[Trivia] #2 Doom At Your Service : Hal-Hal Yang Saya Sukai



Saya semakin sadar betapa besar dan berpengaruhnya toxic dan negatif komen terhadap Doom at Your Service bagi mood saya. Berawal dari membaca komen-komen tersebut, alam bawah sadar saya mulai memunculkan banyak pertanyaan; apakah standar berpikir saya terhadap drama ini terlalu lemah? Apakah saya sebegitu bodohnya hingga hanya sanggup memakai sudut pandang sederhana untuk memahami drama fantasi ini? Sebenarnya apa sih alasan kita menjatuhkan pilihan 'suka' pada satu tontonan? Menganggap-nya tantangan? Semakin rumit dan kompleks story-line dan konfliknya, maka semakin menarik di mata kita? Agar kita bisa menggali lebih banyak teori, saling mengadu teori-teori tersebut demi mendapatkan kepuasan dari situ? Ataukah genre fantasi memang memiliki basic tertentu sehingga bila kemudian DAYS tidak memenuhi standar tersebut, maka pantaslah ia dikategorikan drama yang tidak worth it untuk dinonton?


Saya tidak menyukai kerumitan. Itulah sebabnya saya berusaha menghindarinya. 

Komen-komen negatif itu. 


Kita bisa berargumen panjang lebar. Kita bisa menemukan alasan-alasan tentang mengapa kita menyukai sesuatu. Bila itu drama, kita bisa menyebut elemen-elemen apa saja pada dramanya yang membuat kita sayang. Untuk saya, elemen drama yang bisa membuat saya tetap tinggal tidak peduli siapa pemerannya adalah kekuatan ceritanya. Ini sifatnya subyektif.


Jika sebuah drama bisa menceritakan diri-nya kepada saya dengan sebaik-baiknya, membuat saya mengerti alasan mengapa ia dibuat, saya pastikan drama itu masuk dalam list favorit saya. Ada sesuatu yang bisa saya ambil dari-nya. 


Kadang-kadang, ini adalah tentang bagaiman dramanya bercerita kepada penontonnya. 



Tidak ada drama yang sempurna, tidak ada drama yang sanggup dan mampu memuaskan penontonnya secara total dan paripurna. Sama halnya juga tidak ada penonton yang sempurna. Setiap kepala memiliki sudut pandangnya sendiri. Bagaimana kita memandang sesuatu, membacanya, tentu bisa sangat berbeda dari orang lain. Saya cukup yakin bahwa tidak ada penonton bisa dipuaskan dengan apa yang ia tonton, tetap akan ada yang tersisa berupa ketidakpuasan, meski hanya 1 %. 


Inilah kesimpulan saya setelah semalam berkunjung ke forum Soompi dan berakhir sakit hati.

Jika tidak suka, berhenti saja. Total. Bertahan untuk menemukan lebih banyak hal-hal yang membuat kita tidak puas membuat kita tampak seperti lelucon yang tidak lucu. Buang-buang energi dan waktu. 

Dan demi menetralisir efek komen negatif di kepala saya dari penonton DAYS yang kecewa karena dramanya gagal memenuhi ekspektasi, karena dramanya jelek, tidak konsisten katanya, saya memutuskan menulis apa-apa saja yang menurut saya logis dari DAYS. Tentu saja, ini tidak menjamin apa-apa, tidak juga lantas menjadi tameng saya bahwa drama ini SANGAT BAGUS, atau saya sedang berusaha mencari-cari pembenaran untuk DAYS melalui postingan ini. Ini sudut pandang saya. Saya melihat DAYS dari jendela saya, bukan memakai jendela orang lain. 


Dan kalau kamu tidak setuju, jangan sekali-kali mengajak saya berdebat, saya tidak merasa perlu untuk membenar-benarkan sudut pandang saya pada orang lain. Ingat ini. 


Sambil menunggu hari Senin hehe. 


Character Development 


Pasrah. 

Menyedihkan. 


Inilah kesan saya pada karakter Tak Dong-kyung di episode pilot. Ia berada di titik terendah hidupnya. Seluruh kemalangan seperti berkomplot untuk mendatanginya sekaligus. Masalah pekerjaan, tagihan biaya sekolahnya yang jatuh tempo, adik lelakinya yang tidak bisa diharapkan, dan kekasihnya yang ternyata brengsek... 



"I have no money to spend, dreams to achieve, or love to work on. If I had 10 years to live I'd want money, dreams, or even love. But I only have 100 days left." 


Hujan turun deras malam itu, sepulangnya Dong-kyung dari kantor. Ia bergumam, mengapa hanya dirinya yang tidak memiliki payung? Adegan ini meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Hujan dan payung. Sebuah metafora. Itu adalah curahan hati Dong-kyung atas hidupnya. Begitu sarat dengan kesedihan dan ketidakberuntungan. Sedih dan sendrian.


"I'm exhausted. Does everyone live like this? Being harassed by both life and death? As if they're neither alive nor dead?" 


Siapa yang tidak ikut bersimpati pada karakter ini? Di matanya, hidup tampak tak pernah berpihak padanya. Pernah nggak sih ngerasain seperti apa yang dialami Dong-kyung? Kamu berada di titik terendah hidupmu. Jalan di hadapanmu terasa buntu. Tetapi kamu tidak diberi pilihan lain; kamu harus terus berjalan ke depan. 


Kamu dibuat babak belur. Reaksi normal kita adalah memberontak meski hanya dalam skala kecil; menuntut dengan satu pertanyaan pendek. Mengapa saya, Tuhan? Mengapa harus saya?


.... dan tanpa diberi tahu pun, kita masing-masing sudah tahu jawabannya. 


Maka adalah normal jika Dong-kyung, di bawah pengaruh alkohol, berteriak sekencang yang ia bisa agar seseorang menghancurkan dunia untuknya. Agar kemalangannya berhenti, atau hilang. Orang, dalam keadaan kalut, bisa melakukan apa saja. Apa saja yang bila dalam keadaan sadar rasanya mustahil bisa dilakukan. 


"I won't do anything, I won't even try. I'll just stay still. My life had been a series of doing nothing. I shouldn't have tried to feel compassion." 


Di episode pilot, Tak Dong-kyung terlihat seperti sudah menyerah dengan hidupnya. Ia pasrah. Ia terima takdir 100 harinya. Perjanjiannya dengan Myul-mang hanya supaya ia tidak merasakan rasa sakit saat penyakitnya kambuh. Seiring berjalannya episode, Dong-kyung menyadari betapa hidupnya tak sepenuhnya berada di kegelapan. 



Ending episode 7 benar-benar menjadi turning point untuk Dong-kyung. Demikian pula sudut pandang saya terhadap karakter ini. Saya nangis sesenggukan nonton ending ep 7. Sedih. Haru. Di balik semua ketidakberuntungannya, di balik semua kesedihan dan rasa lelahnya atas hidup, selalu ada orang-orang yang menyayanginya, yang hanya dengan mendengar mereka memanggil namanya saja, "Tak Dong-kyung", sudah bisa membuatnya tersenyum. 


Meski hanya dengan memanggil namanya. 


Betapa kehadiran orang-orang yang kita sayangi bisa memberikan pengaruh luar biasa terhadap hidup kita. Mungkin kita seperti Dong-kyung di awal episode pilot, merasa sendirian ketika semua masalah datang sekaligus. Namun, jika kita mencoba melihat dari sudut pandang lain, kita bisa melihat hal-hal baik yang luput dari pandangan selama ini. Mungkin yang kita butuhkan adalah mengganti jendela. Kita bisa menggunakan jendela yang jauh lebih lebar, agar kita bisa leluasa melihat ke luar diri kita. 


Duh, keinget desperate-nya Dong-kyung di ending ep 10. Disela tangisnya, Dong-kyung berteriak pada Myul-mang, betapa inginnya ia hidup bersama orang-orang yang disayanginya. Dong-kyung yang mengklaim dirinya tidak bisa menangis sejak usia 10 tahun, sejak orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Dong-kyung sudah pasrah dan menyerah atas hidupnya di episode 1.... 



Siapa itu yang bilang perkembangan karakter di DAYS jalan di tempat? Dipanggil noh sama Myul-mang HAHAHAHA. 


Untuk Myul-mang. Masih ingat sirat bahagia di matanya ketika ia mendengar teriakan Dong-kyung agar seseorang menghancurkan dunia untuknya? Kayak yang "aahhh akhirnya..." Akhirnya ada seseorang yang akan memberikan kebebasan, Myul-mang ingin mati. Ia ingin menghancurkan dirinya sendiri. Teriakan Dong-kyung ibarat angin segar bagi Myul-mang. Ia konsisten mengganggu dan mendesak Dong-kyung agar tidak melupakan perjanjian mereka. Semula Dong-kyung dan Myul-mang terikat perjanjian sederhana; demi agar tidak merasakan rasa sakit di 100 hari terakhirnya, Dong-kyung akan meminta Myul-mang menghancurkan dunia. Jika tidak mengucapkan permintaan itu hingga kematiannya datang, maka orang yang paling dicintai Dong-kyung akan mati. Perjanjian berbahaya. 

Bagaimana jadinya bila situasi berbalik arah. Bagaimana jika orang yang paling dicintai Dong-kyung adalah Myul-mang? Bukankah urusannya jadi rumit? Iya. Tapi saya tidak ingin membahas teori. Yang ingin saya soroti adalah perkembangan karakter Myul-mang. Si dia-yang bukan manusia-tidak bisa tidur-tidak bisa makan-bahkan tidak bisa jatuh cinta ini, ternyata bisa merasakan salah satunya. Jatuh cinta. Ada yang mencurigakan dari karakter ini.... 


Myul-mang di episode pilot tuh sinis banget asli. Ketus, dingin, menyebalkan. Tapi lihatlah, memasuki episode 4 atau 5, ia mulai terlihat goyah. Dunia yang ia lihat dari mata Dong-kyung berbeda. Tentang permohonan sebelum mati, Dong-kyung tidak meminta hal-hal yang mungkin akan diminta orang kebanyakan. Disangka Myul-mang, Dong-kyung akan menyelamatkan dirinya sendiri, sebaliknya gadis keras kepala itu malah berusaha mati-matian agar orang-orang yang disayanginya lolos dari akibat perjanjian mereka. 



Dunia yang dilihat Myul-mang melalui mata Dong-kyung memang tampak berbeda. Di mata Myul-mang nih, manusia itu makhluk mengenaskan. Egois, manipulatif, licik, kotor... dan begitu banyak sifat buruk lainnya, yang ia lihat selama ini. Itulah sebabnya ia sinis, dan berjarak. Meski di satu sisi karena tugas yang diembannya, ia berusaha tetap obyektif. 


Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, Myul-mang yakin sekali tidak akan ada manusia yang mencintainya. Siapa pula yang mau menyukai kehancuran, kehilangan, kemalangan, si Akhir yang selalu menyisakan kesedihan? No one dares to do that. 


Ending episode 10 membuktikan Myul-mang sudah sepenuhnya tidak peduli dengan perjanjiannya dengan Dong-kyung. Satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah menjadi manusia supaya ia bisa mati bersama Dong-kyung. Tragis? Sudah pasti. Namun apakah mungkin harapannya ini terjadi? Di awal, ia menyepelekan Dong-kyung, menganggapnya sama seperti manusia kebanyakan. Semakin sering dan dekat interaksinya dengan Dong-kyung, semakin terbukti ia keliru menebak. Myul-mang berubah. Kita pura-pura saja lupa dia bukan manusia wkwk. 




Apakah Myul-mang masih menginginkan kehancuran dirinya seperti di episode pilot? Mungkin saja. Bila Dong-kyung benar-benar menghilang selamanya dari pandangannya... 


Nah, bagaimana dengan cinta segitiga antara Cha Joo-ik, Na Ji-na, dan Lee Hyun-kyu? Banyak yang jengkel dan ngerasa nggak penting banget kisah mereka? HAHAHAHAHA. Saya paham rasanya. Saya juga sih. Tapi coba kita lihat dari sudut pandang lain. Ketiga karakter ini punya kekurangan/kelemahannya masing-masing. Saya pikir ini disengaja writer-nya. Kenapa? Karena ada yang ingin disampaikan melalui mereka. 


Inget ga monolognya Dong-kyung di episode 9? 


"... we always live for things that don't last forever. For example, dremas are one of them. Or things like memories or regrets. Or live for love or other people..." 



Kebanyakan di drama yang diceritain dari cinta pertama adalah yang manis-manis, yang ending-nya bahagia. Di DAYS, nggak kayak gitu. Cinta pertamanya Ji-na dan Hyun-kyu nggak ada manis-manisnya. Soal karakter Ji-na yang kok bisa-bisanya udah sekian tahun masih terobsesi sama Hyun-kyu? Pernah denger the first cut is the deepest? Di mana-mana, yang namanya pertama kali pasti berkesan. Apalagi cinta pertama? Legendaris wkwk. Di dunia nyata banyak yang kayak Ji-na. 


Kalo saya menilai, kenapa Ji-na belom move on, secara nggak sadar Jin-na memuja Hyun-kyu. Kesan pertamanya yang membuatnya jatuh hati pada Hyun-kyu terlalu kuat. Jadi walaupun Hyun-kyu meninggalkannya karena alasan studi, Ji-na tidak sepenuhnya menganggapnya masalah. Ji-na hidup di dalam fantasi romansa (kenangan) bahwa Hyun-kyu worth it. Cuman ya itu, dia belom sadar. Inilah konflik karakter Ji-na. Saya yakin situasi otomatis akan berubah jika ia tahu Hyun-kyu yang ia puja ternyata tidak lebih dari seorang pengecut yang tidak mampu menghadapi kegagalannya sendiri. Ji-na belum menemukan closure perasaannya terhadap Hyun-kyu.



Karakter Ji-na, Joo-ik, Hyun-kyu nggak ada yang perfect. Di sinilah masalahnya. Meskipun menyebalkan cinta segitiga ini, pesan yang disampaikan jelas dan gamblang. Hanya saja kita belum tiba di situ. Masih on progress. Sabar. Yang salah akan kena batunya juga kok HAHAHAHAHA. Eh, trus gimana kalo ternyata nanti Ji-na end game nya sama Hyun-kyu? Yaaaa... asal logis alasan end game-nya, bisa aja diterima.


Se-pengamatan saya, karakter-karakter di DAYS berkembang semua kok. Bahkan Sun-kyung juga dapet bagian. Nggak ada yang dibuat dramatis. Perubahannya bisa dijelaskan dengan logis. Ini menurut saya loh. 


Dramanya enggak konsisten. 




Benarkah? Bisa saja terjadi. Viewers lain mungkin melihatnya seperti itu.

Saya fokus pada perkembangan karakter di DAYS, semisal ada inkonsistensi pada story-line yang berhubungan dengan tebakan-tebakan teori yang berkembang, saya tidak tahu. Tetapi, saling-hubung antar-scene kelihatan. Beberapa tidak diceritakan dengan gamblang melainkan diuraikan filosofis, simbolik, atau digambarkan dengan metafora. Dialog-dialognya DAYS cukup berat, penuh layer. 


Ini, kalo DAYS diubah bentuk jadi novel atau cerpen, sepertinya akan masuk ke genre fantasi-surealis (surealisme dan fantasi sebenarnya dua hal yang berdekatan namun merupakan genre yang berbeda). Saya kalo baca novel atau cerpen surealis, lemotnya nggak kira-kira. Kayak bukunya Kafka. Sibuk menebak-nebak ini maksudnya apa ya? 


Humor 




DAYS ini ya, muatannya rada berat, tapi tetap bisa bikin ngakak. Humornya natural. Saya pernah baca komen yang bilang aktingnya Park Bo-young kelewat lebay, ga natural. Lah piye saya malah beberapa kali ketawa gara-gara liat Bo-young. Lucu menggemaskan. Tone suaranya tidak dibuat-buat. Paling suka kalo dia udah mulai ngomel-ngomelin Myul-mang HAHAHAHAHA. Kebayang nggak sih andai Myul-mang manusia biasa, dan dia harus hidup bertiga dengan Dong-kyung dan Sun-kyung? Bisa kebayang chaos-nya? Kasian Myul-mang.


"If you gain something, you lose something. Everything you have gained in life were thanks to things you lost." 


Itulah beberapa hal yang saya sukai dari DAYS, yang bisa saya tulis saat ini. Saya tidak menyinggung teori ini-itu karena seperti yang pernah saya bilang di postingan sebelumnya, saya lemah di genre fantasi. Teori-teori rumit hanya akan membuat saya pusing. Sebenarnya, tanpa perlu berusaha keras memikirkan teori pun, drama ini tetap bisa dinikmati. 


Oya, FASHION pemeran DAYS bagus-bagus euy. Cocok sama karakternya. Saya paling suka outfit-nya Dong-Kyung.




Terakhir, tentang pesan yang tersirat dari Doom at Your Service. Sekali lagi, ini tentang hidup dan filosofinya. Semakin kita paham karakter Myul-mang dan Dong-kyung, semakin dekat pula kita dengan drama ini. Percayalah, DAYS ini bukan hanya semata tentang fantasi romantis Myul-mang dan Dong-kyung. 


Sebuah pengingat dari Mamang a.k.a Myul-mang, "If you are lonely, act lonely. If things are hard, act like things are hard. Don't act strong all the time." 


P.s : Ini akan menjadi yang terakhir saya mengomentari komen negatif terhadap DAYS.


Tabik, 

Azz. 

💚💚💚

2 comments:

  1. Dear mbak/mas Azzy, aku harap aku bisa berteman sama mbak/mas di Twitter. Aku suka banget sudut pandang kamu tentang Doom at Your Service. Legall banget rasanya ada yg paham gimana kesalnya aku saat orang-orang bilang DAYS terlalu fokus ke romance, apalagi sampe bilang drama ini menye-menye.

    Semua unek-unekku kayak tersampaikan semua sama tulisan di sini. Terima kasih banyak. :""")

    ReplyDelete
  2. Haiiii, Mbak Aruna (namanya indah sekali) ^^

    Terima kasih sudah mampir ke sini.
    Ini yang nge-follow di Twitter ya? Udah aku folbek hihi. Semoga kita bisa jadi temen ngobrol yang sik-asik yak.

    Pasca mampir ke forum S, aku mutusin ga mau lagi nengok-nengok komen negatif tentang DAYS. Kalo ga sengaja lewat di te-el, aku cepet-cepetin. Udah ga ada yang bisa ngaruhin aku untuk ga suka DAYS, mau kayak gimana pun sisa 6 episodenya nanti, aku bakal tetap lanjut sampe kelar. Feeling bagus yang aku rasain di awal penayangan masih kuat :)

    Sekali lagi, terima kasih banyak-banyak. Aku senang sekali :)


    -Azz

    ReplyDelete

Haiii, salam kenal ya. 😊