[Trivia] Goodbye Ssangmun-Dong, Thank You Reply 1988


Setelah menunda beberapa hari, tibalah saatnya saya harus mengucapkan salam perpisahan pada Reply 1988. Reply 1988 telah menutup tahun 2015 dan membuka 2016 dengan penuh warna. Drama ini, telah mengajarkan begitu banyak hal kepada penontonnya (khususnya saya) tentang apa arti keluarga dalam hidup seseorang.
Keluarga memang menjadi tema sentral Reply 1988. Lima keluarga yang hidup berdampingan di sebuah gang bernama Ssangmun-Dong di salah satu sudut kota Seoul, ber-setting tahun 1988.
Hati saya kebas dan sedih mengingat minggu ini dan seterusnya saya tidak akan pernah lagi bertemu para penghuni Ssangmun-Dong beserta aneka macam kisah keseharian mereka. Selamanya. Bagi saya Reply 1988 lebih dari sekadar drama. Saya melihat sebuah potret hidup yang benar-benar nyata dan lekat. Saya menemukan diri saya di kepribadian Sung Bora, mencium aroma keteguhan ayah saya di diri Sung Dong Il, raut wajah ibu saya membayang pada kesabaran Lee Il Hwa, dan kebingungan yang sama tentang masa depan pada Sung Deokseon. Reply 1988 sejatinya membawa saya untuk menekuri hidup lebih khidmat dan santun lagi, lebih dari yang telah saya lakukan sepanjang 27 tahun ini.
Hidup adalah roamansa yang tak melulu harus dibubuhi merah jambu baru bisa dibilang indah.
Berat rasanya harus melepas pergi Reply 1988.
Tapi awal selalu bertemu akhir, bukan? Dan kita harus menerimanya. Mau atau tidak mau. Suka atau tidak suka.

Prolog


... Perhaps, our own family is the most oblivious. But what’s so important about knowing? In the end, what helps you climb over the wall isn’t brains but the heart that will take your hand and won’t let you go. In the end, that’s family. Even for heroes, their rightful place to retun to in the end is family. The pain inflicted upon you outside the door, and the scars inflicted on you by life itself, even the sadness brought onto you by family... In the end, it’s family. –Sung Deokseon


    Highlight ending episode 01 benar-benar menampar saya, telak. Saya malu pada diri sendiri, merasa bersalah pada ibu dan ayah saya sepenuh hati. Saya melewati masa remaja saya dengan penuh pemberontakan, berbagai macam tuduhan saya arahkan pada mereka hanya agar kekecewaan dan amarah saya menemui muaranya—saya mencari-cari sebab yang bisa dipersalahkan atas apa yang sudah saya lalui tanpa pernah mencari tahu apakah saya berhak semarah itu pada mereka. Kamu tidak akan pernah bisa menakar sedalam apa cinta ibu dan ayahmu untukmu, percayalah. Jika ada ada orang yang tulus mendoakanmu diam-diam tanpa lelah hingga lupa mendoakan dirinya sendiri, maka itu adalah ibu dan ayahmu. Sejauh apa pun kamu melangkah, pada akhirnya keluarga adalah  satu-satunya tempatmu pulang.
Reply 1988 menyadarkan kita kembali apa makna keluarga itu.
Ketika saya menulis sebuah cerpen, seperti sudah tertanam di benak saya hirearki yang harus saya lewati sejak memulai menulis judul hingga menutupnya dengan ending. Di awal bercerita, saya sudah harus bisa menggambarkan secara utuh akan ke mana dan seperti apa alur cerita yang saya tulis ke depannya, tokoh dan konflik yang saling bertaut lalu mengarahkan mereka untuk mencari penyelesaian. Bagi saya, sebuah cerita bisa dibilang bagus dan sukses jika pertanyaan demi pertanyaan yang muncul di paragraf-paragraf awal terselesaikan di ending dengan cara yang elegan. Ada dua jenis cara menutup ending yang saya ketahui. Pertama, ending yang benar-benar selesai secara nyata. Contoh, si A mengungkapkan cintanya kepada si B dan si A akhirnya menerimanya. Selesai. Tidak ada pertanyaan. Kedua, ini yang sering saya gunakan di beberapa cerita yang saya tulis. Ending yang nge-twist. Ceritanya sudah selesai tapi pembaca masih merasa belum selesai. Contoh, kisah Kang Joon Hee di Reply 1997. Untuk cerita semacam ini, pembaca diminta membuat ending sesukanya. Silakan menginterpretasikan sendiri ending-nya. Catatan, tidak gampang loh membuat cerita seperi ini. Kamu harus benar-benar paham apa yang sudah kamu tulis.
Saya yakin Lee Woo Jung memilih cara kedua untuk menutup Reply 1988. Apakah dramanya memiliki ending yang menggantung? Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Tergantung bagaimana kamu memahami 20 Episode Reply 1988.

Nah saya akan mencoba mengingatkan kembali bagaimana cerita Reply 1988 dimulai.
Di dua episode pertama, diperkenalkan satu-persatu karakter yang menghiasi drama ini.
Sung Deokseon. Seorang gadis remaja yang menderita sebagai anak tengah, ia selalu menjadi prioritas terakhir di keluarganya, nyaris menempati peringkat terakhir di sekolahnya, ia juga sama seperti gadis seusianya yang ingin tahu bagaimana rasanya disukai lawan jenis. Sebab itulah ketika dua temannya menyodorinya ide kalau Sung Sunwoo dan Junghwan, teman masa kecilnya memiliki perasaan khusus padanya, Deokseon senang bukan main. Ia lupa satu hal, bagaimana jika Sunwoo atau Junghwan benar-benar menyukainya? Apakah Deokseon memiliki perasaan yang sama? Euforia ingin tahu rasanya disukai membuatnya lupa point penting di bawah ini,
“... instead of other people liking you, who is it that you like?” –Ryu Dong Ryong
Choi Taek, di usia 18 tahun dia sudah menjelma menjadi pemain baduk profesional. Taek bisa dibilang dewasa sebelum waktunya. Meminjam kalimat Sung Dong Il di episode 2,
“... elements of the real world are all a part of Baduk. Do you think Taek doesn’t know that? And he is the best Baduk player in the world too. I bet his character is even more mature than us adults”.
Di samping fakta itu, dia hanyalah remaja biasa yang merindukan kehadiran ibunya setiap hari. Taek adalah satu-satunya karakter di Reply 1988 yang memiliki banyak layer, di saat kamu berpikir dia hanya bocah polos yang tidak tahu apa-apa, di beberapa episode selanjutnya dia menyentakmu dengan tindakannya mencerminkan betapa mature dan penuh pertimbangan. Ucapan Sung Dong Il benar adanya. Don’t judge a book by it’s cover.
Sung Sunwoo, tipe anak yang berbakti pada keluarganya. Pintar dan selalu jadi ketua kelas. Ia menyimpan rasa suka pada Sung Bora, kakak Deokseon. Sunwoo menyayangi ibu dan adiknya, setelah kematian ayahnya akibat kecelakaan kerja, ia-lah yang menjadi pelindung bagi mereka.
Kim Junghwan, lembut di dalam tapi selalu gagal menunjukkan apa yang dirasakannya pada orang-orang di sekitarnya. Ia adalah tipikal orang yang akan melalukan hal-hal baik tapi malu atau gengsi mengakuinya secara terang-terangan. Saya paham mengapa di episode pertama Deokseon mengenalkan Junghwan sebagai :Gae’, not human. Kita lihat di episode-episode awal bagaimana Ra Mi Ran dan Kim Sajang kesulitan mendekati Junghwan. Ia menyukai Deokseon sejak lama, tapi dengan kepribadian seperti itu, ia menghancurkan banyak kesempatan yang dimilikinya. Berkali-kali. Noh, gue block biar lo mikir ulang dan mengilas balik scene-scene Junghwan dan Deokseon.
Ryu Dong Ryong, kurang lebih mirip Deokseon kalau bicara soal peringkat di sekolah. Ia juga dikenal sebagai konsultan hidup bagi teman-temannya. Ayahnya selalu mengkhawatirkan akan seperti apa masa depannya dengan kemampuan akademis seperti itu?
Setelah melihat premis yang divisualisasikan Lee Woo Jung di dua episode plot, sekarang kita lihat bagaimana dia membuat ending untuk lima tokohnya di atas.
Sung Deokseon akhirnya menyadari bahwa bukan soal siapa yang menyukainya. Siapa disukainya, itu intinya. Ketika kamu menyukai seseorang, paling tidak kamu tidak akan dibebankan satu tuntutan agar dia—orang yang kamu sukai itu, memberikan balasan yang sama. Tetapi, sebaliknya saat seseorang menyukaimu, kamu mau tidak mau terbebani satu aturan tidak tertulis—memberikan umpan balik. Lebih nyaman mana?
Setelah dinasehati Dongryong, Deokseon pelan-pelan memahami posisinya. Dibandingkan melanjutkan obsesinya mengejar orang demi memastikan rasa penasarannya, ia memilih fokus pada sekolahnya. Jeda yang hadir di sela-sela itu, diisi dengan rasa frustasi atas perubahan sikap Taek padanya.
Rentang waktu 1988 hingga 1994 kita melihat bagaimana karakter Deokseon berkembang. Ia menjelma seorang gadis yang bisa diandalkan. Pramugari cantik yang selalu membagi perhatian pada ayah, ibu, kakak dan adiknya. Sun Young—ibu Sunwoo bahkan tak sungkan memuji kepribadian Deokseon. Saya sangat tidak bisa terima jika ada yang menghina Deokseon sebagai pribadi plin-plan HANYA KARENA DIA TIDAK MEMILIH JUNGHWAN. Kamu membuang satu kesempatan berkenalan dengan karakter manusiawi dan realistis seperti Sung Deokseon yang tidak akan pernah kamu temui di Reply series sebelumnya. Deokseon berhak bersama seseorang yang menerimanya apa adanya, menghormati kekurangannya, memberinya apresiasi yang tulus. Saya rasa Taek-lah satu-satunya orang yang cocok dengan karakter Deokseon.
Sung Deokseon mendapatkan endingnya yang setimpal. Menikah dengan orang yang disukainya dan juga menyukainya. Gadis 18 tahun yang dulu bertanya kebingungan pada ayahnya akan menjadi ia apa di masa depan, kini menemukan jawabannya.
Kenapa tidak ada Wedding scene untuk Taek dan Deokseon? Saya rasa fakta kalau Taek-lah yang menjadi suaminya Deokseon sudah cukup. Lagipula kita bisa menerka kira-kira akan seperti apa reaksi para orangtua jika tahu hubungan mereka. Pasti tak akan berbeda jauh dari Sunwoo-Bora.
Taek yang disalahpahami sebagai bocah cupu itu, membuktikan kalau dia yang paling dewasa di antara teman-temannya. Ketika ia lupa manitto game di malam natal, tanpa ragu ia berlari menuju Deokseon dan mengakui kesalahannya—bandingkan dengan apa yang dilakukan Junghwan. Ketika Deokseon ketakutan setelah bertemu Flashmen, tanpa diminta ia mengikuti gadis itu ke kamar mandi. Ketika ayahnya ragu-ragu dan khawatir menerima reaksi Taek atas keinginannya menikahi Sunyoung, dengan lembutnya ucapan Taek mementahkan itu semua. Ia paham betapa kesepiannya ayahnya selama ini. Ia malah mengambil inisiatif meminta ijin Sunwoo agar merelakan ibunya menikah dengan ayahnya. Ketika Kim Sajang berada di ICU, Taek dengan sigap menelepon Direktur Rumah Sakit secara langsung agar mengambil tindakan secepatnya. Ketika Manajer-nya hati-hati meminta agar Taek mau diwawancarai, ia meluluskan permintaan tersebut. Ia kesampingkan sejenak prinsipnya yang pantang meminta dan diminta agar melakukan ini-itu. Karena ia tahu, ada saatnya ia harus menerapkan prinsipnya dan kapan ia perlu bersikap lentur. Jangan lupa, ia masih remaja 18 tahun. Saya di usia segitu masih suka pecicilan sana-sini. Kamu tidak merasa malu menuduhnya bocah yang tidak tahu apa-apa? Coba dipikir lagi.
Taek menerima ending-nya yang bahagia. Ia punya keluarga yang lengkap. Ayah, ibu, seorang kakak (satu bulan) dan seorang adik yang manis tapi kadang galak. Ia menikahi gadis yang disukainya sejak kecil. Taek tidak pernah ragu-ragu mengejar Deokseon. Satu-satunya kesalahannya adalah mundur dari niatnya menembak Deokseon, demi Junghwan. Bisa dipahami mengapa ia memilih melakukan itu. Junghwan dan Taek tidak tahu, Deokseon memegang peranan penting di sini.  Setelah 6 tahun barulah Taek berani mengaku soal dompet itu. Timing yang pas, karena saat itu mereka sudah sama-sama dewasa. Taek, Junghwan dan Deokseon. Taek tahu konsekuensinya berbohong, ia tersiksa selama 6 tahun karena itu. Manakala Deokseon memintanya agar tidak mengakui hubungan mereka, ia menolak. Ia pernah berbohong sekali, tidak akan ada lagi kebohongan lain. Tapi ucapan Deokseon berhasil melunakkan hatinya. Di sinilah terlihat, betapa Taek menghargai Deokseon sebagai pasangannya. Di usia remaja, kamu mungkin akan memilih tipe seperti Junghwan tapi setelah menginjak usia dewasa dan matang, saya yakin lebih banyak perempuan yang akan memilih tipe seperti Taek. Saya contohnya LOL.
Sunwoo memberikan kebahagiaan untuk ibu dan adiknya dengan mengijinkan Choi Appa menikahi Sunyoung. Ditambah satu lagi, ia melanjutkan kuliah di jurusan kedokteran. Sunwoo berhasil mewujudkan cinta pertamanya yaitu menikahi Bora.
Junghwan, yang di awal dikenalkan sebagai ’Gae’ akhirnya berhasil menjadi manusia seutuhnya. Junghwan berubah menjadi pria yang lebih peka terhadap orang sekitarnya Ia merancang acara ulang tahun untuk ibunya, menjadi pilot pesawat tempur karena mimpi kakaknya (yang pada akhirnya menjadi mimpinya juga). Saat Sunwoo minum sendiri setelah mengonfrontasi ibunya, Junghwan menunda perjalanan ke Sacheon menggunakan mobil dan memilih menemani Sunwoo. Junghwan di tahun 1988 bertansfromasi menjadi Junghwan yang lebih dewasa di tahun 1994. Jika kamu jeli, karakter Junghwan lebih bersinar bila bersama keluarganya ketimbang bersama Deokseon.
“... the young one will do fine on his own.” –Mbah Dukun
Inilah salah satu contoh ending yang nge-twist.
Saya percaya Junghwan telah menemukan jodohnya yang lebih baik dari Deokseon. Saya setuju dengan pilihan Lee Woo Jung yang tidak tiba-tiba mempertemukan Junghwan dengan seorang gadis di tiga episode terakhir. Jika ia melakukan itu, lalu apa bedanya nasib Junghwan dan Chilbong?
Dong Ryong yang tidak pintar disekolah ternyata memiliki bakat menjadi pebisnis andal. Sosoknya mengajarkan kita bahwa meskipun di kampus/sekolah kamu menempati peringkat satu, ketika kembali ke tengah masyarakat kamu tidak akan pernah berhasil jika hanya mengandalkan satu itu, dibutuhkan skill atau kemampuan lain yang bisa membuatmu berhasil berkompetisi. Hidup itu keras, maka kamu harus tahan banting.
Pada akhirnya, Ryu Appa sadar Dong Ryong bisa mendapatkan kesuksesan dengan caranya sendiri.
Gimana? Cocok dengan premis awal, kan?

I told you, Reply 1988 wasn’t all about pink love. After all, this series mostly talking about Family.
Let’s talking about this beautiful words for a moment...

Episode 2
There’s no need to force the harsh truth onto happy delusions. Sometimes, delusions make us happy. An adult-like child is just one without complaints. It’s just that they’ve acclimated to the world of adults and they’ve grown used to the illusions around them. But an adult-like child is still a child. An illusion is short, but a misunderstanding lasts a long time. That’s why illusions offer freedom while misunderstandings chain you down. –Sung Deokseon
Terkadang kebenaran bisa terasa pahit dan sulit dicerna, tapi itu bukan berarti kita bisa memilih menolak dan melarikan diri. Kebenaran, sesakit apapun, harus mau diterima dengan hati lapang. Memang tidak mudah. Seiring berjalannya waktu, kita pasti akan menemukan pemahaman yang lebih baik. Kecuali kamu menolak untuk belajar. Khayalan menawarkan kebebasan, sementara kesalahpahaman bisa menjatuhkanmu.
Junghwan membiarkan kesalahpahaman di antara dia dan Deokseon berlarut-larut (pink shirt) sedangkan Taek (manitto game) segera berlari ke arah Deokseon untuk meminta maaf.
 Jika kamu membiarkan kesalahpahaman menggantung, maka kamu sendiri yang dirugikan.

Episode 4
There’s nothing is more sick of and considers more tacky than something that has belonged to them for a long time. However, another way to say tacky and sick of is accustomed to and comfortable. The feeling of being accustomed only comes with having spent a long time with something and only the people I’m comfortable with, can truly know me, embrace me, and console me. Sometimes, you’re so sick of something and it seems so tacky that you don’t even want to look at it. But the only people in the world who can protect me are.... my people. People who I’m used to, and I’m comfortable with...
People who have been my people for a long time...
... are people who you can’t help but love...
We can’t help but loving them. –Kim Junghwan

It’s family...
Jika ibu atau ayahmu yang terpisah jarak yang jauh darimu, berkali-kali meneleponmu dalam sehari, jangan merasa jengkel dan marah. Mungkin saja mereka sedang merindukanmu.
Saya terharu melihat dua pasangan suami istri Sung Dong Il-Lee Il Hwa dan Kim Sung Kyun-Ra Mi Ran di episode 3 ini. Mereka bertengkar, saling berteriak satu sama lain, namun di akhir hari mereka tetaplah pasangan seumur hidup yang sudah melewati tahun-tahun penuh kesulitan bersama. Mereka sudah mengenal setiap inci dari pasangannya. Sung Dong Il tahu, hanya Lee Il Hwa yang bisa menerima seluruh kelebihan dan kekurangannya, begitu pula dengan Ra Miran, yang sudah terbiasa dengan tingkah konyol dan absurd Kim Sung Kyun. Saya melihat pattern yang sama di hubungan Taek dan Deokseon.
Di kehidupan nyata, kita tidak mencari pasangan hidup yang hanya tampan, mapan, cerdas dan sebagainya, tapi pada akhirnya kita akan memilih seseorang yang bisa membuat nyaman dan menerima seluruh kelebihan dan kekurangan kita. Yang dengannya, kita bisa berbagi emosi, marah, menangis, tertawa, dan berbincang tentang apa saja di sepanjang hidup kita.

 Episode 5
Sometimes, I felt like my mom was an embarrasment. There were time I couldn’t undersand why she seemed to have self-consciousness or a sense of pride and got angry. I didn’t realize it then, but it was because there was something precious that she wanted to protect more than herself.
And that it was because of me.
When true love manifests it doesn’t allow one to be concerned over one’s pride and causes one to cast it aside. That’s why mothers are strong.
Even when one is at the age to be a mom, one’s mother is always one’s guardian and even saying the word, Mom is something that has the power tu tug at one’s heartstrings. 
Mothers are always strong.
When one is at the age when one can console one’s mother, it’s when one has matured past being able to say Thank you and I love you...
If one wishes to make one’s mother happy, the words, Mom, I need you, are more than enough. –Sung Deokseon
Saya menangis sampai terisak hebat menonton episode ini. Saya seperti melihat diri saya di masa lalu yang kerap menjatuhkan penghakiman sepihak untuk ibu saya. Saya lupa, ibulah yang selalu menjadi pembela di garda terdepan untuk kami, anak-anaknya. Ibu yang mengesampingkan keperluannya hanya agar kebutuhan anak-anaknya tercukupi. Ibu yang memiliki definisi sederhana tentang apa itu kebahagiaan,
... Sepanjang kalian bahagia, maka itu sudah cukup, Nak.
  Ibu, yang dalam heningnya tak pernah lupa meriuhkan doadoa untuk anak-anaknya.
Ibu...
Ibu...
Ibu...
Berapa banyak dari kita yang masih gengsi dan merasa malu untuk mengucapkan tiga kalimat ini?
Thank you, Mom. I love you. I need you...
Kamu selamanya tidak akan pernah sanggup menakar sedalam apa cinta ibumu untukmu. Dalam marahnya, ada cinta. Dalam diamnya, ada rindu. Dan dalam senyumnya, ada luka yang selalu bisa sembunyikan dari matamu.

Episode 7
Time continues on.  That’s why time eventually creates farewells and it always leaves people with regrets. If you love someone you have to tell them now. Before your fleeting days become filled with regret. In some ways, the biggest present that time leaves us with is the memories we have of loving others. That’s why you have to shove embarrassment aside and confess your love to the one you love before it’s too late. Sung Deokseon
Quote ini cocok sekali untuk Junghwan. Ia punya kesempatan di malam natal itu, tapi yang dilakukannya hanya memberikan sinyal-sinyal kasatmata pada Deokseon (Junghwan lupa kali kalo IQ deokseon itu di bawah 100, makanya lemot).
Ini juga berlaku untuk kita. Siapa pun kamu, jika saat ini kamu sedang menyukai seseorang, jangan sungkan mengungkapkannya. Orang itu tidak berarti hanya lawan jenis, bisa teman, kakak, adik, ayah dan ibumu juga. Waktu tidak akan menunggu saat kamu merasa siap. Percaya atau tidak, dulu saya pernah mengungkapkan rasa suka saya pada seseorang HAHAHAHA. Saya tidak serta merta jujur agar dia membalas perasaan saya. Cukup dia tahu dan selesai. Saya hanya tidak ingin menyesal di akhir. I’m doing well now.

Episode 12
It’s really difficult to love someone. To love someone, doesn’t mean that you don’t hate them. It means that you can never be able to hate them. –Sung Bora
Kesampingkan dulu husband hunt, saya benar-benar menyukai bromance Junghwan-Taeki. Junghwan menyayangi Taeki, demikian pula Taeki pada Junghwan. Kalau bukan karena itu, mengapa dua pria ini sontak memilih mundur ketika mengetahui masing-masing mereka menyukai gadis yang sama?
Menyukai seseorang, bukan berarti kamu kamu tidak pernah membencinya. Pernah. Tapi rasa sayangmu padanya, mengalahkan kebencianmu.
It’s a true love, my dear...

Episode 13
We don’t know how many dirty, petty, unfair, sad, scary, or difficult worlds have passed Dad by. And only now, I realize no matter how dirty, petty, unfair, sad, scary, or difficult, the reason he endured was because he had people to protect. It’s because he had a family. And he had me. Because he had to live the world by the name Dad, and not another. –Sung Bora
Ayah saya tidak pernah sekali pun menunjukkan wajah sedihnya di hadapan anak-anaknya. Dari jauh, ia selalu menelpon demi memastikan apakah kami makan dengan baik, tidak sakit, masih punya uang yang cukup. Ayah saya selalu memprioritaskan anak-anaknya lebih dahulu dibandingkan dirinya sendiri. Wajahnya terlihat bahagia hanya dengan menceritakan kesuksesan anak-anaknya pada teman-temannya. Ayah saya adalah orang yang selalu meninggalkan rumah di pagi hari untuk bekerja dan kembali setelah matahari terbenam. Sekian tahun saya baru menyadari, tak ada yang setabah bahu ayah. Beliau mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaganya demi anak-anaknya.
Dan beliau tidak pernah mengeluh untuk itu...
Di episode 13 ada tiga ayah hebat yang menyadarkan kita bahwa di balik senyum ayah, ada kesepian dan kelemahan di sana yang berusaha disembunyikannya agar kebanggaan kita terhadap sosok ayah yang kuat dan tangguh tetap utuh.
Sekali lagi, kamu tidak akan pernah tahu betapa besar pengorbanan yang dilakukan seorang ayah untuk anak-anaknya...

Episode 18
Fate doesn’t come around at any time. At the very least, to use the term fate, it has to be a dramatic moment brought by coincidance. That’s what makes it fate. That’s why, another term for fate is timing. If I had not been caught at any of those damn traffic lights, if any of those red lights had helped me just once, I might be standing in front of her, as it it were fate. My first love was always held back by that damn thing called timing. That damn timing.
... but fate and timing aren’t just coincidences that find you. They are miraculous moments made from numerous choices arising out of earnestness. Surrender and decision, without hesitation that’s what makes timing.
He was more ardent. And I should have been more courageous.
It was not the traffic light’s fault.
It was not timing.                                 
It was my many hesitations.
Life is like a box of chocolates. You never know what you’re going to get. Though you may pick the bitterest chocolate, there is nothing you can do about it. That’s the fate that I have chosen. There are no regrets, no whining, and there is no need for heartbreak. –Kim Junghwan

Junghwan butuh lima tahun untuk menyadari kesalahannya. Ia menyia-nyiakan banyak kesempatan di masa lalu. Ia bisa saja mengutarakan perasaannya pada Deokseon sebelum malam di mana Taek mengakui perasaannya di depan Sunwoo, Dong Ryong dan dirinya. Ketika Sunwoo menolak Deokseon, Junghwan bisa saja melakukan sesuatu untuk menangkan Deokseon tapi ia tidak melakukan apa-apa. Berharap Deokseon menyadari perasaan Junghwan? Sulit. Kita tahu sendiri bagaimana sehari-harinya Junghwan memperlakukan Deokseon. Boro-boro mikir romantis, di mana-mana cewek bakal kesel kalau diperlakukan kasar. Yang ada Deokseon-nya malah bingung sendiri wkwk.   
  Berapa banyak di antara kita yang menjelma Junghwan di dunia nyata? Sibuk menyalahkan ini-itu ketika ada hal-hal terjadi di luar kemampuan dan keinginan kita. Seperti menyalahkan dosen karena memberikan nilai C pada satu mata kuliah, padahal bisa saja kesalahan terletak pada kita yang belum sungguh-sungguh belajar. Sesungguhnya, Junghwan dan traffic lights hanyalah simbol belaka yang diperuntukkan bagi mereka yang sepanjang hidupnya terus-menerus mencari-cari alasan untuk disalahkan. Tanpa disadari, Tuhan berkali-kali memberikan kita kesempatan namun kita luput menangkap isyarat itu.
Tidak ada yang berlangsung secara kebetulan di dunia ini. Semuanya saling berikatan membentuk satu tali takdir. Pilihan yang kita buat hari ini, akan mempengaruhi hari-hari kita di masa depan.
Beruntung, Junghwan masih bisa menyadari kesalahannya meski sudah terlalu terlambat untuk bisa memiliki hati Deokseon.
Bagaimana dengan kita?

Saya mencoba mencuplik beberapa pesan moral dari Reply 1988.
1.      Jangan asal ngomong, karena omongan itu adalah doa. Apalagi soal jodoh. Hati-hati. Kalau cowoknya kayak Choi Taek mah boleh-boleh aja wkwk. Sung Dong Il, dan Lee Il Hwa pernah berseloroh bahwa Taek akan menjadi menantu mereka. Sunyoung juga pernah berharap agar Deokseon menjadi menantunya. Lihat apa yang terjadi kemudian.... HAHAHAHA. Yang lucunya adalah, Sung Dong Il selalu salah dalam menebak. Satu-satunya yang tepat hanya guyonannya tentang Taek yang akan menjadi menantunya.
Deokseon tanpa sadar dua tiga kali bercanda hal yang mirip. Ketika Taek minum susu di depan gerbang rumahnya (Ep2), ketika Deokseon dan ibunya sedang perjalanan pulang dari Dooly market dan ketika geng Ssangmun-Dong ngumpul di kamar Junghwan di malam ulang tahun Kim Sajang.
How lucky she was!
2.      Kalau suka, ngomong aja gak usah ragu. Ntar nyesel kayak Junghwan loooooh. Periiiiih hati, Jenderal!
3.      Perlakukan orangtua, adik-kakakmu dengan santun dan penuh kasih sayang sebelum waktu menjauhkan yang dekat, sebelum hari-hari menua dalam hening, dan kamu tak lagi punya jalan untuk kembali ke masa saat semuanya masih begitu lapang dan lengkap. Do it now, before it’s too late.
4.      Belajar yang rajin, jangan terlena seperti Deokseon yang malah sibuk nyari pangerannya. xDDD
5.      Ikuti kata Junghwan, merokok itu gak baik.
Saya ingin menulis tanggapan mengenai ending Reply 1988 yang dinilai banyak orang paling buruk di antara Reply series lainnya. Bagi saya, ini adalah ending paling realistis untuk drama Reply 1988. Cobalah menengok kembali ke premis awal atas dasar apa drama ini dibangun. Family and Youthhood. Saya mungkin belum setua Sung Deokseon di tahun 2016, tapi sedikit banyaknya saya tahu apa kehilangan masa-masa remaja. Betapapun bahagianya kamu di masa itu, kamu tidak akan pernah bisa kembali. Ia telah mengendap di ingatanmu sebagai kenangan. Orang-orang yang dulu pernah menjadi teman-teman yang dulu pernah mesra dan dekat, seiring berjalannya waktu telah sibuk dengan hidupnya.
Rasa kehilangan dan kekosongan yang mengisi rongga dadamu setelah menonton ending episode 20 adalah perumpaan yang sama dengan Deokseon yang merindukan masa mudanya. Bukan berarti ia ingin kembali ke sana, ia hanya akan selalu mengenangnya sebagai masa di mana ia pernah melewatkan hari-hari penuh haru dan tawa bersama orang-orang yang dicintainya. Saya percaya Geng Ssangmundong sudah menemukan masa depannya masing-masing, para ajushi dan ahjumma juga melewati hari-hari menyenangkan di masa tua mereka.
Reply 1988 menempati satu tempat tersendiri di hati saya. Di antara tiga Reply, ini yang terbaik dari segi cerita, penokohan, musik dan elemen-elemen lainnya. Saya menangis hebat saat menulis tulisan ini. Saya mencoba membayangkan bagaimana rasanya berada di posisi Lee Woo Jung ketika menulis naskah Reply 1988. Menuliskan kembali masa-masa yang pernah dilewatinya dengan niat agar setelah menonton ini orang berpikir kembali bagaimana mereka hidup selama ini. Dan pada akhirnya banyak orang-orang berpikiran picik menyalahkannya dan menuduhnya dengan kejam.
Thinking twice before you talk. Be wise.
Saya meminta maaf jika selama menulis postingan tentang Reply 1988 saya melakukan kesalahan yang menyinggung Readers sekalian.
Sekali lagi, Reply 1988 bukan hanya tentang husband game. Saya berani bertaruh kamu sudah kehilangan banyak hal jika hanya menonton drama ini demi Choi Taek atau Kim Junghwan.
"It's good to have an end to journey toward; but it is the journey that matter, in the end." -Ernest Hemingway
.... And maybe it's not about the happy ending. Maybe it's about the story.
Goodbye, Ssangmun-Dong...
Thank you, Reply 1988...
You will be missed dearly.
-Azzhura-

Epilogue
When I went back, in search of our neighborhood street, the street had aged so much. You could fel that the time had passed. I can’t go back to my youth, or this street. They are both the same.
Time will always flow. Everything will pass by. Everything will age. That might be why youth is beautiful. It shines, blindingly bright, for just an instant. But to it, you can never go back. The time when many tears were shed. The time of my youth was like that as well.
Longing for that time and longing for that street, is not because I miss a younger version of myself. That’s the place of my father’s youth, of my mother’s youth, of my friends’ youth. It’s the place that holds the youth of everything that I love.
In that landscape, where we won’t be able to gather like that again... I regret being unable to say my final farewell.
To the things that are already gone...
To a time that has already passed, I want to say a belated farewell.
Goodbye, my youth.
Goodbye, Ssangmundong.

A time so warm and pure, that it was painful.
Can you hear me?
If you can hear me, answer me.
My 1988, the days of my youth.
--Sung Deokseon

31 comments:

  1. kaka pesan dramanya ketinggalan 1 lagi tu :
    hati-hati kalo kekamar cowo apalagi kalo sampai berdua-duaan bisa bahaya ntar kaya taek sama deok sun lol

    ada banyak sisi-sisi lain choi taek yg membuat aku terperangah terlepas dari bagaimanapun endingnya ini adalah drama yg menghangatkan hati yg sejak episode 1 sudah berhasil membuat aku meneteskan berliter-liter air mata,

    dan berkat drama ini juga aku bisa kenal kaka,aku orangnya rada males komentar di blog orang kerjaanku dulu cuma jadi silent reader doang tapi karna efek nyasar ke blog kaka dan berhubung tulisan-tulisan kaka membahas tentang Taeksun shipper saat itu aku pikir aku ga bisa diam lagi aku setidaknya harus meninggalkan jejakku melalui komentar,

    senang sekali bisa mengenal kaka dan temen-temen yg lainnya juga baik di forum soompi maupun chat line grup,drama ini ngasih banyak sekali manfaat yg tak terhitung banyaknya buat aku :)

    Good bye sangmundong~
    waiting reply 1974 ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oiyaaa lupa satu itu, gak boleh berdua-duaan kalo belum jadi mahram. Buahayaaaaa wkwkwk

      Aku juga seneng loooh bisa kenal sama Nisa, untung ada Suntaek yah yang jadi perantaranya. *kirim lope-lope ke Bogumi* xDDD

      Tahun 1974 aku belum lahiiiiir, kira-kira bakal kayak apa ceritanya nanti? Mudah-mudahan kalo pun ada Husband hunt kita tetep satu team yaaaah ^^

      Delete
    2. husband hunt udah terlalu mainstream ka gimana kalo diganti jadi "Wife hunt" aja XD

      Delete
    3. Ummmm, Wife Hunt? Bisa sih, tapi di ending semua harus ketemu jodoh wkwk

      Delete
    4. tapi kalo dipikir-pikir lagi ga seru ah kalo wife hunt entar ga ada yg dibaperin lagi masa baperin cewe kan aneh XD

      Delete
    5. Wkwkwk kan masih bisa baper-in tokoh utama cowoknya.

      Emang lebih cocok Husband Hunt sih xD

      Delete
  2. Bener banget drama ini seakan menampar dan menepuk pundak saya ketika menonton, dan selalu bilang ohh ini yang namanya kehidupan. Selama 20 tahun ini saya hanya bisa bisa merepotkan bahkan menuntut keluarga org tua saya ini dan itu namun dibalik semua ada bannyak cerita yg tak bisa diceritakan oleh org tua saya. Saya sangat kagum dengan Lee Woo Jung bagaimana bisa dia membuat naskah drama seperti ini. Dibuatnya kesal, menangis dan tertawa. Kalau saya bilang sih paket komplit semua ada. Malah saya heran kepada penonton yg bilang masalah percintaannya hancur, hancur dr mananya coba ? Hancur karena sang LF tidak bersanding dgn LM ? Itu pemikiran yg dangkal kalau menurut saya. Berarti penonton ini tidak bisa membaca atau merasakan apa yg sebenarnya terjadi.

    Dari kemarin setelah ditag oleh temen di fb ttg tulisan reply yg sangat rasional saya selalu membaca tulisan" kaka. Terimakasih ka maaf selama ini hanya silend rider ^ ditunggu tulisan selanjutnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halooo, Melia ^^ *pasang senyum ala Choi Taek*

      Ini nih salah satu contoh penonton yang bener-bener buka mata buka hati saat nonton. Reply 1988 ini emang deket banget dengan dunia nyata dibandingkan drama-drama produksi tiga stasiun besar. Waktu tayang yg hampir dua jam-an itu gak terasa sama sekali. Meskipun aku team taek, aku gak pernah men-skip scene yang gak ada Taek-nya.

      Makasiiiiih banget, Melia udah mau mampir di sini. Semoga bisa ketemu di drama dan postingan lainnyaaa ^^

      Delete
    2. Iya ka 2 jam ga terasa kaya lagi liat tetangga, keliatan nyata bgt. Sama sekali ga ada scene yg aku skip aku sangat menikmati momen demi momem gang ssangmundong. Malah sekarang aku rerun trs kalau lg kangen hehe ga tau kenapa susah move on padahal udah liat Cheese in the trap, moorim school, sampe nonton Remember jg aku ga fokus.

      Oh iya ka ada salam dr temen aku Ai Lee dia jg suka tulisan kaka tp ga tau kayanya ga bisa komen di blog hehe

      Delete
    3. Mel, aku malah belum lanjut nonton Remember. Masih stuck di episode 4 T.T
      Moorim School aku drop, Cheese in Trap masih lanjut nonton.

      Kyaaaa titip salam balik Untuk Ai Lee yaaa. Oh, siapa tau aja dia baca ini. Makasih udah mampir ke sini. Gak papa kok gak komen. Tau kalo ada yang meluangkan waktu baca postinganku aja aku udah seneng. Itu salah satu hal paling menyenangkan bagi blogger ^^

      Delete
    4. Remember sebenernya seru malah dr awal aku exited bgt, tp ga tau knpa setelah ayahnya meninggal jd asa gmna gitu apalagi si jinwoo yg punya kelbihan ingatan bagus makin kesini ada tanda" kena Alzaimer kaya bapanya.tp.sebagai hiburan aku liat one more happy ending ada si kang min ho perannya masih tetep konyol kaya di FFI.

      Delete
    5. Aku nge-drop Remember di ep 4. Belum ada niat ngelanjutin. Kayak ada yang kurang gitu dari storyline-nya. Ntahlah.

      Udah nyoba satu ep One More Happy Ending dan lumayan menghibur. Masih lebih suka peran JKH di FFI masa T.T

      Delete
  3. suka dg blog ini, akhirnya nemu yg pas dg hati #teamtaek

    ReplyDelete
  4. taek dan sunwoo yatim dan piatu, akhirnya mendapatkan kembali kluarga yg utuh dan cinta pertamanya. di episode2 awl merasa kasian bgt dg mreka berdua..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak Rosi T________T
      Aku baru menyadari satu lagi kesimpulan setelah baca komennya, Mbak Rosi.

      Nah, kan. Pada akhirnya drama ini memang hanya bercerita tentang 'Family'.
      Mbak Rosi makasih ya udah mampir. Salam kenal ^^

      Delete
  5. Pernyataan mbak rosi ini bkin aku terharu:( dlu aku sedih krn ada slah satu yg blg kalo choi's dan sung's family dapetn segalanya dapet keluarga dan cinta pertama. Itu salah satu omongn yg ngiris2 hatiku dlu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. T______T yang komen kayak gitu tanda-tanda orang cemburu.

      Delete
    2. Setuju kaka haha
      tanda-tanda orang sirik itu dia sirik karna taek dapetin semua cinta padahalkan awalnya taek juga ga punya siapa-siapa selain ayahnya --

      Delete
    3. padahal taek wkt diawal2 kasian bgt, dtinggal ibuny dr kecil,kmdn mendewasa dan ikt berkompetisi jg. junghwan jg mengajarkan qt arti persahabatan, kedewasaan, legowo.

      Delete
    4. Iyah, intinya semua karakter di drama ini mengajarkan kita banyak hal. Yang bikin kesel sebenernya cuma pendukung di luar drama ^^

      Delete
  6. Sama-sama salam kenal kembali, aku jg promote blog ini di twitterku dan lagsung dpt respon positif dari #teamtaek. akhirnya kaum minoritas ini nemu jg blog ini. ga bosen2 utk slalu mampir ke blog ini. baca2 berulang2 sambil nonton. msh blm move dr Reply 1988 ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaaah di-promote... Makasih, Mbak Rosi ^^
      Aku juga masih sering nonton ulang. Udah lega soalnya kita gak perlu nebak-nebak lagi. Nontonnya jauuh lebih enjoy lagi xD

      Delete
  7. iaaa.... krn udh tw ending nya jd nonton berulang2 pun udh mulai ngeh dr awl ep 1 pun petunjukny udh mengarah ke taek, ni Reply 1988 memang selain bnyk pelajarannya jg bkin cerdas krn mencari tw petunjuk dr awl yg mengarah ke taek..

    ReplyDelete
  8. Drama terbaik sepanjang sejarah aku menonton ratusan drama entah korea,jepang maupun taiwan & thailand,, paling bebekas di hati,, aku malah gatau selanjutnya mau nnton drama apa,, rasanya liat drama lainperasaan bosan langsung menghampiriku,, dan kangen lagi sma drama ini,, aku smpe bilang ke temen semoga Youth over flower scepatnya tayang biar bisa sdkit mengobati rasa rindu,, sejauh ini aku masih bolak balik rerun drama Reply 1988

    ReplyDelete
  9. Reply 1988 mereka adlah Tim yg keren,,,

    ReplyDelete
  10. Reply 1988 mereka adlah Tim yg keren,,,

    ReplyDelete
  11. waktu awal nonton r88 gak sengaja karna bosan jdi download aja deh drama yg on going. jujur awal nonton aku gak ada fokus siapa suami nya karena aku baru ngikutin reply series ini ya r88 jadi gak ada mikir kemana2 dan dari awal nonton drama ini fokusnya tentang keluarga aku aja nangis trus nonton ep 1-5 soalnya mirip kisah keluarga ku bgt kmi bertiga dan aku anak pertama dan liat karakter duksun ini mirip bgt sama adikku dia itu super sabar dan gak banyak nuntut kayak aku sama adik ku yg bungsu meskipun dia cowok.. walaupun kalau udh kesal dia akan meledak2 makanya kalau nonton itu ingat rumah maklum aku merantau jauh karena kuliah hiks hiks makannya awal nonton ini aku ingat rumah suasana tetangga di perumahanku huhu curcol kalau dipikir ini ada dikehidupan nyata perumahanku haha aku punya geng juga tpi kmi cew semua aku pernah liat dimana karakter junghwan dan taek suka orang yg sama dan itu mengingatkan ku pada mereka yg menyukai cow yg sama haha sudahlah jgn dibahas kembali ke awal aku aja baru tau ternya reply series itu ada husband hunt pas baca blog sebeleh -_- tpi aku langsung suka sama karakter taek di ep 6 dimana mereka berjejer nunggu pelukan pas taek menang baduk tiba2 mata ku fokus ke taek dan aku jadi timnya dan akhirnya aku ulang tonton lgi ep 1-5 cuma liat karakter taek dan aku suka apalgi puncaknya ep 6 dan aku makin suka dia meskipun aku sempat ragu karena aku nangkringnya di blog sebelah.. dan untuk curhat kayak gini aku phn udh terlambat toh drama nya udh tamat.. huhuhu pokoknya reply 1988 drama terbaik menurutku dan aku suka sama mbak yg lebih rasionalis dalam menulis blog ini makasih mbak.. nyesel aku terlambat nemu blog ini hihihi

    ReplyDelete
  12. Sama aku jg nyesel banget bru nemu blog ini...stlh sakit hati dg tetangga sblah aku mampirnya k suntaek paradise soompi...

    Tulisan mb.azzhura bnr2 keren banget...sesuai banget sm pemikiran aku.. karena kita seumuran kali ya dan alhamdulillah usia mental qt jg udah dewasa sesuai umur...karena banyak lo usia sih dewasa tp pemikiran childish...

    Aku paling suka dg comment yg ini
    #Berkali-kali. Noh, gue block biar lo mikir ulang dan mengilas balik scene-scene Junghwan dan Deokseon.#....lol

    Terima kasih untuk tulisannya sayang banget aku join tp drama udah kelar...love your blog

    ReplyDelete
  13. Mungkin disini yang paling telat nonton Reply 1988 cuman saya hahaha. Tapi jujur, memang sejauh ini nggak ada drama korea lain yang bisa bikin saya nangis terus di setiap episodenya. Pasti selalu ada moral yang bisa diambil.
    Awalnya nggak terlalu berharap banyak sama R88, karena dulu sempet nonton R94 dan itu kurang buat saya. Nonton R88 juga karena sekedar pengen liat Hyeri aja. Terus nggak disangka-sangka, di episode 1 langsung jatuh cinta sama jalan ceritanya. Ceritanya sebenernya sederhana, tapi entah gimana bisa ngebuat seseorang kembali teringat sama masa lalunya, waktu jaman-jaman orang tua kalo manggil anak langsung teriak, nggak pake gadget kayak jaman sekarang.
    Dari awal juga saya berusaha buat netral untuk cinta segitiganya Taek-Deokseon-Junghwan. Sampe selalu merhatiin interaksi setiap tokohnya (saya nggak pernah kayak gini buat drama lain), saya yakin kalo akhirnya pasti Taek yang dapet. Karena rasanya malah nggak adil dengan semua usaha Taek yang nyata dan diliat oleh Deokseon, kalo endingnya malah sama Junghwan.
    Sebenernya masih banyak yang mau ditulis, tapi nanti jadinya malah kayak review saya sendiri xP
    Thanks buat postnya! Ep 20 sukses bikin saya nangis habis-habisan hari ini

    ReplyDelete
  14. Mbak.....km menuliskannya dengan SEMPURNA. semua yg sy rasakan saat ntn drama ini persis seperti yg mbak tulis. Duh...sy sampai speechless deh mau nulis apa... I like this drama too much

    ReplyDelete
  15. Saya nangis hebat baca artikel ini. Saya menjadi orang yang menghabiskan tisu berhari hari karna nonton drama ini. Saya bahkan tidak bisa berhenti memikirkan drama ini. Rasanya hari hari saya menjadi kosong setelah saya menyelesaikan drama ini. Terngiang dikepala saya setiap kegiatan di ssangmundong. Saya tidak bisa berhenti menitikkan air mata ketika sekelibat kenangan mengenai drama ini. Sehari setelah ep 20 selesai, saya nonton kembali sampai sekarang. Dan saya akan berhenti jika sudah merasa bosan. Ini menjadi best drama ever dihidup saya. Anehnya, ketika saya selesai menonton di setiap episode, ada cuplikan ep selanjutnya, dan saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya tidak bisa mati jika belum menyelesaikan menonton ep selanjutnya. Tidak ada episode yang menoton. Saya tetap menitikkan air mata. Saya ingin orang tahu bagaimana pentingnya hidup seperti ini. Terimakasih telah menulis blog ini. Saya memutuskan untuk kembali menonyon reply 1988.:))

    ReplyDelete

Haiii, salam kenal ya. 😊