[Review] Mr. Sunshine


Starring : Lee Byung Hun, Kim Tae Ri, Yoo Yeon Seok, Byun Yoo Han, Kim Min Jung
bgm : Hwang Chi Yeol-How Can I Forget You
Saya masih ingat hebohnya reaksi publik sewaktu Kim Eun Suk dan tim produksi mengumumkan pemeran utama pria Mr. Sunshine. Nama Lee Byung Hun memantik reaksi negatif yang tidak main-main. Publik belum dan (mungkan) tidak akan pernah melupakan skandal yang melibatkan aktor papan atas ini dengan dua perempuan, yang salah satunya merupakan eks member sebuah girl group. Seakan tidak cukup dengan faktor Lee Byung Hun, didapuknya Kim Tae Ri sebagai pemeran utama wanita, kian melejitkan sentimen negatif publik. Mengingat perbedaan usia keduanya yang jomplang sekali, publik tidak sanggup membayangkan adegan romantis antara Lee Byung Hun dan Kim Tae Ri. Bahkan ada yang bilang mereka udah kayak Om dan ponakan ㅋㅋㅋㅋ
Nama Yoo Yeon Seok, Byun Yoo Han, dan Kim Min Jung—yang menggantikan Kim Sarang—menyusul kemudian untuk menemani  Lee Byung Hun dan Kim Tae Ri. Dari kelima aktor dan aktris tersebut, nama Yoo Yeon Seok dan Kim Min Jung sudah mendapatkan tempat tersendiri di ingatan saya. Saya sudah sering menonton drama yang mereka bintangi.
Bisa dibilang, saya cukup kalem menanggapi step awal Mr. Sunshine. Tidak seperti kebanyakan orang yang kerap menyentil dengan nada sarkas dan sinis karya-karya Kim Eun Suk—cenderung mengarah pada rasa tidak suka. Kritikan yang dilahirkan bermacam-macam itu... saya—meski tidak pernah lupa menyisakkan ruang untuk kritik terhadap drama-dramanya Kim Eun Suk—selalu berakhir menonton drama-drama Kim Eun Suk. Saya sulit menjelaskan detailnya mengapa saya bisa betah nonton. Ada sesuatu yang khas pada naskah Kim Eun Suk, yang tidak akan pernah saya temukan pada penulis naskah lainnya.  Mungkin karena saya suka menulis fiksi, makanya saya sadar betul, kamu butuh waktu yang tidak pendek agar bisa menemukan ciri khasmu sendiri ketika menulis, dan bagi saya Kim Eun Suk sudah memiliki itu. Yang saya tahu, di posisi saya saat ini, ciri khas itu mahal sekali.
Dan ditayangkanlah dua episode perdana Mr. Sunshine. Saya tidak kaget lagi ketika membaca reaksi-reaksi penonton yang sudah menonton episode plot. Drama-drama Kim Eun Suk yang lalu, tanggapan awal-awal episode memang sering seperti itu. Saya berani bertaruh, opini publik akan segera jungkir balik setelah drama ini memasuki episode-episode selanjutnya.
Saya tidak menunggu lama untuk menonton episode plot Mr. Sunshine. Dan hasilnya? Tante Kim Eun Suk, selamat! Anda berhasil mendapatkan perhatian saya. Lagi. Untuk yang kesekian kalinya.
Storyline
Mr. Sunshine mengambil setting Joseon di akhir abad ke-18 hingga awal abad ke 19 pada masa pemerintahan Raja Gojong—raja ke-26 dinasti Joseon (8 September 1852-21 Januari 1919). Jelang akhir abad 18 hingga memasuki abad ke-19, Joseon tengah menghadapi masa-masa sulit, dan berada di ambang kejatuhannya. Sejarah mencatat Joseon jatuh ke tangan Jepang pada tahun 1910, dan berhasil memerdekakan diri 35 tahun kemudian tepatnya 15 Agustus 1945, setelah Jepang menyerah kalah (tanpa syarat) kepada sekutu, yang dipicu meledaknya Hiroshima dan Nagasaki akibat bom atom pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945.
Mr. Sunshine mencoba mengangkat kisah masa-masa awal invasi Jepang atas Joseon.
Dalam status sosial Joseon, Choi Yoo Jin/Eugene Choi (Lee Byung Hun) terlahir sebagai budak. Kedua orang tuanya meninggal saat usianya masih belia. Ibunya bunuh diri dengan melompat ke dalam sumur setelah suaminya—ayah Yoo Jin tewas dibunuh Kim Hyeon Seob yang merupakan kakek dari Kim Hee Sung (Byun Yo Han). Hidup Yoo Jin tidak pernah mudah setelah itu. Ia melarikan diri, terkatung-katung, hingga akhirnya melalui sebuah kejadian dramatis ia dipertemukan dengan Joseph, seorang misionaris Amerika melalui perantara si pembuat keramik, Hwang Eun San (Kim Gab Soo). Joseph membawa Yoo Jin kecil ke Amerika. Setelah Yoo Jin dewasa, takdir membawanya kembali ke Joseon yang sedang sekarat. Ia datang bukan sebagai budak, tapi seorang tentara Amerika. Eugene (Yoo Jin) kembali ke Joseon beserta keinginannya membalas dendam kepada orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Ia kemudian bertemu dan jatuh hati pada Go Ae Shin (Kim Tae Ri),  gadis dari golongan bangsawan yang tengah memperjuangkan hak-hak negerinya, Joseon. Dan dimulailah kisah mengharu biru ini; patriotisme yang hidup di antara cinta, pengorbanan, juga kehilangan demi kehilangan yang menderaskan air mata.
Setidaknya, saya menangkap ada dua sudut pandang yang menggaris bawahi Mr. Sunshine. Satu, sudut pandang Choi Yoo Jin (Eugene) yang melihat kepastian jatuhnya Joseon. Dua, sudut pandang Go Ae Shin, ia mewakili jeritan hati rakyat Joseon yang ingin melepaskan diri dari kungkungan Jepang.
Mengapa Go Ae Shin kukuh memperjuangkan sesuatu (Joseon) yang kejatuhannya sudah pasti?  Tidakkah ia tampak seperti mengejar kekosongan semata?  Berjuang demi sesuatu yang terasa mustahil untuk diraih... Seperti mengukir di atas air.
Pada masa-masa itu, mengharapkan kemerdekaan ibarat utopia. Jepang begitu perkasa, sedang Joseon, negara kecil itu sedang sakit dicecar kepentingan asing dari berbagai penjuru. Joseon sedikit demi sedikit kehilangan kaki-nya. Tapi Go Ae Shin, dan Tentara Kebenaran (Righteous Army) tidak mengenal kata menyerah. Harapan kebangkitan Joseon masih ada. Masih bernapas.
Menurut saya inilah inti cerita Mr. Sunshine; perjuangan rakyat Joseon melawan penjajah Jepang. Patriotisme yang ditunjukkan Kim Eun Suk melalui karakter-karakter di Mr. Sunshine benar-benar menggugah saya; mulai dari karakter utama hingga karakter minor. Adapun kisah cinta di drama ini, ia tidak berdiri sendiri dan tidak mengganggu fokus cerita, keberadaannya tak sekadar bunga-bunga, lebih dari pemanis semata, ia justru semakin mempertajam konflik, hingga pada akhirnya saya menyadari betapa spesial dan indah romansa yang coba dihadirkan Kim Eun di Mr. Sunshine. Saya sudah terbiasa dengan kisah cinta di drama Kim Eun Suk, tapi pada Mr. Sunshine, saya merasakan romansa yang berbeda dari drama-drama Kim Eun Suk sebelumnya. Romantisme Mr. Sunshine meninggalkan kenangan getir, dan membuat hati riuh oleh kesedihan setiap kali menelusuri jejak-jejaknya di setiap episodenya. Saya mencoba membayangkan ada berapa miliar kisah cinta yang terpaksa harus mengalah dan mati pada masa-masa itu, ketika ketidakpastian dan kebahagiaan hampir mustahil didapatkan? Hati saya nyeri. Dan kisah cinta yang lahir dari rahim tahun-tahun perjuangan di masa itu selalu menyimpan getir dan kesedihannya sendiri. .
Storyline Mr. Sunshine menyentuh saya. Pace-nya terjaga, dinamis. Tidak ada satu pun episode, tidak ada satu pun scene yang membuat saya menghela napas bosan. Mengesankan.
Gun. Glory. Sad ending.
Adakah yang mau meminjamkan saya bahunya barang sebentar? .
Cast and Character
Dalam sudut pandang saya yang sudah menonton lebih dari lima drama Kim Eun Suk, salah satu yang paling berharga dari karya beliau adalah segi penokohannya yang kuat sekali. Kim Eun Suk selalu berhasil memberikan nyawa dan konsisten pada karakter-karakter di dramanya. Tidak peduli karakter itu memiliki porsi sedikit. Tidak mudah memberikan detail seperti itu apalagi kalau tokoh-tokohnya buanyak. Sering loh karakter minor di drama beliau mendapatkan sambutan yang bagus sekali dari viewers.
Okey, mari kita bahas satu-persatu lima karakter utama dari Mr. Sunshine.
Lee Byung Hun as Choi Yoo Jin/Eugene Choi
Saya membaca beberapa komentar netizen di Twitter, dan di forum-forum yang mengatakan bahwa mereka tidak menonton Mr. Sunshine karena Lee Byung Hun. Bagaimana dengan saya? Apakah saya telah dengan sengaja mengabaikan skandal yang melibatkan Lee Byung Hun dan menikmati penampilannya di drama ini? Pertama dan yang paling utama, saya harus menegaskan bahwa saya tidak pernah menjadi dan tidak akan menjadi fans Lee Byung Hun. Tidak sekali pun terbit keinginan dalam benak saya untuk menyukai aktor satu ini, baik itu sebelum skandalnya terkuak, dan setelah ia tampil di Mr. Sunshine. Lalu mengapa saya tetap enjoy menonton Mr. Sunshine sampai tamat? Tolong maafkan saya, saya pasti akan menyesali keputusan saya jika melewatkan drama sebagus ini hanya karena faktor Lee Byung Hun. Saya tidak yakin dalam beberapa tahun ke depan akan muncul lagi drama bagus yang mengusung tema yang sama seperti Mr.Sunshine.
Dan sekali lagi maafkan saya, setelah melihat performa Lee Byung Hun di Mr. Sunshine, saya tidak yakin ada aktor lain yang bisa memerankan karakter Eugene Choi se-apik dan sebagus Lee Byung Hun. Eugene Choi adalah karakter yang sulit bukan hanya karena kefasihannya berbahasa Engrish, dan Jepang, tapi kematangan akting sangat dibutuhkan. Eugene Choi sangat jarang menampilkan warna emosinya secara terang-terangan. Ia digambarkan sebagai sosok yang terukur dalam bertindak, nggak panikan saat dalam situasi gawat, cool, tenang, sulit dibaca arah pergerakannya. Ia bukan karakter ceroboh, plin-plan, dan baperan ㅋㅋㅋㅋ Saya salut, Eugene masih bisa mempertahankan ketenangannya dalam situasi segenting apapun. Udah biasa di medan perang kali ya, jadi di kepalanya selalu penuh dengan rencana-rencana. Gagal di plan A, masih ada plan B, dan seterusnya... tingkat kepercayaan dirinya warbiasah sekali. Pendek katanya, sosok ini bisa diandalkan.
“His choices were always quiet and heavy. They seemed selfish and sometimes cold. However, he was always walking in the right direction.”  –Go Ae Shin tentang Eugene Choi.
Usai menamatkan Mr. Sunshine, saya bertanya-tanya kepada diri saya sendiri, apakah mungkin menyukai satu karakter di drama tanpa menyukai aktor/aktris nya di luar drama/real life? Sebelum bertemu Mr. Sunshine, saya pikir hal ini mustahil. Yang kerap terjadi adalah saya melanjutkan jatuh cinta saya pada satu karakter kepada aktor yang memerankannya di luar drama, sebut saja salah satu di antaranya Park Bogum. Pernah juga, saya menolak nonton satu drama karena tidak menyukai aktor utamanya. Nyatanya akan selalu ada pengecualian. Saya bisa menyukai karakter Eugene Choi, tanpa harus menyukai Lee Byung Hun—sebelum dan sesudahnya. Aneh kan? Kamu aja bingung, apalagi saya? ㅋㅋㅋㅋ
Sosok Eugene Choi memukau saya dengan segala yang ada padanya. Ketika ia muncul pertama kali di episode perdana, saya meraba-raba seperti apa lead male Kim Eun Suk yang satu ini? Jika menilik latar belakang dari mana ia berasal dan bagaimana jalan cerita hingga menjadi dirinya yang sekarang, saya sempat berpikir mungkinkah Eugene tumbuh menjadi pria yang dingin dan keras? Apakah dia tipe lead male yang bikin viewers cewek ber-uwuuuuu ria? Interaksinya dengan Gwang Su—si penerjemah koplak mematahkan hipotesa saya. Dibalik sikap tertutupnya yang terkesan tak acuh itu, Eugene sesungguhnya adalah pria yang memiliki hati yang hangat dan... lucu HAHAHAHA. Saya tahu masa depan Eugene Choi sebagai karakter menyenangkan akan cerah pada episode-episode berikutnya, setelah melihat scene nya bersama Gwang Su. Ciri khasnya Kim Eun Suk tuh jago banget bikin dialog yang memancing tawa padahal karakter-karakter yang terlibat dalam dialog tersebut tidak bermaksud melucu. Ekspresi wajah udah super duper serius...
Nah, Eugene dan Gwang Su kayak gitu. Emang dasarnya Gwang Su lucu sih jadi klop, pas banget ketemu Eugene yang ternyata memiliki selera humor terselubung itu. Trus Eugene-nya bisa absurd juga gara-gara panik, yang saya maksud waktu dia nelen surat penugasannya di tempat baru di ep  12 HAHAHAHAHA. Udah sok-sok an mau hengkang dari Joseon, eh ujung-ujungnya nggak jadi. Trus lagi, waktu dia dan Ae Shin tuker-tukeran surat di apotik. Saking semangatnya Eugene pengen segera membaca surat dari Ae Shin, dia sampe terpeleset dan jatuh. Saya kaget, ngakak dong HAHAHAHA. Banyakkk banget scene koplaknya si Eugene yang bikin saya mau tidak mau tertawa.
Scene paling juara dan yang paling menjungkir balikkan perasaan saya terhadap Eugene adalah di final episode ketika ia mengucapkan kalimat terakhirnya kepada Ae Shin sebelum berlari menuju gerbong yang dipenuhi tentara Jepang. Ya Ampun... itu tuh epik banget, demi apapun! Saya nahan napas, air mata jatuh satu-satu. Lebay ya? BODOOOOO. Pokoknya sediiiiiiiiiiih.
“... don’t cry. This is my history. And my love story. That’s why I must go. I wish for your victory. You should take a step forward. I will take a step back.”
Tidak mudah bagi Eugene untuk bisa tiba pada pengorbanan itu. Keputusan ini tidak diambilnya dalam keadaan terdesak namun sudah diputuskan olehnya sebelum naik ke kereta tersebut, yakni ketika ia memutuskan kembali ke Joseon setelah menjalani tiga tahun masa tahanan—Eugene sadar, begitu banyak ketidakmungkinan yang mengadang kebersamaannya dengan Ae Shin. Banyak sekali. Maka di antara ketidakmungkinan itu, ia memilih satu jalan yang paling mungkin diraihnya agar ia selalu (merasa) dekat dengan Ae Shin.
Jangan tanya gimana reaksi saya ketika menonton scene itu. Saya nangis sampe terisak. Nyeseknya nggak bisa digambarkan lewat kata-kata. Scene itu sudah saya ulang-ulang entah keberapa kali dan tetap sedih nggak ketulungan. Kayak ada ganjalan di rongga dada yang bikin saya menahan napas. Sakit. .
 “Don’t worry. You should protect your country, Joseon. I will protect you. This is my history and I’ve decided to do this.”
Ah. Choi Eugene tetap cool  sampai akhir... Di mata saya Eugene tidak seperti karakter lead male Kim Eun Suk yang paling bisa menyihir viewers cewe dengan pesonanya... ehm Yoo Shi Jin ehm. Gimana ya mendeskripsikannya... Eugene tidak digambarkan sebagai sosok heroik berlebihan. Saya tuh ke Eugene ketimbang terpesona dengan karakternya, lebih tepatnya saya menaruh respek. He is so cool. Sesuai namanya. Choi Eugene. The greatest and noble one.
Every step I took with you, meant everything to me. Every moment I spent with you, was like a picnic to me.”
Kim Tae Ri as Go Ae Shin
Ini adalah kali pertama saya menonton Kim Tae Ri berakting. Ketika tim produksi Mr. Sunshine mengumumkan nama Kim Tae Ri sebagai lead female, di kepala saya yang muncul wajah Lee Tae Ri—mian. Saya kan belum pernah menonton film yang dibintangi Kim Tae Ri. Yep, Mr. Sunshine merupakan debut pertama Kim Tae Ri. Sebelumnya ia hanya bermain film.
Kim Tae Ri berhasil membawakan karakter Go Ae Shin dengan sangat sempurna. Go Ae Shin adalah sosok perempuan tangguh yang berani, cerdas dan keras kepala. Ia berasal dari golongan bangsawan. Di tengah usahanya membela dan memperjuangkan kemerdekaan Joseon dari Jepang, ia jatuh cinta kepada Choi Eugene—tentara Amerika yang kala itu sedang bertugas di Joseon. Apakah rasa cintanya kepada Eugene membuat Ae Shin menyerah pada perjuangan untuk Joseon? Tidak sama sekali. Ae Shin sedari awal telah menjadikan perjuangan Joseon sebagai prioritas. Betapapun besar cintanya kepada Eugene, ia tidak bisa membuang negaranya pada urutan kesekian demi Choi Eugene. Di sinilah letak kekuatan karakter Ae Shin; ia mencintai Eugene dan Joseon. Bila harus memilih, maka Joseon ada di urutan pertama. Meskipun rasa cinta itu harus ditebusnya dengan nyawa. Kepada Eugene, Ae Shin tidak berharap pria ini berada di antara keruwetan Joseon. Cara Ae Shin mencintai Joseon dan Eugene berbeda. Bentuknya sama; perlindungan. Tapi dalam konteks yang berbeda. Saya tidak berani menakar atau menebak-nebak seberapa dalam kasih sayang Ae Shin kepada Joseon dan Eugene.
Turning point karakter Go Ae Shin terjadi di episode 10 ketika Eugene (akhirnya) memberitahu Ae Shin tentang masa lalunya sebagai budak yang melarikan diri dari Joseon.
 “This country you’re trying to protect, who is it for? Is there a life for butchers? Is there a life for slaves? –Choi Eugene
Pengakuan Eugene berhasil menjungkirbalikkan sudut pandang Ae Shin selama ini. Seorang gadis bangsawan berjuang demi kemerdekaan bangsanya. Kedengarannya memang melankolik dan ada nada heroik yang mengikutinya. Namun jika ditilik lebih dalam lagi, sesungguhnya Ae Shin belum sepenuhnya mengerti gambaran utuh mengenai perjuangannya sendiri. Bahwa selama ini gelar bangsawan selalu membawa konotasi buruk di masyarakat, Ae Shin tidak begitu memerhatikan itu. Ada beberapa kali secara naluriah Ae Shin menunjukkan kesombongannya sebagai seorang gadis bangsawan
“What good of a man is he when flowers are all he has in his hands?”
Ini adalah salah satu kalimat yang diucapkan oleh Ae Shin yang menunjukkan betapa dangkal pemahamannya mengenai dunia luar. Sudut pandangnya terhadap Kim Hee Sung hanya sekadar penampakannya saja. Apa yang tampak pada Hee Sung.
Termasuk juga ketika ia dengan terang-terangan menuduh Gu Dong Mae sebagai pengkhianat—ia tidak (mau) mencoba memahami apa yang membuat Gu Dong Mae menjadi seperti itu. Agar bisa mengenali dan memahami sepenuhnya sudut pandang kelas bawah, seseorang (setidaknya) harus hidup berdampingan dengan mereka. Sedangkan Ae Shin? Gadis ini hidup dalam lingkungan bangsawan. Sehari-harinya ia hanya bersama Haengrang dan Haman-daek—dua pengasuhnya sejak kecil. Ae Shin tidak pernah benar-benar bergaul dengan kelas bawah. Eugene menjadi semacam cermin yang membawa banyak pertanyaan untuk Ae Shin, yang dengan pertanyaan-pertanyaan itu ia bisa merekonstruksi ulang mengapa ia berjuang mengangkat senjata melawan kolonialisme. Kehadiran Eugene tidak lantas melemahkan perjuangan Ae Shin, sebaliknya—ia menguatkan.
“In this world, differences certainly exist. Difference in power, difference in opinions, difference in social status, but you are not to blame for that and neither I am. It’s just so that we met in this kind of world.” –Choi Eugene
Lantas apa yang membuat Go Ae Shin begitu berbeda dengan bangsawan lainnya? Kita tidak bisa melupakan sosok mendiang ayah dan ibu Ae Shin yang juga merupakan anggota Righteous Army. Darah pejuang mengalir dalam darah Ae Shin. Sedikit banyaknya mereka telah memberikan pondasi awal pada karakter Ae Shin, ditambah dengan ajaran-ajaran kebaikan yang diberikan kakeknya, menjelmalah ia Go Ae Shin yang kita kenal.
Soal akting Kim Tae Ri, fix banget saya terpukau. Ekspresinya detail, permainan emosi lewat matanya keren sekali, plus suaranya yang enak di kuping, saya sukaaaaa. Banyak sekali moment di mana Kim Tae Ri berhasil menyihir saya dengan aktingnya. Puncaknya adalah final scene di kereta setelah Eugene berlari ke arah gerbong yang dipenuhi tentara Jepang. Kim Tae Ri sukses menggambarkan sebuah situasi yang biasa disebut tertegun, terhenyak, tersentak. Detail ekspresinya juaraa! *sedih lagi deeeeeh inget ep 24* .
Kim Tae Ri cantik banget. Mau pake hanbok atau pakaian modern, kecantikan dan keanggunannya memancar. Auranya sebagai gadis bangsawan cetar ke mana-mana.
Yoo Yeon Seok as Gu Dong Mae
Ditunggu dan ditunggu kemunculannya setelah Romantic Doctor. Lumayan kaget sih pas tahu Yoo Yeon Seok mau main di dramanya Tante Kim Eun Suk. Nggak nyangka. Sebelum tayang, saya menebak-nebak seperti apa yah karakternya Yoo Yeon Seok?
Seketika shock dengan kemunculan pertama kali Gu Dong Mae di Mr. Sunshine. Doi jadi preman pasar *ditoyor*. Abisnya ke mana-mana petantang-petenteng bawa katana, mukanya serem bawaannya mau ngajakin orang berantem mulu. Tebas sana tebas sini. Hadeh. Udah nggak enak aja ini feeling.
Apa yah yang  bisa diceritakan dari karakter satu ini? Selain nasibnya yang ngenes tentu saja.
Sama seperti Eugene, Gu Dong Mae dilahirkan dari golongan budak. Ibunya mati terbunuh. Ia kemudian melarikan diri ke Jepang dan menjadi anggota Musin Society—kelompok paling mematikan dari Jepang. Di Joseon, Gu Dong Mae menguasai sejumlah tempat penting yang sering dijadikan sebagai lokasi transaksi dan pertemuan orang-orang besar di sana. Ngakunya sih, dia (Gu Dong Mae) bekerja untuk duit. Asal ada duit, nggak peduli Joseon, Jepang, Amerika—dia hayuk aja /dasar mata duitan kamuuu/ *bentar lagi saya diamuk fansnya Gu Dong Mae nih*. Iya, gitu deh hidupnya Gu Dong Mae. Duit-tebas sana sini-duit lagi.
Sosok Ae Shin-lah, yang telah membawa angin perubahan dalam hidupnya *taelaaah angin perubahan... cem tagline kampanye saja*. Ae Shin pernah nolongin Dong Mae dalam pelariannya. Sejak saat itu, Dong Mae selalu memerhatikan Ae Shin (diam-diam) dari kejauhan. Saya pernah meragukan, sayangnya Dong Mae ke Ae Shin sama dengan rasa sayangnya Eugene ke Ae Shin. Atau jangan-jangan utang budi Dong Mae ke Ae Shin telah bermetamorfosa menjadi sebentuk rasa yang jauh lebih kompleks dan sulit dengan segala ketidakmungkinannya itu? Yang jelas, demi keselamatan Ae Shin, Gu Dong Mae rela mengorbankan apa saja termasuk nyawanya. .
Jadi, sebenarnya Gu Dong Mae itu jahat apa enggak sih? Tauk deh. Abu-abu. Kalau saya yang ditanya, menurut saya Dong Mae itu jahat apa enggak? Enggak, jawab saya. Lalu apakah cinta Dong Mae ke Ae Shin—andai boleh disebut demikian—terkesan membabi buta? Nope. Jika benar Dong Mae jahat dan cintanya kepada Ae Shin itu buta, maka Eugene dan Hee Sung akan menjadi sasaran utama Dong Mae. Makanya saya bilang, karakter Dong Mae tuh malang sekali. Galak-galak tapi mendem kesedihannya sendiri. Biar kata tampangnya seperti ngajakin orang berantem, tapi hatinya enggak. Hihihi.
Sedih itu, ngeliat dia senyum-senyum bahagia abis ketemu Ae Shin yang datang bayar utang setiap tanggal 15 /moga ga salah/. Dia nggak menuntut banyak. Dari awal dia emang udah sadar, dia dan Ae Shin ibarat bulan dan remah roti. Jauh banget ya perbandingannya? Yaaa emang sejauh dan se-berbeda itu kasta mereka. Saya pun mikir, perbedaan status sosial yang mengakar di Korea ternyata sudah ada jauh bahkan sebelum Republik Korea Selatan terbentuk. Sebutlah sebagai warisan nenek moyang.*sigh*
Sampai saat ini saya masih berpikir begini, bahwa ucapan Dong Mae remaja kepada Ae Shin remaja-lah yang menjadi pemantik Ae Shin tumbuh menjadi dirinya yang dewasa. Ucapan Dong Mae menghantuinya terus menerus sehingga ia merasa harus selalu membuktikan ucapan itu hanya tuduhan sepihak, bahwa ia tidak seperti yang dikatakan Dong Mae.
 
Kim Min Jung as Kudo Hina/Lee Yang Hwa
Tegar, independen, cerdas. Namanya Kudo Hina. Kecepatannya berpikir dan mengatasi situasi genting mengingatkan saya pada Choi Eugene. Di satu sisi, saya melihat Kudo Hina sebagai sosok perempuan yang kuat, namun di sisi lain, tak bisa disembunyikan betapa lonely-nya karakter ini. Ia dijual ayahnya kepada pria Jepang, yang kemudian mewariskan Glory Hotel kepadanya. Kerasnya hidup yang ia jalani membentuknya menjadi sosok perempuan tangguh.
Orang yang baru pertama kali ketemu Kudo hina pasti mikirnya, nih cewek genit amat sih. Dilihat dari gestur, cara ngomong, lirikan matanya... Ae Shin kan awalnya mikir kek gitu juga. Apalagi udah dipancing-pancing (baca; komporin) Kudo Hina sendiri. Ngakak tuh di ep 4, Ae Shin ke Glory Hotel karena disuruh imo-nya nyari Ae Sun. Kepo kan si Ae Sin-nya. Ditanyalah Kudo Hina-nya, pada ngapain sik ciwi-ciwi ke hotel? Dijawab sama Hina, nggak beda jauh ama laki—makanan, alkohol, rokok, main kartu, ranjang, pria, dan cinta, semua bisa ditemukan di situ. Reaksinya Ae Shin HAHAHAHAHA antara malu, kikuk, dan kaget. Nggak biasa denger bahasa gitu. Buru-buru pamit dong. Pas putar badan, udah ada Eugene di sana; berdiri kikuk. Salah tingkah. Situasinya kurang lebih kek gini; Eugene kuatir Ae Shin salah paham mengira keberadaannya di hotel tak berbeda jauh dengan pria-pria di sana. Tanpa diminta Eugene ngejelasin kenapa dia tinggal di Glory Hotel. Dia seorang tentara yang butuh makan dan tempat yang nyaman—kurang lebih seperti itu.
Enjoy your stay, kata Ae Shin dingin. Keliatannya sih marah (?) ㅋㅋㅋㅋ
Kudo Hina merupakan karakter penting di Mr. Sunshine. Ia menjadi penyambung/perantara banyak pihak. Pergerakannya luwes, hati-hati, dan mengancam. Baik sih baik, tapi dia tidak akan segan-segan bermain licik dan kejam kalau ketemu orang yang tepat. Inget nggak sama karyawan di hotelnya yang menjebak Gu Dong Mae? Sama Kudo Hina, dia udah dikasih banyak sekali kesempatan tapi dibuang percuma. Dan hukuman yang diberikan Kudo Hina ke dia sadis sih kata saya. Luka yang dibawa seumur hidup.
Yang menarik dari Kudo Hina, karakter ini berhasil menipu saya—saya pikir dia karakter antagonis. Hingga akhirnya Kudo Hina membuktikan sebaliknya. Tidak selamanya buah jatuh tak jauh dari pohonnya...
And Kim Min Jung has done an excellent job portraying Kudo Hina. Satu kata, COOL.
Byun Yo Han as Kim Hee Sung
Kaya tapi nggak bahagia. Itulah Kim Hee Sung. Chaebol-nya era Joseon. Mendiang kakeknya merupakan tuan tanah. Sepeninggal kakeknya, warisan tersebut diturunkan ke bapaknya Hee Sung. Kim Hee Sung tahu betul seperti apa perangai dan perilaku kakeknya. Seringkas pengamatan saya, Hee Sung tidak sedikit pun memiliki niat mengikuti jejak kakek dan ayahnya. Ia berbeda. Yaaaa, iya sih dia kelihatan flamboyan, demen main kartu, minum alkohol, tapi Hee Sung tidak nakal seperti yang kamu pikir. Jika Eugene memegang pistol/senapan, Dong Mae dengan katananya, maka Hee Sung menjadikan kata-kata sebagi senjata. Hee Sung menyukai kata-kata. Buku. Bulan, senja, bunga—sisi romantis Hee Sung lebih menonjol daripada Eugene dan Dong Mae. Ia berjuang dengan kata-kata. Pada satu waktu, adakalanya kata-kata menjelma jauh lebih kuat dan tajam dari pedang. Sejarah telah membuktikan bahwa jurnalisme menjadi salah satu tiang penyokong perjuangan melawan kolonialisme dan segala bentuk penindasan. Yang pernah nonton A Taxi Driver pasti setuju sama saya.
Jika Eugene jago main strategi, Dong Mae jago main tebas, Hee Sung jago main kata-kata ㅋㅋㅋㅋ Liat aja tingkahnya pas ketemu Takashi Mori, ngomongnya muter-muter dan akhirnya Mori kejebak sendiri dalam permainannya Hee Sung.
Di kepala saya, jika menyebut nama Byun Yo Han, maka yang muncul adalah perannya di Misaeng. Saya bukan fans. Saya tahu banyak sekali penikmat K-Dramas yang segera menjadi fans setelah menonton Six Flying Dragon—sayang sekali saya belum nonton. Untuk saya, performa Byun Yo Han sebagai Kim Hee Sung di Mr. Sunshine inilah yang memikat saya. Kim Hee Sung memiliki tempatnya tersendiri di hati saya. Karakter yang kerap membuat saya menarik napas panjang karena sedih. Saya tuh  pasti nyesek tiap inget tatapannya Hee Sung ke Ae Shin. Dalem banget. Sendu. Hee Sung tahu bukan Ae Shin yang melepaskan diri tapi dia yang telah menyia-nyiakan gadis itu. Bila kemudian Ae Shin menyukai Eugene—Hee Sung tidak berhak marah. Kenapa? Ae Shin menunggu sepuluh tahun pemirsah. Sepuluh Tahun! Digantungin. Salah Hee Sung yang berpikir Ae Shin seperti gadis kebanyakan. Saya punya pemikiran sendiri mengapa Hee Sung tidak pulang ke Joseon selama sepuluh tahun—dia sengaja, agar pernikahan yang dirancang orang tuanya itu tidak terlaksana. Eh nggak taunya pas pulang trus ngeliat Go Ae Shin, nyesel sendiri kaaaaaaaaaan? Terlanjur. Kalau ada yang bilang Ae Shin selingkuh, sini ta getokin palanya.
Byun Yo Han sebagai Kim Hee Sung cocooooook pisan. Ngganteeeeeng. Akting cakep. Fans Byun Yo Han yang nolak nonton dengan alasan peran doi ngenes, saya saranin nonton deh. Hubungan Ae Shin dan Hee Sung yang kandas nggak seberapalah sama tingkat ke-keceannya Byun Yo Han di sini. Saya aja yang bukan fans langsung suka! Nilai keberadaan Byun Yo Han tidak sekadar sebagai eks tunangannya Ae Shin, jauh lebih berharga dari itu. Kalau nggak ada peran Kim Hee Sung—hubungan Eugene dan Dong Mae terasa hambar, Hee Sung kan yang jadi micinnya HAHAHAHA.
Detail ekspresi kesedihan yang terpancar dari matanya Hee Sung juaraaaaa!   my hearteu .
Sayang sekali, karakter Hee Sung baru benar-benar bersinar di episode-episode terakhir. Puncaknya di ep 24. Ketika ia mengambil potret 12 traitors pro Jepang, dan detik-detik jelang kematiannya. Saat detik waktunya berhenti berdetak. Hee Sung membuktikan ia berbeda dari pendahulunya. Kakek dan ayahnya.
***
Ngomongin cast¸ nggak sempurna rasanya kalau nggak dibahas supporting role-nya juga. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, pemeran pembantu di dramanya Kim Eun Suk tidak kalah menariknya dengan main role-nya. Setiap karakter dari supporting role punya keistimewaannya sendiri, dan kehadirannya tidak diciptakan sekadarnya saja. Emang ada fungsinya kenapa dia ada di situ. Entah perannya jahat, atau baik. Ada beberapa karakter yang memorable banget bagi saya. Yang kehadirannya menyegarkan Mr. Sunhine.
Masih inget dong Kim Byung Chul yang meranin setan di Goblin, dan Jo Woo Jin sebagai asistennya Deok Hwa? Banyak viewers yang sering keliru membedakan mereka (saya bukan termasuk salah satu viewers tersebut). Nah di Mr. Sunshine, Kim Eun Suk menjadikan kemiripan dua orang ini sebagai salah satu objek pembangun tawa. Kok bisa-bisanya Kim Eun Suk kepikiran seperti itu ya?  ㅋㅋㅋ
Dua karakter ini—Il Sik (Kim Byeong Chul) dan Gwang Su (Jo Woo Jin) bener-bener jadi penyegar di Mr. Sunshine. Saya selalu menunggu kemunculan mereka. Ada aja ulahnya yang bikin ketawa. Tapi terlepas dari itu, keberadaan mereka menjadi penting karena keduanya bersinggungan langsung dengan karakter Choi Eugene. Jadi bukan hanya lucu-lucuan aja. Menyoal loyalitas, mereka tidak perlu diragukan. Salut. Walaupun Il Sik, kalau dimintai tolong ngerjain sesuatu, yang pertama disinggung ya harganya (duit). Satu-satunya orang yang bisa ngakalin Il Sik hanya Hee Sung HAHAHAHA. Oiya, Il Sik ada temennya. Namanya Choon Sik (Bae Jeong Nam). Sering berantem ga jelas, tapi kompak *laah*.
Kemudian ada Haengrang (Shin Jung Geun) dan Haman-daek (Lee Jung Eun)—dua pengasuh setia Ae Shin. Nggak usah ditanyain chemistry dua orang ini, oke banget. Lucu deh ngeliat mereka sok-sokan ngelindungin Ae Shin dari Eugene; adalah yang pasang muka galak, pake bawa golok segala, ngancem-ngancem tapi luluh pada juga gara-gara disogok pake makanan HAHAHA. Akhir-akhir ini saya semakin sering melihat kemunculan Lee Jung Eun di banyak drama. Tanpa saya sadari, karena hobi saya menonton drama Korea, tidak hanya pemeran utamanya yang saya ingat, pemeran pembantunya juga. Lee Jung Eun ini salah satu aktris pengisi supporting role yang saya suka.
Aaah. Yang tidak boleh dilupakan, Do Mi (Go Woo Rim). Anak laki-laki yang diselamatkan Eugene. Chemistry-nya dengan Eugene bagus banget. Sisi kekanakkannya Eugene keluar semua gara-gara Do Mi. Saya pengen banget liat Do Mi gede dan Eugene bisa menyaksikan itu.
Ada pula karakter nyebelin yang bikin saya pengen ngulek mulutnya pake sambal. Yang paling utama Lee Wan Ik (Kim Eui Sung), musuh sejuta umat HAHAHA. Pengkhianat yang menjual negerinya sendiri. Dia tidak segan-segan melakukan hal jahat demi meloloskan ambisinya. Licik, sadis, sombong, tidak tahu diri, penjilat—trash.
Takashi Mori yang diperankan Kim Nam Hee juga tidak kalah menyebalkan. Untungnya Eugene tidak pernah gentar menghadapi satu orang ini. Sombong banget euy, mentang-mentang di Jepang dia berasal dari keluarga terhormat tapi kelakuan minus *cih* /si mbaknya esmosi/
Overall, dari divisi kasting dan karakter, Mr. Sunshine sukses besar. Tidak ada miss-cast di sini. Kekhawatiran publik terbantahkan dengan performa para aktris dan aktor.  
Cinematography

Breathtaking. Awesome. Beautiful. Epic. Splendid.
Saya nggak tahu lagi deh mau pake kata-kata apalagi untuk menggambarkan level ke-keren-an sinematografi-nya Mr. Sunshine. Sudut pengambilan gambarnya, filter yang digunakan, editingnya—WOOOAAAAH... Di hati tuh rasanya kayak... smooth, kalem, adakalanya saya nggak sadar menahan napas saking terpesonanya dengan kualitas sinematografi Mr. Sunshine.
Beberapa scene yang saya capture...

Paling suka sama warna senjanya.
KEREN. ASLI.
O S T (Original Soundtrack)
Total 15 lagu yang mengisi soundtrack Mr. Sunshine, belum termasuk backgoround musik berupa instrumental. Nama-nama seperti Hwang Chi Yeol, Baek Ji Young, Park Hyo Shin, dan sederet penyanyi Korea Selatan lainnya didapuk sebagai pengisi OST.
Hampir semua—atau semuanya ya?—OST Mr. Sunshine kebanyakan nada sedihnya. Melo. Menyayat hati. Menggugah. Tapi ada juga melodinya yang kaya dengan nuansa heroik, coba dengar lagu The Day-nya Park Hyo Shin. Sebelum menonton episode plot Mr. Sunshine, saya  dengerin lagu ini duluan. Emosi tumpah ruah seketika.
Favorit saya : Melomance-Good Day, Savina & Drones-Home (Eugene’s Song), Hwang Chi Yeol-How Can I Forget You, dan The Day-Park Hyo Shin. Yang paling sering bikin saya nangis : Good Day dan Home .
BGM Instumental paling epik : Sad Ending—jangan ditanyain kenapaaaah. Rise Again—dipadu dengan scene-scene epik, merindiiiing. Hati bungah oleh rasa bangga, sedih, penghormatan—campur aduk semua rasa.
Lee Eung Bok berhasil mengawinkan OST  dan sinematografi yang menghasilkan scene-scene super keren, memukau, bikin tatapan mata nempel terus ke layar. In dramatic way.
Kalau nggak salah inget Director Lee Eung Bok juga yang men-direct School 2013, nah di drama itu  sentuhan beliau setipe sama Descendants of The Sun, Goblin, dan Mr. Sunshine. Saya kesulitan menemukan padanan kata/kalimat yang pas untuk menggambarkan keunikan directing-nya Lee Eung Bok.
CHEMISTRY
Dari semua drama Kim Eun Suk yang pernah saya nonton, ke-semuanya itu menyuguhkan chemistry yang tidak terbantahkan kualitasnya; on top. Mayor dan minor karakter. Sepengamatan saya hal ini bisa terjadi hanya jika naskah bagus dipertemukan dengan aktor/aktris yang cerdas mengeksekusi setiap scene, setiap dialog. Dan khusus naskah Kim Eun Suk, level kesulitannya cukup tinggi, menurut saya sih gitu. Kenapa? Misalnya nih scene lucu. Coba deh kamu bayangin ngucapin sesuatu dalam nada serius, tapi konten ucapanmu itu sebenarnya bertujuan memancing tawa—tapi kamu ngomongnya niatnya emang serius bukan bercanda. Sulit atau mudah? Candaan di Mr. Sunshine kebanyakan model-nya kayak gini. Humornya Kim Eun Suk berkelas—lagi lagi menurut saya. Perhatiin deh dialog antara Eugene, Dong Mae, dan Hee Sung. Atau antara Ilsik-Eugene, Gwang Su-Eugene. Tidak hanya humor saja sih, aspek-aspek lain di drama Kim Eun Suk sudah memiliki warna-nya sendiri.
Kembali ke topik chemistry.
Chemistry adalah satu dari sekian banyak alasan mengapa saya (selalu) berakhir menonton drama Kim Eun Suk. Saya masih inget banget, dulu nonton City Hall dan On Air—yang diisi aktor dan aktris yang masih asing di mata saya—tak lain karena chemistry antarkarakternya. Bagaimana membangun chemistry dengan cara yang elegan dan kuat, itulah yang dilakukan Kim Eun Suk dangan tokoh-tokoh di naskahnya. Dinamis.
The Trio
Eugene, Dong Mae, dan Hee Sung. Tiga pria ini sama-sama menyukai Ae Shin. Tiga-tiganya, kalau dipikir-pikir tidak ada satu alasan pun yang bisa membuat mereka menjadi dekat dan berteman. Tapi mereka memang berteman pada akhirnya—jika boleh hubungan mereka disebut demikian. Teman.
Pertemuan pertama kali tiga orang ini terjadi hotel Glory. Koplak. Dateng-dateng Hee Sung langsung sok akrab ngenalin diri. Awalnya Dong Mae-Eugene acuh, tapi keacuhan mereka sirna berganti reaksi kaget plus kesel setelah Kudo Hina bantuin Hee Sung ngenalin diri. Tunangannya Ae Shin, katanya Hina. Pas denger kalimat itu, satu orang siap nyabut katana, satunya lagi siap-siap nyabut pistol dari pinggang. The power of cembokur HAHAHAHA. Mana si Hee Sung-nya ga sadar situasi nyangkanya Eugene-Dong Mae lagi konflik, gak akur. Kacau. ㅋㅋㅋㅋ
An American-Joseon man,  a handsome Joseon man, anda Japanese-Joseon man,.
Dua dari tiga pria ini sama-sama menyimpan kenangan buruk tentang Joseon--, sedangkan pria ketiga, ia merasa Joseon sebagai tempat yang asing, sebuah tempat di mana ia memiliki segalanya, tapi  hatinya terasa kosong dan sunyi. Ia merasa tidak di terima di sudut Joseon mana pun. Kalangan bawah membencinya karena ia cucu dari Kim Hyeon Seob—pria yang dikenal suka menindas dan merampas hak-hak kalangan bawah. Sedang dari kalangan atas, para bangsawan itu, tidak berbeda jauh. Ia dikenal karena nama kakeknya dan kekayaan yang mereka miliki. Di Joseon, Hee Sung tidak menemukan dirinya yang sesungguhnya.
Dan mereka pun disatukan takdir yang berujung pada titik yang sama, karena Go Ae Shin—gadis yang mencintai Joseon lebih dari apapun. Ae Shin yang seharusnya menjadi alasan mereka saling bersaing, justru menyatukan mereka. Persahabatan yang indah dan mahal /duh saya nangis lagi nih/. Dapet di mana coba, tiga cowok suka cewek yang sama dan mereka nggak saling tikung malah saling dukung? Baik Dong Mae dan Hee Sung, keduanya sudah tahu ke mana hati Ae Shin menuju. Nggak ada yang marah apalagi sampe nyari-nyari cara ngejatuhin Eugene. Legowo. Mereka mencintai Ae Shin dengan caranya masing-masing. Huhuhuhu kangen trio ini .
Di antara mereka bertiga, Hee Sung yang paling talkaktive. Ngakak kalau liat Hee Sung udah mulai nyeloteh panjang kali lebar kali luas. Kalau Dong Mae, dia lebih cepet nyabut katana-nya dan nebas orang ketimbang ngomong, Eugene... enggak suka basa-basi dia mah *sigh*. Hee Sung tuh suka nggak sadar situasi, orang lagi serius dia-nya ngomong ngalor-ngidul, eh apa jangan-jangan dia pura-pura nggak sadar ya? Kan Eugene-nya pernah bilang ke Dong Mae, Hee Sung anaknya cepat tanggap, dan paham situasi. Tapi, suka kasian juga sih sama Hee Sung, sering nggak ditanggepin ucapannya sama Dong Mae-Eugene ㅋㅋㅋ
Si awkward, si talkaktive, dan si sarkas—ketemu. Kalau dibayangin enggak ada nyambungnya. Tapi Eugene, Hee Sung, dan Dong Mae membuktikan kalau mereka bisa. Ketika Dong Mae ditahan karena tuduhan pembunuhan Joseph, Eugene turut membantunya—meskipun mungkin saja Eugene hanya berniat membersihkan nama bapak angkatnya. Lalu ketika Dong Mae ditembak, Hee Sung-lah yang bergegas menolongnya di saat semua warga mengabaikannya. Padahal nih, Dong Mae yang paling ketus dan sinis menimpali omongannya Hee Sung. Kepada Eugene, Dong Mae rajin sekali mendoakan kesehatan Eugene yang dalam arti sesungguhnya—Dong Mae mengharapkan sebaliknya. Kenapa coba? Yang jelas, mereka saling menolong bukan karena Ae Shin.
Saya tiba-tiba ngebayangin Eugene-Hee Sung-Dong Mae sebagai anak SMA. Sahabatan. Hee Sung yang paling rame, seksi sibuk. Eugene-nya kalem ae tapi jutek (cem mana pula ini...). Sedang Dong Mae? Dia nih yang mukanya paling serem. Kalau dua temennya digangguin, dia yang maju duluan bak-buk in orang nggak pake a-i-u-e-o HAHAHAHA.
Sumpah sedih nggak ketulungan di ep 24 ketika akhirnya mereka duduk minum bareng, nggak ada yang nyela omongannya Hee Sung (mungkin karena dia akhirnya mau nraktir setelah sebelumnya selalu melarikan diri duluan ㅋㅋㅋㅋㅋ).
Mereka bisa senyum sambil minum—scene yang berharga banget. Pengen nangis .
Hee Sung bertanya ke Eugene, “Lets say an American and Joseon man fell into tthe river. Which one will you save?”
“I’ll probaby kill this guy.” Eugene berusaha menahan diri.
Hee Sung ganti bertanya ke Dong Mae, “A Joseon man and a Japanese man fell into the river. Which one will you save?”
“I think I’ll end up killing him, sir,” jawaban Dong Mae tidak berbeda jauh dari Eugene.
Hee Sung belum menyerah. Disandarkannya kepalanya di bahu Eugene, “Then what if the two of us fall into the river?”
“I hope the river is deep.”
Kirain habis dikasih jawaban jutek begitu sama Dong Mae, Hee Sung nya bakal brenti ngomong, eh taunya masih dilanjut. Kali ini dia nyanderin kepalanya sama Dong Mae, pertanyaan yang dikasih sama persis seperti yang diberikan ke Eugene.
“Why do you keep talking about falling into the river?”
HAHAHAHA. Saya juga heran kenapa yang dibahas sungai melulu. Hee Sung sebel dikasih jawaban ketus teris. “I’m dead. I drowned. Because no one came to my rescue!” Ngomel-ngomel deh dia.
Dan tahukah mengapa dialog ini menjadi sedih setelah di-rerun usai dramanya tamat? Kita tahu, Hee Sung akhirnya tenggelam. Tidak ada yang datang menolongnya, persis seperti perkataannya. Tapi Dong Mae dan Eugene bukannya tidak mau menolong Hee Sung. Melainkan karena pada saat yang hampir bersamaan, Dong Mae dan Eugene berada dalam situasi yang sama dengan Hee Sung. Tenggelam.
The Two Fighters
Go Ae Shin dan Kudo Hina adalah dua karakter utama perempuan di Mr. Sunshine. Dari sisi latar belakang, keduanya berbeda jauh; satu bangsawan, satu dari kalangan biasa. Namun sisi independensi, keduanya tidak berbeda. Sama-sama kuat. Saya senang menonton drama yang menampilkan lead female yang strong.
Kalau The Trio, nuansanya kebanyakan lawak, suasana pertemuan The Two Fighter kerap berada dalam tensi yang serius. Dalam beberapa situasi, selalu Ae Shin yang menjadi pihak yang ditolong oleh Kudo Hina.Untuk menanam budi? Saya rasa alasannya tidak semurah itu. Semula, Kudo Hina bukan menolong Ae Shin. Yang Pertama, waktu mereka tukeran baju, Hina ingin menarik perhatian Euegene tapi gagal. Yang kedua, waktu Dong Mae memotong rambut Ae Shin, Hina mencegah Ae Shin membunuh Dong Mae karena ia tahu pria itu akan sukarela menadahkan nyawanya kepada Ae Shin. Nanti setelah Ae Shin dan Hina bertemu di rumah Lee Wan Ik, di situlah persahabatan mereka yang sesungguhnya dimulai. Salah satunya alasannya karena masing-masing menyimpan rahasia satu sama lain.
Love-line
Bentar, saya lagi mengingat-ingat melodrama/drama romantis apa yang tidak memiliki kiss scene tapi tetap bisa bikin penontonnya baper... ada nggak sih? Di ingatan saya, sepanjang saya menjadi penikmat K-Drama, sepertinya belum ada. Nah sekarang sudah ada; Mr. Sunshine. Drama ini membuktikan kisah cinta yang menyentuh tidak melulu harus diisi kontak fisik yang intim.
Chemistry yang terbangun antara Choi Eugene dan Go Ae Shin benar-benar menunjukkan betapa dalam rasa cinta mereka terhadap satu sama lain. Dan yang mereka lakukan hanya ngobrol, beberapa kali pelukan (bukan jenis pelukan yang—um, you know what I mean). Dengan kekuatan akting yang mumpuni, Kim Tae Ri dan Lee Byung Hun-nya berhasil menutupi perbedaan usia mereka yang terpaut jauh, kalau nggak salah 20 tahun ya? Bener-bener antara Paman dan ponakan ini mah. ㅋㅋㅋ
Oke. Jujur, saya tidak berani membayangkan terjadi kiss scene di Mr. Sunshine antara Lee Byung Hun dan Kim Tae Ri—ngeri bbookk. Jauh di dalam hati, saya tidak mengharapkan itu terjadi. Mian.
Selain kisah (tak) sampainya Eugene-Ae Shin. Hati saya juga ikut tergerak dan merasa sedih untuk Kim Hee Sung. Cintanya ke Ae Shin tak terbantahkan. Saya nggak akan pernah lupa bagaimana tatapan Hee Sung kepada Ae Shin. Deep. I can hear his heart crying out loud without sound.
Dan tentu saja saya tidak boleh melupakan chemistry Kudo Hina-Dong Mae. Sayang sekali, Hina baru terasadar belakangan kalau dia mencintai Dong Mae. Saya pikir, andai saja Hina lekas menyadari perasaannya, ada kemungkinan Dong Mae bisa move on dari Ae Shin. Hina-Dong Mae tuh udah kayak soulmate sih. Hanya pada Dong Mae, Hina menampakkan sisi rapuh dirinya.
ENDING
Sebelum menonton drama/film bertema perjuangan yang mengambil setting sejarah lampau yang pernah terjadi, kamu sejak awal diharuskan menyiapkan hatimu untuk sesuatu yang tragis. Jika tidak, besar kemungkinan kamu akan bereksperimen dengan sesuatu yang sulit kamu bendung—semacam kesedihan yang dalam dan lama.
Mr. Sunshine tidak memulai episodenya dengan premis bahagia. Tentang Joseon dalam cengkeraman invasi Amerika. Perang. Perang. Perang. Perjuangan rakyat Joseon digambarkan begitu heroiknya. Premis semacam ini mengesankan bahwa saya harus hati-hati ketika menonton Mr. Sunshine.
Mengenai endingnya, harapan saya sederhana, “semoga karakter-karakter yang memberi warna cerah pada drama drama ini tetap hidup hingga episode terakhir. Matikan saja yang jahatnya...”
Bukan apa-apa, saya pasti akan sedih sekali jika ada satuuu saja dari mereka yang koit. Tapi kembali lagi, ini drama tentang sejarah perjuangan. Di mana pengorbanan menjadi sesuatu yang sudah pasti ada. Pengorbanan dalam bentuk apa pun itu, termasuk nyawa. Sebab itulah, harapan saya hanya membentur kekosongan. Yang agak mengagetkan, kesedihan yang saya rasakan—meskipun level nyeseknya susah diuraikan dengan kata-kata, namun ada rasa bangga dan haru yang mengiringinya.
Ya, Mr. Sunshine berakhir dengan sad ending. Akhir yang realistis. Saya angkat jempol untuk Kim Eun Suk, beliau tidak menutup Mr. Sunshine dengan biasa. Tidak hanya sekadar tragis, tapi ada semacam optimisme mengenai masa depan Joseon kelak.
Kalau saya pikir-pikir lagi, alih-alih sedih dengan kematian beberapa tokohnya, kesedihan saya semakin mengental karena saya sadar setelah epilog ep 24, saya tidak akan berjumpa lagi dengan drama ini pekan berikutnya. Ini.
Setelah scene di kereta, ada epilog Ae Shin-Eugene di ep 24 ini. Percaya atau tidak, ketika menonton scene yang diambil setelah Ae Shin-Eugene mancing ikan di sungai itu, mood saya berubah aneh. Saya menangis tapi tertawa ngeliat mereka. Sedih. Demi apa pun, sedih sekali.
Ini salah satu scene di ep 24 yang membuat saya sesenggukan. Scene yang memiliki makna yang dalam sekali terkait perjuangan Ae Shin. Monolog Eugene semakin menegaskan itu. Joseon masih kuat, meski sedang tercabik-cabik tak berbentuk.

BEBERAPA KEJADIAN NYATA YANG DIADAPTASI DI MR. SUNSHINE
Five Eulsa Traitors
Para menteri yang pro-Jepang, mendukung invasi Jepang di Joseon. Mereka adalah Lee Wan Yong, Lee Geun Taek, Lee Ji Yong, Park Chae Soon, Kwon Jung Hyeon (Five Eulsa Traitors, 1905). Di tahun tersebut, Raja Gojong menolak menandatangani traktat Eulsa yang isinya mendukung Joseon di bawah Kekaisaran Jepang. Di tahun 1907, Raja Gojong diturunkan dari takhta, lalu dgantinkan puteranya, Sunjong. Raja terakhir Joseon.
Dosan Ahn Chang Ho (9 November 1878-10 Maret 1938)
Ahn Chang Ho merupakan aktivis kemerdekaan Korea. Ahn Chang Ho dan istrinya, Lee Hye Ryeon merupakan pasangan Korea pertama yang berimigrasi ke Amerika.
Dosan merupakan nama pena beliau. Traktat Amerika-Korea di tahun 1882 memberikan kesempatan bagi orang-orang Korea untuk belajar di sana. Kisah kehidupan Ahn Chang Ho bisa di baca di sini [KLIK]
Park Seung Hwan
Komandan pertama Divisi Infantri Pengawal yang melakukan bunuh diri setelah kesatuan tentara dibubarkan dengan paksa dan Gojong diturunkan dari takhtanya.
Righteous Army
Di episode 24, diperlihatkan Frederick Arthur McKenzie yang mencari-cari keberadaan Righteous Army. Ia merupakan seorang koresponden asing yang menghabiskan waktunya di Joseon dan menulis sejumlah buku tentang invasi Jepang di sana. 
Foto yang diambil McKenzie merupakan bukti penting mengenai keberadaan Righteous Army.


My Two Cents
Saya  punya kebiasaan, ketika menonton sebuah drama, saya berpikir keras mengenai gambaran utuh drama tersebut; mengapa ia dibuat? Pesan apa yang coba disampaikan penulis dan director-nya? Dan itu hanya bisa ditemukan pada story-line, konflik, dan karakter-karakter yang mengisi drama itu. Ibarat mengumpulkan puzzle demi puzzle. Saya selalu berpikir begini; sebuah drama bisa dikatakan bagus jika mampu menjawab premis awal. Konsisten.
Hal ini tidak luput saya lakukan juga pada Mr. Sunshine. Pada karakter-karakter dan konflik yang dibangun dari satu episode ke episode berikutnya, saya bertanya-tanya apakah point penting dari Mr. Sunshine? Pesan apa yang coba dikirimkan Kim Eun Suk kepada penonton?
Mr. Sunshine adalah drama epic. Drama yang mengisahkan perjuangan rakyat Joseon yang kelak dikenal dengan nama Korea sebelum akhirnya pecah menjadi dua negara setelah melewati perang tak berkesudahan. Jika saya diminta menyebutkan apa yang membuat Mr. Sunshine spesial dan sulit dilupakan, setidaknya ada empat yang bisa saya sebutkan; tema, penokohan, sinematografi, dialog antartokoh.
Dialog-dialog di Mr. Sunshine bukan dalam bentuk percakapan yang biasa. Makna sebenarnya pada setiap kalimat/ucapan bersembunyi, atau disembunyikan Kim Eun Suk. Dialog-nya memiliki banyak layer. Saya tidak melupakan twit Gabby yang mengatakan betapa senangnya dia bisa mengerti bahasa Korea saat menonton Goblin. Maknanya terasa berbeda sekali bahasa Korea yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris—lebih enak ngerti bahasa Korea-nya. Artinya naskahnya Kim Eun Suk bagus banget, nyastra kali ya?
Go Ae Shin, Choi Eugene, Kudo Hina, Goo Dong Mae, Kim Heesung—pada mulanya kelima tokoh ini tidak berangkat dengan tujuan yang sama. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ambisi yang mereka miliki pun bebeda? Lalu mengapa pada akhirnya mereka bisa berada di jalur yang sama? Apa yang membuat mereka tergerak untuk bergerak?
Go Ae Shin.
Gadis ini mengubah banyak hati, bahkan tanpa diniatkan sedikit pun olehnya. Eugene, Dong Mae, Hee Sung, Hina—kebesaran dan kekukuhan tekad Ae Shin membela Joseon dan rakyatnya telah mengusik dan menggugah hati mereka. Tidak ada yang  mencintai Joseon melebihi dari yang dilakukan Ae Shin. Cinta Ae Shin pada Joseon telah mereduksi kebencian, dan dendam Dong Mae, Eugene, dan Hina. Cinta Ae Shin pada Joseon telah memberikan kepercayaan diri dan harapan bagi Hee Sung, bahwa ia bisa berguna, bahwa ia menjadi orang yang dibutuhkan.
Saya sepakat dengan komentar yang mengatakan Go Ae Shin ibarat Joseon. Ia memang demikian adanya. Tapi Ae Shin adalah Joseon yang kuat, pure, teguh, dan melindungi.
“We may have taken different paths, but it was our destiny to end up together. The steps we took resembled who we are. The article one wrote instead of a well. Opium that burned through one’s broken body in the amount of the life he had left. The Korean flag that was given to a man who was forever a foreigner.
Will our final destination be somewhere between glory, and sad ending? Maybe we just didn’t know how to stop. Or perhaps we had no reason to stop. Maybe, it was patriotism.
It was a hot summer night that blossomed a friendship which didn’t exist before. . –Choi Eugene
Apakah patriotisme itu? Untuk apakah orang-orang berjuang mengangkat senjata, mengorbankan jiwa raga untuk membela bangsa dan negaranya? Menurut KBBI, patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya. Patriotisme adalah semangat cinta tanah air. Bagi kita yang sudah hidup nyaman dalam udara kemeredakaan, kita bisa dengan mudahnya mengurai patriotisme dalam bingkai bela negara berupa prestasi, misalnya. Bela negara masa kini memberikan banyak sekali peluang kepada kita. Akan tetapi, bagi mereka yang hidup di era penjajahan kolonial, bela negara berarti dua; hidup atau mati. Tidak ada pilihan ketiga. kecuali kamu mau menjadi pengkhianat.
 “If 100 want to save our country, a thousand people want to give it up. But the ten that they increase by will crumble easily. That’s because traitors don’t risk their lives. But we fight to protect our country with our lives.”
Pengkhianat tidak mengorbankan nyawanya, mereka mengorbankan nyawa orang lain.
Pejuang mengorbankan hidupnya demi kemerdekaan, optimisme yang tumbuh bersama harapan tentang masa depan yang lebih baik—meski kemungkinan paling menyedihkannya, mereka tidak akan berada di masa depan yang mereka harapkan itu. Patriotisme pada masa itu bukanlah sesuatu yang bisa kamu jabarkan panjang lebar dalam nada santai.
Saya suka sedih sendiri (nangis sesenggukan), setiap kali datang 17 Agustus, lalu wajah-wajah para veteran yang masih hidup dimunculkan. Banyak sekali dari mereka yang kehidupannya tidak memadai. Banyak sekali dari mereka yang dengan segera terlupakan seiring dengan selesainya perayaan kemerdekaan. Jangan sekali-kali menanyakan patritosme dan bela negara pada beliau-beliau itu. JANGAN.
Kim Eun Suk tidak berlebihan dalam menggambarkan patriotisme rakyat Joseon. Kemerdekaan mungkin, banyak yang lahir dari meja-meja perundingan, tapi jangan lupakan perjuangan rakyat kecil, orang-orang yang namanya tidak tertulis di buku sejarah, prasasti, tugu.... Negara bisa saja disandera, tapi kekuatan rakyat mustahil dikekang. Bahkan dari seorang tabib akupuntur yang sudah sepuh, patriotisme itu mewujud. Masing-masing berlomba melakukan apa saja yang bisa dilakukan dalam keterbatasan.
Saya kaget ketika membaca komentar netizen yang menuduh Kim Eun Suk menunjukkan pro-Jepang-nya lewat tokoh Dong Mae. Tidak sedikit pun saya melihat itu. Sebaliknya, Kim Eun Suk mencoba berargumen bahwa Dong Mae, Eugene, maupun Hina boleh saja berganti negara tapi darah mereka tetaplah Joseon. Berbeda dengan mereka yang mengaku Joseon, tapi menikung di dalam. Saya teringat dengan karakter Ahn Chang Ho yang diperankan Park Jung Min. Sejarah mencatat tokoh ini sebagai salah satu pejuang kemerdekaan Korea yang paling dihormati dan dibanggakan orang-orang Korea. Dari yang saya baca, Ahn Chang Ho memperjuangkan kemerdekaan Korea dari luar Korea.
Saya juga melihat upaya Kim Eun Suk menegaskan perang hanya produk segelintir pihak—bukan keseluruhan rakyat negara pemicu/pemrakarsa perang. Lihatlah, siapa yang membantu Ae Shin ketika di Jepang? Dua orang Jepang asli.
Pada akhirnya, Mr. Sunshine bukanlah drama yang diniatkan untuk mengorek luka lama atau membangkitkan kebencian rakyat Korea kepada Jepang. Bagi saya, drama ini ditujukan untuk mengingatkan agar rakyat Korea tidak melupakan sejarah. Kemerdekaan yang mereka rasakan saat ini berasal dari perjuangan mati-matian orang-orang terdahulu. Dan lebih jauhnya, sebagai bangsa yang juga pernah merasakan posisi sebagai negara terjajah, sepatutnyalah Indonesia—kita, melakukan hal yang sama. Tidak melupakan sejarah. Agar tidak terulang lagi penjajahan. Dalam bentuk apa pun itu. Miris. Ironis. Karena nyatanya, penjajahan tidak pernah benar-benar terlepas dari Indonesia. Ia hadir dalam bentuk yang beragam. Bahkan dalam napas kemerdekaan pun, masih banyak oknum-oknum yang tega menjual negaranya kepada pihak lain.
“Those were glorious days. Each one of us was a flame, and all of us bloomed, burnt, and wilted vehemently. And once again, we wish to ignite the embers left by our comrades. My English still hasn’t improved much, so I had to keep my goodbye short.
Goodbye, my comrades. When our country regains independence, see you again.
Rating
9,8/10
Goodbye Mr. Sunshine, in our independent country. See you again.


No comments:

Post a Comment

Haiii, salam kenal ya. 😊