya terhadap drama ini terlalu lemah? Apakah saya sebegitu bodohnya hingga hanya sanggup memakai sudut pandang sederhana untuk memahami drama fantasi ini? Sebenarnya apa sih alasan kita menjatuhkan pilihan 'suka' pada satu tontonan? Menganggap-nya tantangan? Semakin rumit dan kompleks story-line dan konfliknya, maka semakin menarik di mata kita? Agar kita bisa menggali lebih banyak teori, saling mengadu teori-teori tersebut demi mendapatkan kepuasan dari situ? Ataukah genre fantasi memang memiliki basic tertentu sehingga bila kemudian DAYS tidak memenuhi standar tersebut, maka pantaslah ia dikategorikan drama yang tidak worth it untuk dinonton?


Saya tidak menyukai kerumitan. Itulah sebabnya saya berusaha menghindarinya. 

Komen-komen negatif itu. 


Kita bisa berargumen panjang lebar. Kita bisa menemukan alasan-alasan tentang mengapa kita menyukai sesuatu. Bila itu drama, kita bisa menyebut elemen-elemen apa saja pada dramanya yang membuat kita sayang. Untuk saya, elemen drama yang bisa membuat saya tetap tinggal tidak peduli siapa pemerannya adalah kekuatan ceritanya. Ini sifatnya subyektif.


Jika sebuah drama bisa menceritakan diri-nya kepada saya dengan sebaik-baiknya, membuat saya mengerti alasan mengapa ia dibuat, saya pastikan drama itu masuk dalam list favorit saya. Ada sesuatu yang bisa saya ambil dari-nya. 


Kadang-kadang, ini adalah tentang bagaiman dramanya bercerita kepada penontonnya. 



Tidak ada drama yang sempurna, tidak ada drama yang sanggup dan mampu memuaskan penontonnya secara total dan paripurna. Sama halnya juga tidak ada penonton yang sempurna. Setiap kepala memiliki sudut pandangnya sendiri. Bagaimana kita memandang sesuatu, membacanya, tentu bisa sangat berbeda dari orang lain. Saya cukup yakin bahwa tidak ada penonton bisa dipuaskan dengan apa yang ia tonton, tetap akan ada yang tersisa berupa ketidakpuasan, meski hanya 1 %. 


Inilah kesimpulan saya setelah semalam berkunjung ke forum Soompi dan berakhir sakit hati.

Jika tidak suka, berhenti saja. Total. Bertahan untuk menemukan lebih banyak hal-hal yang membuat kita tidak puas membuat kita tampak seperti lelucon yang tidak lucu. Buang-buang energi dan waktu. 

Dan demi menetralisir efek komen negatif di kepala saya dari penonton DAYS yang kecewa karena dramanya gagal memenuhi ekspektasi, karena dramanya jelek, tidak konsisten katanya, saya memutuskan menulis apa-apa saja yang menurut saya logis dari DAYS. Tentu saja, ini tidak menjamin apa-apa, tidak juga lantas menjadi tameng saya bahwa drama ini SANGAT BAGUS, atau saya sedang berusaha mencari-cari pembenaran untuk DAYS melalui postingan ini. Ini sudut pandang saya. Saya melihat DAYS dari jendela saya, bukan memakai jendela orang lain. 


Dan kalau kamu tidak setuju, jangan sekali-kali mengajak saya berdebat, saya tidak merasa perlu untuk membenar-benarkan sudut pandang saya pada orang lain. Ingat ini. 


Sambil menunggu hari Senin hehe. 


Character Development 


Pasrah. 

Menyedihkan. 


Inilah kesan saya pada karakter Tak Dong-kyung di episode pilot. Ia berada di titik terendah hidupnya. Seluruh kemalangan seperti berkomplot untuk mendatanginya sekaligus. Masalah pekerjaan, tagihan biaya sekolahnya yang jatuh tempo, adik lelakinya yang tidak bisa diharapkan, dan kekasihnya yang ternyata brengsek... 



"I have no money to spend, dreams to achieve, or love to work on. If I had 10 years to live I'd want money, dreams, or even love. But I only have 100 days left." 


Hujan turun deras malam itu, sepulangnya Dong-kyung dari kantor. Ia bergumam, mengapa hanya dirinya yang tidak memiliki payung? Adegan ini meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Hujan dan payung. Sebuah metafora. Itu adalah curahan hati Dong-kyung atas hidupnya. Begitu sarat dengan kesedihan dan ketidakberuntungan. Sedih dan sendrian.


"I'm exhausted. Does everyone live like this? Being harassed by both life and death? As if they're neither alive nor dead?" 


Siapa yang tidak ikut bersimpati pada karakter ini? Di matanya, hidup tampak tak pernah berpihak padanya. Pernah nggak sih ngerasain seperti apa yang dialami Dong-kyung? Kamu berada di titik terendah hidupmu. Jalan di hadapanmu terasa buntu. Tetapi kamu tidak diberi pilihan lain; kamu harus terus berjalan ke depan. 


Kamu dibuat babak belur. Reaksi normal kita adalah memberontak meski hanya dalam skala kecil; menuntut dengan satu pertanyaan pendek. Mengapa saya, Tuhan? Mengapa harus saya?


.... dan tanpa diberi tahu pun, kita masing-masing sudah tahu jawabannya. 


Maka adalah normal jika Dong-kyung, di bawah pengaruh alkohol, berteriak sekencang yang ia bisa agar seseorang menghancurkan dunia untuknya. Agar kemalangannya berhenti, atau hilang. Orang, dalam keadaan kalut, bisa melakukan apa saja. Apa saja yang bila dalam keadaan sadar rasanya mustahil bisa dilakukan. 


"I won't do anything, I won't even try. I'll just stay still. My life had been a series of doing nothing. I shouldn't have tried to feel compassion." 


Di episode pilot, Tak Dong-kyung terlihat seperti sudah menyerah dengan hidupnya. Ia pasrah. Ia terima takdir 100 harinya. Perjanjiannya dengan Myul-mang hanya supaya ia tidak merasakan rasa sakit saat penyakitnya kambuh. Seiring berjalannya episode, Dong-kyung menyadari betapa hidupnya tak sepenuhnya berada di kegelapan. 



Ending episode 7 benar-benar menjadi turning point untuk Dong-kyung. Demikian pula sudut pandang saya terhadap karakter ini. Saya nangis sesenggukan nonton ending ep 7. Sedih. Haru. Di balik semua ketidakberuntungannya, di balik semua kesedihan dan rasa lelahnya atas hidup, selalu ada orang-orang yang menyayanginya, yang hanya dengan mendengar mereka memanggil namanya saja, "Tak Dong-kyung", sudah bisa membuatnya tersenyum. 


Meski hanya dengan memanggil namanya. 


Betapa kehadiran orang-orang yang kita sayangi bisa memberikan pengaruh luar biasa terhadap hidup kita. Mungkin kita seperti Dong-kyung di awal episode pilot, merasa sendirian ketika semua masalah datang sekaligus. Namun, jika kita mencoba melihat dari sudut pandang lain, kita bisa melihat hal-hal baik yang luput dari pandangan selama ini. Mungkin yang kita butuhkan adalah mengganti jendela. Kita bisa menggunakan jendela yang jauh lebih lebar, agar kita bisa leluasa melihat ke luar diri kita. 


Duh, keinget desperate-nya Dong-kyung di ending ep 10. Disela tangisnya, Dong-kyung berteriak pada Myul-mang, betapa inginnya ia hidup bersama orang-orang yang disayanginya. Dong-kyung yang mengklaim dirinya tidak bisa menangis sejak usia 10 tahun, sejak orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Dong-kyung sudah pasrah dan menyerah atas hidupnya di episode 1.... 



Siapa itu yang bilang perkembangan karakter di DAYS jalan di tempat? Dipanggil noh sama Myul-mang HAHAHAHA. 


Untuk Myul-mang. Masih ingat sirat bahagia di matanya ketika ia mendengar teriakan Dong-kyung agar seseorang menghancurkan dunia untuknya? Kayak yang "aahhh akhirnya..." Akhirnya ada seseorang yang akan memberikan kebebasan, Myul-mang ingin mati. Ia ingin menghancurkan dirinya sendiri. Teriakan Dong-kyung ibarat angin segar bagi Myul-mang. Ia konsisten mengganggu dan mendesak Dong-kyung agar tidak melupakan perjanjian mereka. Semula Dong-kyung dan Myul-mang terikat perjanjian sederhana; demi agar tidak merasakan rasa sakit di 100 hari terakhirnya, Dong-kyung akan meminta Myul-mang menghancurkan dunia. Jika tidak mengucapkan permintaan itu hingga kematiannya datang, maka orang yang paling dicintai Dong-kyung akan mati. Perjanjian berbahaya. 

Bagaimana jadinya bila situasi berbalik arah. Bagaimana jika orang yang paling dicintai Dong-kyung adalah Myul-mang? Bukankah urusannya jadi rumit? Iya. Tapi saya tidak ingin membahas teori. Yang ingin saya soroti adalah perkembangan karakter Myul-mang. Si dia-yang bukan manusia-tidak bisa tidur-tidak bisa makan-bahkan tidak bisa jatuh cinta ini, ternyata bisa merasakan salah satunya. Jatuh cinta. Ada yang mencurigakan dari karakter ini.... 


Myul-mang di episode pilot tuh sinis banget asli. Ketus, dingin, menyebalkan. Tapi lihatlah, memasuki episode 4 atau 5, ia mulai terlihat goyah. Dunia yang ia lihat dari mata Dong-kyung berbeda. Tentang permohonan sebelum mati, Dong-kyung tidak meminta hal-hal yang mungkin akan diminta orang kebanyakan. Disangka Myul-mang, Dong-kyung akan menyelamatkan dirinya sendiri, sebaliknya gadis keras kepala itu malah berusaha mati-matian agar orang-orang yang disayanginya lolos dari akibat perjanjian mereka. 



Dunia yang dilihat Myul-mang melalui mata Dong-kyung memang tampak berbeda. Di mata Myul-mang nih, manusia itu makhluk mengenaskan. Egois, manipulatif, licik, kotor... dan begitu banyak sifat buruk lainnya, yang ia lihat selama ini. Itulah sebabnya ia sinis, dan berjarak. Meski di satu sisi karena tugas yang diembannya, ia berusaha tetap obyektif. 


Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, Myul-mang yakin sekali tidak akan ada manusia yang mencintainya. Siapa pula yang mau menyukai kehancuran, kehilangan, kemalangan, si Akhir yang selalu menyisakan kesedihan? No one dares to do that. 


Ending episode 10 membuktikan Myul-mang sudah sepenuhnya tidak peduli dengan perjanjiannya dengan Dong-kyung. Satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah menjadi manusia supaya ia bisa mati bersama Dong-kyung. Tragis? Sudah pasti. Namun apakah mungkin harapannya ini terjadi? Di awal, ia menyepelekan Dong-kyung, menganggapnya sama seperti manusia kebanyakan. Semakin sering dan dekat interaksinya dengan Dong-kyung, semakin terbukti ia keliru menebak. Myul-mang berubah. Kita pura-pura saja lupa dia bukan manusia wkwk. 




Apakah Myul-mang masih menginginkan kehancuran dirinya seperti di episode pilot? Mungkin saja. Bila Dong-kyung benar-benar menghilang selamanya dari pandangannya... 


Nah, bagaimana dengan cinta segitiga antara Cha Joo-ik, Na Ji-na, dan Lee Hyun-kyu? Banyak yang jengkel dan ngerasa nggak penting banget kisah mereka? HAHAHAHAHA. Saya paham rasanya. Saya juga sih. Tapi coba kita lihat dari sudut pandang lain. Ketiga karakter ini punya kekurangan/kelemahannya masing-masing. Saya pikir ini disengaja writer-nya. Kenapa? Karena ada yang ingin disampaikan melalui mereka. 


Inget ga monolognya Dong-kyung di episode 9? 


"... we always live for things that don't last forever. For example, dremas are one of them. Or things like memories or regrets. Or live for love or other people..." 



Kebanyakan di drama yang diceritain dari cinta pertama adalah yang manis-manis, yang ending-nya bahagia. Di DAYS, nggak kayak gitu. Cinta pertamanya Ji-na dan Hyun-kyu nggak ada manis-manisnya. Soal karakter Ji-na yang kok bisa-bisanya udah sekian tahun masih terobsesi sama Hyun-kyu? Pernah denger the first cut is the deepest? Di mana-mana, yang namanya pertama kali pasti berkesan. Apalagi cinta pertama? Legendaris wkwk. Di dunia nyata banyak yang kayak Ji-na. 


Kalo saya menilai, kenapa Ji-na belom move on, secara nggak sadar Jin-na memuja Hyun-kyu. Kesan pertamanya yang membuatnya jatuh hati pada Hyun-kyu terlalu kuat. Jadi walaupun Hyun-kyu meninggalkannya karena alasan studi, Ji-na tidak sepenuhnya menganggapnya masalah. Ji-na hidup di dalam fantasi romansa (kenangan) bahwa Hyun-kyu worth it. Cuman ya itu, dia belom sadar. Inilah konflik karakter Ji-na. Saya yakin situasi otomatis akan berubah jika ia tahu Hyun-kyu yang ia puja ternyata tidak lebih dari seorang pengecut yang tidak mampu menghadapi kegagalannya sendiri. Ji-na belum menemukan closure perasaannya terhadap Hyun-kyu.



Karakter Ji-na, Joo-ik, Hyun-kyu nggak ada yang perfect. Di sinilah masalahnya. Meskipun menyebalkan cinta segitiga ini, pesan yang disampaikan jelas dan gamblang. Hanya saja kita belum tiba di situ. Masih on progress. Sabar. Yang salah akan kena batunya juga kok HAHAHAHAHA. Eh, trus gimana kalo ternyata nanti Ji-na end game nya sama Hyun-kyu? Yaaaa... asal logis alasan end game-nya, bisa aja diterima.


Se-pengamatan saya, karakter-karakter di DAYS berkembang semua kok. Bahkan Sun-kyung juga dapet bagian. Nggak ada yang dibuat dramatis. Perubahannya bisa dijelaskan dengan logis. Ini menurut saya loh. 


Dramanya enggak konsisten. 




Benarkah? Bisa saja terjadi. Viewers lain mungkin melihatnya seperti itu.

Saya fokus pada perkembangan karakter di DAYS, semisal ada inkonsistensi pada story-line yang berhubungan dengan tebakan-tebakan teori yang berkembang, saya tidak tahu. Tetapi, saling-hubung antar-scene kelihatan. Beberapa tidak diceritakan dengan gamblang melainkan diuraikan filosofis, simbolik, atau digambarkan dengan metafora. Dialog-dialognya DAYS cukup berat, penuh layer. 


Ini, kalo DAYS diubah bentuk jadi novel atau cerpen, sepertinya akan masuk ke genre fantasi-surealis (surealisme dan fantasi sebenarnya dua hal yang berdekatan namun merupakan genre yang berbeda). Saya kalo baca novel atau cerpen surealis, lemotnya nggak kira-kira. Kayak bukunya Kafka. Sibuk menebak-nebak ini maksudnya apa ya? 


Humor 




DAYS ini ya, muatannya rada berat, tapi tetap bisa bikin ngakak. Humornya natural. Saya pernah baca komen yang bilang aktingnya Park Bo-young kelewat lebay, ga natural. Lah piye saya malah beberapa kali ketawa gara-gara liat Bo-young. Lucu menggemaskan. Tone suaranya tidak dibuat-buat. Paling suka kalo dia udah mulai ngomel-ngomelin Myul-mang HAHAHAHAHA. Kebayang nggak sih andai Myul-mang manusia biasa, dan dia harus hidup bertiga dengan Dong-kyung dan Sun-kyung? Bisa kebayang chaos-nya? Kasian Myul-mang.


"If you gain something, you lose something. Everything you have gained in life were thanks to things you lost." 


Itulah beberapa hal yang saya sukai dari DAYS, yang bisa saya tulis saat ini. Saya tidak menyinggung teori ini-itu karena seperti yang pernah saya bilang di postingan sebelumnya, saya lemah di genre fantasi. Teori-teori rumit hanya akan membuat saya pusing. Sebenarnya, tanpa perlu berusaha keras memikirkan teori pun, drama ini tetap bisa dinikmati. 


Oya, FASHION pemeran DAYS bagus-bagus euy. Cocok sama karakternya. Saya paling suka outfit-nya Dong-Kyung.




Terakhir, tentang pesan yang tersirat dari Doom at Your Service. Sekali lagi, ini tentang hidup dan filosofinya. Semakin kita paham karakter Myul-mang dan Dong-kyung, semakin dekat pula kita dengan drama ini. Percayalah, DAYS ini bukan hanya semata tentang fantasi romantis Myul-mang dan Dong-kyung. 


Sebuah pengingat dari Mamang a.k.a Myul-mang, "If you are lonely, act lonely. If things are hard, act like things are hard. Don't act strong all the time." 


P.s : Ini akan menjadi yang terakhir saya mengomentari komen negatif terhadap DAYS.


Tabik, 

Azz. 

💚💚💚


Jujur, ketika mulai menonton episode plot Doom at Your Service, saya nge blank soal plot atau story line-nya. Sekali lagi, menyoal fantasi otak saya lemot sekali. Tetapi, saya punya feeling bagus terhadap drama ini. Apakah karena faktor Seo In Guk dan Park Bo Young? Bisa jadi. Tidak bisa dipungkiri, pairing In-guk dan Bo-young memegang peranan penting di sini. Wabilkhusus, In-guk. Kangen banget. Serius. Dengan Park Bo Young, saya pernah men-drop dramanya sebelum DAYS, yang bareng Ahn Hyo-Seop itu. Suka pairing Bo-young dan Hyo-seop, cuma sayangnya ceritanya ga 'masuk' di saya makanya dilepas begitu saja. 


Nah, kembali ke DAYS. Jika hanya sebatas 'kangen' In-Guk saja, tentu saya tetap tidak akan bisa bertahan andai tidak ada hal lain dari komponen dramanya yang bisa menahan saya. Meskipun hingga memasuki episode ke-empat saya masih kesulitan mengurai dan memetakkan plot, dan konflik drama ini, soal 'feeling bagus' terhadap drama yang naskahnya ditulis Im Meari (Beauty Inside)ini, masih bertahan. 


Saya mikir keras gimana caranya supaya apa yang berkelindan di kepala saya tentang alasan-alasan yang membuat saya suka dengan DAYS bisa saya tuliskan dengan tepat dan jelas. Saya menemukan banyak sekali komentar tidak enak, di Twitter, di situs-situs yang menyediakan informasi tentang DAYS, bahwa 'mereka' hilang selera dengan DAYS karena plot dan konfliknya tidak jelas, writer Im menyia-nyiakan potensi Bo Young-In Guk, dan komentar-komentar sejenis. 


Saya sangat menyukai DAYS, karena alasan inilah saya tidak bisa mengelakkan kekesalan setiap kali mata saya melewati komentar-komentar ini. Sebagai penikmat drama, saya (berusaha) menghargai pendapat orang lain. Kita tidak bisa berbuat apa-apa jika sudah berhubungan dengan selera. Oh tentu saja saya tidak akan jumawa menuduh tasteless mereka yang gagal atau tidak bisa terkoneksi dengan DAYS dan melepaskannya di tengah jalan. Tetapi, sebagai orang yang menemukan kebahagiaan di DAYS, saya sakit hati. HAHAHAHAHA. 



Mengikuti 10 episode DAYS, saya ingin mengatakan ini, "Doom at Your Service adalah drama ber-genre fantasi yang sangat relate dengan real life". DAYS berbicara banyak tentang hidup; kematian; tentang hal-hal yang (mungkin) tanpa kita sadari lebih sering kita gumamkan kepada diri kita sendiri. Yang kita biarkan hidup dalam dialog-dialog kita dan dia yang bernapas di dalam kepala. Mati. Bahagia. Kesepian. Kasih sayang. Orang-orang yang kepada mereka kita doa-doa kita bertaut. Tentang harapan-harapan baik. Tentang bagaimana kita belajar memeluk diri sendiri.... 


Bagaimana bisa drama ber-genre fantasi ini terasa begitu dekat dan lekat dengan kehidupan sehari-hari? Melalui monolog Tak Dong-kyung, saya menemukan jalan pikiran mengenai hidup yang sesungguhnya telah ada di kepala saya. 


Plot episode DAYS diantarkan dengan tone yang cukup bikin frustasi dan bingung. Mau dibawa ke mana cerita drama ini? Begitu saya menggumam. Alih-alih berpikir keras tentang plot dan konfliknya, yang bisa saya lakukan adalah mengamati tokoh-tokohnya. Saya yakin, ada yang ingin disampaikan writer melalui mereka, melalui sudut pandang mereka. Pada banyak drama yang membuat saya jatuh cinta, yang banyak berkontribusi adalah sosok karakter-karakter di drama tersebut yang ditulis dengan sangat baik, perkembangan karakternya keliatan. 



Sejauh 10 episode DAYS, saya bisa melihat itu. Bahkan pada karakter menyebalkan seperi Lee Hyun Kyu sekalipun. Apa ya, tidak bisa ditampik juga, yang modelan begini banyakkk. Yang kayak Na Ji Na juga, susah move on dari perkara cinta perkara sampe-sampe dimanipulasi perasaan sendiri wkwkwk. Jadi ya, sekesal apa pun sama side story-nya DAYS, kenyataannya yang seperti itu sangat relate. Dan ini, saya yakin sekali penulisnya paham akan di bawa ke mana kisah cinta segitiga itu. Semoga keyakinan saya tidak salah tempat. 


Kita memiliki banyak cara untuk menikmati apa yang kita tonton. Saya pun begitu. Kadang saya ketawa sendiri kalo inget perkara suka-tidak suka, perkara selera menonton ini bisa sangat aneh kesudahannya. Banyak hal yang bisa membuat kita sayang jadi bucin, lalu di kesempatan lain, kita bisa dengan mudah menunjuk apa-apa yang membuat kita melepaskan tontonan. 


Apa yang membuat saya sangat menyukai DAYS? 



Park Bo-young dan Seo In-guk. Oke. 


Akting dan chemistry, tidak hanya main lead-nya. Asik. 


Directing, bagaimana drama ini di-visualisasikan sedikit-banyaknya telah menolong memberi napas pada ceritanya. Dari wawancara In-guk, saya bisa menyimpulkan bahwa DAYS bukanlah drama mudah, selain dialognya yang cukup rumit, simbolik dan poetic, story-line nya juga seperti tidak membulat. Bayangkan saja andai drama dengan materi 'berat' kayak gini di-direct ala kadarnya, udah kabur duluan saya di plot episode. Capek. HAHAHAHAHA. Director-nya jago ngasih 'nyawa' ke setiap angle yang dia ambil. Paham materi dramanya kayak gimana. Jadi, apa yang ada di skenario bisa divisualisasikan dengan baik. Ditambah aktor-aktornya ngerti mau-nya drama ini, makin klop. No cringe moment. Keren sih.


Satu yang pasti, dan jelas sekali ini alasan yang membulatkan seluruh hal-hal yang membuat saya menyukai DAYS; saya paham pesan utama drama ini. 



DAYS masih menyisakan 6 episode, saya tidak bisa menebak akan seperti apa endingnya. Terlepas dari happy ending atau sad ending, saya berharap semoga DAYS tidak mengkhianati premisnya sendiri. Saya siap baper, asalkan masuk akal. Level ending The Smile Has Left Your Eyes aja bisa saya cerna dengan baik... /menangisi Kim Moo-young/ 


"One thing I learned in this life is that we can't use the word "forever" for something that is still happening. Loving someone forever is nearly impossible. But losingg someone forever is possible." -Tak Dong-kyung.


Ketika ada satu drama yang bisa membuat saya berpikir banyak tentang hidup, saya bisa pastikan drama itu sangat berkesan bagi saya. 


Sejauh ini DAYS telah mengesankan saya. Jika ada yang tidak (mampu) atau gagal memahami konflik dan plot Doom at Your Service, yang menyebutnya jalan di tempat, yang men-drop dramanya di tengah jalan, itu mungkin saja karena kita belum atau tidak berhasil menemukan sudut pandang yang tepat untuk memahami drama ini. Tidak apa-apa. Oh, atau karena ini; sebelum memulai kita sudah memasang ekspektasi tinggi bahwa drama ini akan seperti drama-drama favorit sebelumnya yang memiliki genre yang sama. Menyandingkannya hanya berhasil memulangkan kita pada kekecewaan dan membuat kita sukses menemukan banyak alasan mengapa drama ini masuk dalam list 'drama gagal' di kepala kita. 


Soal selera ini memang aneh ya... 


Entahlah. 


Senin masih lama. Duh. 


Tabik, 

Azz. 💚

Next Part : Trivia #2 Doom at Your Service

[Trivia] #1 Doom At Your Service

by on 6/09/2021 06:45:00 PM
Jujur, ketika mulai menonton episode plot Doom at Your Service, saya nge blank soal plot atau story line-nya. Sekali lagi, menyoal fantasi o...