Sinopsis Reply 1988 Episode 19 Part 1
Januari
2016
Deokseon dan
suaminya melakukan wawancara, tak berbeda jauh dari apa yang sudah mereka
lakukan sebelumnya. Tetapi pakaian yang dikenakan Deokseon dan suaminya
terlihat lebih formal.
“Siapa yang
mengajak pacaran duluan?” tanya suaminya mengulang pertanyaan dari orang yang
mewawancarai mereka. Sejenak, ia tampak ragu menjawab.
“Itu terjadi
begitu saja tanpa kami sadari,” sahut Deokseon mengambil alih.
Suaminya
menoleh, meneguk isi gelasnya sambil bergumam, “Apakah kami harus
memberitahukan tentang itu juga?”
Deokseon
melanjutkan. Ya, begitulah adanya. Bahkan jika kau berciuman dan berpegangan
tangan, itu hanya akan dianggap sebagai kedekatan sampai kau resmi pacaran.
Bahkan berciuman? Suaminya terlengak kaget. Deokseon mengangguk. Ia
mendengarnya dari anak-anak—wait,
anak-anak siapaaaah? Jangan bilang anak-anak tetangga! Anak kalian manaaaah ã… .ã…
“Heol,” cetus
suaminya tak percaya.
“Dan kau
mengatakan sesuatu seperti itu?” Deokseon menyela.
“Aku
mendengarnya dari anak-anak,” sahut suaminya lagi. –cie yang di tahun 2016 udah jadi anak gahoool ã…‹ã…‹ã…‹
di tahun 80-an Heol ini
setara Waenyeol kali yah.
Pertanyaan
dilanjutkan. Sekarang mengarah ke topik yang disukai penonton. First kiss—hayolooo ngacung!
Deokseon dan suaminya,
senyum-senyum antara bahagia dan malu-malu. Suaminya lebih semangat dan pe-de.
“Haruskah kita
mengatakannya secara bersamaan pada hitungan ketiga?” tanyanya.
“Berhentilah
terlalu sering menonton TV,” sambar Deokseon.
Suaminya tidak
peduli. Ia melanjutkan begitulah cara orang-orang mengumumkan sesuatu. Ia
memberikan instruksi pada Deokseon, ia akan mengitung dan pada hitungan ketiga
mereka akan mengucapakannya secara bersama-sama.
Hana,
Deul, Saet!
Deokseon : 1994!
Suaminya : 1988!
HAHAHAHA It’s Taek! No doubt.
Oh, 1994... di
tahun 1994, benarkan? Taek salah tingkah dan tergagap. Deokseon tersenyum
pahit. Mbeeeeek...
Moment
of silence...
Seketika saya teringat Taek di tahun 1988, di
scene ketika Deokseon, Bora, Sunwoo, Taek dan Junghwan di dalam mobil hendak
menjemput Dong Ryong yang melarikan diri. Waktu itu Taek dengan pe-denya
menebak penyanyi dari lagu yang diputar Sunwoo. Penyanyinya sih bener, Lee Moon
Sae. Tapi saat ditanya judul lagu—Taek salah tebak. Cara Taek bertanya miriiiip
sekali dengan cara Taek di tahun 2016 ini.
“Tahun 1994 di
Beijing, kan?” Taek masih mencoba berusaha memperbaiki situasi. Deokseon
meringis, ia meminta izin ke toilet pada orang yang mewawancarai mereka. Tak
lama Taek menyusul istrinya. Sesaat suami takut istri HAHAHAHA.
Kembali ke Seoul
Dongbong-gu, Ssangmundong di tahun 1994, saat itu sedang musim gugur.
Ra Miran yang
sedang menggoreng tahu tiba-tiba meninggalkan pekerjaannya. Wajahnya terlihat
kesal. Miran Eomma lagi sensi...
Lee Il Hwa
menemani Dong Il Appa makan malam. Ia pikir pekerjaan suaminya sudah berkurang,
namun ternyata masih sama. Ia sepintas lalu mengusulkan agar suaminya menyuruh
orang lain yang dipercayainya. Dong il Appa berkilah Ia adalah direktur tertua
di bank, di bawahnya ada Wakil Kepala, Wakil Ketua dan Direktur, ada banyak.
Jika lulusan SMA sepertinya tidak bekerja keras, siapa yang masih mau mempekerjakan
manajer tua sepertinya? Ia akan mengurus pekerjaannya sendiri, istrinya tak
perlu khawatir. Dan mengenai pensiun dini yang pernah dibahas Dong Il Appa
sebelumnya, ia melakukannya karena saat itu ia sedang (stres) banyak pekerjaan.
Jangan jadikan bahan pikiran yang seperti itu, Dong Il menenangkan istrinya.
Akhirnya Il Hwa tersenyum penuh pengertian.
Dong Il
menyeruput kuah tahu dari sendoknya. Ia memuji betapa enak rasanya. Istriku
membuat semur tahu terbaik di dunia, kaulah pemenanganya, ucapnya sambil
tersenyum lebar—Inilah yang disebut
pasangan seumur hidup. Hidup tak melulu harus dibumbui romansa pinkeu agar bisa
dilabeli bahagia. ã… .ã…
Ini
anak siapaaaaah? Kenapa bisa adorable begindang, di mana bisa nemu yang seperti
ini? Tunjukkan pada Baim Ya Allah... ã… .ã… —plak—Woi bangun lo!
Taek di
rumahnya, lagi makan malam (Nope, bisa dibilang Taek lagi sahur ã…‹ã…‹ã…‹) ditemani ayah dan
ibunya. Ia tak bisa menahan geli menyaksikan betapa khidmat-nya kedua
orangtuanya memerhatikannya. Ia menyuruh agar ayah dan ibunya kembali tidur,
masih terlalu pagi untuk bangun.
“Penerbanganmu
nanti sore, kan?” tanya Moosung pada puteranya. Taek mengangguk. “Jadi kau akan
ke Jepang hari ini dan pergi ke China lusa?” tanya Sunyoung. “Aku tak tahu
banyak sekali pertandingan baduk,” tambahnya antusias.
Banyak
pertandingan di akhir tahun, kata Moosung. Ia kemudian bertanya mengapa Taek
tidak berangkat nanti saja, agar ia bisa beristirahat di rumah? Taek hanya
tersenyum tanpa suara. Ia sudah punya tujuan lain sebelum keberangkatannya ke
China.
Deokseon dan
salah satu rekan kerjanya—lagi nunggu bus kah? Rekan kerjanya excited menyadari minggu depan mereka
punya jadwal penerbangan ke Beijing. Ia menebak mereka akan bertemu kekasih
senior mereka—manajer Taek. Bukankah pertandingan baduknya di Beijing? Tanyanya.
Deokseon mengangguk. Temannya berseru setengah menggoda.
“Kudengar kau
berteman dengan Choi Taek 9-dan yang terkenal itu? Mengapa kalian tidak
pacaran?”
“Apa?” Deokseon
terhenyak kaget.
“Senior
mengatakan padaku kalian berdua sangat dekat. Mengapa kau tak kencan dengannya?”
“Kami hanya
teman sejak kecil. Aku sudah mengenalnya hampir 20 tahun,” sahut Deokseon.
Temannya
berdecak kagum, “kalian pasti sangat dekat. Tapi mengapa kau tak kencan
dengannya?”
“Apa?”
“Ya~ tidak ada
persahabatan antara pria dan wanita. Teman? Lelucon macam apa itu...”
Deokseon
terdiam. Senyumnya menghilang. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Eheeem.
Dihitung-hitung ada empat kali teman Deokseon menanyakan mengapa Deokseon dan
Taek tidak pacaran. Jika Deokseon tidak punya perasaan apa-apa pada Taek, ia
hanya perlu mengabaikan ini dan bertingkah seperti Deokseon yang biasa tapi
yang terjadi justru sebaliknya. Wajah Deokseon jelas-jelas menggambarkan
kegalauan.
Uri Taetiseo-nya
Ssangmundong ngumpul bareng, nonton tivi sambil makan goguma di markas—baca; rumahnya Kim Sajang. Saat
itu sebuah iklan muncul di tivi—aku pake engsub ya iklannya biar lebih kena
humornya.
Salaryman
wants to go home from work! Why? Because it’s tired!
Therefore, the salaryman can’t
procrastinate at work. Fights fatigue and gives you nutrients, Hal Won!~
Il Hwa nyeletuk,
mereka—iklan itu maksudnya—benar, suaminya pasti sangat lelah. Alih-alih nyebut
Salaryman, lidah Il Hwa terpeleset
dan malah bilang salad-man ã…‹ã…‹ã…‹
“Salaryman,” Miran mencoba memperbaiki
penyebutannya.
“Sama saja,”
timpal Il Hwa tanpa merasa bersalah. Sementara Sunyoung hanya tertawa. Il Hwa dan Sunyoung selalu gagal kalo
ngomong engrish—inget staek yang diubah jadi skake? ã…‹ã…‹ã…‹
“Belakangan ini,
menurutku Dong Geun Oppa terlihat seksi...” Il Hwa memulai.
“Dia sepuluh
tahun lebih mudah darimu. Bagaimana bisa kau memanggilnya oppa?” kata Miran. “Dia akan melompat dari tidurnya jika di
mendengarmu.”
“Bukankah semua
pria tampan adalah oppa?” celetuk
Sunyoung. Ha! Ahn Yoo Na versi 1988, pemirsa.
Miran menatap
Sunyoung yang diikuti oleh Il Hwa, “Jadi kau memanggil suamimu seperti itu?”
goda Miran.
Sunyoung merasa
tidak ada yang salah, suaminya—Moosung tampan. Sunyoung-ah, Miran menyela. Ada
satu hal yang masih belum bisa ia mengerti. Bagaimana bisa wajah brutal seperti
Moosung bisa memiliki putera seperti Taek—astagfirullah
HAHAHAHA
Tak masuk akal.
Bagaimana bisa ia memiliki putera seperti Taek? Sambung Il Hwa. Sunyoung
berseru mereka—Il Hwa dan Miran tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Mereka tidak pernah melihat ayah Taek saat masih muda. Dia terlihat mirip
seperti Taek. Jika wajah Taek sekarang dibandingkan dengan wajah ayahnya
sewaktu muda, tak ada yang bisa menebak mana Taek mana ayahnya. Mereka sangat
mirip. Il Hwa meringis melihat tingkat kepe-dean Sunyoung.
“Sunyoung-ah,”
panggil Miran. “Kau ini memang gila. Apakah efek kacamata mawarnya belum
hilang? Kau pikir kami tak tahu bagaimana tampang Moosung ketika dia masih
muda? Dia pindah ke sini saat masih muda! Dia terlihat sama.”
Il Hwa tertawa.
Sunyoung manut saja. Sarkasnya Miran tingkat dewa banget ã…‹ã…‹ã…‹ kacamata mawar = love.
Jika kau mencintai seseorang apa adanya bukan karena ada apanya, meskipun sudah
menghabiskan waktu puluhan tahun, perasaan akan tetap sama tak peduli sudah
setua apa dan sekeriput apa wajah pasanganmu. Kim Sajang-Ra Miran, Sunyoung-Moosung
dan Il Hwa-Dong Il adalah representasi generasi itu di drama ini. Kau juga bisa
menemukannya di sekitarmu kalau mau membuka mata. Sejatinya, cinta yang ingin
disampaikan Lee Woo Jung pada Reply ini tidak se-glamour seperti yang kau
tafsirkan dari drama-drama yang sudah sering kautonton. Ia—cinta, seperti
mantel tua yang akan selalu bisa menghangatkan musim dinginmu yang tak pernah
gagal membuatmu gigil, serupa payung yang meneduhkanmu di kala hujan, dan
cinta, adalah rumah tempatmu kembali tanpa syarat apa-apa. Selalu.
“Kalian berdua
sangat cocok, aku penasaran mengapa tak sejak dulu kalian menikah?” tahu-tahu
ibunya Dong Ryong menimpali. Astaga. Ternyata ia ada di sana bersama geng
Taetiseo! Untuk yang pertama kalinya kita bisa melihat ibu Dong Ryong bergaul
sesama tetangga.hal. Ia sudah berhenti bekerja—pensiun barangkali dan sekarang
hanya tinggal di rumah sambil mengawasi cucu-cucunya. Pasti sangat membosankan,
kata Miran. Tentu saja, bagi orang yang sudah terbiasa aktif bekerja di hampir
separuh hidupnya, tiba-tiba harus berdiam diri di rumah. Ibu Dong Ryong berkata
ia tak apa-apa, tapi dengan ekspresi wajah seperti itu, apakah ada yang percaya
ia baik-baik saja? I guess no. Ia
buru-buru pamit karena cucu-cucunya pasti sudah bangun. Sepeninggal ibu Dong
Ryong, Sunyoung memujinya. Ibu Dong Ryong seorang pekerja keras dan seorang ibu
rumah tangga yang baik pula. Miran menyela, ia seperti ingin mengatakan sesuatu
yang penting. Raut wajahnya mendadak muram.
Sacheon—Pelatihan
Ketiga Skuadron Angkatan Udara
Taek di sana, di
depan gerbang. Ia menunggu seseorang.
Tak berapa lama,
orang yang ditunggunya muncul. Junghwan berlari-lari kecil menghampiri Taek. Ia
tak percaya Taek datang menemuinya. Taek tersenyum, ia mengamati sekilas
penampilan Junghwan beserta seragamnya—keren sekali katanya.
Bora menemui
Sunwoo di rumah sakit. Permainan
sudah berbalik arah. Bora tak se-superior dulu pada Sunwoo. Ia datang ke sana
untuk mendengarkan keputusan Sunwoo apakah mereka akan kembali seperti dulu—pacaran
atau tidak sama sekali. Untuk ini, Sunwoo punya tiga syarat. Bora tidak perlu
melakukannya jika ia tak mau. Pertama, Sunwoo akan berhenti berbicara formal
pada Bora. Walau sempat ragu, Bora setuju. Ada senyum samar di wajah Sunwoo.
Syarat kedua, Sunwoo ingin agar Bora menjadikannya salah satu prioritas
hidupnya. Ia tak ingin menjadi seseorang yang dengan mudah bisa Bora campakkan
saat sesuatu terasa sulit—Bora keliru memutuskan Sunwoo saat ia sedang berjuang
dengan ujian masuk pegawai negeri-nya dulu, padahal dengan kepribadian seperti
Sunwoo, Bora tak perlu mengkhawatirkan apa-apa. Aku yakin Sunwoo cukup dewasa
untuk memahami Bora meskipun dari segi usia Sunwoo lebih muda. Bora setuju.
Lanjut syarat ketiga, Sunwoo menegaskan ia seperti pria biasa. Jika ia
berpacaran itu artinya ia ingin melangkah ke tahapan yang lebih serius—menikah.
Kalau Bora takut, mereka tak usah memulai lagi.
“Berikan aku
waktu untuk memikirkannya,” pinta Bora pada akhirnya.
Taek dan Junghwan
sarapan bersama—Taek gagal puasa ã…‹ã…‹ã…‹
Saat itu datang
dua bawahan melakukan penghormatan pada Junghwan. Taek kagum. Junghwan bersikap
cool as always ã…‹ã…‹ã…‹ Ia bertanya apa yang
membawa Taek jauh-jauh ke Sacheon menemuinya? Ia tahu Taek sibuk dengan banyak
pertandingan.
“Junghwan-ah...”
suara Taek bergetar. Kegugupan yang sama juga pelan-pelan menjalar pada
Junghwan. Ia tak sesantai sebelumnya. Ia mengangkat wajah, memandang Taek
sepenuhnya. Taek meneguk air minumnya.
“Ada sesuatu
yang ingin kukatakan padamu,” kata Taek. “Kau ingat, dulu kau pernah bertanya
padaku apakah aku membuka dompetmu atau tidak...”
Senyum Junghwan
mengembang dalam diam.
“Sejujurnya,
aku...”
“Dasar bodoh,
apa kau masih membahas itu? Berhentilah
menyakiti semuanya dan kejarlah Deokseon... Idiot. Kau benar-benar membuat
frustasi.” Junghwan mengomel, ia kembali bersikap santai dan melanjutkan makan.
“Aku bukan
datang menemuimu untuk membahas itu, siapa bilang aku datang karena itu?” elak
Taek.
“Benarkah?
Terserah. Kita makan saja.” ã…‹ã…‹ã…‹ That’s
sooo Junghwan.
Taek tersenyum.
Matanya berkaca-kaca. Terharu? Sepertinya. Sejenak
aku ingin melupakan apa yang sudah terjadi—husband hunt, fans-fans galak bla
bla bla, aku menyukai scene ini. Beginilah cara pria menyelesaikan masalah. Face
to face. Efisien. Berbeda dengan perempuan yang suka ribet sendiri, rempong
dengan segala tetek-bengek. Masalah yang tadinya bisa diselesaikan malah
berkepanjangan dan kadang merembet ke mana-mana. Kenapa Taek tidak melakukan
hal yang sama di tahun 1989? Kenapa ia harus berbohong pada Junghwan? Kembali
ke waktu itu, bayangkan bila kamu berada di posisi Taek. Usiamu masih 18 tahun,
kamu menyukai sahabatmu. Di saat kamu hendak mengungkapkan perasaanmu padanya,
di waktu yang sama kamu menemukan sahabatmu yang lain juga menyukai gadis yang
kausukai. Kamu masih 18 tahun. Kalian bersahabat sejak kecil. Apakah kamu akan
mengonfrontasi sahabatmu secara langsung? Apakah kamu akan mengungkapkan
perasaanmu pada gadis yang kausukai? Jika aku menjadi Taek, aku akan memilih
mundur. Mereka sahabatku, jika aku berterus terang aku tak berani menjamin
hubungan kami akan tetap berjalan seperti sedia kala.
Di
tahun 1994, lima tahun setelah itu, Taek, Junghwan dan Deokseon sudah dewasa.
Berdasarkan ucapan Taek, ia menemui Junghwan bukan untuk membicarakan tentang
Deokseon—melainkan dompet. Taek hanya ingin mengklarifikasinya, meluruskan
kebohongan yang sudah dipendamnya sekian lama. Aku tidak membaca indikasi Taek
akan berterus-terang mengenai perasaannya pada Deokseon. Dan Junghwan tahu apa
yang harus dilakukannya. Deokseon menyukai Taek, begitu pun Taek pada Deokseon.
Junghwan-lah yang membuka gerbang agar hati Taek dan Deokseon bertemu. It’s all
about timing. Tak peduli betapa besar kamu menginginkan sesuatu namun bila
belum saatnya, tak akan terjadi apapun. Jika kamu tetap memaksa, kau hanya akan
menyakiti hatimu sendiri—karena hasil yang kaudapat tak seperti yang
kauinginkan atau lebih buruknya kau tak mendapatkan apa-apa. Di lain sisi ada
banyak hal di dunia ini yang tetap tidak bisa kita miliki sekeras apa pun kita
berusaha, apalagi yang tidak diusahakan sekeras mungkin atau bahkan tanpa
usaha?—rasa suka Junghwan pada Deokseon. Di titik ini, aku tidak melihat
Junghwan sebagai karakter yang menyedihkan, ia bersikap layaknya seorang pria
terhormat—para penonton yang mengaku fansnya-lah yang membuatnya terlihat
sangat menyedihkan. What an Irony!
Miran mengatakan
pada Il Hwa dan Sunyoung bahwa ia mengalami monopause. Bukankah kita sudah
berada pada usia yang wajar untuk mengalaminya? Kata Sunyoung simpatik. Miran
mengangguk setuju.
“Itu tidak
main-main. Kau pastii kesulitan,” ucap Il Hwa.
“Apa maksudmu?”
sela Miran. “Sangat menyebalkan merasakannya selama lebih dari 30 tahun—menstruasi—sekarang
aku tak perlu memikirkannya. Baguslah. Aku akan menghadapinya!” Miran berusaha terlihat optimis. Ia lalu memilih satu
goguma yang besar dan panjang. HAHAHAHA I
know what do you mean here, Shin PD
and Lee Woo Jung-nim ã…‹ã…‹ã…‹
Malam harinya,
Miran duduk berhadapan dengan Kim Sajang dan Jungbong. Ia menjelaskan apa yang
sedang dialaminya. Ia mengingatkan agar suami dan anak-anaknya lebih
berhati-hati mulai sekarang. Kim Sajang dan Jungbong manggut-manggut patuh.
“Aku bisa
merasakan demam secara tiba-tiba, bisa saja aku meninggalkan rumah...”
Kim Sajang dan
Jungbong menggeleng kompak. ã…‹ã…‹ã…‹
“Seluruh tubuhku
akan terasa sakit. Banyak orang yang merasakan depresi juga.”
Kim Sajang dan
Jungbong menghela napas berat.
“Aku akan
menyiapkan makanan tapi aku tidak akan mencuci piring,” lanjut Miran.
Keduanya
manggut-manggut lagi.
“Aku akan
membersihkan rumah, tapi aku tidak akan mencuci.”
“Jangan
khawatir, aku akan melakukan semuanya,” potong Kim Sajang.
“Akan kulakukan
semuanya, Bu,” susul Jungbong.
Miran tersenyum
senang.
Jungbong
menelepon adiknya, ia menceritakan perihal ibunya. Diingatkannya supaya
Junghwan sering-sering menelepon ibunya. Junghwan meng-iyakan. Ia tahu ibu
mereka sudah berada pada usia untuk mengalami monopause. Junghwan bertanya tak
adakah hal lain yang bisa mereka lakukan untuk ibu? Saat-saat seperti inilah
dibutuhkan seorang anak perempuan. Jungbong tak bisa menyarankan apa-apa. Tapi
bukan Jungbong namanya kalau ia tak punya kata-kata bagus untuk menguatkan
adiknya. “Kau lupa siapa ibu kita? Dia, Ra Mi Ran yang hebat!”
“Kau sudah
makan? Kau tak kesepian kan?” lanjutnya.
Junghwan memberitahu kalau Taek mengunjunginya hari ini, mereka makan bersama.
Jungbong tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Kenapa Taek ke Sacheon? Adakah
sesuatu yang terjadi? Tidak ada apa-apa, kata Junghwan. Taek datang
mengunjunginya karena mereka berteman. Pembicaraan itu selesai karena Junghwan
akan melakukan latihan. Sempat-sempatnya Jungbong menggoda adiknya. Ia juga tak
lupa mengingatkan ulang tahun ibunya
bulan depan. Junghwan bisa pulang ke rumah karena hari itu bertepatan dengan
akhir pekan. I miss them so much ã… .ã…
Jungbong
menelepon Man Ok. Man Ok senang akhirnya setelah enam tahun dia bisa ngobrol
dengan Deokseon dan Ja Hyun. Besok ia akan bertemu mereka di warung Ddeokbokki.
Man Ok yakin sabahat-sahabatnya sekarang pasti makin cantik. Bagaimana kalau ia
tak bisa mengenali mereka? Jungbong menampiknya, ia bilang Deokseon dan Ja Hyun
belum berubah. Ia melihat mereka belum lama ini.
“Tidak, kudengar
Deokseon semakin cantik sejak jadi pramugari.”
“Siapa yang
mengatakan itu?”
“Ja Hyun.”
“Mereka berdua cuma
saling menghibur dengan mengatakan seperti itu. Aku justru khawatir mereka
berdua yang takkan mengenalimu, Man Ok. Kau sebaiknya mengenakkan label nama di
dadamu.” Jungbong tertawa diikuti Man Ok. Let
me introduce to you, the most romantic guy in the world, KIM JUNGBOOOONG! HAHAHA.
Sorry, Oppa. You’re not my ideal type ã…‹ã…‹ã…‹
kalau
aku denger laki-laki ngomong seperti
Jungbong, wajahku seketika berubah jadi datar. Geliiii. Aku suka cara Jungbong menghargai Man Ok, ia sangat menghargai kekasihnya.
Mereka berjanji
akan bertemu minggu depan. Ketimbang daging iga sapi, Man Ok minta dibelikan
daging perut babi. Mau tahu apa yang paling bikin ngakak? Ucapan penutup
sebelum telepon ditutup.
Jungbong : ...
sampai jumpa dalam mimpiku.
Man Ok : sampai
jumpa dalam mimpimu.
Jungbong :
*emuah* cium gagang telepon
Aku : Eey!
*tendang guling*
Jadi, malam itu
mereka nge-date di dalam mimpinya Jungbong, teman-teman ã…‹ã…‹ã…‹
Keesokan
harinya, tiga sahabat itu akhirnya bertemu. Deokseon, Ja Hyun dan Man Ok
kesayangannya Jungbong. Mereka saling memuji kecantikan masing-masing.
Percayalah dibalik pujian sesama perempuan, ada maksud tersembunyi HAHAHA.
Kalau kamu dipuji temen cewek, puji balik dia. Dan kalian pun saling memuji
sampai lebaran kodok ijo-nya Abim tiba.
Deokseon menegur Man Ok karena tidak pernah sekali pun menghubungi
mereka. Dasar jahat, tudingnya. Ja Hyun menambahkan kalau Man Ok menganggap
mereka tak ada artinya sama sekali. Man Ok khawatir ia akan merindukan
teman-temannya jika ia menelpon.
“Aku merasa aku
ingin kembali ke Korea jika aku mendengar suara kalian. Bahkan hanya dengan
melihat foto kebersamaan kita membuatku menangis. Bagaimana bisa aku menelepon
kalian? Sebab itulah aku tak menelepon.” Mata Man Ok basah, Deokseon dan Ja
Hyun juga. Lalu munculah ajumma pelayan menyela keharuan suasana, mana menu
makanan yang dibawa sadis-sadis pula : kue beras pedas, sosis darah dan jeroan
yang banyak. Ia heran melihat wajah-wajah sedih nan melankolik gadis-gadis
cantik itu. Mereka bertiga makan sambil menangis. Awas keselek ã…‹ã…‹ã…‹
Kediaman Kim
Sajang. Jungbong mencuci piring, Kim Sajang bersih-bersih rumah. Ra Miran duduk
di sofa, minum teh sambil nonton tivi. Il Hwa datang tertatih membawa kol yang
banyak. Kim Sajang tadinya mengusulkan agar Miran membuat makanan enak dari kol
tapi dengan cepat mengubah topik biar dia saja yang membuatnya tatkala
dilihatnya ekspresi muram istrinya—wajah Miran kembali cerah.
Il Hwa dan Miran
minum teh bersama. Miran bertanya mengapa Dong Ryong terlihat sibuk belakangan
ini. Kata Il Hwa Dong Ryong membuka cabang restoran tak jauh dari sana. Bisnisnya
pasti sangat lancar, Miran kagum. Dong Ryong mudah bersosialisasi makanya
bisnisnya lancar. Ia menjalankan restoran keduanya sendirian. Setelah ia
berbicara pada pemilik gedung, ia mendapatkan kontrak juga. Seluruh informasi
ini disampaikan oleh Lee Il Hwa ã…‹ã…‹ã…‹
“Apa bagusnya
mengirimkan anak-anak kita ke Universitas Seoul? Tunggu dan lihatlah, Dong
Ryong akan lebih baik dari siapa pun.” Ada
kritik menggelitik pada kalimat Il Hwa. Kuliah di tempat prestisius memang
tak ada salahnya, tetapi tak semua anak bisa ke sana. Tak semua anak punya otak
cemerlang dan cerdas seperti Bora, Sunwoo, Junghwan atau Taek. Tetapi apakah
itu artinya anak-anak yang otaknya di bawah rata-rata akan selalu gagal? Tidak.
Sesungguhnya kecerdasan tak harus selalu dipatok pada nilai IPK atau
angka-angka di buku raport sekolah. Dong Ryong mungkin akan kalah jika diadu
dengan Sunwoo mengerjakan soal Kimia, tapi coba adu mereka soal manajemen
bisnis. Dong Ryong ahlinya. Sebagai orangtua posisinya adalah mengarahkan—bukan
memaksakan impian pada anak-anaknya. Persepsi seperti inilah yang mesti harus
diluruskan sebelum terlambat.
Tiba-tiba Ryu
Appa datang. Ia meminta dipinjamkan minyak wijen. Miran memuji kesuksesan
bisnis Dong Ryong. Ryu Appa sedikit menambahkan ide-ide cerdas Dong Ryong
karena ia sering menonton film-film barat. Ia menyesal pernah memarahi
puteranya gara-gara hasil studinya dulu ã…‹ã…‹ã…‹ see,
kalau kata aku sih, menonton adalah salah satu versi lain dari membaca. Matamu
menikmati visual, dan bagian dirimu yang lain membaca apa-apa yang coba
disampaikan dalam film/drama yang kamu tonton. Jika kamu tak menyadari ini kamu
telah gagal di dua pekerjaan sekaligus—pembaca dan penonton yang baik lagi
cerdas. Dong Ryong sukses.
Il Hwa bertanya
apakah di rumah sedang tak ada siapa-siapa sehingga Ryu Appa harus meminjam
minyak wijen? Bukan seperti itu, kilah Ryu Appa. Ia mengambil cuti dua minggu,
otomatis tak banyak pekerjaan yang bisa ia lakukan di rumah. Ia seharusnya
melakukan tugas itu.
Sepeninggal Ryu
Appa, Miran melontarkan kekagumannya pada sosok ayah Dong Ryong, selama hampir
dua puluh tahun hidup bertetangga, tak pernah sekali pun ia melihat laki-laki
itu marah. Dia selalu ceria.
“Lihatlah siapa
yang bicara...” cetus Il Hwa. Miran terkenal sebagai orang yang kuat. Ia tak
mudah menampakkan kesedihannya pada orang-orang. Masih ingat kan operasinya
Jungbong? Hanya Taek yang polos, yang tahu ibu Junghwan itu tak setegar yang
terlihat.
Kali ini Miran
jujur pada Il Hwa, ia mengalami masa sulit. Tapi Il Hwa tak percaya.
Sunwoo pulang ke
rumah. Tak lama Bora juga terlihat
“Aku pulang!”
teriak Bora.
“Kenapa kakak
pulang ke rumah?” terdengar suara Noeul.
“Ini akhir
pekan.”
“Huh?”
“Sejak kapan
kakak pulang ke rumah di akhir pekan?”
“Diam!”
Noeul-ah,
tak hanya Bora yang rajin pulang ke rumah. Kakakmu yang lain dan Taek juga. Masih tanya kenapa? It’s the power of
looooooove *plak*
Orang ketiga
yang pulang ke rumah, uri Taek Sabo-nim. Itu, ngapain pake acara
ngintip-ngintip ke rumah Deokseon? Emang kenapa kalau ada Deokseon? Ngaruh
gitu? *Laah kok jadi sewot sih HAHAHA* Tapi aksi celingak-celinguknya Taek
lucuuu bangetttt minta di-kekep trus bawa ke penghulu *woiii!*
Nah,
kesayangannya Taek akhirnya nongol tuh.
“ Gadis cantik
pulaaaang,” seru Deokseon ceria.
“Tak ada orang
seperti itu yang tinggal di sini!” sambut Noeul sarkas.
“Ya!?” Deokseon
tersinggung.
Mbeeeeek.
HAHAHAHA.
Good job, Noeul-ah.
Sunwoo
sedang di kamarnya. Ia menatap pager-nya dengan gelisah. Satu pesan masuk. Dari
Bora yang mengajak bertemu di tempat biasa. Ehm.
Noeul
dan ibunya sedang menonton tivi yang menampilkan Lee Sun Hee menyanyi, lagu kebangsaan Sunwoo dan Bora. Il Hwa
menanyakan keberadaan Deokseon. Noeul tak tahu. Kalau Bora? Sama, ia juga tak
tahu ke mana. Noeul tak tahan untuk memberitahu ibunya mengenai kecurigaannya
pada sesuatu selama ini. Apa itu? Noeul merasa kalau kakak tertuanya sedang berpacaran.
Il Hwa senang mendengarnya. Bora tak mau pergi ke acara perjodohan dan tak
punya ketertarikan pada pria. Sebab itulah Il Hwa mengkhawatirkan putrinya satu
itu. Noeul curiga orang yang disukai Bora berasal dari kompleks mereka. Bora
jadi rajin pulang, dia juga menggunakan parfum, belum lagi tingkahnya yang
mencurigakan semakin menguatkan tebakan Noeul Mereka pun menebak-nebak
kira-kira siapa yang dekat dengan Bora di kompleks itu.
Junghwan
langsung dicoret dari kandidat karena dia berada di Sachoen. Il Hwa tak masalah
jika itu Junghwan, ia juga suka pria yang lebih muda—ini maksudnya apa ya? ã…‹ã…‹ã…‹Jungbong tanpa pertimbangan apa-apa
terlempar dari kandidat. Bagaimana dengan Taek? Il Hwa antusias, di antara
semuanya ia paling menyukai Taek. Noeul juga. Tapi Taek takut pada Bora. Taek
pun ikut dicoret—tenang, Il Hwa Eomma masih punya satu puteri lagi ã…‹ã…‹ã…‹ Selanjutnya Dong
Ryong, itu tidak mungkin dia. Bukankah dia sudah punya kekasih? Tanya Il Hwa.
“Benar.
Tinggi dan masih muda,” sahut Noeul. HAHAHA Lee
Woo Jung jago banget becandanya, di real life Lee Dong Hwi yang memerankan Dong
Ryong memang sudah punya pacar seorang model—tinggi dan masih muda. Meta-joke. Berarti
tinggal tersisa satu orang. Senyum di wajah Il Hwa memudar.
“Tak
mungkin Sunwoo. Yang lain boleh asal jangan Sunwoo. Kau tahu kenapa, bukan?”
Noeul
tersadar.
Terkadang,
apa yang paling tidak kita harapkan malah terjadi. Bora dan Sunwoo bertemu di
lorong tak jauh dari rumah mereka. Bora memakai high heels, rok dan kalung pemberian Sunwoo. Tak perlu ada
kata-kata, hanya dengan melihat penampilan Bora ia sudah tahu jawabannya. Sunwoo
menyeret Bora dan—kau jelas sudah tahu apa yang terjadi selanjutnya. Enam tahun
menunggu! PWAHAHAHA sereeeeem ciiiiiiin. Usai menyelesaikan bisnis yang tertunda enam tahun, Bora
dan Sunwoo duduk di tangga.
“Apa
yang akan kau lakukan jika kukatakan tidak saat kau menciumku tadi?”
“Kau
seharusnya tidak memakai kalung itu.”
“Kapan
kau melihat kalungnya?”
“Dua
kancing atasmu terbuka, jadi aku bisa melihatnya.”
Bora
tertawa bahagia—ini bukan Bora yang kita kenal selama ini. She has changed! It must be the power of loooove....
“Sunwoo-ya...
Sung Sunwoo... terima kasih,” ucap Bora. “Aku mencintaimu...”
Sunwoo
tersentuh. Ia memajukan wajahnya dan—he-eh belum puas ny**r, Mas? Semangat amat
*istigfar* ã…‹ã…‹ã…‹just kidding.
Sunwoo
menerobos masuk ke kamar Taek. Binar bahagia
tak bisa disembunyikan dari wajahnya. Ia menggoyang bahu Taek
berkali-kali bilang ini sudah enam tahun berlalu dan akhirnya ia bisa memacari
Bora Nuna. Ia masih tak yakin apakah ini nyata atau hanya mimpi. Sunwoo juga
mengatakan Taek tahu benar betapa sulitnya ia melewati hari-hari selama enam
tahun terakhr, ia bahkan sampai mencuri obat tidur milik Taek—anehnya, ekspresi
Taek sangat kaku, lebih mengarah ke takut. Sunwoo menyadari itu. Sebagai
jawaban, Taek mengarahkan dagunya ke belakang Sunwoo. Tatkala Sunwoo
membalikkan tubuhnya. Alangkah kagetnya ia mendapati keberadaan Dong Ryong dan
Deokseon di sana. Dong Ryong dan Deokseon tak kalah shock-nya. Makanya ketok
pintu dulu jangan asal nerobos. Gini nih, orang terlalu bahagia kadang lupa
etika HAHAHA.
“Kau
tidak sedang membicarakan Sung Bora kakakku, kan?” tanya Deokseon lengkap
dengan ekspresi tak percayanya.
Dong
Ryong lebih kejam lagi, disebutnya Sunwoo berandal gila ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Deokseon
bertanya lagi jika itu bukan cinta bertepuk sebelah tangan, Sunwoo dan Bora
sebenarnya berpacaran, bukan begitu? Lucunya, Dong Ryong yang menjawab, dia
(Sunwoo) bilang mereka pacaran. Mereka pacaran!
Telepon berbunyi, Dong Ryong
yang mengangkatnya. Dari Junghwan. Kebetulaan yang menyenangkan, the gang is complete. Entah saking gugup
atau kesalnya Dong Ryong sampai salah menyebut Sunwoo dengan embel-embel ‘Nuna’.
Sunwoo Nuna dan Bora Nuna HAHAHA. Junghwan kaget mendengarnya. Deokseon bangkit
dari duduknya dan berusaha menjangkau Sunwoo yang sudah terlanjur bersembunyi
di belakang Taek. Tidak ingin terlibat, Taek pura-pura sakit kepala, tapi
Sunwoo menahannya agar tidak meninggalkan ruangan itu. Junghwan tak menyangka
jika Bora juga menyukai Sunwoo. Ia pikir itu hanya cinta bertepuk sebelah
tangan. Giliran Dong Ryong diserang kaget dua kali. Jadi selama ini hanya dia
seorang yang tak tahu apa-apa? Bagaimana
bisa mereka menyembunyikan hal seperti ini dari dirinya? Dong Ryong menutup
telepon dengan marah.
“Ya!
Sung Sunwoo, hanya aku seorang diri yang tak tahu! Apakah aku bukan temanmu?
Hah?” teriak Dong Ryong.
“Omong
kosong macam apa yang dikatakannya?” Sunwoo tergagap.
Dong
Ryong bangkit, ia menunjuka Sunwoo. “Aku tak butuh semua ini. Lupakan saja! Kau
bukan temanku!”
Taek
berusaha membela diri. “Dong Ryong-ah. Aku juga tak tahu apa-apa.”
“Jangan
berbohong! Kau pikir masuk akal Sunwoo mengatakan di sini jika kau tak tahu?
Aku tak sebodoh itu.”
Taek
berjuang keras menahan tawa—Kalau aku
jadi Taek, aku gak akan bisa menahan ngakak liat ekspresi Dong Ryong saat
mengatakan ini. Serius banget.
“Mengapa
orang-orang kalah main baduk darimu?” kejar Dong Ryong—maksudnya Taek gak
berbakat sama sekali jadi pembohong. Tawa Taek nyaris menyembur keluar.
“Jangan
tertawa! Aku bisa melihat kau tertawa!” bentak Dong Ryong sebal.
“Aku?
Kapan?”Dengan polosnya Taek balik bertanya. Makin meninggi lah marahnya Dong
Ryong.
Deokseon
menyindir Sunwoo, ia lekas meraih jaketnya. Sunwoo menahannya. “Bicara padaku,
jangan mengganggu Bora.”
Bora?
Deokseon dan Dong Ryong surprise
Sunwoo tak lagi menggunakan jondaemal pada Bora. Akhirnya Sunwoo menjadi
bulan-bulanan dua sahabatnya, sementara Taek sudah lebih dulu melarikan diri,
ia tak lupa mengunci pintu dari luar HAHAHAHA.
Beijing, China. Final Chunlan,
putaran ketiga H-1
Saat
sedang mengurus kamar di meja resepsionis, senior Deokseon melihat pengumuman
yang ditempel tak jauh dari sana mengenai pertandingan baduk yang berlangsung
di hotel tersebut. Karena besok libur, bagaimana kalau mereka pergi
menontonnya? Banyak wartawan akan datang. Kekasihnya bilang mereka boleh
datang.Deokseon hanya tersenyum. Ia menatap pengumuman itu. Rekannya yang lain lebih bersemangat. Ia tidak pernah
melihat pertandingan baduk sebelumnya. Ia akan meminta tanda tangan Choi Taek
9-dan. Senior eonni ragu rekan Deokseon bisa melakukannya mengingat kebiasaan
Taek yang tak mau bertemu seseorang selama pertandingan berlangsung. Kalau dia
menang, ia langsung ke kamarnya dan tidur, seperti mayat. Deokseon mengangguk
meng-iyakan.
Tak
berapa lama Manajer Yoo dan direktur datang. Mereka saling menyapa. Deokseon
menanyakan Taek. Direktur bilang Taek di kamarnya. Putaran ketiga esok sangat
penting makanya Taek sangat sensitif hari ini dan besok hari. Tetapi belakangan
ini kondisi Taek lebih baik dari sebelumnya.
“Apakah
dia sudah makan?” tanya Deokseon. Hanya Deokseon, dan selalu Deokseon yang
paling tahu Taek. Direktur menggeleng. Deokseon menghela napas.
Deokseon
menyerahkan termos mungil berisi bubur yang dibawanya dari Seoul. Direktur tak
menyangka Deokseon melakukan itu. China tak sejauh itu dari Korea.
“Kau
benar-benar luar biasa. Orang-orang tanpa teman, terlalu menyedihkan untuk
hidup. Tetapi, mengapa bukan kau sendiri yang memberikan ini padanya? Dia akan
lebih senang.”
Besok
adalah hari penting, Bagaimana kalau Taek terlalu senang melihat Deokseon dan
mengacaukan semuanya? Deokseon mengatakannya sambil bercanda.
“Benar,
itu bisa saja terjadi. Dia benar-benar menyukaimu. Dia bakal resah jika
melihatmu dan kami tak tahan. Ini, akan aku berikan padanya,” ucap Direktur.
“Aku
hanya bercanda...” Deokseon tertawa.
“Benarkah?
Aku serius,” pungkas Direktur. Deokseon terdiam.
My two cent : Direktur tahu Taek menyukai Deokseon.
Bukankah itu berarti Taek pernah atau sering menunjukkan perasaannya pada
Deokseon di depan Direktur—entah dalam wujud apa. Tidak bisa dipungkiri fakta
kalau Taek dan Deokseon selama enam tahun di belakang masih saling berhubungan.
Deokseon menjodohkan senior eonni dan Manajer Yoo, Taek dan orang-orang pernah
menonton film Forrest Gump—yang juga pernah ditonton Deokseon. Jadi siapa yang men-stalker siapa
nih?
Taek
menghabiskan bubur dari Deokseon dan ia tertidur sangat pulas. Mana ada orang masih tetap keren ketika
tidur? ã… .ã…
Kediaman
Kim Sajang. Berita di televisi pagi itu. Mengenai drastinya peningkatan pensiun
dini di bank untuk menyesuaikan dengan perubahan drastis dengan situasi pasar
keuangan yang disebabkan oleh pasar keuangan terbuka serta pengenalan ATM. Bank
menjalankan strategi untuk mengurangi pegawainya. Mereka yang pensiun dini akan
menerima pesangon dua kali lipat dari dana pensiun mereka. Ra Mi Ran menonton
tivi, wajahnya muram. Kim Sajang yang sedang mengepel ikut mengomentari berita
tersebut. Ia pikir pesangon sebesat itu pantas. Miran membantahnya, usia mereka—orang-orang
dipensiun dinj-kan itu—rata-rata akan memasuki usia 50 tahun. Haruskah mereka
duduk di rumah di usia semuda itu?
Aku akan tetap bekerja meski mereka menawariku uang banyak.
“Yeobo,
bukankah Dong Il masih bekerja di sana? Meski ia selalu menyinggung mau
berhenti,” tanya Kim Sajang.
“Siapa
yang tahu isi kepalanya? Semuanya bisa saja kacau di dalam, dan jiwanya mati.”
Kim
Sajang menatap istrinya tanpa suara, keresahan yang membayang di wajah itu...
Miran menatap keluar jendela, tatapannya melekat pada tanaman tepat di luar
jendela.
Di
rumahnya, Il Hwa juga menonton berita yang serupa. Hanil Bank, tempat suaminya
bekerja termasuk dalam daftar bank-bank yang menawarkan pensiun dini pada para
pegawainya. Ia mendesah. Bagaimana kalau dia tinggalkan bank-nya? Gumamnya pada
dirinya sendiri.
Chunlan, Putaran Final Ketiga.
Deokseon
menemui Direktur di tempat pertandingan baduk berlangsung. Di sana tampak
hening, ia pikir pertandingannya belum dimulai. Rupanya disediakan satu ruangan
khusus bagi para reporter dan penonton di ruang monitor. Deokseon hanya mengintip sebentar, setelah
beberapa saat lamanya mondar-mandir di depan Direktur, menunggu kapan
pertandingannya selesai. Deokseon memutuskan kembali ke kamarnya. Ia terlalu
gugup menontonnya. Ia meminta tolong agar Direktur mau meneleponnya jika
pertandingannya sudah selesai.
“Baiklah.
Aku akan segera meneleponnya setelah pertandingannya usai. Pertandingan tampak
bagus untuk Taek sejak awal. Kurasa ia bisa menyelesaikannya dengan cepat.
Melihatnya caranya menyerang, ia sudah menyadarinya.”
“Tetap
saja, dalam baduk kita takkan pernah
tahu apa yang akan terjadi sampai akhir,” tutur Deokseon.
Direktur
tertawa. “ Deokseon-yang, sekarang kau tahu semua tentang baduk.”
Di
kamarnya, Deokseon menunggu dengan gelisah. Senior eonni pamit bertemu dengan
pacarnya—Manajer Yoo. Telepon berdering, Deokseon bergegas mengangkatnya tanpa
menunggu deringan kedua.
“Halo?
Apakah semuanya sudah selesai? Taek sudah keluar? Apakah dia menang?”
pertanyaan berhamburan keluar dari bibir Deokseon.
“Ini
aku, Taek.”
ã…‹ã…‹ã…‹
makanya tanya dulu atuh
Neng... kan ketahuan kalau lagi nunggu Taek.
Deokseon
menghela napas. “ Ah, Taek-ah. Kau sudah bekerja keras. Apakah kau baik-baik
saja?”
“Ya,
aku baik-baik saja.” Aku bisa melihat Taek tersenyum—seperti biasa ketika
Deokseon mengucapkan, you’ve worked hard.
“Aku sudah selesai dan sekarang berada di kamar.”
“Apakah
kepalamu sakit?”
“Ya,
sedikit. Aku sudah minum obat.”
“Kau
seharusnya makan terlebih dulu. Tidurlah. Kenapa kau bersusah payah meneleponku?”
“Aku
lapar. Deokseon-ah, ayo makan bersama.”
Deokseon
tersenyum.
“Sampai
ketemu di lobi.”
Usai
meletakkan gagang telepon, Deokseon melesat, ganti baju.
Scene ini, dalam beberapa view
mengingatkanku pada saat Taek mengajak Deokseon menonton film. Tone suara yang
sedikit berbeda, tapi dia masih tetap Taek yang jika ingin mengatakan sesuatu
pada Deokseon selalu efisien, tidak buang-buang waktu dan basa-basi. Ia cukup
tahu diri, Deokseon tidak akan menolaknya—tidak pernah.
Deokseon
tiba di lobi. Cantiknya gak main-main. Dan Deokseon mengenakkan rok pendek—inget
kaaaan kalau seseorang memakai rok pendek saat bertemu seseorang—laki-laki,
ehm. Pintu lift terbuka, Deokseon melongok. Taek di sana. Laki-laki itu segera
mengulas senyum begitu dilihatnya Deokseon tersenyum menunggunya.
Taek keluar,
diusapnya puncak kepala Deokseon. Aku
jugaaaa mau doooong diusap palanya sama Taeki eh bukan mahram yak Gak jadi
deng ã…‹ã…‹ã…‹
Jreeeng!
Bayang-bayang makan bareng pun buyar tatkala rombongan direktur, Manajer Yoo,
Senior eonni dan rekan Deokseon muncul dari arah berlawanan. Taek menundukkan
kepalanya, hormat—kalau Taek bersikap sangat sopan pada seseorang itu
tandanya.... ã…‹ã…‹ã…‹
Wajah
penuh kekecewaan karena gagal makan bareng berdua, malah makan bersama
rombongan Direktur dkk HAHAHA. Hadoooh.
Taek
menghela napas, tak nyaman. Deokseon memilihkannya makanan. Dia manut saja.
Makan malam itu berakhir, Senior eonni dan Manajer Yoo mabuk berat. Curigaaa, Taek-lah orang yang paling
berbahagia karena makan malamnya cepat bubaran.
Deokseon
kembali ke kamarnya. Ia terkunci dari luar. Senior eonni sudah tertidur pulas.
Deokseon
ke meja resepsionis tapi tak ada siapa pun di sana. Akhirnya ia duduk di lobi,
menunggu.
Saat
ia tak sengaja menolehkan wajahnya ke arah dinding kaca hotel, ia melihat bibirnya, dilambaikannya tangannya ke arah
Deokseon. Kikuk. ã…‹ã…‹ã…‹
“Kau tidak kembali ke kamarmu?” Taek
menghampiri Deokseon.
“Pintunya
terkunci. Sepertinya Senior tertidur.”
Taek
mengangguk mengerti.
“Kau
sebaiknya kembali kembali ke kamarmu dan cepat tidur. Aku akan meminta kunci
kalau pegawainya datang.”
Taek
tampak berpikir. “Tidur di kamarku,” katanya kemudian.
Deokseon
memandang Taek, tak menjawab.
“Kau
bisa tidur di kamarku,” ulang Taek. Taek udah gede udah berani-berani ngajakin tidur di kamar. Sudah
kubilang kan, Taek itu gak suka basa-basi. Ia selalu mengatakan apa yang ada di
kepalanya secara langsung. Taek bukan orang sembarangan, ia menyuruh Deokseon
tidur di kamarnya semata-mata karena ia peduli pada gadis itu. Sudah larut
malam, tak mungkin Taek membiarkannya menunggu di lobi sendirian. Lagipula,
Deokseon sudah pernah tidur di kamar Taek kan? Waktu hidungnya berdarah
gara-gara ketidaksengajaan Taek.
Taek
menyuruh Deokseon di kamar, dia sendiri akan tidur di sofa. Tuh kaaaan.
“Tidak
apa-apa. Aku akan tidur di sofa. Sebaiknya kau tidur di dalam,” tolak Deokseon.
“Bagaimana
mungkin aku bisa tidur dengan nyaman kalau kau tidur di sofa? Di kamar atau di sofa sama saja bagiku sekali aku
meminum obat.”
Deokseon
melihat obat-obatan Taek. Ia duduk di samping Taek. “Kau minum banyak obat
belakangan ini?”
Taek
mengangguk. “Tubuhku sudah terbiasa.”
“Ya, jika kau meminum terlalu banyak, kau
bisa berakhir tidur sambil berjalan di malam hari. Bagaimana kalau itu
benar-benar terjadi?” tanya Deokseon khawatir.
“Ya. Belum seburuk itu,” tampik Taek. Ia
tertawa ringkas. “Kau tak pernah tahu. Kau harus yakin mengunci pintumu malam
ini. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan sekali aku meminum obatku.”
Deokseon
ikut tertawa. “Kenapa? Apa kau akan menciumku lagi?”
Moment of silence...
Taek
urung menyobek kertas obatnya.
Deokseon
terhenyak. Ia menyadari apa yang baru saja diucapkannya. Ia salah tingkah.
“Jadi...
itu bukan mimpi...” lirih Taek. Ia memandang Deokseon. “Kenapa kau berbohong?”
“Aku
takut,” kata Deokseon tanpa menatap langsung Taek. “Kita adalah teman.
Bagaimana jika kita merasa canggung satu sama lain?”
Air
mata Taek jatuh. Sooooo emotionalã… .ã…
“Jika
kita menjadi canggung, aku tak bisa membayangkan itu,” Deokseon melanjutkan. Taek meletakkan kembali bungkusan obatnya.
“Bagaimana
dengan sekarang?” tanya Taek. Matanya memerah.
“Sekarang
pun akan terasa canggung juga. Tapi...”
Deokseon
tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Taek dengan cepat membungkam
bibirnya dengan....
#NowPlaying Byun Jin Sub-Back to Me Again
Ih kok gelap—BWAHAHAHA
Sunwoo dan Taek sama aja, enam
tahun dipendam hasilnya nyeremin ã…‹ã…‹ã…‹Tapi-nya
Deokseon bisa diterjemahkan menjadi banyak persepsi. Ini menurutku. Kalimat
Deokseon yang dipotong ciuman Taek mungkin saja berisi keputusan yang
sudah diambil Deokseon terkait hubungan mereka berdua. Kita tahu kan bagaimana
karakter Deokseon? Masih ingat lontaran kalimatnya sewaktu ia menemani Taek di
Shanghai? Terkait Baduk etiket—jika kau senang kenapa harus kau sembunyikan?
Apa salahnya menampakkan kalau kita sedang bahagia? Kurang lebih seperti itu.
Deokseon menyukai Taek, hubungan mereka mungkin akan menjadi canggung setelah
ia jujur mengenai ciuman itu—yang bukan mimpi—tapi ia tak bisa berbuat apa-apa
agar bisa menekan rasa sukanya. Klausula ‘canggung’, akan terjadi bila Taek
tidak memiliki perasaan yang sama seperti Deokseon—jika dan hanya jika ia tak
menyukai Deokseon. Kalau sama-sama suka, mana ada itu canggunng-canggung
segala? Jadi menurutku, lanjutan kalimat Deokseon bisa saja utaran mengenai
perasaannya yang sesungguhnya pada Taek.
Kenapa Taek tak menunggu gadis itu
menyelesaikan kalimatnya? Tanpa diucapkan, ia sudah tahu. Ia hanya butuh
mengonfirmasinya sekali lagi. Hasilnya? Deokseon memberikan reaksi pada ciumannya.
What
a perfect couple they are! *korek-korek tanah sambil nyanyi Lonely-nya B1A4* ã… .ã…
Taek jago flirting juga. Coba kalau
dia tidak menggoda Deokseon soal kunci pintu, Deokseon tidak akan keceplosan.
Timing, ciiiiin LOL
Kembali
ke tahun 2016. Dua kursi yang diduduki Deokseon dan Taek masih kosong. Masih
sementara berunding sepertinya ã…‹ã…‹ã…‹ hanya suara mereka yang terdengar.
Deokseon
: Ya! Bagaimana bisa kau bilang 1989?
Taek
: Tapi bukankah benar tahun 1989?
Deokseon
: Aku masih kelas 3 SMA waktu itu.
Taek
: Ah, benar kau masih sekolah. Aku tak ingat karena aku tak sekolah dulu.
Memangnya apa salahnya kalau kau masih kelas tiga? *aku ngakak caranya
bertanya, kepolosannya Taek bangettt*
Deokseon
: Kau public figure! Aku yakin
orang-orang akan menyukainya jika mereka tahu ciuman pertamamu saat SMA. Orang
menyebutmu Buddha stone...
Taek
: Haruskah kita meminta mereka agar menghapus bagian ini?
Deokseon
: Bagaimana bisa kau melakukan itu? Kau akan terlihat semakin buruk. Kita minta
pada mereka untuk mengulangi bagian tadi, ok? Aku akan bicara pada mereka.
Taek
: Ok.
HAHAHAHA
Flashback ke
first kiss mereka di tahun 1989. Yang dikira Taek hanya mimpi. Deokseon tak
meninggalkan kamar Taek seperti yang diminta Taek sebelum jatuh tertidur. Ia
berdiri agak lama, ditatapnya Taek. Deokseon lalu duduk tak jauh dari tempat
Taek baring. Matanya semakin lama semakin terasa berat. Deokseon ikut tertidur,
tepat di depan Taek.
Ketika Taek membuka mata—masih di bawah pengaruh obat, ia
tak percaya melihat wajah Deokseon. Apa yang tidak terlihat di episode 17, kini
diperlihatkan.
Deokseon memberikan reaksi kecil pada genggaman tangan Taek—jika
ini diperlihatkan di episode 17, kita semua akan sangat yakin ini bukan mimpi. Spekulasi
itu tidak akan pernah ada. Shin Won Ho super-duper detail ã… .ã…
Hidden scene lainnya,
malam usai dicium Taek, Deokseon tak bisa tidur. Ia gelisah. Bolak-balik
di tempat tidurnya.
Di
kala Taek menikmati susunya di keesokan paginya, Deokseon grasa-grusu di depan
gerbang. Sibuk memikirkan bagaimana cara menyapa Taek agar ia tak terlihat
gugup. Sapaannya macam-macam. Mulai dari Hai, Annyeong, Good Morniing... ã…‹ã…‹ã…‹
Deokseon
keluar gerbang, Taek melihatnya. Ia bertanya semalam kapan Deokseon pulang ke
rumahnya?
“Aku?
Aku pulang setelah kau bilang kau mau tidur. Kenapa?”
Taek
mengangguk.
“Kenapa?
Kau bermimpi sesuatu?”
“Ya.”
Taek tampak berpikir. “Syukurlah.”
Taek
luput melihat reaksi kelegaan yang sama dari Deokseon, gadis itu menghembuskan
napas pelan. Sangat pelan.
“Apa
itu? Apakah aku muncul dalam mimpimu? Mimpi macam apa itu?”
“Bukan
apa-apa. Sesuatu yang tidak masuk akal. Kau tak perlu memikirkannya.,” cetus
Taek.
Obrolan
ringan mereka berlanjut soal Dong Ryong. Ketika Deokseon membalikkan tubuhnya
dan meninggalkan Taek, Deokseon berkali-kali menarik napas panjang lalu
mengembuskannya secara secara konstan.
Aku rasa, awkward yang dimaksud
Deokseon bermula dari sini. Ia sendiri tak yakin jika Taek menciumnya
karena laki-laki itu menyukainya
atau ia melakukannya akibat pengaruh obat. Belum lagi komentar Taek keesokan
paginya—‘syukurlah’ dan ‘kau tak perlu memikirkannya’ sudah cukup bagi Deokseon untuk menyimpulkan—ciuman
itu tak berarti apa-apa bagi Taek.
Deokseon
masih teringat sensasi yang ditinggalkan usai long kiss yang diberikan Taek. Kontras sekali dengan
apa yang terjadi di tahun 1989, karena kali ini mereka melakukannya scara sadar
ã…‹ã…‹ã…‹ Deokseon sumringah. Ia
menggelepar bahagia di atas ranjang hingga nyaris membangunkan Senior eonni.
Taek
tidur pulas, ia tak menyentuh obat tidurnya. It must be... the power of loooooooooove! ã…‹ã…‹ã…‹
=Coming soon Part
2=
Alamaaaaaak!
25 halaman Ms word untuk part 1 ã…‹ã…‹ã…‹ Ini rekor terpanjang
sinopsis yang saya tulis, satu episode saja termasuk part 2 tidak pernah
sepanjang ini.
Satu
hal yang saya pelajari dari skrip Reply 1988, scene satu dan lainnya ibarat foreshadow.
Berkaitan. Tak ada satu pun scene yang
terbuang percuma. Ia ada karena satu
alasan, yang cepat atau lambat akan kautemukan jawabannya. Dengan mengantongi
ini, coba rewatch mulai episode 1 dan
perhatikan detail demi detail di drama ini. Saya jamin kamu akan terperangah.
Yang
paling unik dari couple di drama ini,
tak ada satu pun yang sama packaging-nya.
Semua punya keunikan masing-masing yang—barangkali tak akan kita jumpai di
drama-drama mainstream. Jika kau
sedang kebingungan mencari tipe ideal, bacalah
karakter-karakter sederhana di Reply 1988, mungkin akan sedikit memberimu
pencerahan.
Ketika
kau jatuh cinta di usia belasan, kau cukup yakin dan percaya diri dengan
perasaanmu, namun seiring berjalannya waktu kau akan sadar—cinta yang kau cari
bukan cinta ala remaja belasan yang menawarkan jutaan fatamorgana. Belajarlah
dari Kim Sajang dan Ra Mi Ran, Lee Il Hwa dan Sung Dong Il, Choi Moo Sung dan
Sunyoung, Jungbong dan Man Ok, Sunwoo dan Bora, juga Taek dan Deokseon. Cinta
mereka hangat tapi tak membakar. Apa adanya dan jujur. ã… .ã…
Berat
sekali bagi saya menulis dua sinopsis episode terakhir Reply 1988—bukan karena
kesibukan yang mencekik—tapi karena kesedihan yang selalu saya rasakan setiap
kali menonton dua episode ini. Beberapa kali saya gagal menulis paragraf pertama
karena keburu nangis. Drama ini bagus sekali. Takarannya tak ada yang
berlebihan—dipikir-pikir lagi, husband
hunt tidak sengaja dibikin berkepanjangan oleh Shin PD dan Lee Woo
Jung-nim. Memang sudah seperti itu adanya.
Jangan
menonton pake kacamata bias. Nanti
bisa nyasar... dan kebencian yang kamu tanam akan semakin subur. Dan akhirnya
kamu lupa jalan pulang. Hidup terlalu
ringkas untuk disesaki dengan segala macam kebencian.
***
Reply
1988 juga membawa cinta yang hangat
untuk saya sebagai Blogger. Saya terharu melihat teman-teman yang sangat rajin
meninggalkan komentar di blog Majimak Sarang—juga mereka yang menjadi silent reader. Banyak sekali yang
belum/tidak saya balas komentarnya. Bukan karena saya sombong atau malas
membalasnya. Sungguh, bukan karena alasan-alasan itu. Saya sering terlambat mengecek blog, giliran saya buka dan baca komennya
buanyaaak sekali, saya jadi bingung sendiri mau jawab yang mana ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Ketika
saya punya kesempatan membuka blog di ponsel, saya mengalami kesulitan untuk
membalas komentar padahal sebelum-sebelumnya bisa ã… .ã…
saya senang baca komentar di sini. Jangan pada kapok yaaah ^^
Terima kasih.
Terima kasih. Terima kasih. ã… .ã…
P.s : Komentar keseluruhan untuk episode 19 akan
saya posting setelah part dua selesai ^^ Mohon dengan sangat, sinopsis ini
jangan di-copas yah? Hargai kerja keras penulis ã… .ã…
setelah dibaca-baca gaya penulisan sinopsis kaka mirip dee kutudrama ya,
ReplyDeletepaling ngakak waktu baca kalimat "taek dan sun woo sama aja 6 tahun dipendem hasilnya nyeremin" aku berasa lucu aja bacanya haha
eh itu teaser yof yg baru udah keluar,mas pilot sama bogum keliatan mesra kontras sekali perbedaannya dengan para shipper-shippernya yg malah kebalikannya,semoga setelah yof tayang suasana yg memanas bisa mendingin kembali~
Oya? Mirip ya, Nis? :D
DeleteWakakaka emang iya kan? Dua sodara ini kompak banget reuni sama kopel masing-masing pake k**s
Asal nyerobot pulak ckck semangat benerrrr *eh*
Aku udah liat teasernya, Nis. Aku juga ngarepnya dua shipper ini bisa damai. Hhhhhh. Tapi untuk si Mas, aku tetap pada pendirian. Gak akan ambil pusing atau ngasih perhatian. Biasa aja, benci gak suka juga gak. Ngalir aja.
iya mirip,
Deletemirip bagian ngelawaknya haha
iya sih tapi tambahan kata-kata "nyereminnya" itu lho lucu kalo menurut aku kenapa ga diganti sama kata ganas aja ka bagus juga tu kayanya kalo diganti jadi kata ganas sinonimnya nyeremin~
aku kaget waktu liat teasernya masa pakai acara saling cium pipi segala itu skrip apa beneran ya? *keinget mubank yg pake skrip*
atau mungkin cowo-cowo di korea sana biasa aja kali ya kaya begitu satu sama lain kulturnya beda kali ya sama disini,terus terang waktu liat mereka begitu aku langsung agak jijay dikit sih+mulai mikir yg aneh-aneh sebentar hihi *emang pada dasarnya suka negative thinking sih otakku*
oh gitu ka,aku cuma mau bilangin ka kayanya mas pilot itu diem-diem mengagumi park bo gum alias ngefens gitu abis akhir-akhir ini dia kaya sering niru-niru gaya baju,cara bicara,pose sama ekpresinya bogum gitu ka lucu aja ngeliat dia begitu kaya bukan jadi dirinya sendiri aja,
25 halaman ka? Daebak!!
udah kaya bikin makalah ya,nah ini nih penyebabnya aku males bikin blog apalagi bikin sinopsis,untuk membuat sinopsis yg bagus dan detail sejenis kaka dibutuhkan konsentrasi yg lebih tinggi daripada ketika menonton dramanya menulis beda sama menonton,kalo nulis sinopsis kita seperti disuruh menceritakan kembali isi dari drama yang sudah kita tonton makanya aku lebih suka baca terus ninggalin komentar jadi deh hha
pasti nyesek banget ya kalo kita udah cape ngetik panjang-panjang terus ada yg seenaknya copy paste hasil kerja kita,yaya aku mengerti perasaan kaka. .
ditunggu ka part 2nya
semangat terus nulisnya ^^
Kkkk Bogum kan anak bungsuuuu trus jarak usia dia sama kakak-kakaknya jauhhhh banget, menurutku wajar kok dia kayak gitu. Udah nonton YoF Laos kan? mirip-mirip bromance nya HAHAHA
DeleteYou can trust Na PD and Team, mereka gak fake. Apa adanya makanya ga dibuat-buat makanya aku suka semua VS yang timnya Na PD+Shin PD dan Lee Woo Jung.
Aku trauma banget jaman IRIS 2 pas tau sinopsisku dicopas. Gak gampang bikin sinopsis. Butuh waktu luaaang untuk nulis dan bikin pics-nya T______T belum lagi ngumpulin mood-nya....
Aku salut banget sama blogger yang nulis sinopsis karena aku tau prosesnya.
iya sih,udah di yof laos juga begitu bromancenya cuma akunya belum terbiasa aja kali ngeliat mereka begitu makanya ngerasa aneh haha
Deletedulu itu emang lagi marak-maraknya copas-copasan sekarang masih atau ngga ga tau,aku biasanya kalo nonton drama nonton dulu habis itu baru baca sinopsisnya atau dibalik aturannya baca sinopsis dulu baru nonton supaya lebih afdol~
Hahahaha....ntn teaser yof itu sedih campur seneng...sedih liat kontradiksi hub bogum rjy yg sweet banget sm hub fans keduanya yg panas,what an irony???....seneng liat mrk enjoy the trip(aku sendiri blm prnh ntn yof,to kata org2 yg sbnrnya terjadi mrk bkl menderita..iya gk sih??)....apalagi bromance rjy-bogummie suka banget...wajar aja sih mrk cium pipi kayaknya budaya mrk mmg begitu...gk sungkan untuk ungkapin sayang...d running man jg sering aku liat pr member cium pipi..itu karena mrk anggap hub udah kaya saudara scra udah 7th mrk brsma...makanya aku kaget sm ciuman rjy bogum aku ngeliatnya kedekatan mrkbtu kayak member running man yg udah 7th....mungkin hub mrk mmg baik2 aja slm ini...ya iyalah baik fans aja yg terlalu rempong....pokoknya aku gk sabar nunggu F4 yof....
Deleteiya kali ya budaya mereka emang begitu kalo disini pasti udah dikira orang macem-macem tapi kalo disana kesannya biasa aja sama kaya adegan ciuman disana kalo ga ada kissing scene dalam drama mereka berasa ada yg kurang kalo disini ada adegan model begitu bisa dipastikan bakal didemo sama FPI kultur budaya mereka lebih bebas dalam mengekspresikan perasaan sayang dan sejenis itu,
Deleteayo ditonton ka yg yof laos seru lho pemandangannya indah terus waktu mereka wisata kulineran ke pasar bikin ngiler yg ngeliat semua makanannya enak-enak semua~
Emang yof itu reality apa variety show sih...maklum aku ntnnya cm running man ajaa...harus tau kisi2 acara biar gk gagal paham waktu ntn dan bisa menikmati
Deleteaku sampe sekarang jujur masih ga tau apa bedanya variety sama reality ka,mungkin yof ini sejenis kaya return of superman gitu interaksinya beneran ga pake skrip,
Deletekalo mau baca sinopsisnya bisa di blog ini ka yof iceland :
http://difaulhusna.blogspot.co.id/2016/01/youth-over-flowers-episode-1-part-1.html
Assalamualaiku,mba zee salam kenal ya.mungkin sangat terlambat bagi saya soal drama ini,krn dulu pas liat judulnya saya ga tertarik krn ku pikir jadul..tp ternyata sebulan lalu pas saya tonton epi 1..wow..dan ini lagi nonton ulang.heheheh.mba zee,mau tanya boleh? Apakah di blog ini hanya nulis sinopsis 19 dan 20 saja? Krn sembari nntn saya buka2 sinopsis di blok lain isinya ga sesuai harapan saya..dan sinopsisnya karam di epi 18..jujur saja ketika saya menemukan blog ini saya suka saya suka,sampe2 yg berbau 1988 saya baca terus...makasih dan maaf atas keterlambatan berkomentar saya.salam kenal..#teamtaeki
DeleteAssalamualaiku,mba zee salam kenal ya.mungkin sangat terlambat bagi saya soal drama ini,krn dulu pas liat judulnya saya ga tertarik krn ku pikir jadul..tp ternyata sebulan lalu pas saya tonton epi 1..wow..dan ini lagi nonton ulang.heheheh.mba zee,mau tanya boleh? Apakah di blog ini hanya nulis sinopsis 19 dan 20 saja? Krn sembari nntn saya buka2 sinopsis di blok lain isinya ga sesuai harapan saya..dan sinopsisnya karam di epi 18..jujur saja ketika saya menemukan blog ini saya suka saya suka,sampe2 yg berbau 1988 saya baca terus...makasih dan maaf atas keterlambatan berkomentar saya.salam kenal..#teamtaeki
Deletembaaakkk aku sukaaa!! aku sampai ngakak malam2 *ehh pagi deng*
ReplyDeletewaenyol!! ditunggu mbak lanjutannya dan tulisan mbak hahaha i love youuu!!
I love you too, Ay ^^
DeleteGomawo~yo...
haha
Deletesama ayu aku juga ngakak ketawa-ketiwi malem-malem sendirian efek baca sinopsis kaka dari awal sampai akhir lucu suka deh bacanya,aku jadi mikir pasti seru ya kalo kaka nulis sinopsisnya sejak dari episode 1 sewaktu dramanya masih tayang jadi kita ga perlu baca di blog sebelah terus nyesek sendiri karna tulisan kaka sepertinya netral dan aku merasa seperti itu meskipun kaka berada di pihak taek tapi pasti kaka ga akan memojokkan karakter mas pilot juga dalam artian lain nulis sinopsisnya ga akan timpang sebelah nulis karna melihat 1 sisi saja tanpa mempertimbangkan sisi lainnya *ceritana lagi berandai-andai gimana jadinya kalo kaka bikin sinopsi dari episode 1*
tapi yg namanya nulis juga butuh suasana hati yg bagus apalagi kalo buat drama dengan durasi sepanjang reply ini dan yg namanya penulis/blogger walaupun suka nulis dan kerjaannya nulis pasti juga ada saatnya males nulis belum lagi kalo ditambah ada kesibukan di real life,jadi aku mengerti ka kenapa kaka ga bikin sinopsisnya sejak dramanya tayang. .
ka ada yg mau aku tanyain,aku masih belum ngerti kenapa taek nangis waktu adegan hotel kenapa dan mengapa kalo menutur kaka?
ReplyDeleteBeberapa kemungkinan :
Delete1. Akumulasi kesedihan yang disimpan Taek sejak 1989, ia merindukan Deokseon selama itu. Kita gak pernah tau apa yang akan terjadi andai saja Deokseon jujur mengenai k**s itu di tahun 1989. Apa yang akan dilakukan Taek? Entahlah. Taek menyukai Deokseon, Deokseon menyukai Taek--tapi di antara mereka ada Junghwan. Di usia 18 tahun cara menangani masalah sangat berbeda ketika seseorang sudah beranjak menuju kedewasaan bersama pengalaman hidup.
Mungkin jeda 5 tahun adalah pilihan yang tepat bagi masing-masing hati.
2. Andai tak ada kebohongan Taek ke Junghwan, Junghwan ke Deokseon dan Taek, serta Deokseon ke Taek... Andai mereka tak saling menyimpan apa yang di hati, andai atas nama persahabatann mereka saling terbuka...
Mungkin ini yang ada di benak Taek.
Tapi mereka masih terlalu muda kala itu untuk memahami ini....
makasih ka atas penjelasannya :)
Deleteserius sekarang aku ngakak setelah terbitnya teaser yof terbaru lahirlah thread shipper baru di soompi juga yang bernama "Yeolgum (jun yeol-bogum)" alhamdulillah yah suasana sepertinya sudah mulai agak mendingin berkat ide gila Na Pd nyulik anak-anak sangmundong~
iy nisa, liat bogum sama junyeol akrab bgt
Deletesaling kiss pipi segala
Deletehoreeee......... ep 19 dan 20 dibuat sinopsisnya.... gomawo....
ReplyDeleteWuaaaa....mantap sinopnya keren bingit...
ReplyDeleteIya nih...sukak banget sm candaan2 mb.azz di tengah2 sinop mengingatkan blog dee kutudrama... blog fav aku pas jaman do min joon
Knp taek nangis aku jg bingung awalnya..tp kalo d pikir menurutq dia sedih karena slm ini menyimpan perasaan ke ds dan kebohongan ke jh dan membuat sedih semuanya(ya wajar ya persahabatan mrk slm 20th dan usia msh muda)spt jh blg berhenti membuat semua menderita...sedih ternyata ds juga menderita memendam perasaan yg sm slm ini...
Makasih banget udah buat 2 sinop terakhir....spt aku blg sebelumnya aku salut sm mb azz sbg pemilik blog karena gk gampang bkn sinop bisa seharian untuk durasi 1jam apalagi r88 yg hampir 2jam slotnya....aku dulu jg sempet bikin blog dan buat sinop tp gk kuat merawatnya nyita waktu banget...pasti mb.azz punya manajemen waktu yg bagus jd bs berkarya disini...mantap pokkoke...ini aku kasih hadiah pigura foto aku berdua sm bogummy dg senyumannya yg paling manis...hehehehee...kok bisa ya ni bocah cute banget...
Terima kasihmbak sinopsisnya...akhirnyaaaaaa... setelah selama ini hanya meraba2 bagaimana kelanjutan ep 19 & 20 efek blog tetangga yg mogok nulis...dtunggu lnjutannya...semangatttttttt!!!!!
ReplyDeletewah akhirnya ada postingan sinopsis juga dari kakak.. aku seneng banget bisa baca sinopsis episode 19, soal-nya ini episode favorit aku. hehe... saluut sama kak azz yang berhasil membuat sinopsis episode 19 part 1 ini dengan 'detail' dan 'balance' seperti dramanya..
ReplyDeletescene 2016 di episode ini sukses bikin aku senyum senyum sendiri karena ulah 'sinabro couple' yang memang mengagumkan sekali.. bener banget kak, salah satu faktor yang membuat aku suka karakter taek adalah 'ke-jeniusan-nya dan ke-efisienan-nya' hahahaha.. taek selalu tau diri dalam memposisikan sesuatu..
selain itu salah satu yang aku suka dari episode ini adalah pendekatan yang dilakukan Lee Woo Jung dalam menyelesaikan masalah antar tokoh-nya menggunakan cara yang santun dan manusiawi..
bora-sunwoo menyelesaikan permasalahan mereka dengan 'duduk bersama' berbicara empat mata mengenai nasib kelanjutan hubungan mereka yang berakhir dengan 'dangerous kiss' hehehe..
taek-deoksun menyelesaikan 'kesalahpahaman' mereka dengan cara saling mengkonfirmasi perasaan masing-masing yang sudah lama dipendem dan berakhir dengan 'baduk kiss' hehehe..
taek-junghwan pun memiliki cara yang elegan dalam menyelesaikan masalah mereka. seperti yang kak azz tulis face to face dan efisien..hehe
aku suka sekali tulisan kakak di bagian ini
...tak peduli betapa besar kamu menginginkan sesuatu namun bila belum saatnya, tak akan terjadi apapun. jika kamu tetap memaksa, kau hanya akan menyakiti hatimu sendiri-karena hasil yang kau dapat tak seperti yang kau inginkan atau lebih buruknya kau tak mendapatkan apa-apa. di sisi lain ada banyak hal di dunia ini yang tetap tidak bisa kita miliki sekeras apapun kita berusaha, apalagi yang tidak diusahakan sekeras mungkin atau bahkan tanpa usaha..
hal ini menjadi pengingat buat aku agar bisa menjadi pribadi yang lebih bisa menghargai waktu dan senantiasa terus bekerja keras dalam menghadapi pelajaran hidup serta senantiasa bersyukur dengan nikmat dan karunia yang diberikan allah..
terima kasih banyak kak azz yang sudah meluangkan waktu-nya dalam membuat sinopsis ini..
ditunggu kelanjutan sinopsis part 2-nya...
sukses selalu untuk kakak..
Akhirnyaaaa episode 19 keluar jugaaa. Serunya baca sinopsis tuh pikiran penulis dan pembaca samaa jadi ngehibur sendirii hhaha :D maaf yaa selama ini cuma jadi silent reader ga pernah comment tapi dari awal aku nonton reply ngikutin mulu postingan disini jarang banget ada blog team suntaek seneng banget nemu blog iniii !!! Kalo ada postingan suntaek dari soompi tolong post yaa ke blog ini kaa aku ga terlalu ngerti soompi tuh gimana hhaha :'D aku juga suka bacain commentan yg lain kok disini hhehe ku kira teamtaek langka huhuhu ternyata lumayan jugaa
ReplyDeleteBolak balik...nungguin part 2 ga sabar.. ga sabar baca komentar mba azz yang terselip di antara sinopsis..hee
ReplyDeleteSabar ya mba part 2 paling diposting tengah malem atau besok. Soalnya ka azz lg banyak keperluan. Yg ep 20 jg ga janji diposting cepet :)
Delete#mewakili ka azz hehe
Sabar ya mba part 2 paling diposting tengah malem atau besok. Soalnya ka azz lg banyak keperluan. Yg ep 20 jg ga janji diposting cepet :)
Delete#mewakili ka azz hehe
Annyeong team taek ^^ cielah drama udah lama kelar juga masih sebut team2an hihi...
ReplyDeleteSelama ini selalu jadi silent reader, tapi sinopsis dari kakak membuka hatiku hehe, salam kenal kak saya sani pembaca setia blog kakak, andaikan tidak telat menemukan blog ini saat drama reply 1988 sedang on going, mungkin aku ga bakal tersesat di blog tetangga yang garis keras team mas pilot (ehem) sehingga makan hati sendiri setiap bacanya, aku suka sinopsis ini dan sudut pandang kakak yang kata-katanya kadang bikin geli atau bikin merasa "wah ini sebenarnya yang ingin di sampaikan", intinya aku suka cara kakak merangkai kata terutama bagian "Cinta yang menghangatkan tapi tak membakar, apa adanya dan jujur" di tunggu setiap postingan barunya kak ^^
@Melia sipp...makasih mba info nya
ReplyDeleteUntuk team taek...aku baca di twitter kalo team sebelah pada heboh mau menangin folling mas pilot x doek son di soompi...itu ada polling apa sebenarnya?? Maklum..saia ga terlalu ngerti mau baca soompi
poling best couple di soompi,
Deletebagi yang membaca ini dimohon partisipasinya untuk setidaknya dengan memberikan "like" terhadap postingan yg dikirim oleh para tim taek di soompi,bikin akun di soompi gampang bisa lewat facebook atau twitter dimohon partisipasinya bagi yg rajin tapi kalau tidak juga no problem haha
menang atau kalah itu bukan masalah karna pada intinya kita sudah menang duluan hanya saja jika melihat "tekad membaranya tim tetangga untuk memenangkan poling" entah kenapa sayanya jadi gimana gitu tadi saya udah ngelike postingannya di soompi
ini link polingnya :
http://forums.soompi.com/en/topic/382978-registration-discussion-soompiers-in-paradise-shippers-contest-2016/#comment-19545841
tambahan unek-unek hati sedikit : cuma bisa garuk-garuk kepala ngeliat kelakuan tim sebelah habis interview di entertainment weekly hari sabtu kemarin hatersnya si hyeri bertambah cuma karna dia bilang "nampyeonku alias suamiku park bo gum" sekarang siapa yg bermental bocah coba --
ah sudahlah memang begitu adanya lalala. . .
Haters gonna be hatters..psiko gonna be psiko....biarlah orang2 yg waras aja yg jd fans hyeri....toh masih banyak orang yg berpikiran terbuka diluar sana....walaupun diserbu dg fans2 yg ababil dan childish....aku yakin bannget para haterrs itu usianya remajaan...atau usia dewasa tp mental remaja alias childish.....
DeleteHahahahaa....nampaknya hyeri masih kesemsem sm taek apa bogum nih...udah bbrp kali sebut2 terus d interview....org gk waras aja yg msh ship di dg mas itu....liat fakta aja lah jgn hidup dlm dunia khayalan...
ada fansnya si mas pilot itu cewe yg umurnya 35 tahun udah punya anak 2 ka tapi anehnya dia lebay banget gitu ka katanya sehabis baca interviewnya hyeri dia langsung nangis dan kebawa dalam mimpi gitu kesian sama si mas pilot terus parahnya lagi dia pake acara nyumpahin hyeri segala ka katanya semoga drama hyeri selanjutnya ga laku+semoga mas pilot dapet couple yg lebih cantik dari hyeri di drama selanjutnya beserta sumpah serapah lainnya yg ditujukan ke hyeri
Deletegeleng-geleng kepala aku liatnya ka aku yg ngefans bogum aja ga sampe segila itu reaksinya,ternyata umur itu ga bisa mengukur tingkat kedewasaan seseorang --
Aku kurang ngerti klo buka soompi..ikut mndoakan aja supaya menang..
DeleteMakasih sinopsisnya..
ReplyDeleteKyknya gw udh g normal gara ni drama. Hbs nangis, ketawa, nangis lg, meraung2, ketawa lg..
Seneng bngt nemu blog ini..
Gila ni si taeki, hanya satuuuuu tetes air mata dia jtuh, udh bikin lutut hati Pikiran gw lemes..
Mnrt gw alasan taeki (ma gw) nangis adalah "knp dia br tw kiss itu bkn mimpi stlh 5 taun brll?" seandainya dia tw mngkn dia udh action 5 taun yg lalu, tdk lari ke obat2n hanya untk bs tdur nyenyak. Dan deoksun seandainya dia tw cewek akan ditembak taeki itu dia. Psti g prlu nunggu hubby hunting game over di ep 19..
Ahhh i loveeeee this drama