Review Crush

 


Sang Wuyan, seorang mahasiswa jurusan psikologi tingkat akhir yang bermimpi menjadi penyiar radio profesional. Ia bekerja sebagai asisten produser di sebuah stasiun radio, sembari magang di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang menjadi salah satu syarat ketuntasan kuliahnya. 

Wuyan sangat menyukai Yi Jin, si penulis lagu populer yang misterius. Wuyan menyukai semua lagu-lagu Yi Jin. Hingga suatu hari, saat melarikan diri dari sahabatnya karena kesalahpahaman, ia tak sengaja bertemu Su Nian Qin di taman. Love at first sight, tampaknya itulah yang dialami Wuyan. Ia jatuh cinta pada mata Nian Qin.

Pertemuan di taman rupanya berlanjut tanpa rencana. Nian Qin juga mengajar huruf braille sebagai guru pengganti di SLB tempat Wuyan magang. Tak berapa lama Wuyan mengetahui bahwa Su Nian Qin menderita gangguan pada matanya. Penglihatan Nian Qin tidak sempurna seperti orang normal. Visually impaired. Belakangan, Wuyan juga mengetahui kalau Su Nian Qin adalah orang yang berada di balik nama Yi Jin. 

Seiring berjalannya waktu, Wuyan menjadi satu-satunya pihak yang berusaha keras mendekati Nian Qin, membuka layer demi layer yang digunakan laki-laki itu untuk melindungi dirinya sendiri. Meskipun Nian Qin galak, jutek, dingin, ketus, dan sinis terhadap orang-orang yang berusaha mendekatinya. Mampukah Wuyan? 

Kegigihan Wuyan berhasil menyentuh Su Nian Qin. Namun, nyatanya hubungan manis itu berjalan tidak seperti yang diharapkan. 


***

Crush (原来我很爱你) merupakan drama yang diangkat dari novel karya Mu Fusheng berjudul So I Love You Very Much, mendapuk Wan Peng (My Girlfriend is An Alien, Meeting You) dan Lin Yanjun/Evan Lin (Nine Percent) sebagai pemeran utamanya. Drama 24 episode ini ditayangkan di paltform iQIYI.

Saya nonton Crush tanpa rencana. Iseng aja. Emang lagi nyoba-nyoba nonton drama Cina yang baru aja tayang perdana sih. Kebiasaan. Seperti yang pernah saya tulis, setiap bulannya, banyak banget drama Cina tayang perdana, tapi jarang ada yang bisa ngeklik dan cocok dengan mood saya. Sebelum Crush, saya nonton beberapa sih. 

Saya tau Wan Peng, beberapa kali nonton dramanya. Dengan Lin Yanjun nih yang masih asing. 

Oiya, saya nonton Crush tanpa nyari info dramanya lebih dulu. Pokoknya nonton aja, gitu. Eh, baru episode satu udah langsung suka wkwk. Kesan pertama dramanya bagus banget. Adem. Tone gambarnya, sinematografi, detail angle dan BGM-nya yang membuat saya betah dan tergoda untuk lanjut lagi, dan lagi. Yang terjadi, siang sampe malamnya itu saya ngelarin jumlah episode yang telah ditayangkan. Selain unsur visual dan audio dramanya, akting Lin Yanjun sebagai Su Nian Qin mengagetkan saya. Crush ini menjadi debut akting idol jebolan Idol Producer yang memulai karir menyanyinya lewat boygroup Nine Percent di tahun 2018. Wajar saya kaget. Sangat mudah menemukan tipikal akting standar dengan ekspresi wajah so so di C-dramaland, yang membuat saya meringis pasrah dan terpaksa menghentikan minat saya melanjutkan tontonan. 

Kesan pertama saya dengan Yanjun bagus sekali. Ia berhasil memerankan tokoh Su Nian Qin dengan baik, setidaknya itulah yang saya rasakan saat menonton 12 episode Crush di pekan perdananya. Orang-orang yang mem-follow saya di Twitter dan IG pasti pada tau segimana berisiknya saya neriakin Yanjun dan Crush. 

Chemistry-nya dengan Wan Peng juga bagus banget. Dari empat dramanya Wan Peng yang sudah saya nonton, dengan Yanjun ini yang paling oke chemistry-nya. Hebat loh mereka. Saya yakin sih, ini tidak terlepas dari upaya dua pihak untuk nyiptain chemistry sebagus itu, Yanjun dan Wan Peng. Yanjun-nya mau belajar. 

Karena judul postingan saya kali ini adalah short review, maka saya hanya akan menulis singkat apa-apa saja yang mebuat saya menyukai Crush, juga hal-hal yang mengganggu, tentunya. Semoga ga kebablasan bahasannya. 

-Storyline-


Ketika mengetahui kalo Crush diadaptasi dari novel, saya pun segera nyari novelnya. Nggak kayak You Are My Glory dan The Oath of Love yang mudah sekali ditemukan link terjemahan novelnya, udah nyari ke mana-mana nggak juga nemu yang nyediain terjemahannya Crush, sampai kemudian saya nemu novel asli bahasa Cina yang bisa diterjemahin ke bahasa Inggris menggunakan Google Translate. Bacanya masih enak, meskipun ada beberapa kata yang kacau tapi ga fatal. Saya membaca novel Crush saat dramanya sudah ditayangkan 12 episode. 

Gara-gara baca novelnya itu, saya jadi tau kalo screenwriter-nya Crush tidak mengikuti sepenuhnya isi novel. Ada yang diubah, dan perubahan ini tidak mengorbankan novelnya, tetapi justru berhasil menyempurnakan apa yang dirasa kurang dari novelnya. 

Storyline, alur, dan plot drama Crush jauh lebih rapi dari novelnya. Konflik yang tumpang tindih di novel berusaha dirampingkan, usaha ini setidaknya telah berhasil menguatkan mood ceritanya dan menjauhkan drama ini dari kesan seperti drama Cina kebanyakan.  

Meskipun kisah cinta Wuyan-Nian Qin terlihat klise, kisah cinta yang biasa ditemukan di drama, tapi pada bagaimana hubungan ini berproses, ada yang tidak biasa. Refreshing, mengingat ini adalah drama Cina. 

Ini pendapat pribadi saya, bahwa Crush tampil dengan wajah yang ringan dan menyenangkan namun membawa materi cerita yang sebenarnya cukup berat. Topik-topik yang menjadi latar belakang konflik drama ini; disabilitas, PTSD, insecure, autisme, perempuan dan karir. Jujur, ada ketidakpuasan yang muncul seketika seusai membaca novelnya, apa ya, saya merasa novelnya seperti hanya seperlunya saja membahas topik-topik tersebut. Datar. Saya nggak dapet pukulan emosi dari ramuan konflik berdasarkan topik-topik itu. Apakah karena dipengaruhi faktor yang saya baca itu terjemahan versi Google? Entahlah. Syukurnya, di drama visualisasi konfliknya lumayan kuat, walaupun yah, saya tetap merasa Crush, dengan wajah cerianya tidak ingin mengubah tone berceritanya ke sisi yang dramatis dan berat. 

Satu yang pasti, cerita Crush ketolong banget sama directing dan BGM + OST. Plus, chemistry-nya Wan Peng-Yanjun.

-Character Development-



Lagi, aspek yang menurut saya berhasil dikembangkan screenwriter Crush adalah perkembangan karakter-karakter di drama ini. Beberapa detail penting yang tidak tereksplor dengan baik di novel bisa ditemukan di dramanya. Saya bisa menemukan alasan mengapa si tokoh A, misalnya, bertindak seperti ini dan itu. Jadi, setiap perubahan plot yang mengikuti perkembangan karakter tidak datang secara tiba-tiba. Yang paling membuat saya gembira adalah, hampir semua karakter menemukan closure-nya masing-masing. Mereka berproses. 

Oiya, tidak ada tokoh antagonis di sini. Satu-satunya yang menjadi antagonis adalah insecurity-nya Su Nian Qin. 

Ngomongin Nian Qin, seperti yang pernah saya bilang di Twitter maupun IG, nuansa karakter Nian Qin di drama dan novel tidak sama. Di drama, POV-nya Nian Qin lebih hidup. Kegagalan saya memahami karakter ini di novel tidak berhasil dipertahankan di drama. Nian Qin versi drama sukses merebut perhatian dan simpati saya. Di satu sisi, tetap saja ada beberapa hal yang tidak saya sukai dari dia. Sikap arogan, cenderung mendominasi dan egoisnya pada Wuyan setelah ia bisa melihat, salah satunya. Saya enggak nyaman aja sih, kangen Nian Qin yang soft di episode awal. Setelah jadi CEO, dia berubah nyebelin. Mungkin, efek perpisahannya dengan Wuyan dan tekanan beban sebagai pengganti ayahnya di perusahan membuat Nian Qin seperti itu. Ditambah dia juga punya riwayat autisme di masa kecil. Transisi perubahan wataknya ini yang saya rasa nggak smooth. Kaget. 

Eh, saya pernah bilang deh di IG kalo saya suka imej domineering Nian Qin dibawa ke drama. Ndilalaaah, pasca operasi mata dan jadi CEO, domineering-nya Nian Qin sama persis dengan novel HAHAHAHAHA. Its not romantic, Nian Qin. Syukurnya, itu nggak berlangsung lama. Cuman beberapa episode doang sih. Abis itu udah mulai perlahan mengendor seiring diketahuinya kondisi Wuyan sesungguhnya. Cintanya ke Wuyan gede banget. 


 
Su Nian Qin sebelum operasi mata kuat sekali penokohannya. Semua serba jelas. Kenapa dia bisa tumbuh antisosial, ketus dan sinisnya dia terhadap orang-orang di sekitarnya, ia seperti jelmaan gambar utuh rasa sakit dan kesedihan yang lahir dari kehilangan-kehilangan. Kehilangan ibu, kehilangan rasa percaya pada ayahnya. Dan Nian Qin percaya itu semua dikarenakan disabilitas yang dimilikinya. Cara Nian Qin memandang dirinya direfleksikan pada bagaimana ia menangani orang-orang yang mencoba datang dan dekat kepadanya. Ia melindungi dirinya dengan cara bersikap keras pada dirinya, juga pada orang lain.

Karakter Wuyan menyenangkan. Salah satu sisi positif karakter ini adalah sikap lenturnya kepada orang lain. Ia tipikal orang yang nggak akan segan meminta maaf jika memang ia melakukan kesalahan. Mau segera merefleksikan diri. Wuyan juga tau mana yang perlu dijadikan prioritas, mana yang tidak. 

Satu-satunya yang bikin saya kurang sreg adalah latar belakang pendidikan Wuyan. Ia mengambil jurusan psikologi. Berasa ada yang miss di sini. Antara pembawaan si karakter dan background jurusannya. Kayak nggak sinkron. POV psikologi justru lebih banyak datang dari Cheng yin, sahabat serumahnya Wuyan. Kadang-kadang saya merasa tindak-tanduk Wuyan terlalu impulsif. Saya nggak bilang Wuyan harus ngomongin teori-teori psikologi saat berbicara biar cocok sama latar belakangnya itu, nggak mesti. Tapi seenggaknya penggambaran karakternya nggak off dari perangkat yang melekatinya. 

Ngomongin ketidak-sinkron-an ini, saya teringat teman saya yang juga mengambil jurusan psikolog dan sedang menempuh studi doktoralnya, saya melihat Wuyan pada dirinya. 

Jangan-jangan saya nih yang over sensitif soal ini. 

Yang menarik dari karakter-karakter di Crush ini, mereka memang melakukan kesalahan-kesalahan, namun seiring berjalannya waktu, kejadian-kejadian yang menimpa hidup mereka membuat mereka bisa melangkah jauh dan mengoreksi diri sendiri. Inilah yang saya maksud perkembangan karakternya ada. Nggak ada yang sempurna di sini. Bukan cuman Nian Qin dan Wuyan. Nie Xi, Xu Qian, ibunya Wuyan, dan karakter-karakter minor lainnya. Nggak bisa benci ke satu karakter karena sikapnya yang ngeselin. Mereka punya alasan mengapa seperti itu. 



Hidup emang kayak gitu kan? Nggak ada yang sempurna, kita sering melakukan kesalahan entah didasari motif apa. Lalu setelah beberapa waktu kita menyadari ada yang salah dari apa yang kita lakukan. Di Crush, antagonis lahir dari si karakternya sendiri. Masing-masing berjuang menaklukan dirinya sendiri.

Saya suka deh bahan obrolannya cewe-cewe di Crush ini. 

-Kemistri, Sinematografi, Akting- 


Perlukah dibahas? Wkwk.

Tiga alasan utama orang nonton Crush : sinematografi, BGM dan chemistry.

Promosi Crush sangat kurang, sepengamatan saya, sebagian besar yang nonton Crush kalo bukan karena iseng nyoba ya karena kena racun dari yang iseng nyoba nonton itu. Fans Cdrama cuman kenal Wan Peng. Yanjun? Kalangan fans Idol Producer aja paling tahu doi. Makanya bersyukur banget Screenwriter mengubah beberapa scene di novel sehingga timeline episode pilot-nya Crush cukup rapi, dan ditambah tangan dingin director-nya yang berhasil menghadirkan sinematografi yang kece (pemilihan tone gambarnya juara banget!). Sudut-sudut pengambilan gambarnya kayak punya nyawa. Indah. Didukung BGM yang pas banget, itulah kesan pertama yang saya rasakan dari Crush. Mustahil nggak jatuh cinta di episode-episode awal Crush. Untuk ukuran Cdrama, bisa langsung suka di episode satu, itu udah luar biasa banget loh.

Nuansanya Crush kalem dan sendu. Kita bisa denger suara angin, gesekan daun, suara tongkatnya Nian Qin, tapak-tapak langkah... 

Undeniable chemistry dari Wan Peng dan Yanjun berhasil membuat penonton baper. Yakin saya, banyak yang dibikin baper sama ending menggemaskan episode 8 HAHAHAHA. Soalnya saya gitu. Sampe ta ulang-ulang itu scene-nya. Natural banget. Eh, di novel nggak ada uwu-uwunya loh di part itu. Adegannya juga nggak kayak gitu. Di novel Nian Qin rada kasar dan maksa. Nggak suuukaaa huhuhu. Makasih banget screenwriter-nya udah ngubah scene-nya jadi bagus banget. 

Nian Qin-Wuyan kalo lagi ngobrol santai atau saling mengusili asik banget ya diliatnya. Santai, tone suara mereka enak, ekspresinya juga ngena. Yang nonton berasa jadi orang ketiga di antara dua orang yang lagi pacaran HAHAHAHA. Um, saya suka denger suaranya Yanjun di nada rendah, penekanannya kalimatnya bagus. Wan Peng juga bagus suaranya. Pokoknya sama-sama enak deh. Beruntunglah kuping saya wkwk. 



  
Buanyak banget scene-scene Nian Qin-Wuyan yang bikin baper. Tapi ada kiss scene-nya yang bikin saya nggak nyaman, tipikal kiss scene yang menurut saya nggak perlu ada karena merusak mood nonton HAHAHAHA. Nggak ada kiss scene model begitu pun tetap bisa bikin baper liat Nian Qin-Wuyan pelukan, atau saling nempelin kening, atau backhug.... Kayaknya sih yang bikin nggak nyaman itu cara nge kiss-nya. Mon maap kenapa pula saya bahasin kiss scene HAHAHAHAHA. Dah ah.

Cerita second couple-nya nggak nyampe di saya, entah itu akting, chemistry, maupun story line-nya. Datar banget. 

Untuk aktingnya Yanjun, terlihat perbedaan kualitas akting Nian Qin sebelum dan setelah operasi. Paling dapet Nian Qin sebelum OP. Secara keseluruhan, sebagai pendatang baru akting Yanjun udah bagus. Buktinya saya nggak nge skip scene-scene nya dia karena alasan nggak nyaman liat aktingnya. Bukan karena terlanjur bucin ya, tapi aktingnya Yanjun memang masih dalam tahap bisa dinikmati. Yanjun membuka awal yang bagus untuk karir aktingnya. Ruang untuk belajar terbuka lebarrrr. Potensinya menjanjikan. Kita doain aja semoga karir aktingnya lancar-lancar jaya dan kita bisa liat Yanjun di project-project drama berikutnya. Yanjun ini tipe pekerja keras dan mau belajar. Optimis, asal dia dikasih kesempatan, masa depan cerah sebagai aktor bisa digapai. Lin Yanjun fighting!! 

OST Crush bagus semuaaa, lirik-liriknya puitis. Instrumen-instrumennya juga keren.

-Moral Cerita-


Materi cerita yang dibawa Crush menjadi salah satu alasan mengapa drama ini berbeda dari drama Cina kebanyakan yang sama-sama dilabeli idol drama. Nggak sekadar menjual ke-uwu-an. 

Sudut pandang Nian Qin sebagai orang dengan disabiltas yang tidak dimiliki novel, berhasil dihadirkan lewat dramanya. Saya bisa melihat usaha screenwriter-nya mengkritisi pandangan orang umum terhadap mereka yang hidup dengan disabilitas. Yang kami butuhkan bukan rasa iba atau kasihan, tetapi keadilan. Nian Qin menyuarakan isi hatinya kepada Wuyan dengan nada dingin. 

Pada kesempatan lain, Cheng Yin juga mengkritisi sikap tak sadar Wuyan yang memperlakukan Nian Qin dengan dia sebagai orang normal dengan segala yang dimilikinya, lalu Nian Qin sebagai penyandang disabilitas. Menurut Cheng Yin, Wuyan bersikap lembut dan menolerir Nian Qin yang jutek, judes, sinis bla bla bla itu, karena gadis itu melihat Nian Qin dari sudut pandang iba. 

Sang Wuyan dan PTSD yang dialaminya. Post-traumatic Stress Disorder.



 
Perubahan paling besar yang dilakukan screenwriter terhadap naskah adaptasi Crush selain Nian Qin yang bisa melihat dengan normal adalah pada karakter Cheng Yin. Di novel, sejak awal Cheng Yin memang sudah hidup dalam halusinasi Wuyan. Jika mengikuti alur novel perihal Cheng Yin ini, maka akan sulit bagi penonton membangun emosi hubungan Cheng Yin-Wuyan. Nah, di drama diceritakan seperti apa posisi Cheng Yin di hidup Wuyan. Maka kehilangan beruntun Wuyan setelahnya menjadi alasan kuat ia menderita PTSD; ayahnya dan Cheng Yin. Lalu ditambah perpisahannya dengan Nian Qin. Logika berceritanya bisa diterima kalo kayak gini.

Yang menjadi alarm, sekaligus membuat kita sedih adalah sosok Wuyan. Wuyan yang kita lihat move on dengan hidupnya, ternyata masih menyimpan kesepian dan trauma beratnya. Pada kenyataannya, orang-orang dengan problem mental health lebih banyak terlihat baik-baik saja, bahagia sentosa di luar, tetapi hancur lebur di dalam. Alasan ini juga sering dipakai orang-orang di luar lingkaran untuk mengkritik; padahal kan hidupnya bahagia aja kok bisa kena mental health sih? Malangnya, soal mental health ini masih menjadi urusan yang tabu dan sering salah kaprah dipahami orang-orang. 

Wuyan dan PTSD-nya memberi tahu kita, nggak semua yang tampak baik-baik saja, benar-benar baik-baik saja. 

Begitu mengetahui kondisi Wuyan, Nian Qin berusaha mencari cara untuk menyembuhkan Wuyan. Kejadian ini juga membuat Nian Qin perlahan berubah. Dia tahu gimana fatalnya kejadian tiga tahun lalu berefek pada kondisi psikologisnya Wuyan Saya senang Nian Qin berkonsultasi ke ahlinya terkait PTSD-nya Wuyan. Waktu Nian Qin meluk Wuyan dari belakang di belakang di dapur, setiap kali nama Cheng Yin keluar dari mulut Wuyan, ekspresi khawatir dan hati-hati selalu terlihat di wajah Nian Qin. Besar banget sayangnya ke Wuyan....


Yang saya sayangkan adalah eksekusi pelepasan Cheng Yin di ending ep 24. Terlihat sangat buru-buru, tidak hati-hati. Ala kadarnya. Di novel juga sih, cuman emang paling parah di dramanya. Kedalaman cerita Crush yang hadir di 12 episode pertamanya seolah tak membekas menjelang ending. Sayang sekali. Kekecewaan terbesar saya di sini, tentang akhir hidup Cheng Yin di keseharian Wuyan.

Di paruh kedua Crush, sepertinya screenwriter nggak ingin melenceng kelewat jauh dari novelnya, walaupun tidak bisa dipungkiri perubahan-perubahan yang dia lakukan di paruh pertama justru menolong memberikan sudut pandang pemahaman yang lebih baik bagi penonton. 

Oya, upayanya Nian Qin untuk beradaptasi dengan dunia barunya diperlihatkan meskipun nggak dengan porsi gede. Tapi lewat ceritanya Xiao Lu, juga pengakuan Nian Qin, kita tau perjuangan Nian Qin nggak mudah 

-Baper Corner-


Saya termasuk yang telat nonton fast track-nya Crush. Di hari penayangan 6 episode terakhirnya, saya sedang berjibaku dengan deadline. Karena nggak pengen kena spoiler, saya bela-belain ga buka  IG dan Twitter wkwk. Tiba giliran nonton, saya bener-bener nikmatin 6 episode terakhir Crush. 

Hepi banget liat Nian Qin-Wuyan. Ntah kenapa saya lega banget ngeliat gimana mereka mulai baikan. Prosesnya alamiah. Yang paling saya kagumi adalah Wuyan. Nggak di novel, nggak di drama, Wuyan adalah karakter favorit saya. Pasca perpisahannya menyakitkan dengan Nian Qin, Wuyan menjadi lebih dewasa. Wuyan nih mau dengerin saran orang. Dia nggak akan sungkan mengakui kalo sudut pandangnya keliru. Wuyan juga nggak bersikeras menolak kenyataan bahwa dia masih menyukai Nian Qin. Di sisi lain, Nian Qin juga demikian. Seenggaknya tarik-ulur perasaan yang menyebalkan yang bikin frustasi bisa dihindari. Pada proses ini saya agak kesal ke Nian Qin, dia yang nyium Wuyan diam-diam pas lagi tidur, Nian Qin yang nunjukkin sikap arogannya, yang berusaha menekan Wuyan dengan powernya, bagian ini yang bikin saya pengen nampol Nian Qin. Tapi kasian juga sih wkwk. Nian Qin kalo cemburu serem. Galak ih. Untung Wuyan setrong yah. Posisinya Nian Qin nggak enak. Serba nggak enak. Keinginannya untuk nyamperin Wuyan terhalang rasa bersalah yang besar sekali. Jadi, ia hanya bisa memantau kehidupan Wuyan dari jauh-jauh, memastikan ia hidup bahagia. 

Pas denger Wuyan ikut blind date aja langsung deh kebakaran jenggot HAHAHA. Dasar.

Tau nggak apa yang paling saya suka dari pasangan ini? Kiss scene? No. Pelukannya mereka. Wuyan nempelin kepalanya dengan nyaman di dadanya Nian Qin. Nian Qin nih kalo meluk Wuyan pasti total. Perfect. Perbedaan tinggi badan mereka pas banget. Baper sayah. Peluk guling doang mah bisanya wkwk. 

Scene favorit saya buanyak banget. Salah satunya setelah mereka rujuk, sewaktu Nian Qin dengan turtleneck putihnya menaruh kepalanya di bahu Wuyan. Suka banget ituuu. Nian Qin keliatan ganteng banget banget banget di situ. Trus kan sebelum itu dia diajakin ngobrol sama dua anak perempuan keluarganya Wuyan. Saya kelepasan ngakak gara-gara Nian Qin dengan pedenya bilang ke dua bocah perempuan itu kalo warna merah mudah mengingatkannya pada bibir Wuyan. "Itu adalah warna favoritku," katanya sambil masang gestur sok rahasia. Ekspresinya itu loh. Untung ya saya nonton nggak sambil makan, bisa muncrat semua itu makanan. Jangan-jangan warna merah mudah berlian pada cincin lamaran yang dikasih Wuyan terinspirasi dari bibirnya Wuyan. Ih Nian Qin Ihhhhh HAHAHAHA.



Scene lamaran!

Mon maap lamaran tuh ya harusnya romantis kan ya? Nian Qin ngelamar Wuyan di dapur sambil nungguin masakan. Saya ngakak. Sebenernya yang bikin ngakak itu waktu Wuyan antusias nyeritain proses lamaran pake tiramisu yang dia nonton di film. Nggak kuat liat wajahnya Nian Qin. Abis itu dia bales nyeletuk. "Kedengarannya membosankan. Dia bisa tersedak." 

Ngakak.

Ya nggak salah juga Nian Qin, logiknya jalan. Tapi kan... anu...Hhhh. Emang susah ngomong sama laki-laki yang nggak romantis kayak Nian Qin. Tapi kok ya kalo diingat-ingat banyak tuh tindakannya dia di episode belakang yang romantis?

Kehidupan Nian Qin-Wuyan berubah total, ganti genre dari melo ke komedi. 

Nah yang paling bikin saya ngakak (ga boong saya ngakak kenceng banget), awal-awal abis nikah Nian Qin punya kebiasaan aneh. Kalo pulang pintunya harus dibukain sama Wuyan, trus dia akan cium kening Wuyan, elus-elus kedua lengannya. Ritual yang membuat Wuyan gemas dan kesal. Reaksi dan ekspresi Wuyan-lah yang membuat saya tawa saya meledak. Kebayang kesalnya dia. Mana Nian Qin selow aja, nggak digubrisnya Wuyan dengan kekesalannya yang siap meledak itu. Suka banget makna di balik ritual pintu ini.  

Yah begitulah kehidupan Wuyan dan Nian Qin. Penuh warna penuh tawa penuh ke-baper-an penuh haru. Heartwarming.

Saya suka couple ini karena nggak bikin eneg. Chemistry-nya bagus. Mereka begitu berbeda dalam banyak hal, tetapi bisa memilih bersepakat dalam mencintai. Wuyan yang nggak bisa masak, suka sembarangan naruh barang, kalo nyanyi suaranya fals; nada lagunya ke utara suaranya Wuyan ke selatan, Wuyan yang cengeng gampang nangis. Nian Qin menerima itu semua. Demikian pula sebaliknya. Meskipun Nian Qin tidak romantis, kadang galak, manja nggak ketulungan, tapi bisa dipastikan jika itu menyangkut Wuyan dan anaknya, Nian Qin rela melakukan apa pun itu. Saya bisa melihat Nian secara utuh, bahwa sebenarnya ia adalah sosok yang hangat. 
Saya menyukai cara Nian Qin memanggil Wuyan. Penekanannya selalu konsisten.

"Wuyan."

Btw, kasian kuping Nian Qin ya, dua perempuan yang disayanginya sama-sama buta nada. Wuyan dan ibunya. Tiap ke tempat karaokean, Nian Qin kena tekanan mental. Semoga anak perempuannya nggak buta nada.  

-Closing-


Wuyan dan Nian Qin masuk list couple Cdrama favorit saya. Dan Nian Qin, Kang Musisi-nya se-paguyuban resmi masuk list kesayangan nyusulin Mas Bodyguard, Mas Antariksa, dan Kapten Xing tahun ini. 😘

Crush mungkin bukan drama yang sempurna, tetapi drama ini telah banyak memberikan rasa gembira kepada penontonnya. Hemat saya, sebuah drama berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik ketika ia bisa meninggalkan kenangan yang kuat di ingatan penontonnya. Di mata saya Crush adalah drama seperti ini. 

Dialog-dialog Crush bagus. Banyak kalimat-kalimat puitis dengan pesannya yang kuat.

Pesan penutup yang muncul di akhir episode 24 membuat saya tersenyum. Crush seolah tahu bahwa dirinya adalah hidden gem  yang ditemukkan penontonnya dengan cara tidak sengaja.

"... terima kasih telah menemukan kami." 

Terima kasih, Crush. 💚


 Tabik,
Azz

 
 
 
   


No comments:

Post a Comment

Haiii, salam kenal ya. 😊