[Recommended Drama] Age of Youth, JTBC-2016
Starring : Han Ye Ri, Han Seung Yeon,
Park Eun Bin, Ryu
Hwayoung, Park Hye So, Yoon Park,
Ji Il Joo, Shin
Hyun Soo, Son Seung Won
Majimaksarang.blogspot.com
***
Ditulis
berdasarkan point of view seorang penonton
Ada dua readers
yang menyarankan agar saya menonton Age of Youth, Mbak Ayu Gusthia dan Mbak Rosidah
Latifah. Plus komentar-komentar
K-netz yang saya baca, akhirnya saya menguatkan mood untuk nonton—saya percaya aja Mbak Ayu dan Mbak Rosi tidak
akan merekomendasikan drama aneh pada
saya ahahaha. Terooos jumlah episodenya hanya 12, dikit. Kuota internet saya
untuk bulan ini lumayan banyak. Teheeeeettt. Saya juga sedang tidak punya stok
drama yang sudah habis masa tayangnya untuk ditonton sembari menunggu Shopping King Louie (Seo In Guk, MBC)
dan The K2 (Ji Chang Wook, tvN)
tayang nanti. Cusssssssssss, saya ngacir ke Smallenconde dan mendownload Age of
Youth.
Bagaimana First
Impression saya terhadap episode pertama Age of Youth? Nyesek. Iya, serius. Episode
satu bikin rasa emosi saya nano-nano. Campur aduk. Age of Youth is my cup of tea. No
doubt. Saya tidak menyesal menangguhkan niat menonton ketika dramanya masih
tayang. Lebih aman—em, maksudnya saya tidak perlu menunggu seminggu untuk
mengetahui kelanjutan ceritanya kkkkk.
Age of Youth
merupakan drama berlatar kehidupan lima gadis di usia dua puluhan yang tinggal
bersama di sebuah rumah kos bernama Belle
Epoque. Diawali dengan masuknya Yoo Eun Jae—mahasiswa baru di jurusan
Psikologi—sebagai penghuni baru di Belle
Epoque lalu berlanjut ke masalah-masalah yang dihadapi para penghuni
lainnya.
Episode satu
menggambarkan bagaimana Eun Jae menghadapi lingkungan barunya dengan segala
tantangannya. Saya sangat terkesan. Di mata saya, Eun Jae di Age of Youth
merupakan simbol masuk akal tentang seseorang yang masuk ke dunia baru. Menjejaki wilayah yang belum
pernah ia tinggali sebelumnya. Bertemu manusia-manusia yang memiliki karakter berbeda
satu sama lain yang harus dibaca secepatnya
demi menunaikan istilah tak kenal
maka taaruf. Tentang bagaimana ia beradaptasi dengan itu semua.
Ada banyak Eun Jae-Eun Jae lain tersebar di pelosok
bumi lainnya. Yang kepalanya disesaki kekhawatiran-kekhawatiran asing tentang
bagaimana ia bisa survive menghadapi
segala hal yang serba baru. Tempat kerja baru, sekolah baru, kelas baru, teman
baru, tetangga baru, rekan kerja baru... dan banyak hal-hal berbau baru lainnya.
Yang paling
mengena dari episode satu dengan sub judul ‘Ketakutan Di Awal yang Baru’ ini yakni keputusan Screen Writer-nya yang tak hanya
memperlihatkan sudut pandang Eun Jae saja, para penghuni lama Belle Epoque
juga. Mengajarkan kita agar tak terlalu masuk ke jangan-jangan ini, jangan-jangan itu—dalam artian berusaha
menebak-nebak secara sepihak sifat orang lain. Berinteraksi-lah, bercakap, cari
tahu, saling mengenal. Lakukan komunikasi dua arah agar tidak menimbulkan salah
paham.
Ya begitulah.
Orang lain takkan pernah tahu apa yang sedang riuh di dalam kepala kita bila
kita tak pernah mencoba membuka suara, menjalin komunikasi. Ini bukan tentang
harus berbagi rahasia atau membeberkan seluruh mengenai jati dirimu. Memasuki
lingkungan dan situasi baru, berarti kita dituntut agar pandai bersosialisasi. Bukan untuk kebaikan orang lain—melainkan kebaikan
untuk kita semata. Tak ada orang yang bisa hidup seorang diri di dunia ini.
Bahkan ketika meninggal pun kita tetap membutuhkan kehadiran orang lain.
Hemat saya, Eun
Jae terlanjur terintimidasi situasi
di langkah pertamanya memasuki Belle
Epoque. Empat Penghuni rumah kos lainnya sama bingungnya bagaimana mereka
harus bersikap pada Eun Jae. Gimana yah, Eun Jae ini tipikal gadis pemalu yang
kikuk, polos. Tak terbiasa mengeluarkan apa yang ia pikirkan hingga menyebabkan
orang-orang disekitarnya serba salah.
Memasuki episode
selanjutnya kita dibawa lebih jauh agar bisa mengenal lima gadis yang mengisi
karakter utama di Age of Youth.
Pintu
itu
dibuka pertama kali oleh Song Ji Won. Ketidaksengaja-annya
menyebut kalau ada hantu di rak sepatu paling bawah saat dalam keadaan
mabuk telah menghidupkan teror masa
lalu di dalam kepala empat rekannya.
Hantu. Saya
menginter-pretasikan item ini lebih
jauh lagi. Hantu yang dimaksud oleh Park Yeon Sun-nim bukan makhluk halus
(pocong, kuntil-anak dan temen-temennya), tetapi hantu yang hidup, bernafas, dan mengintai kelengahan kita. Ia—hantu itu—mendekam lama di sudut hati
kita, berdetak pada kenangan, memori— atau kamu bisa menyebutnya apa saja. Bisa
saja ia berwujud trauma, kesedihan mendalam, kemarahan terpendam, kehilangan
yang masih terasa lekat jejaknya, hal-hal yang belum selesai sepenuhnya di masa
lalu...
Sebab saya
meyakini, siapa pun dia, se-riang atau sebahagia apa pun ia tampak di depan
orang lain—selalu ada rahasia paling
sunyi yang hanya dengan dirinya dan Tuhan saja ia berbagi.
“Ada
dua jenis rahasia. Rahasia yang dapat kau ceritakan, dan rahasia yang tidak
bisa kau ceritakan.” –Yoo Eun Jae
Han
Ye Ri as Yoon Jin Myung
28 tahun.
Mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis. Belum lulus kuliah. Dalam sehari ia punya
lebih dari satu pekerjaan sampingan. Ia selalu terlihat sibuk. Tergesa. Jarang
tersenyum. Paling senior di Belle Epoque.
Yoon Seonbae
memiliki garis kehidupan yang rumit. Bahunya diberati berton-ton beban yang memaksanya
menjalani hidup monoton layaknya robot. Bekerja. Bekerja. Bekerja. Ia berpikir
bila ia berusaha lebih giat lagi, suatu saat ia bisa menemukan jalan keluar. Tapi manusia bukan robot. Bukan
mesin. Manusia memiliki hati yang sewaktu-waktu bisa lepas kontrol juga. Ia
jatuh cinta pada Park Jae Hwan—seorang chief tampan berhati hangat di restoran tempat
Yoon Seonbae bekerja sampingan. Yoon Seonbae berkali-kali menampik perasaan Jae
Hwan, juga perasaannya sendiri. Ia merasa dirinya berubah lemah ketika jatuh
cinta. Jika ia lemah, ia takut perjuangannya selama ini akan berakhir. Lalu teror itu akan datang menghancurkan
segalanya. Memutus jarak yang ia jaga
dari siapa pun, dari apa pun.
Ia terlalu
banyak menahan kemarahan hingga ia tak tahu lagi bagaimana menanganinya. Ibarat
gunung berapi yang menyimpan magma, tinggal menunggu kapan meledak. Sebenarnya,
Yoon Jin Myung hanya butuh pemantik.
“Terkadang,
aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Aku ingin seseorang mendengar tangisku.
Aku ingin mereka mendengar tangisanku, dan mengatakan semua akan baik-baik
saja. Aku ingin seseorang menepuk punggungku, dan mengatakan ini bukan salahku.
Terkadang aku ingin marah. Pada seseorang, atau pada takdirku dan mengatakan, ‘sudah.
Hentikan. Apa belum cukup? Tolong lepaskan aku,’...” -Yoon
Jin Myung.
Di antara lima
penghuni Belle Epoque, karakter Yoon
Jin Myung yang hampir mendekati karakter asli
saya. Scene yang paling bikin saya emosional
yakni ketika Yoon Seonbae menemukan titik kulminasi kemarahannya dan meledak
seketika saat ia mendapatkan perlakuan tak adil dari manajer restoran. Yoon
Seonbae akhirnya berhasil meneriakkan amarah
yang ditanggungnya sekian lama. Sedangkan
saya, belum.
Ryu
Hwayoung as Kang Yi Na
Badass!
24 tahun. Perempuan tangguh (bukan tomboi), menjalani
hidup yang glamour, cantik, seksyeeh, bodinya semlohai (hadeh bahasamu Azz), meski
Kang Yi Na bukan perempuan baik-baik, ia
tak pernah mencoba berbohong pada teman-temannya. Soal pekerjaan-nya yang berhubungan dengan prostitusi—ia bukannya hendak
berbohong, secara terang-terangan ia tampakkan itu di depan teman-temannya.
Mereka saja yang gak ngeh.
Yi Na sangat
peduli pada teman sekosnya. Terutama Jung Ye Eun. Kalau kata saya, dalam
kelompok pertemanan ada salah satunya
yang model-nya kayak Yi Na (bukan pekerjaannya loooh), sifat dan pembawaannya.
Jika ada salah satu teman yang mengalami masalah, dialah yang maju paling depan
sebagai pembela. Penampilan Yi Na mungkin bikin orangtua mengerutkan kening,
membuat orang-orang melirik sinis—tapi Yi Na memiliki hati yang tulus untuk
teman-temannya. Satu hal yang jarang kita temukan di diri teman-teman sekitar
kita.
“Kupikir orang akan tersesat kalau pergi
entah ke mana. Kukira hidup akan sulit karena menetapkan tujuan. Tapi tinggal
di tempat yang sama terlalu lama juga membuatmu kehilangan arah. Mungkin selama
ini aku terjebak di dalam air dan perlahan aku tenggelam. Selama ini, siapakah
yang menahanku?” –Kang Yi Na
Pernah mendengar
kisah ini? Tentang seorang gajah, kakinya sudah dirantai sejak kecil dengan
seutas tali sepanjang 4 meter. Ketika rantai itu dilepas, gajah itu tetap
berkeliling di sekitar situ tanpa keluar dari lingkaran 4 meter itu.
Sesungguhnya yang membelenggu kita, bukanlah orang lain, bukan pula
masalah-masalah yang datang silih berganti—melainkan diri kita sendiri. Saya
tahu tidak mudah memulai langkah pertama keluar dari zona aman kita. Namun, untuk
bisa terlepas dari jalinan benang kusut, kita harus berani memulai. Berani memercayai bahwa kita akan
baik-baik saja.
Han
Seung Yeon as Jung Yeun
22 tahun.
Jurusan Nutrisi (semacam AKZI kali ya?) Cantik. Cute. Lovely girl. Sayangnya mudah
curigaan. Sedikit menyebalkan. Punya pacar yang egois, obsesif, gak tahu diri
dan pengen saya tendang ke luar angkasa. Huh.
Sepertinya
satu-satunya masalah yang dihadapi Ye Un adalah pacar gila-nya itu. Namanya Go Doo Young. Saya tidak punya teman yang
kasusnya mirip Ye Un, tapi saya secara tidak langsung pernah berinteraksi
dengan situasi sejenis ini. Cewek cakep yang punya pacar ganteng, cuman
sayangnya cowok itu tidak tahu cara paling sopan
menghargai kekasihnya. Warning nih,
untuk para girls/ladies di luar sana., bahwa sebesar apa pun rasa sayang atau
rasa cinta pada seseorang yang kamu panggil pacar,
jangan pernah memberi kesempatan leluasa pada dia untuk menguasai hatimu
sepenuhnya. Mencintai bukan berarti melepaskan
harga dirimu serendah-rendah-nya. Jangan menjalani pacaran yang tidak
sehat. Pria yang baik yakni dia yang bisa menjagamu sepenuh dan setulus hatinya.
Well, dulu saya dengan percaya diri-nya berani melepaskan
tangan seseorang yang baik hatinya demi prinsip. Menyesal kah? Nope. Itu
keputusan terbaik yang pernah saya ambil sepanjang hidup saya. Sejak hari itu, saya
tidak pernah lagi memasukkan kata ‘pacaran’ ke dalam rutinitas hidup sebagai
sesuatu yang penting dan harus dijalani. I’m
single and I’m very happy.
Park
Eun Bin as Song Ji Won
22 tahun.
Tomboi. Cerewet. Free-spirit. Mottae
solo alias gak pernah merasakan pacaran seumur hidupnya. Suka ngebahas hal-hal
berbau vulgar. Mungkin karena pembawaannya yang agresif membuat lawan jenis ngeri duluan ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹. Tapi bukan berarti
Jiwon tidak memiliki teman cowok. Ada. Namanya Im Sung Min.
Sepanjang
menonton 12 episode Age of Youth, saya tidak menemukan sesuatu yang bisa
dianggap teror bagi Jiwon selain kebohongan
tak sengaja-nya kepada teman-teman kosannya bahwa ia bisa melihat hantu. Karakter
Jiwon ini ngakak-able banget. Doi
sangat bernafsu untuk menggaet namja sebagai
pacar. Sebanyak ia mengikuti blind date sebanyak
itu pula ia mengalami penolakan. HAHAHAHA.
Di kelompok
pertemanan, selalu dibutuhkan teman
seperti Jiwon. Si mood maker. Yang
ketidakhadirannya sangat terasa. Tapi benarkah Jiwon tidak memiliki masalah
berarti selain urusan tidak pernah
pacaran-nya?
“Tiap
orang punya situasi yang harus dihadapi. Hingga kau mengetahu situasi apa yang
mereka hadapi, kau tak boleh mengomentari bagaimana mereka harus menjalani
hidup....
Aku
yakin kau pun punya cerita semacam itu. Sesuatu mengenai dirimu yang tak
dimengerti orang lain. Itu sebabnya kau tak bisa menilai orang lain sesuka
hati.” –Song Jiwon
Don’t
judge a book by it’s cover. And this one, ‘everything happens for reason.’ Be
wise. ^^
Park
Hye Soo as Yoo Eun Jo
22 tahun. Polos.
Kikuk. Kalau ngomong pelaaaan banget. Mahasiswa baru jurusan Psikologi yang baru
mengalami apa namanya jatuh cinta pada seorang senior bernama Shin Yool Bin—HAHAHAHA
spesies terakhir dari era 80an.
Sejak awal
kisah, hantu yang meneror Eun Jae
sudah diperlihatkan berupa potongan-potongan samar menyangkut almarhum ayahnya
yang menciptakan situasi traumatis di dalam diri Eun Jae. Tentang sesuatu yang mengerikan
yang terekam otak masa kecilnya. Kepolosan anak-anak sangatlah rentan dan
berbahaya bagi perkembangan psikologis mereka sendiri. Ia bisa menyerap apa
saja yang dilihatnya. Tak persis seperti Eun Jae, tapi saya juga pernah
mengalami beberapa kejadian buruk di masa lalu di usia saya yang masih sangat
muda hingga memasuki masa-masa remaja. Bertahun-tahun kemudian saya masih
mengingat detail kejadian-kejadian tersebut. Masih dengan rasa sakit yang sama
yang terkadang bisa membuat saya menangis hebat tak peduli betapa bahagianya
saya saat itu. Suatu hari di masa lalu, tak hanya sekali saya berniat menemui
psikiater/psikiatri. Syukurlah sejauh ini saya masih bisa mengontrol diri. Saya
berdoa agar tidak dipertemukan dengan pemantik yang bisa membakar habis apa
yang sudah saya perjuangkan sepanjang hidup saya. Saya pun seperti kamu, ingin
sekali merasakan bahagia yang sebenar-benarnya tanpa topeng ^^
***
Age of Youth bukan tipikal drama korea yang
sudah banyak kita saksikan. Tak ada lead
female atau lead male di sini.
Drama ini merupakan satu dari sedikit drama yang mengangkat tema berkaitan erat
dengan kehidupan—apa yang diceritakan benar-benar pernah terjadi atau menimpa
orang-orang disekitar. Saya yakin sekali penulis skenarionya melakukan
survei/penelitian terlebih dahulu sebelum menulis. Tidak mudah menciptakan
karakter yang bisa membuat orang merasa
dekat bahkan beberapa di antaranya merasa sebagai perwujudan nyata tokoh
fiksi tersebut.
Setiap karakter
di drama ini adalah tokoh utama di dalam kisahnya masing-masing. Unik. Dan ajaibnya—seluruh puzzle dari setiap karakter bisa membentuk satu gambar cerita utuh
yang saling bersinggungan secara langsung dan tidak, baik secara fisik maupun
emosional. Hidup juga seperti itu. Tak ada kisah dari keseharian kita yang
berdiri sendiri tanpa menyentuh area hidup
orang lain. Yang tampak dan tidak. Well-structure.
Well written.
Yang mahasiswa,
yang pernah menjalani langsung tinggal di kosan pasti langsung ngeh dengan cerita di Belle Epoque. Orang-orang dengan
kepribadian berbeda-beda tinggal satu atap—ujiannya pasti beragam. Eun Jae yang
semula asing dengan penghuni lama Belle
Epoque secara pasti mulai merasakan kedekatan yang tulus dengan Jin Myung,
Yi Na, Ye Un dan Ji Won. Sebagai maknae, ia bisa beradaptasi dengan baik
setelah episode satu itu. Saya mencoba meraba-raba apa yang menyebabkan kelima
orang ini bisa sedekat itu, mungkin karena
ini; mereka saling terbuka satu sama lain; tidak ada yang berusaha menampilkan
apa yang bukan dirinya; pun kepedulian yang mereka berikan semata karena mereka
saling menyayangi, saling merasa memiliki. Sebagai teman, sebaga roommate.
Jika dalam
lingkup kecil ini saja kita tidak bisa survive,
saya yakin di lingkup yang lebih besar kita akan mengalami kesulitan yang
lebih parah untuk bisa bertahan. Dalam menghadapi sebuah lingkungan baru, kita
tak perlu menjadi orang lain agar bisa diterima. Tak semua orang mau membuka
diri untuk dibaca. Maka jurus paling
jitu yang bisa saya sarankan berdasarkan pengalaman pribadi adalah,
pintar-pintarlah menahan diri. Jadilah pengamat
yang jeli. Kita harus tahu bagaimana menempatkan diri, menumbuhkan
kepeka-an—percaya ini, ego-sentris akan menimbulkan kesan tidak nyaman bagi
orang-orang di sekitar kita. Itu artinya kita tidak asik dijadikan teman. Maunya kitaaaa saja yang ingin
dimengerti, ingin didengar, ingin diperhatikan, dipatuhi. Mau nyari temen tapi
berlagak bak diktator, ke hutan aja gih ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹. Bila sedari awal saja
kita sudah tampak fake, bagaimanalah
kita bisa sanggup mengeluarkan apa yang kita rasakan tanpa perlu merasa harus
menutupi ini-itu. Kita terlanjur sibuk ingin
tampil sebagus-bagusnya di depan mata semua orang. Pada akhirnya kita akan
berakhir kelelahan lahir batin.
... tentang rahasia paling rahasia yang kita miliki, jangan
khawatir karena semua orang memiliki itu. Kamu tidak harus membaginya dengan
siapa pun.
Poin menarik perhatian saya di drama ini. Ialah bagaimana background music setiap scene begitu pas sehingga mau tidak mau saya ikut terbawa arus. Ketiadaan
dialog, yang hanya mengandalkan
kekuatan akting dan sokongan bgm
malah semakin dalam menyeret emosi penonton. Turut merasakan kesedihan atau
kemarahan sang tokoh. Ini juga terjadi pada drama-drama seperti My Dear
Friends, Moonlight Drawn by Clouds, It’s Ok That’s Love—sementara ini saja yang
bisa saya ingat. Saya tidak ragu memberi angka 10/10 untuk Music Director Age
of Youth. Perfect. Lalu ada juga epilog di akhir episode berisi wawancara dengan para karakter di drama ini. Semacam behind the scene. Unik.
Pada divisi akting,
tak ada satu pun yang lebih menonjol di banding yang lain. Masing-masing
memerankan karakternya dengan baik, tidak ada yang awkward. Porsinya seimbang—jika
menyangkut pembagian airtime. Seperti
yang sudah saya utarakan di atas, setiap karakter adalah tokoh utama dalam
kisahnya masing-masing. Berlanjut ke story-line,
satu kata saja untuk mewakili hati saya; keren! Pace-nya tidak melelahkan untuk
diikuti. Ini pertama kalinya saya menonton drama korea yang mengangkat tema
kehidupan kosan perempuan di usia dua puluhan. Sangat mengena dengan kehidupan
nyata. Namun ada yang saya sesalkan mengenai karakter Song Jiwon—satu-satunya
karakter yang susah terbaca oleh saya saking transparannya dia. Aneh kan? Bagi
saya justru dia yang paling misterius di antara karakter lainnya. Saya sangat
berharap karakter ini lebih di-eksplore lagi oleh sang penulis skenario. Btw,
di akhir tahun 90an ketika sinetron masih asik untuk diikuti, pernah ada
sinetron asli Indonesia bertema anak kos perempuan dengan segala
problematikanya berjudul Pondok Indah. Tia Ivanka dan Mona Ratuliu masih remaja
kala itu.
Ending. Biasanya ini yang paling sensitif bagi
penonton. Saya baca di beberapa situs, tak sedikit yang merasa ending-nya
menggantung. Jika kamu memahami dengan seksama sub-judul di awal episode 12,
maka kamu akan mengerti kenapa ending-nya dibikin terbuka.
12. Dan Hidup Masih
Terus Berjalan
#Akibat
Beban di bahu
Jin Myung sudah terlepas—lantas berakhir pulakah perjuangannya? Belum. Satu
perjalanan baru sedang menantinya. Hanya saja kali ini, ia memiliki seseorang
di sisinya. Aheeeeeeeeem. Pinkeu, pinkeu, pinkeeeuuu ♥ #sepakguling
Yi Na berhasil
membebaskan dirinya dari lingkungan yang selama ini menghidupi dirinya.
Resikonya adalah ia harus memulai hidupnya dari nol. Rotasinya berubah total,
tak lagi berpusat pada orang lain. Tetapi berpusat pada tekadnya. Sesekali ia
merasa ragu apakah ia bisa bertahan. Beruntung ia bertemu seseorang yang
padanya ia boleh dan bisa bercerita tentang apa saja. Ia juga masih memiliki
seorang teman setia.
Di saat Yi Eun
berpikir hidupnya sudah kembali normal setelah terlepas dari si br***sek, ia
sebenarnya sedang memasuki fase akibat atas
insiden yang menimpanya. Trauma itu
tumbuh tanpa ia sadari. Ia tidak baik-baik saja.
Amarah,
ketakutan, dan trauma yang menelan Eun Jae ke dalam mimpi buruk sudah mereda.
Ia akhirnya bisa berdamai dengan ibunya, dengan almarhum ayahnya, dengan
dirinya sendiri. Ia juga sudah bisa move
on dari Yool Bin HAHAHAHAHA. Kan Eun Jae sudah punya yang lain. Yool Bin
Oppa dikirim balik ke era 80an gih HAHAHAHAHA.
... ketika kita
telah sanggup menyelesaikan satu chapter dari
hidup kita, maka chapter lain sedang
menunggu di persimpangan jalan yang lain. Kata selesai baru akan terbit, jika
kita sudah berhenti bernapas. Begitulah. Hidup kita akan terus berjalan. Pun kehidupan anak-anak Belle Epoque.
Pinky Romance
Did
you ever fall in love? How does it feel?
Kisah cinta yang
menimpa anak-anak Belle Epoque penuh
warna. Ada kisah cinta yang mengharu
biru, yang unyu-unyu—bikin saya pengen meluk pohon tomat, ada cinta yang
merekah sepihak—cinta diam-diam, ada juga kisah cinta yang melelahkan, dan ini
yang paling ngenes—kisah cinta yang
gak jelas juntrungan, cocoknya dengerin lagu Soyu dan Junggigo ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Semasa kuliah,
saya tidak pernah mengalami namanya jatuh cinta pada teman sejurusan atau teman
di organisasi. Yang ada adalah gebetan se-angkatan
HAHAHA. Masa-masa kuliah sebagai mahasiswa baru tuh paling konyol. Ke mana-mana pasti serombongan. Ke kantin, atau
cuma bergerombol di anak tangga sambil nungguin kuliah selanjutnya. Saking
kompaknya, sampe jatuh hati pun rombongan.
Dulu kejadian, saya dan teman-teman ngincer
mahasiswa dari jurusan lain. Gak ada niat ngajak kenalan kok apalagi sampe
yang mau ngajak pacaran segala. Gaaaaak. Cuman sering diintipin diem-diem,
ngecocipin diem-deim, serba diem-diem deh pokoknya. Pernah nih salah seorang
teman ngacir ke tempat fotokopian kampus cuman buat ngecengin si doi—padahal
aslinya sih temen saya itu gak ada yang mau difotokopi HUAHAHAHA paraaaaaah. Si
doi dikasih code-name segala euy biar
gak ketahuan siapa-siapa. Niat benerrrr LOL.
Selepas kuliah
pun saya masih belum pernah lagi
merasakan yang namanya jatuh cinta, ng... kalau jatuh cintanya sama tokoh fiksi
mah seeriiiiiiiiiing. ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Jin Myung ♥ Park Jae Hwan
Beautiful
couple ㅜ.ㅜ
Park Jae
Hwan-nya ini banget deh. Ketulusannya, kegigihannya, dan kesetiaannya terhadap
Jin Myung bikin hati luluh. Baiiiiiik, perhatian dan sabar banget, bikin
iriiii. Ada gak sih cowok seperti Park Jae Hwan di dunia nyata? Kalau ada pesen
satu dooong buat dibawa ke KUA ㅜ.ㅜ
Sukaaaa banget
sama couple ini. Meskipun mereka
cuman diem dan saling tatap, saya tetep bisa dibikin gemes, histeris sendiri
sambil meluk guling. Hiks.
Beberapa scene favorit yang bikin jantung
bak-buk-buk gak karuan.
HUUUAAAAA Park
Jae Hwan-ssiiiiiiiiii, saranghamnida! ♥.♥
Saya gak pernah
menaruh perhatian berlebih pada Yoon Park sebelum ini, tetapi setelah menonton
akting-nya di Age of Youth saya sangat sangat sangat berharap suatu hari nanti
ia akan bermain drama romantis sebagai lead.
Chemistry-nya dengan Han Ye Ri ciamik
banget. Saya ter-pelet ㅜ.ㅜ, langsung masuk list couple fave-nya akooooooh #Heol
#GakUsahSokImutDehAzzzzzzz
Epilogue
Apa bagianmu di restoran?
Chef bagian saus.
Bagaimana perasaanmu terhadap Yoon
Jin Myung?
Aku kasihan padanya. Aku merasa
kasihan padanya makanya aku ingin baik padanya.
Kasihan?
[Menggeleng sambil tersenyum]
Tidak, kurasa itu cinta.
Kau tahu kenapa Jin Myung makan
dengan manajernya?
Tidak. Aku tidak menanyakan hal itu
padanya. Iya, jujur saja awalnya aku ragu. Tapi aku tahu Jin Myung-ssi bukan
tipe orang yang akan melakukan hal itu.
#MasChefKeKUAYuuuuuukkkkkkkkks
Kang Yi Na ♥ Seo Dong Joo
Partner bisnis
katanya Dong Joo tapi setiap kali ada apa-apa, yang dicari Yi Na adalah Dong
Joo.Yakin nih cuma temenan? Pada satu scene
terlihat Dong Joo yang diam-diam memerhatikan foto Yi Na. Jadi jelas ya ini
cinta diam-diam. Siapa tahu Yi Na akan merasakan kehilangan bila Dong Joo
tiba-tiba mengabaikan panggilan teleponnya hehe.
Epilogue
Apa hubunganmu dengan Kang Yi Na?
Hm, bisa dibilang kami rekan kerja.
Kami saling memberi informasi juga.
Sepertinya perasaanmu campur aduk
pada Kang Yi Na...
Tidak ada hal semacam itu.
Benarkah hanya teman?
Tentu saja, kami hanya berteman... ya, teman... [sambil
menarik napas]
I
know what’s in your eyes, dude. It's love. Sarang. ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Yoo Eun Jae ♥ Yoon Jung Yeol
Aiiiiiiing~
Gwiyeo-wong couple. Lovey-dovey. CC couple alias Campus Couple. Cinta berawal dari pulpen
berwarna kuning HAHAHAHA. Proses bagaimana Eun Jae mulai ada rasa ke sunbae-nya
ini lucu deh, unyu-unyu. Mana si sunbae juga sempat salah mengira dia-lah yang
di-serser Eun Jae, tau-nya malah si mas-mas berambut sunsilk yang doyan
ngibasin rambut sepundaknya dengan lebay. Jung Yeol sunbae pengertian banget ke
Eun Jae, cara dia memberi perhatian, cara dia memahami pola pikir Eun Jae yang
tak tertebak benar-benar tulus. Ia tidak memaksa Eun Jae terbuka padanya. Ia
menunggu gadis itu membuka diri padanya. Ini couple kedua favorit-ku di Age of
Youth.
Epilogue
Apa yang paling menarik dari Yoon
Eun Jae?
Dia cantik.
Beberapa orang berpikir
kepribadiannya membingungkan.
Kurasa memang begitu... tapi dia
tetap cantik. [senyum malu-malu]
Kau tak merasa terkadang dia
membuatmu bingung?
Ya. Kadang. Aku ingin tahu kenapa
dia bersikap begitu. [senyum malu-malu lagi] tapi, dia cantik...
#yakalimascantikbisabikinkenyang
Song Ji Won ♥ Im Sung Min
Cinta gak jelas.
Semacam suka enggak suka enggak. Yang satu agresif, yang satu angin-anginan.
Udah kelewat akrab siiiih. Di saat Sung Min merasa mulai ada rasa ke Ji Won, Ji
Won-nya suka bikin gerakan tambahan yang
seketika membuat Sung Min ilang feeling HIAHAHAHA. Ji Won-nya suka tiba-tiba
nongol dari belakang dan mencederai
pa*t*t Sung Min. Weird couple.
Padahal cocok loh mereka. Yakin deh kalau jadian, Sung Min-nya bakal tersiksa
lahir batin ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
#PrayForSungMinOppa~ng
Epilogue
Jelaskan hubunganmu dengan Song Ji
Won.
Hubungan? Kami hanya teman satu
club di kampus.
Sepertinya kalian berdua saling
menarik-ulur.
Apa? Tidak.
Bukankan Song Ji Won cukup oke
untuk digaet?
Kalau menilai dari wajahnya, ya.
Kau tak pernah menganggapnya
sebagai wanita?
Wanita? [tampak tak yakin]
Jung Ye Eun ♥ Go Doo Young
Cinta seperdua
tiang bendera. Suram. Cinta yang sehat itu, yang porsinya se-imbang. Tidak
berat sebelah. Jika salah satu pihak saja yang bersemangat dan pihak lainnya anteng, nyantai, cuek, egois, hasilnya
tidak akan menggembirakan. Salah satunya pasti yang lebih banyak terluka. Ye
Eun mencintai Doo Young melebihi cinta pria itu padanya dan itu melukainya
sangat dalam. Ia pernah mencoba bertahan hanya untuk merasakan lukanya semakin
dalam.
Epilogue
Kenapa kaulakukan hal itu?
Karena aku sangat mencintainya.
Jangan bohong.
Sungguh! Aku sangat mencintai Ye
Eun, tanpa dia rasanya aku ingin mati.
Kau mendekati Kang Yi Na...
Aku hanya penasaran [berkata dengan
nada tinggi]
Kami dengar kau menyelingkuhi Jung
Ye Eun saat masih pacaran dengannya...
Aku hanya ke klub dan khilaf. Ye
Eun juga mengerti kok.
Ekspresimu tak karuan saat kau
ditangkap. Bagaimana perasaanmu?
Ngg.... aku merasakan perasaan itu
adalah akhirnya. Selesai sudah, semacam itu... maksudku, aku memang memulainya
tapi bingung mengakhirinya.
Menurutmu bagaimana nantinya
sidangmu?
Aku yakin ayahku akan menggunakan
uangnya untuk mengeluarkanku. Akan memalukan baginya punya anak di penjara. Aku
yakin Ayah akan menyewa pengacara mahal. Mungkin kau akan mendapat masa
persobaan?
Setelah keluar dari penjara apa
yang rencanamu?
Setelah dari penjara? Entahlah.
Kurasa aku akan mendekati Ye Eun sekali lagi untuk membujuknya sekali lagi,
tapi... aku hanya bercanda! [tertawa]
Apa yang ingin kau sampaikan pada
Jung Ye Eun?
Jangan pernah pacaran dengan
bangsat sepertiku lagi.
#HarusnyaSituMintaMaafHuh
Scene
stealer goes toooooooo...... jreng jreng jreeeeeeng! Shin
Yool Bin! Pakseu!! Yep. Pemenangnya adalah Si Mas berambut sunsilk, spesies
terakhir dari era 80an HAHAHAHA. Saya menonton Age of Youth pas tengah malem di saat orang-orang di
rumah udah pada nyenyak. Kemunculan Yool Bin Oppa~ng yang super duper dramatis
sontak membuat saya kelepasan ngakak, untung gak ada yang terbangun. Saya
berkali-kali menggeleng sambil berbisik histeris, “tolooooong... toloooong
jangan bawa saya ke duniamu yang absurd itu... tar saya gak tahu jalan pulang
gimanaaa”, HAHAHAHAHA. Parahnya scene-scene
itu saya ulang-ulang. Dan reaksi-nya Eun Jae seakan-akan Yool Bin itu
titisan malaikat yang dibuang ke bumi, OMG.... bikin saya pengen mengguncang
bahunya, “bangun dek, banguun! Kiamat hampir tiba!” #NgakakGulingguling
Eun Jae
terpesona banget sama Yool Bin, dia bahkan udah nyiapin nama calon anak mereka
loooh seandainya nanti ia jadian dan menikah dengan cowok aneh itu HAHAHAHA.
Saya pengen
nanya nih kepada viewers yang sudah menonton Age of Youth. Ada dua pertanyaan.
Menurutmu, Song Ji Won beneran bisa
ngeliat hantu apa enggak?
Kalau menurut saya, Ji Won beneran
bisa ngeliat hantu. Makanya saya merasa Ji Won ini yang paling misterius.
Apakah ibu kos Belle Epoque tahu segala yang terjadi di dalam rumah kosan-nya?
Saya sangat yakin, beliau tahu.
Nama kosan Belle Epoque menarik perhatian saya.
Nama yang unik. Saya lantas mencoba mencari tahu apa artinya. Belle Epoque berasal dari bahasa Prancis
yang bisa diartikan juga sebagai beautiful
era, diperkirakan dimulai pada periode akhir perang Prancis-Prusia di tahun
1871 hingga memasuki perang dunia pertama.
Pada periode Belle Epoque ini
aspek-aspek kehidupan di Prancis berkembang pesat seperti bidang ekonomi, ilmu
pengetahuan, teknologi dan lain-lain. Kekalahan Prancis pada perang melawan
Prusia hingga harus membentuk pemerintahan baru tampaknya tak berpengaruh
besar. Puncak periode Belle Epoque khususnya
di Paris, bidang seni mengalami masa kejayaannya. Banyak karya-karya seni legendaris
dari bidang musik, seni lukis hingga teater mendapatkan sorotan perhatian—pembangunan
Eiffel terjadi di periode ini. Barangkali ini pula yang menyebabkan Belle Epoque disebut sebagai Golden Age—masa-masa
keemasan, kontras dengan kengerian perang dunia.
Bukan tanpa
alasan yang jelas Screen Writer
menamai kosan di Age of Youth dengan Belle
Epoque kan? Drama ini memiliki judul lain yakni Welcome My Twenties! Nah,
coba kaitkan dengan periode Belle Epoque di
Prancis? Dapet gak benang merahnya? Saya menangkap niat baik Park Yeon Seon
yang sepertinya ingin menyisipkan pesannya melalui drama ini. Ada yang bilang
usia duapuluhan adalah masa-masa krusial bagi seseorang. Pada periode ini aneka
macam kekhawatiran dan keinginan untuk hidup bahagia tumpang tindih. Fase peralihan
dari remaja menuju fase dewasa. Banyak orang memutuskan menikah, tak sedikit
pula yang masih belum bisa menanggalkan sisa-sisa peninggalan masa-masa
remajanya.
Satu ucapan Kang
Yi Na yang tanpa sengaja mengajak saya merenungi waktu-waktu yang sudah saya
lewati sejauh ini.
“...
kenapa aku mengkhawatirkan ingin menjadi apa saat dewasa di usia seperti ini di
saat orang lain sudah memikirkannya sedari dulu? Kenapa aku mencemaskan sesuatu
yang semestinya kucemaskan saat remaja?”
Saya adalah satu
dari sekian banyak orang yang belum merasa
siap memasuki satu periode lain. Saya belum ingin ke mana-mana ㅜㅜ
Park Yeon
Seon-nim dengan Age of Youth-nya ingin mengatakan kepada kita, seberat apa pun masalah yang kita hadapi di usia
duapuluhan ini, selalu terbuka kesempatan untuk mekar, untuk bisa berbuat lebih baik—lebih dari apa yang kita
pikirkan. Seperti anak-anak di Belle
Epoque, seperti Prancis pada masa-masa Belle
Epoque-nya.
Saya memberikan
rating 9/10 untuk Age of Youth!
Coba ya SW-nim
menampilkan latar belakang kehidupan orang tua Kang Yi Na dan Jung Ye Eun,
seperti yang beliau lakukan terhadap Yoon Jin Myung, Yoo Eun Jae dan Song Ji
Won. Kita mungkin bisa mendapatkan alasan jelas mengapa mereka bisa menjadi
seperti itu. Selalu ada alasan untuk setiap kejadian, bukan?
Sampai ketemu di review saya
berikutnya!
Salam,
= Azz =
Hooreeeee.. Aku seneng bnget kak azz akhirnya ngupas drama AOY.. drama yg bikin aq penasaran terus di tiap minggu nya... Ceritanya realistis dan fresh... Kangen sama aksi gila nya song ji won deh.. park eun bin bener bener bikin aq geleng geleng kepala.. aq bru nyadar kalo han ye ri itu manis bnget kalo lg senyum, jd makin suka deh... Karakter toKoh nya bikin aq betah nungguin kelanjutan di tiap episodenya...
ReplyDeleteSukses untuk kak azz...
yeehhhhh akhirnya direview drama terdabak, drama yg jdi kuda hitam bgi jtbc aku suka semua karakter drama ini..
ReplyDeletewah aku gk tau mau ngomong apa pokoknya daebak lah haha
tunggu kok malah jdi bingung mau komen apa..
buat mbak azz makasih reviewnya aku senang ada bahas ini akhirnya aku ngerti ending ini :D
Huwwaa ni drama yg pling ngena ttg kehidupn anak kos. Jd ngebuat nostalgia. Krn rumahq sngt jauh aq g pernh pulang slama 4 taun ngampus,mkanya org kos udh jd keluarga kedua. Awal ngekos, aq eunjae bngt, sopan,nurut,polos. Stlh bbrp taun aq mnjelma mnjd ssong 😅
ReplyDeleteMnrtq ssong g bs liat, tp dia bs ngerasa, ada nama "hyejin" yg prnh kluar dr mulutnya. Mnrtq dia mulai ngerasa ketika telinganya mulai berdengung. Mngkn ada penyebab dr itu. Aq pnya tmn yg g bs liat hantu tp bs ngerasa, n dia ngerasanya "angin anget2 dingin2" itu penggambaran suhunya 😂. Awalnya aq g prcya hingga ada anak magang lwat yg membenarkn ada "something" yg ikut ngobrol didekt qt 😨.
Aq percya ibu kos taau smua, hingga aq brkesimpulan kalo ibu kos bkn manusia ato dia manusia tp pasang cctv di setiap sudut kos itu.
Overall drma ini sukses mmbuatku ngakak,nangis,terharu,swoony, dan bhkn bs semuanya skaligus. Drama daebak dg label kudu mesti wajib nnton.