Review You Are My Glory


Ketika menulis postingan ini hati saya masih diliputi perasaan nano-nano, campur aduk, sedih bahagia, terharu, semua ngumpul jadi satu setelah saya menyelesaikan 6 episode terakhir You Are My Glory lewat jalur fast track di WeTv. Rasanya baru kemarin saya 'berteriak' bahagia di Twitter dan IG pasca menonton penayangan perdana episode You Are My Glory. 


Tahu-tahu dramanya udah tamat aja. Kok sedih ya? Belum ingin pisah sama Yutu dan Jingjing. Ini drama bagus banget. Demi apa pun, You Are My Glory bagus banget. Rasanya saya nggak akan bosen-bosen bilang kayak gini. 


Saya ingat bagaimana saya yang belum begitu antusias saat keluar pengumuman Yang Yang-DIlireba bakal main bareng, lalu di suatu kesempatan, saya lupa detailnya mengapa saya termotivasi mencari-cari terjemahan novel You Are My Glory di Google, dan berakhir tergila-gila pada novelnya. Tidak terhitung sudah berapa kali saya ulang baca, nggak ada bosen-bosennya. Kisah Yutu-Jingjing bikin saya jatuh hati. Jatuh hati yang equal, pada Yutu, pada Jingjing. Namun semakin sering diulang baca, semakin paham saya, nyatanya Jingjing-lah yang berhasil merebut porsi terbanyak rasa suka saya. Percayalah, ini kali pertama saya membaca novel terjemahan Cina. Waktu itu, kelar baca saya langsung teriakin You Are My Glory di Twitter dan IG. Euforia yang saya rasakan sehabis baca novelnya tumpah ruah. Novelnya pendek, konfliknya ga yang gimana-gimana, tapi moral story yang saya dapatkan dari kisahnya Yutu-Jingjing bener-bener menyentuh. 


Saya yang semula tidak begitu antusias ini pun menjadi tidak sabaran menunggu kapan rilis drama You Are My Glory. Saya pengen ketemu Yutu-Jingjing secara 'nyata'. Berkali-kali di-php Tencent sebagai 'pemilik' You Are My Glory, hingga nyaris pasrah dengan jadwal penayangannya yang entah kapan itu. Dan akhir Juli kemarin akhirnya menjadi pemutus penantian panjang fans. You Are My Glory tayang! Percaya ga, saya emosional banget begitu ketemu Yutu dan Jing-jing di episode-episode YAMG yang ditayangkan di pekan pertama. Apakah karena pengaruh kelamaan nunggu, ataukah karena saya terharu melihat perwujudan visual Yutu-Jingjing yang berhasil memenuhi ekspektasi saya? 


Apa sih yang bikin saya sesuka ini sama You Are My Glory?


Storyline


Tentang dua mantan teman sekelas yang terpisah sepuluh tahun lamanya, lalu bertemu kembali dalam situasi yang sudah jauh berbeda. Qiao Jingjing telah menjadi aktris populer yang disukai banyak orang. Sedangkan Yutu, laki-laki yang pernah ditaksir berat Jingjing semasa sekolah kini bekerja sebagai insinyur di salah satu departemen antariksa Shanghai.


Pertemuan tak sengaja setelah sepuluh tahun itu terjadi gara-gara game online. Jingjing sebagai bintang iklan sebuah perusahaan game online nyaris saja kehilangan muka dan karirnya setelah seseorang memposting rekaman video permainan gamenya yang sangat memalukan di Weibo. Ia menjadi bahan pembicaraan dan masuk trending topic. 


Singkat cerita, Xiao Jingjing dan Yutu dari teman sekelas naik level jadi murid-guru permainan game online berkat kecerdikan dan keahlian aktingnya Jingjing HAHAHAHA. 


Yutu ngajarin Jingjing main game. Gara-gara postingan permainan game-nya yang mengenaskan itu, akhirnya pihak perusahaan game mutusin mau ngadain pertandingan game antara Jingjing dan para pemain game profesional untuk ngebuktiin kalo Jingjing tuh worth it jadi icon game online itu. Makanya Jingjing mati-matian belajar, diajarin Yutu. 


Emang Yutu nggak sibuk? Nggak. Jadi, Yutu nih emang lagi galau. Hidup dan karirnya sedang berada di persimpangan. Dia mempertimbangkan untuk berhenti jadi insinyur antariksa dan banting stir jadi pekerja kantoran di bank. Alasan finasial menjadi pemantiknya, dan ini berhubungan dengan kondisi kedua orang tuanya. Yutu mengambil cuti dari kantornya. 


Di titik terendah hidupnya ini, Yutu bertemu Jingjing. Seorang bintang yang bersinar terang di langit popularitas. Jingjing, teman sekelasnya yang sepuluh tahun lalu pernah ditolak cintanya oleh Yutu dengan alasan yang cukup menyakitkan hati. Ia hanya akan bersama dengan seseorang yang sepadan dengan dirinya, kurang lebih seperti itu katanya. 


Bisa ketebak alurnya, karena keseringan bareng akhirnya benih-benih rasa suka berkembang di hati Yutu. Bagaimana dengan Jingjing? Nggak usah ditanyain. Jingjing yang sekarang memang bukan Jingjing sepuluh tahun lalu, tetapi perasaannya pada Yutu tidak pernah beranjak ke mana-mana, tetap di sana. Setia.  



Tapi, masalahnya Yutu yang sekarang bukanlah Yutu sepuluh tahun lalu, si anak jenius dengan prestasi mentereng dan tentu saja kepercayaan dirinya yang meluap-luap itu. Yutu yang sekarang sedang babak belur dihantam insecurity-nya sendiri. Sedang Jingjing... si bintang yang bersinar terang itu. 


Mungkinkah dua orang dari dunia yang terlalu berbeda, dan dua sudut pandang yang terlihat berseberangan bisa bertemu dan menetap di satu titik yang sama? Mampukah mereka memutus jarak yang jauh itu? 


Menonton 32 episode You Are My Glory memberikan saya sebuah pemahaman yang akurat soal bagaimana seharusnya cinta diposisikan sebagai kalimat aktif dan pasif di satu garis yang sama tanpa perlu mengorbankan satu sama lain, tanpa harus melihat siapa yang lebih besar porsi mencintai-nya. Drama ini sekilas mungkin terlihat seperti kisah cinta biasa yang manis, tidak terlalu rumit, too good to be true, tapi sesungguhnya spirit cintanya Yutu-Jingjing tidak semata dongeng cinta yang hanya berakhir di buku. Ia ada. Hidup pada mereka yang mampu mencintai dengan berani. 


Ya. Cara Yutu dan Jingjing mencintai pasangannya rasa-rasanya tidak berasal dari cerita dongeng yang jauh, tetapi dekat dan lekat dalam kehidupan kita. Moral ceritanya bagus banget. Bagus banget. Huhuhu pengen nangis. 




You Are My Glory bukan melulu tentang kisah cinta picisan, di sini ada mimpi, perjuangan, juga integritas. 

Cinta yang sederhana, tulus, apa adanya, dan menguatkan. Itulah Yutu dan Jingjing. 

Menonton You Are My Glory membuktikan (setidaknya pada saya) bahwa drama yang bagus enggak melulu mesti diisi plot, storyline dan konflik yang berat untuk bisa dinikmati penontonnya. 32 episode You Are My Glory saya tonton tanpa skip. Inget, ini drama Cina. If you know what I mean... Hehehe. 


Drama yang nggak ada antagonisnya. Jika pun perlu menunjuk satu pihak yang menjadi antagonis di drama ini, maka itu adalah perasaan insekyur-nya Yutu. Ini juga yang menjadi pemantik konflik. Latar belakang pekerjaannya Yutu sebagai insinyur antariksa menarik banget. Kayaknya baru kali ini deh nemu drama yang pake latar pekerjaan ini. Sedikit banyaknya saya jadi tahu kayak gimana dunia kerja seorang aerospace engineering. Ga gampang. Udahlah kerjaanya berat, bakan waktu, ngorbanin emosi, belum lagi jika sudah berkeluarga... jadi istri insinyur antariksa ga mudah euy. Harus kuat lahir batin.

Filosofi pekerjaan Yutu dan Jingjing menurut saya selain romantis, poetic juga. 

Character Development



Cerita You Are My Glory hanya berputar di kehidupan Yutu dan Jingjing. Mereka lah mayor character di drama ini. 


Di drama Cina adalah hal lumrah karakter utama cowoknya digambarkan sebagai sosok yang mendominasi, CEO kaya raya yang jutek, sempurna bla bla bla... lalu datanglah Yutu yang digambarkan dengan sangat manusiawi. Ganteng sih pinter sih tapi jiwa insekyur-nya berhasil matiin cahaya di matanya. Fresh aja liat karakter kayak gini di Cdrama. Karakter yang enggak dreamy. Perkembangan karakternya Yutu sejak SMA, lalu sepuluh tahun setelahnya, hingga ia jatuh hati pada Jingjing, menjauh, jatuh, patah hati dan... well, semuanya, sangat bagus dan detail. Kita yang nonton bisa paham kenapa dia kayak gitu, mau nyalahin juga ya nggak bisa. Berada di posisinya Yutu pasti nggak mudah. Tekanan emosinya gede banget.


Part terbaiknya Yutu ya masa-masa insekyur-nya dia. Gimana dia nge-review kembali situasi hatinya, merefleksi kesalahannya pada Jingjing, dan memperjuangkan kembali perasaan yang pernah ditolaknya habis-habisan. 




Kalo karakternya Jingjing--woahh. Di novel saya suka banget sama Jingjing, pas liat dia di drama makin tumpah-tumpah rasa suka saya ke dia. Strong, independen, down to earth, lovable, likeable, full of love--sebutin aja deh semuanya. Nggak ada alasan untuk nggak suka sama Jingjing. Salahkan ingatan saya, saya merasa ini kali pertama saya melihat karakter selebriti di drama kayak Jingjing. Penggambarannya nggak lebai, nggak annoying. Bukan stereotype selebriti di drama-drama yang udah pernah ada. Tau sendiri kan gimana karakter selebriti ditampilkan di drama? Dengan semua blink-blink kehidupan dan attitude-nya. Jingjing berbeda. Meski tanpa status selebritinya, Jingjing tetaplah seorang perempuan mandiri yang tahu betul nilai dirinya. Ia cerdas. Ia tahu bagaimana mencintai dirinya sendiri. Orang dengan mental seperti ini biasanya memiliki mata yang jernih, dan dengan mata ini ia bisa mencintai apa dan siapa yang berada di sekelilingnya. Sepanjang apa dan siapa itu layak untuk dicintai. Lihat saja bagaimana ia mencintai Yutu. Huhuhu nangisin Jingjing lagi sayah.... udah cantik wajahnya, cantik pula hatinya. Luar dalem cantik. 


Jingjing menjadi role model bagi dia yang jatuh cinta lalu menggunakan energi jatuh cintanya itu untuk berusaha menjadi versi terbaik dirinya sendiri. Ditolak Yutu jaman SMA, lalu ditolak lagi sepuluh tahun kemudian, ga lantas bikin dia senewen trus menye-menye ga jelas. Hatinya Jingjing kuat banget. Stan Qiao Jingjing, everyone! Jingjing tuh pure banget. Ga paham lagi saya sama karakter satu ini.


Acting & Chemistry



Edan. Gilak. Luar biasa. Pusing sayah.


Pusiiiiiing, chemistry-nya Yang Yang dan Dilireba bagus banget. /tarik napas panjang lalu hembuskan perlahan, lanjutin pusingnya/.


Akting tapi kayak nggak akting, ngerti kan maksud saya? Bahkan sampe ke gestur sederhana aja bisa bikin baper berat. Kelewatan naturalnya! Pusing pusing pusing!! Kok mereka bisa bagus banget ya chemistry-nya? Another level pokoknya. 

 
Harus diakui nyawa You Are My Glory nih letaknya ada di aktingnya Yutu-Dilireba, dan chemistry mereka berdua. Saya betah deh nonton mereka meskipun cuman ngobrol-ngobrol aja. Those sparkling eyes can't lie, pemirsah. Yang nonton baper, cemburu, iriiii. Paling parah yang single sih. Ga usah ngebayangin gimana perasaan mereka. Ehm. HAHAHAHAHA.


Seriiiiing terjadi di drama romantis Cina, pas udah masuk fase pacaran, mood nontonnya jadi amburadul. Bisa karena akting yang monoton, bisa juga karena scene-scene-nya yang unnatural alias maksa for the sake of romance thingy. Nah, beda kasus sama Glory couple. Setelah pacaran malah makin makin makin bagoooooos chemistry-nya. Ga ada satupun scene Yutu-Jingjing yang bikin saya meringis ga nyaman atau cringe, ga ada! Semuanya bagus, semuanya natural, semuanya bikin baper!! SEMUANYA! /nangisin nasib si tukang baper/.  




Aktingnya Yang Yang berkembang pesat. Terakhir nonton dramanya ya Love O2O, rilisnya udah lama. Saya nggak tertarik nonton drama-dramanya yang rilis setelah Love O2O itu. Memerankan karakter Yutu, Yang Yang sukses besar mengeksplor aktingnya sendiri. Akting lewat matanya luar biasa sekali. Bukti bahwa akting Yang Yang udah another level bisa dilihat dari scene-scene nya dia yang minim dialog dan hanya mengandalkan mimik dan sorot mata, sebagai penonton, saya bisa merasakan gejolak emosinya dari situ. Saya tahu apa yang apa yang sedang dipikirkan Yutu, dan turut bersedih dengannya. Sisi rapuh dan rentannya Yutu di novel dihidupkan Yang Yang dengan sempurna. Sekali lagi, Yutu bukanlah tipikal lead male yang digambarkan sebagai sosok sempurna. Ia menjadi sempurna karena ketidaksempurnaan yang dimilikinya. Yutu yang insecure, Yutu yang vurnerable, Yutu yang kehilangan kepercayaan dirinya karena tekanan realita yang menghantam kuat-kuat. Karakter yang sangat relatable. Good job Yang Yang! I love you even more!


Yang Yang makin makin makin ga 'sopan' gantengnya. Pengakuan jujur, selama nonton saya berkali-kali terdistraksi sama ketampanannya dia HAHAHAHAHA tolongin sayahhhh. Se-paguyuban udah say goodbye sama Xiao Nai nih 😂😂. Peletnya Yutu ga ada lawan sih. Maapin kita ya Xiao Nai.





Dilireba... Dilireba Dilmurat. Auranya sebagai Qiao Jingjing ga maen-maen. Seolah-olah karakter ini memang hanya diperuntukkan padanya. Deskripsi Qiao Jingjing di novel perfectly match sama Reba. Akting Reba hidup banget, ekspresif. Nggak ada satu pun momen-nya sebagai Jingjing yang keliatan off. Bahkan hingga ke detail. Tingkahnya Jingjing gemesin, bikin kagum. Ya itu, natural. Mo akting kiyut mo akting adorable, akting apa aja ga bikin eneg. Saya nge fans sama Jingjing. Di antara semua peran Reba yang pernah saya nonton, Jingjing ini yang paling saya suka. 

Karakter-karakter pendukungnya juga bagussss. Cameo-nya ga main-main, ada Wu Qian. 😍

Sinematografi




Di menit-menit pertama episode satu udah ketauan, You Are My Glory bukanlah drama abal-abal. Sinematografinya keren banget! Nggak mungkin low budget ini mah. Tencent nggak nanggung ngeluarin duit banyak untuk menggarap drama ini.


Yang bikin saya ngerasa amazing adalah gimana directing dramanya bisa sempurna menangkap mood si tokoh. Misalnya nih, warna emosinya Yutu senyawa dengan angle dan pemilihan tone gambar. Bagaimana di episode awal drama ini mengenalkan karakter Yutu dan Jingjing, ini tuh bagus banget. Sejak awal penonton udah dikasih firasat bakal kayak gimana perkembangan tokoh-tokoh ini. Dan mengingat ini adalah drama Cina, wajar para penonton terpesona. Satu-satunya yang saya kurang adalah scene mobil. Ga natural, ketauan pake efek wkwk. Heran deh, kok drama Cina kebanyakan kayak gini ya? Bisa ngaruh ke mood soalnya. 


Yang Yang nya ganteng ga ada lawan, Dilireba-nya anggun luar biasa, akting bagus, lalu ketemu angle directing yang te ope be ge te, penonton pun angkat bendera putih tanda menyerah; jatuh cinta berulang kali tanpa jeda sejak episode pertama hingga episode terakhir. 


Yang Yang dan Dilireba udah jodohnya sama You Are My Glory. Nggak ada yang bisa meranin Yutu-Jingjing seperti yang mereka lakukan. Chemistry yang rasanya akan sulit dicari tandemnya pada drama-drama mendatang. Maaf. 

Moral Cerita




Beautiful love story from beautiful people. 


Kisah cinta Yutu-Jingjing adalah salah satu kisah cinta terbaik yang pernah saya nonton di drama. Tanpa embel-embel latar pekerjaan mereka, cerita cintanya Yutu-Jingjing setara dengan cerita real life pasangan yang sudah bersama-sama dalam bilangan tahun yang tidak sedikit. 


Berawal sebagai teman sekelas, lalu teman bermain game, dan berakhir menjadi teman seumur hidup. Untuk bisa berada di titik yang sama, Yutu dan Jingjing enggak saling mengorbankan perasaan atau pekerjaan. Sebaliknya, rasa sayang dan cinta yang mereka miliki untuk pasangan memberikan energi berkali-kali lipat hingga mereka bisa menjadi versi terbaik diri mereka. Kehadiran satu sama lain bukan untuk saling melengkapi. Apa ya, saya nggak tau apakah penggambaran saya ini tepat atau enggak. Jingjing dengan seluruh kesuksesan yang ada padanya, tidak pernah mengendorkan semangatnya untuk selalu menjadi bintangnya Yutu yang paling terang. Saingannya Jingjing ya cuman Yutu seorang. 


Saya suka sekali caranya Jingjing dan Yutu saling mencintai. Di drama kita dikasih liat mereka saling mengunjungi tempat pekerjaan masing-masing. Dengan melihat langsung seperti itu, mereka bisa tahu dan kenal dengan dunia masing-masing. Karena ketika memutuskan mencintai seseorang, pemahaman dan penerimaan hanya bisa dihadirkan tanpa tapi bila kita sudah sepenuhnya mengenali seperti apa dunia dan isi kepala pasangan kita. Butuh effort, butuh kerja keras. Jingjing-Yutu bisa. /si jomlo ntah dapet dari mana rumus ini wkwk/  


Jingjing yang selalu antusias nanya-nanya atau bahasin pekerjaannya Yutu, walaupun banyak yang harus dirahasiain dari dia untuk alasan keamanan. Lalu Yutu yang sering ngebantuin Jingjing dengan naskah-naskah dramanya....



  
Simple banget ya mereka. Padahal kerjaan mereka sering bikin Yutu dan Jingjing berjauhan sampe berbulan-bulan lamanya. Huhuhu nangis beneran sayah, soalnya ngetik sambil dengerin The Time Monologue dan Fireworks and Stars.


Saya suka tatapan Yutu ke Jingjing, tatapan Jingjing ke Yutu. 

Suka cara Yutu meluk Jingjing. 

Suka becandaan mereka. Suka bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu kebersamaan dengan hal-hal simpel tapi bermakna. 


Saya suka semua momen Yutu-Jingjing, tetapi jika saya disuruh memilih satu saja maka pilihan saya jatuh kepada scene di episode 31. Jingjing dan Yutu siap-siap mau tidur. Ngobrol ringan, lalu Yutu tertidur duluan. Jingjing mematikan lampu. Nah momen setelah itu, Jingjing yang mengamati wajah Yutu dalam hening, menyentuh anak rambutnya, Jingjing yang tersenyum.... saya nangis. Bagus banget makna scene iniii. TERHARUUU. 


Jingjing dan cintanya ke Yutu sejak belasan tahun lalu tidak pernah berubah. Nggak bisa dipungkiri Yutu bisa mencapai versi terbaik dirinya karena kehadiran Jingjing di sisinya, bukan sebagai motor, tapi sebagai teman seperjalan yang baik.


Saya kok liat Yutu-Jingjing jadi keinget pasangan-pasangan yang mutusin pisah karena perbedaan prinsip, ketidakcocokan, terlalu sibuk, bla bla bla.... Perkara mencintai dan dicintai memang bisa menjelma kerumitan yang tidak pasti jika kita tak pernah benar-benar selesai dengan ego diri masing-masing. Iya, ga sih? Lagi-lagi saya teringat ucapannya Saka di Sabtu Bersama Bapak. 


Pasangan-pasangan yang tetap awet meski belasan tahun sudah lewat, apakah untuk bisa menjaga komitmen salah satu rumusnya adalah dengan membuka seluas-luasnya ruang pemahaman dan penerimaan terhadap pasangan? Tentu saja untuk hal-hal yang masih bisa ditolerir. Ada kata saling yang tidak pernah berat sebelah. 




Saya percaya di dunia ini ada banyak kisah cinta seperti Yutu dan Jingjing ini.


Melihat Yutu, saya teringat kalimat bagus yang sering diberikan orang kepada laki-laki sukses. Bahwa di belakangnya, berdiri perempuan hebat. Dalam hal ini, saya tidak percaya Jingjing berada di belakang Yutu. Ia berada di sampingnya. Selalu. Bahkan jauh sebelum Yutu menyadari betapa ia telah membuang 13 tahun dengan percuma. 


Jingjing yang selalu percaya Yutu akan menjadi seorang insinyur antariksa yang sukses. Ketika ditanya apa alasan keyakinannya itu, dengan tersenyum Jingjing menjawab, "karena dia menyukainya."


Jingjing tahu betapa Yutu mencintai lautan bintang. Jingjing nggak pernah luput menangkap raut bahagia dan optimisme di wajah Yutu setiap kali laki-laki itu membicarakan mimpinya di masa depan. Jingjing tahu lebih dari siapapun. 


Sayang banget sama Xiao Jingjing.

Isu-isu yang relate ke real life juga turut diangkat di drama ini. Melalui POV-nya Yutu, kita melihat orang-orang di usia 30-an yang struggle dengan pilihan-pilihan hidupnya. Antara mimpi dan realitas, idealisme dan kenyataan pahit yang memeluk erat. Yutu beruntung. Ia memiliki keluarga yang selalu siap mendukungnya. Tidak peduli jalan apa pun yang dipilihnya sepanjang itu bisa menjadi jalan bahagianya. Silakan. 


Segmen paparazzi juga menarik. Dikasih liat tuh cara-cara mereka membuntuti public figure demi konten berita bombastis, privasi orang diinvasi seenak jidat.  

Dahlah, ga usah sok-sok pengen punya pasangan kayak Yutu kalo belum sanggup mencintai seperti Jingjing mencintai Yutu. 😭😭

Closing

"You are already the rabbit who has seen most stars."



You Are My Glory versi drama telah berhasil menyempurnakan novelnya.


Tidak banyak novel yang diadaptasi ke bentuk film/drama bisa memuaskan dua pihak sekaligus: si pembaca dan dia yang belum sama sekali menyentuh bukunya. You Are My Glory bisa. Tidak ada satu pun dull moment yang saya temukan di drama. Memang ini bukan drama dengan cerita yang rumit, plot-nya mudah terbaca, namun tidak lantas membuat penonton berkali-kali menemukan dirinya tak sadar menghela napas bosan. Bikin ketagihan, iya. Baper? Nggak perlu ditanyain lagiii. Karena dramanya hidup banget, tentu saja berkat dukungan akting, sinematografi, dan OST yang keren. Oh, dan yang paling bikin betah; chemistry. Salah satu drama romantis Cina terbaik yang pernah saya nonton. Drama ini memiliki detail yang sangat bagus. You Are My Glory kereeeen!!!  

Suka banget ending dramanya.


Btw, si Yutu setelah pacaran kok langsung ngegas poll ya? Setelah nikah juga ga tetep sama, selalu memanfaatkan kesempatan untuk... um... HAHAHAHAHA.


Hayoooo ngakuu, siapa yang abis nonton Yutu-Jingjing auto hijrah ke kapal Yang Yang-Dilireba?
 
  

Tabik,
Azz.

3 comments:

  1. aarghh sempurna emang..dan tulisan azzjuga sempurna...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, terima kasiiih. Siapakah gerangan di balik komen ini?

      Delete
  2. aku suka reviewnya kak:) relate banget sama yang dipikirin selama nonton YAMG wkwkk makasih..

    ReplyDelete

Haiii, salam kenal ya. 😊