[Review] Come And Hug Me, MBC 2018


Jang Ki Yong, Heo Jun Ho, Jin Ki Joo
Konten dibawah ini mengandung spoiler
Saat saya memulai menulis draft POV ini, saya baru dua jam lalu menamatkan Come And Hug Me. Jadi masih sangat terasa rasa kehilangannya. Oleh sebab itu, jangan heran kenapa isi tulisan ini cenderung bias. Barangkali akan ada satu-dua orang yang membaca POV ini dan mengerutkan kening tanda tidak sepakat dengan sudut pandang saya. Well, namanya saja Point of View, isinya sangat tidak obyektif. Apalagi kalau ditulis dalam keadaan mengharu biru usai menamatkan dramanya. Withdrawal syndrome-nya masih kental, pemirsah .
... and here we go~
#1 Storyline
Thriller, mistery, romance, melodrama—pada mulanya, saya mengira, dengan perpaduan genre yang rame sekali seperti ini, Come And Hug Me akan menjadi semacam tontonan melodrama makjang yang berpotensi saya drop di tengah jalan karena lelah. Ternyata saya keliru.
Come And Hug Me mengisahkan kehidupan Yoon Na Moo (Jang Ki Yong/Nam Da Reum), dan Gil Nak Won (Jin Ki Joo/Ryu Han Bi. Mereka terlibat dalam satu jalinan tragedi besar yang mengubah jalan hidup mereka—mungkin, inilah tragedi paling besar yang pernah terjadi dalam hidup mereka. Ayah Na Moo—Yoon Hee Jae (Heo Jun Ho), membunuh kedua orangtua Nak Won di malam Natal berdasarkan motif yang... sangat tidak masuk akal (baca; gila). Dua Belas Tahun kemudian, Na Moo yang telah mengganti namanya menjadi Chae Do Jin lulus dari Akademi Kepolisian dan menjadi seorang detektif. Sedangkan Nak Won mengikuti jejak mendiang ibunya sebagai aktris dengan menggunakan nama Han Jae Yi.
dan mereka pun dipertemukan kembali oleh waktu, sebagai anak pembunuh, dan anak korban pembunuhan yang saling jatuh cinta se-dalam-dalamnya. Premisnya menjanjikkan alur kisah yang makjang, bukan? Sudah banyak sekali drama yang mengusung cerita seperti ini. Namun Lee A Ram menawarkan ramuan yang berbeda dari biasanya. Tidak ada makjang, tidak ada dendam kesumat yang memerihkan hati, hanya ada cinta di antara Na Moo dan Nak Won.
Yoon Na Moo dan Gil Nak Won saling menyukai sejak mereka remaja. Bahkan setelah dua belas tahun berlalu, setelah tragedi menyedihkan menimpa mereka, mereka tetap setia dengan perasaan mereka. Sanggupkah Na Moo dan Nak Won menaklukan mimpi buruk dari masa lalu mereka? Mampukan keduanya untuk tidak saling menyerah terhadap satu sama lain? Beban berat menggantung di hati mereka. Pada Nak Won; Na Moo yang ia cintai adalah anak dari pembunuh kedua orangtuanya. Sedangkan bagi Na Moo, Nak Won adalah anak dari korban pembunuhan yang dilakukan ayahnya. Sanggupkan Nak Won mencintai Na Moo tanpa merasa bersalah kepada kedua orang tuanya? Sanggupkah Na Moo mencintai Nak Won dengan berani tanpa rasa bersalah?
Di sisi lain, Come And Hug Me mengajak kita melihat lebih dalam lagi perspektif keliru menyoal label yang sering kita lekatkan dengan tidak adil kepada orang lain. Hanya karena Na Moo berayahkan seorang psikopat, apakah itu berarti dia juga kelak akan menjadi psikopat seperti ayahnya? Apakah ia pantas diberi perlakuan negatif seperti yang diberikan kepada ayahnya; apakah Na Moo mutlak mewarisi apa-apa yang melekat pada ayahnya? Tidak bisakah ia dibiarkan berbahagia tanpa mengikutkan klausula ayahnya yang psikopat? Sungguh, Come And Hug Me telah memukau saya dengan cara yang menarik sekali. Sesuatu yang tidak saya sangka-sangka datang dari drama ini.
Pada banyak kejadian, saya tidak betah dengan drama yang punya alur lambat. Gregetan pengen menekan tombol fast forward—andai bisa. Tapi dengan Come And Hug Me, saya bisa. Bukan karena Jang Ki Yong yang.. um... yang memang sudah tamvan dari dulu dan semakin luar bisa tamvan di sini. Adalah pesan yang ingin disampaikan Lee A Ram melalui karakter-karakter di drama ini yang bikin saya tetap setia hingga akhir. Masing-masing karakter mewakili satu sudut pandang yang sedihnya—banyak sekali kita temui di dunia nyata. Kalau saya bilang, ini drama idealis yang dengan sengaja berani memilih jalur beresiko—alur yang lambat, minim dialog etc demi menyampaikan maksud dari dramanya kepada penonton—dengan sabar, yang saya yakini tidak semua orang menyukai Come And Hug Me. Mungkin, ada beberapa yang hanya betah di paruh pertama dramanya, dan menyerah begitu saja. Atau beberapa lainnya memutuskan tetap menonton tapi pake jurus skip. Sayang sekali, kamu sudah melewatkan satu drama bagus. Yeah, setidaknya untuk saya, Come And Hug Me ini menjadi salah satu drama favorit saya tahun ini. Ujung-ujungnya balik ke soal selera sih.
#2 Cast and Character
Seingat saya, tak banyak drama yang berani mengusung pemain utama dari jejeran artis baru. Jika pun ada, kemungkinan paling dekatnya ya.. dramanya low budget atau MBC memang sengaja memasangkan aktor/aktris baru sebagai lead di dramanya. Suzy dan Nam Joo Hyuk pernah ditawari peran Nak Won dan Na Moo tapi ditolak hingga akhirnya dua peran utama ini jatuh kepada Jin Ki Joo dan Jang Ki Yong yang selama berkiprah di dunia akting hanya mencicipi peran-peran pendukung. Saya tidak tahu apakah demi peran Nak Won-Na Moo mereka melalui proses kasting, atau langsung dipilih tim produksinya. Tapi, untuk kita—penonton setia Come And Hug Me, pasti sangat bersyukur yang memerankan Na Moo dan Nak Won adalah kedua orang ini.
Tak hanya leadsnya, jejeran supporting cast nya juga kebanyakan diisi pemain-pemain yang terhitung masih baru. Beberapa saja yang familier (senior).
Come And Hug Me menjadi debut drama perdana script writer Lee A Ram setelah sebelumnya pernah menulis skenario untuk drama special KBS.
Jang Ki Yong as Yoon Na Moo/Chae Do Jin
Pertama kali melihat akting Jang Ki Yong di Go Back Couple sebagai Nam Gil Sunbae. Waktu itu saya nggak tahu apakah saya sukanya sama karakter Nam Gil sunbae saja atau sekalian Jang Ki Yong nya—karena kan seperti yang sudah-sudah abis dari peran di drama bisa berlanjut suka ke real life aktornya, nah dengan Jang Ki Yong saya bingung, perannya sebagai Nam Gil saya tidak sampai membuat saya bergerilya ke forum-forum populer untuk nyari tahu tentang aktor kelahiran 1992 ini. So, yang paling clear-nya, Jang Ki Yong sudah berhasil menarik perhatian saya dengan perannya sebagai Nam Gil. Yang artinya, saya nunggu banget peran dia selanjutnya. Saya tuh udah punya feeling Ki Yong punya potensi akting dan karir bagus. Tidak sekadar bermodalkan tampang dan agensi gede doang. Saya hanya sekilas nonton aktingnya di My Mister. Itu tuh waktu dia menganiaya karakter yang diperankan IU. Shock sayaaaaa. DUUUH NAM GIL SUNBAEEE GUEEEEEE KENAPA JADI BRUTAL BIN NYEREMIN BIN NGESELIN BEGINDAAAAANG? . Aktingnya Ki Yong bagoooos bikin saya pengen nyolokin matanya pake ulekan cabe /sadeeees, Mbak/. Nggak saya lanjutin nonton karena pengaruh Nam Gil Sunbae masih sangat kuat, takut ngerusak mood. Donlotan My Mister saya masih lengkap di lepi, kapan-kapan bakal saya nonton. Insya Allah.
Pas dapet kabar doi bakal main jadi first lead male for the first time untuk drama MBC Come And Hug Me, langsung excited dong saya. Penasaran. Tapi saya nggak masang ekspektasi tinggi sih. Saya belum pernah nonton drama garapan director Choi Joon Bae dan Script Writer Lee A Ram. Ditambah baca sinop dramanya yang aromanya suram itu... saya memilih kalem saja ㅋㅋㅋ
Inilah yang bisa saya gambarkan mengenai karakter Yoon Na Moo; dia anak yang pendiam, polos, cerdas, penyayang, sabaaaaaaaaaaaaaar banget, nggak cepet marah kecuali kamu menyakiti orang-orang yang tidak bersalah. Oya, Na Moo orangnya cemburuan loooh HAHAHAHA. Na Moo berusaha menjalani hidupnya dengan sebaik-baiknya penghidupan. Jang Ki Yong sukses memerankan karakter ini, double suksesnya karena dia juga berhasil melanjutkan estafet dari Nam Da Reum yang sudah terlebih dahulu membangun pondasi awal karakter Na Moo remaja.
Pertama kali hati saya mencelos dan merasakan sedih sepedihnya kesedihan adalah ketika identitas Na Moo sebagai anak Yoon Hee Jae terbongkar. Ia sedang mengikuti interview seleksi di Akademi Polisi. Orang-orang seketika bereaksi negatif begitu mengetahui ia adalah anak seorang psikopat pembunuh berantai.. Dan Na Moo-nya tetap diam, tenang, sabar, masang senyum malah! Dia mencoba mengoreksi ucapan salah satu peserta seleksi soal kejahatan Yoon Hee Jae. Caranya ngasih penjelasan tuh gak intimidatif, kalem. Gak ada ekspresi marah. Saya-nya yang histeriiiiiiiiiis tauk. Histerisnya karena saya langsung membayangkan tahun-tahun berat yang dilalui Na Moo karena statusnya sebagai anak pembunuh. Membiarkan tatapan-tatapan jahat bernada tuduhan menghakiminya, membiarkan telinganya menerima suara-suara sumbang—ia bahkan sampai harus mengganti namanya. Dan dia tidak sekalipun memberontak atau mengeluarkan kemarahannya.
“Even when I was hurt, I couldn’t scream. I held it in. There were those who suffered in pain thousands of times worse. I didn’t even dare cry. Asking what I did wrong was painful enough. Just thinking about it made me feel guilty. Because I was your son, every day I lived when your victims had died hurt me to death. I did nothing wrong and you made me like that. You made me weak and pitiful. No one else but you. So you are wrong. I am living proof.” –Yoon Na Moo
Sedih banget hidupnya Na Moo.
Salah satu alasan Na Moo memutuskan menjadi polisi adalah karena ia ingin membayar kejahatan yang dilakukan ayahnya. Saya nggak berani membayangkan bagaimana menjalani hidup seperti Na Moo... Saya nggak kuat menanggung beban psikologis yang luar biasa itu. Na Moo selalu jadi anak baik, hingga ia beranjak dewasa. Ia mengorbankan dirinya demi orang lain meski karena itu ia harus terluka. Hidup bersama ayah yang psikopat tidak lantas membuatnya tumbuh menjadi anak berperangai negatif. Tiap inget Na Moo, saya pasti sedih. Beneran. Perjuangan agar tetap waras bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah kita lakukan terlebih dengan latar belakang seperti Na Moo. Kamu harus punya hati yang lapang melebihi lapangnya lapangan sepakbola.
Na Moo sudah selesai dengan kata-kata, sebab itulah ia memilih menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan ayahnya dengan tindakan nyata. Tahukah yang paling sedihnya? Bahkan dengan seluruh kebaikan yang ia lakukan, setelah mengetahui identitasnya sebagai anak Yoon Hee Jae, pandangan orang-orang kepadanya seketika berubah. Orang-orang memberinya tatapan menuduh, was-was, takut...  Itu tuh kayak udah pasti banget kalau bapaknya psikopat berarti anaknya juga .
DAN JANG KI YONG!!
Nambah lagi satu aktor kesayangan saya. Bagi saya, aktor/aktris yang bisa berakting dengan matanya itu juaraaaa! Kita bisa tahu warna emosinya hanya dari tatapan matanya; marah, sedih, jatuh cinta... detail emosinya dapet banget. Nggak banyak yang bisa seperti ini. Minimnya dialog di Come and Hug Me memberi keleluasaan pada Ki Yong untuk mengeksplor emosinya dengan matanya.
Pada beberapa scene saya menangkap masih ada detail ekspresi Ki Yong awkward tapiiiiiiiiiii tidak sampai merusak mood nonton saya. Beberapa kali Ki Yong mengejutkan saya dengan aktingnya. Salah satunya adalah saat Na Moo mengetahui Nak Won diculik Yoon Hee Jae, terjadi peralihan ekspresi dari sedih ke marah yang berlangsung hanya dalam hitungan detik itu. Atau di scene lain, waktu Na Moo mencoba menginterogasi seorang pria yang dicurigai sebagai pelaku—woooaaaaah, akting Ki Yong daebak. Saya yang ngeliat jadi takut. Sesaat meragukan keyakinan sendiri. Bagaimana kalau Na Moo ternyata memang benar menuruni jiwa psikopat ayahnya?
And for you information, di behind the scene drama ini Ki Yong tuh bedaaaaaa banget sama Na Moo yang suram. Ki Yong rajiiiiin banget senyum, ketawa, becanda. Saya gak bohong, Ki Yong tidak kalah atraktifnya saat tertawa. Suer. Charm-nya nambah berkali-kali lipat. Ki Yong cocok jadi Na Moo. Dia kan menjulang banget. Posturnya udah mirip pohon. 189 sentimeter bok. Peluk-able lah HAHAHAHA /WOIIIII MBAK SADAR, ITU NA MOO-NYA NAK WON/ /BODOOOOOOOOOO/
Jin Ki Joo as Gil Nak Won/Han Jae Yi
Time had stopped for me when I was 16. After 12 years, time started flowing again. We made it through the times of struggle. Now, in our ways, we are trying to become happy again.” –Gil Nak Won
Malam Natal di tahun 2006 menjadi malam terburuk sepanjang hidup Gil Nak Won. Ayah-ibunya tewas dibunuh Yoon Hee Jae, seorang psikopat pembunuh berdarah dingin. Semakin tragis karena Yoon Hee Jae merupakan ayah dari anak-anak lakilaki yang disukainya—Yoon Na Moo.
Sejak melihat akting Jin Ki Joo di Splash Splash Love dan yang paling baru di Misty, saya sudah tahu bahwa saya menyukai aktris satu ini. Aktingnya tidak buruk, suaranya enak didengar, dan dia punya senyum yang fresh, kelihatan tuluuus. Jika Ki Yong memukau saya dengan peralihan ekspresi dari sedih ke marah yang sangat detail di Come and Hug Me, maka Jin Ki Joo mencuri perhatian saya dengan akting menangis campur ketakutannya saat PTSD-nya kambuh. PTSD itu post trauma akibat sebuah kejadian mengerikan yang dialaminya di masa lalu. Dapet banget feel traumanya. Kayak beneran kena PTSD. Kalau ada orang nangis dan terlihat sangat sedih tapi tetep beautiful, maka Jin Ki Joo adalah salah satunya ㅠㅠ
Gil Nak Won bukan tipikal lead female yang lemah dan bisanya nangis aja. Dia strong, tidak mudah menyerah, baik, ceria dan ketika Nak Won mengatakan kepada Na Moo bahwa ia baik-baik saja, maka ia akan memastikan dirinya tidak membuat Na Moo khawatir. Dia berusaha melawan walau sedang berada dalam situasi buruk. Namun saya merasakan ada yang ambigu pada karakter ini. Saya tidak tahu apakah kelemahannya terletak pada script atau Jin Ki Joo yang tidak rapi menerjemahkan script ke dalam adegan. Ketika menghadapi situasi yang mengingatkannya pada malam kematian orangtuanya, PTSD-nya kambuh. Namun ketika menghadapi Yoon Hee Jae, Nak Won terlihat sangat berani. Saya pikir—katakanlah Lee A Ram ingin menggambarkan Nak Won yang kuat dan berusaha melawan, semestinya Nak Won tidak digambarkan segamblang itu beraninya, paling tidak sisakan sedikit reaksi PTSD nya. Karena yang ia hadapi adalah pelaku utama yang menyebabkan traumanya. Jadi akan terlihat pergerakan emosi yang detail antara Nak Won yang menderita PTSD dan Nak Won yang ingin melawan traumanya sendiri. Impact-nya pasti jauh lebih kuat. Bukankah akan lebih hebat terjangan PTSD nya bila yang menstimulasi adalah pelaku utama yang menyebabkan PTSD? Molla. Anak psikologi manaaa suaranyaaaaaa... ㅋㅋㅋ Di scene Na Moo terluka karena Hyun Moo, aktingnya Ki Joo sebagai penderita PTSD jempol deh, mantabhhh.
Heo Jun Ho as Yoon Hee Jae
“... Thats how the world works. When one feel fear, they respect the person whom they fear. People fear and curse me, but I overpower them.” –Yoon Hee Jae
Siapa yang nonton Come And Hug Me dan selalu merasa ketakutan setiap kali ahjussi satu ini muncul? Serem beut. Mana background music-nya mendukung begitu. Aktingnya kereeeen. Ya iyalah, udah senior banget ini. Wajahnya Heo Jun Ho ahjussi familiar sekali, tapi saya nggak ingat pernah liat beliau main di drama apa—ngga sempet searching juga. Kayaknya drama sageuk deh. Dan dapet perannya yang jahat juga ㅋㅋㅋ
Yaaa gimana dong,  garis wajahnya emang antagonis gitu...
Nggak usah ngebahas akting ahjussi ya, udah khatam soalnya. Saya pengen ngobrolin karakter yang diperankan beliau di Come And Hug Me. Tidak dijelaskan melalui adegan latar belakang mengapa Yoon Hee Jae menjadi seorang psikopat pembunuh berdarah dingin. Tapi dari dialog tokoh-tokohnya, ketahuan bahwa masa kecil Yoon Hee Jae sangat buruk. Ibunya meninggal saat ia kecil. Ia juga mengalami kekerasan fisik dari ayah tirinya. Yang membuat saya berpikir keras, mengapa Yoon Hee Jae tidak sekali pun terlihat melakukan kekerasan fisik maupun verbal terhadap anak-anaknya? Dengan masa lalu sebagai korban kekerasan, besar kemungkinan ia akan melakukan hal yang sama kepada anak-anaknya. Ada satu scene di mana ia memberikan uang kepada Hyun Moo dan menyuruhnya bergaul dengan anak-anak baik. Dengan Na Moo, Yoon Hee Jae sangat menyayangi anak keduanya itu. Pun dengan Soo Jin. Apa ya namanya? Disorientasi perilaku? Halah. Saya benar-benar kebingungan menganalisa satu karakter ini. Karena karakter Yoon Hee Jae tidak bisa dipisahkan dari karakter Yoon Na Moo maka saya memilih membahas lebih detail pada bagian lain di postingan ini.
Btw, saya merinding sewaktu Yoon Hee Jae mengatakan ia bisa melakukan penebusan dosa setiap kali ia melakukan kesalahan. Dianggapnya menebus dosa itu sesuatu yang mudah. SAKIT. GILA. Yoon Hee Jae benar-benar sudah selesai sebagai manusia. Dia menyerah.
Kim Kyung Nam as Yoon Hyun Moo
Masih lekat di ingatan saya peran Kim Kyung Nam sebagai adek kesayangannya Jung Kyung Ho di Wise Prison Life yang luar biasa gokilnya HAHAHAHA. Pas ngeliat perannya di drama ini, saya sedikit kaget. Semacam belum rela melepas Joon Dol yang likeable. Joon Dol dan Hyun Moo tuh bagai bumi dan langit. Bertolak belakang sekali. Hyun Moo menjalani hari-harinya dengan perasaan insecure, haus kasih sayang, attention seeker, dan tidak percaya diri. Ia menganggap semua orang tidak memedulikan dan tidak menyayanginya, padahal yang terjadi sebaliknya. Ia selalu memiliki seorang ibu yang tulus mendoakannya meski bukan ibu kandungnya, lalu ada dua orang adik yang tidak pernah sedikitpun melupakan dan membencinya terlepas dari apa yang sudah dilakukannya.
Di postingan saya sebelumnya (Currently Watching), saya sempat meragukan pengamatan saya mengenai Hyun Moo. Sewaktu melihat So Jin  berjalan seorang diri, ia mengikuti adik bungsunya itu demi memastikan keselamatannya—walaupun ia pura-pura tidak mengikuti So Jin. Melihat itu, saya punya keyakinan sendiri, Hyun Moo sebenarnya baik. Seiring makin tajamnya konflik dan mendekati ending, terlihat bagaimana sebenarnya Hyun Moo.
Seperti Jang Ki Yong, Kim Kyung Nam punya potensi melejit. Aktingnya bagus. Semoga. 
Yoon Jong Hoon as Gil Moo Won
Yoon Jong Hoon sudah banyak sekali mengisi drama sebagai cameo, dan pemain figuran. Saya suka sekali pairing-nya dengan Hwayoung di Age of Youth season 1. Sayang sekali dia nggak nongol di season 2-nya. Padahal pengen liat kelanjutan hubungannya sama Hwayoung hehe.
Gil Moo Won memiliki ceritanya sendiri. Ia merupakan korban sekaligus pembunuh saat ia kecil. Orang tuanya menjadi korban pembunuhan. Ia lalu membunuh pelaku pembunuhan kedua orang tuanya di TKP. Kejadian itulah yang mengikuti Moo Won hingga dewasa. Ia mengalami trauma.
Lee A Ram seperti ingin mem-paralelkan kisah Moo Won dengan Hyun Moo sejak mereka kecil. Moo Won yang kerap merasa bersalah setiap ia mengingat kejadian di masa lalunya, sedang Hyun Moo, mati-matian ingin membunuh seseorang (Na Moo). Tapi saya melihat peluang lain antara Moo Won dan Yoon Hee Jae. Moo Won tidak bisa membuang begitu saja rasa bersalahnya usai melakukan pembunuhan (sekali) yang dianggap sebagai upaya membela diri. Lalu Yoon Hee Jae yang berkali-kali membunuh dan tidak pernah merasa bersalah sediit pun. Manusia yang melakukan kesalahan fatal dan tidak sedikitpun merasa ada yang salah dengan dirinya—itu sudah merupakan sebuah kemunduran mentalitas sebagai manusia yang luar biasa fatal. Gil Moo Won sepanjang hidupnya berupaya membayar kesalahannya. Yoon Hee Jae, sepanjang hidupnya berupaya membenarkan kejahatannya dengan menyalahkan kemanusiaan. Kata apa yang paling tepat untuk Yoon Hee Jae selain, SAKIT JIWA?
#3 Supporting cast
Saya mulai dari pemeran remaja. Ada Nam De Reum yang memerankan Yoon Na Moo, Ryu Han Bi sebagai Nak Won, Kim Sang Woo sebagai Yoon Hyun Moo,  Jung Yoo An sebagai Gil Mo Won, dan Lee Ye Won yang memerankan si kecil So Jin. Nam Da Reum mah udah nggak usah diraguin lagi aktingnya. Spesialis meranin versi remaja banyak aktor populer di drama (populer) lainnya. Di Come And Hug Me, secara penampilan fisik dan kemampuan akting, Nam Da Reum semakin matang. Dua-tiga tahun lagi, mungkin ia akan ditawari peran utama seperti yang sudah dialami Yeo Jin Goo. Lalu Ryu Han Bi, ini kali pertama saya menonton kemampuan akting Han Bi. Wajah Han Bi mengingatkan saya pada pemain Go Back Couple yang jadi temannya Jang Na Ra—siapa lagi yah namanya, lupaaaa. Mereka berdua mirip. Han Bi tidak hanya bermodalkan wajah cantik, aktingnya juga bagus. Saya suka cerewetnya Nak Won remaja. Natural sekali ㅋㅋㅋㅋ
Transisi pemeran remaja ke dewasa tidak mengecewakan. Bisa dimaklumi kalau Nak Won remaja lebih ceria dibandingkan versi dewasanya. Setelah tragedi yang menimpanya, akan terasa aneh jika karakternya tidak mengalami beberapa perubahan.
Aha. So Jin. Saya suka deh gadis kecil yang memerankan little So Jin. Kiyut. Aktingnya natural, dialeknya ngangenin. Jika ada yang membuat saya kecewa dari transisi ini, maka saya akan memilih kedekatan So Jin-Na Moo. Seperti ada yang off  setelah mereka dewasa. Entahlah, mungkin ini perasaan saya saja.
Beberapa wajah yang sudah familiar muncul di drama ini. Sebut saja Seo Jung Yeon (Chae Ok Hee), Kim Seo Hyung (Park Hee Young), Jung In Gi (Go Yi Seok), dan Min Suk Wook (Kang Nam Gil). Peran Min Suk Wook berbeda di sini, udah biasa ngeliat dia meranin karakter koplak sih, makanya saya sedikit kaget. Mana bertepatan juga dia main di About Time dengan peran yang nggak banget (baca; nyebelin).
#4 Chemistry
Ngomongin chemistry di drama ini nggak akan ada habisnya. Meskipun di sini banyak pemain baru tapi aktingnya oke-oke. Nggak ada acting hole. Semua aktor/aktris bisa kerja sama dengan baik.
Tree of Paradise
Saya jatuh cinta dengan chemistry Jang Ki Yong dan Jin Ki Joo HAHAHAHA. On/off kamera sama bagusnya. Bedanya, atmosfer di drama suram, ada romantis-romantisnya, di belakang layar, dua orang ini becandaaaa mulu. Nonton bts-bts nya bisa bikin diabetessss. Paling banyak Ki Yong sih yang ngegodain/ngegangguin Ki Joo. Gak ada jaim-jaimnya, suka deh. Lepas aja mainnya. Ki Yong kan ngakunya pemalu gitu ya, tapi kok di behind the scene, sama Ki Joo nggak ada malu-malunya. Kayak udah dekeeeet banget. Aaaah Ki Yong bokis ih.
AAAARGGHHHH udah gila nih saya, kebayang bts-bts mereka pas nulis ini dan... dan senyum sendiri. Saya nggak pengen nyiperin. Suka aja ngeliat kedekatan dua orang ini. Gak ada yang jaim, becandaannya lepas.
Ada satu bts Ki Yong ngegangguin Ki Joo. Itu tuh scene Na Moo nyelametin Nak Won dari kerumunan wartawan. Nah, dia kan harus membopong Nak Won. Di bts nya, Ki Joo ngaku belum makan siang (kalau gak salah inget), trus ada yang nyeletuk entah VJ entah directornya, bilang Ki Joo abis makan kue. Reaksinya Ki Yong ya ampuuuuun ngegemesin tauuuuk. Ki Joo langsung terduduk menyembunyikkan wajahnya hahahahaha kiyowooo. Ki Yong terus ngegodain Ki Joo soal kue ㅋㅋㅋ kebahagiaannya Azz banget deh dua orang ini.
Thanks banget kepada departemen kasting yang sudah memilih dua orang ini, terimakasih kepada Mbak dan Mas yang sudah menolak tawaran peran Nak Won dan Na Moo—karena kalian, saya bisa ketemu mereka.  
“12 years ago, there was a wall so thick that I thought it would never come down. 12 years later, because of us, it crumbled down completely.” –Gil Nak Won
Mengenai chemistry peran Na Moo-Nak Won, juaraaaaaak di hatinya Azz! Dengan posternya Nak Won aja, Na Moo udah bisa ngebangun chemistry, apalagi dengan Nak Won yang nyata. Tatapan sayangnya Na Moo ke Nak Won tuh... duh, nyesss... hati ini ikut terhanyut /yakali arus sungai pake hanyut segala/ /aaah diem lo cetakan kue lapis/. Ih suer, beneran bagus chemistry dua karakter ini. Mereka saling tatap dengan mata berkaca-kaca tanpa sepatah kata aja udah bisa bikin yang liat menguras kesedihan.
“Let’s rest a little. It doesn’t matter what people say. Let’s stop being apologetic. Lets pretend that we’re okay. That way we can rest. Is it impossible for us?” –Nak Won
Nak Won sudah tiba pada kulminasi pertahanannya, ia sadar hatinya tidak pernah ke mana-mana selain kepada Na Moo saja. Pada awalnya, Na Moo menolak Nak Won. Ia mencintai Nak Won, tapi ia tidak ingin Nak Won kehilangan hal-hal berharga karena dirinya seperti yang sudah terjadi di masa lalu. Ia ingin melindungi Nak Won, mencintainya dalam diam. Sepanjang Nak Won aman, dan bahagia itu sudah cukup bagi Na Moo. Beruntung Na Moo memiliki ibu yang selalu ada di sampingnya, selalu menguatkannya, selalu memberinya nasehat-nasehat sehingga pada akhirnya Na Moo menjadi yakin bahwa bukan sebuah dosa bila ia dan Nak Won bersama. Na Moo dan Nak Won semata saling menyayangi, saling menyukai, saling mengasihi, saling melindungi satu sama lain. Cinta mereka pure. Seperti laporan Han Ji Ho di episode 32—it was salvation. Not bad karma. Son of an assailant, daughter of a victim; they’re remembered as the killer’s son and victim’s daughter. But to each other, they weren’t enemies. They were each other’s salvation.
Saya pernah mencoba membayangkan andai sesuatu yang paling buruk terjadi pada Nak Won, akan seperti apa Na Moo tanpa Nak Won? Pikiran terliar saya, bila itu sampai terjadi maka pada saat itulah titik krusial Na Moo; apakah pada akhirnya Na Moo membuktikan bahwa ia sama seperti ayahnya yang psikopat—seperti dugaan banyak orang dan juga ayahnya sendiri? Saya menunggu. Akan tetapi, tampaknya Lee A Ram lebih menyayangi Nak Won dan sebagai gantinya ia mengorbankan Detektif Go Yi Seok untuk mengetes sisi gelap Na Moo.
Apa yang saya sukai dari couple ini? Banyak. Yang bisa saya sebutkan diantaranya; Nak Won yang tidak menyerah terhadap Na Moo—tidak ketika mereka remaja, tidak juga ketika mereka beranjak dewasa. Na Moo yang tidak pernah membelokkan hatinya kepada perempuan lain, dan menjadikan Nak Won satu-satunya. Banyaaaaak sekali silent moment antara Nak Won-Na Moo. Tidak ada kata-kata, hanya dari tatapan mereka kita tahu, cinta mereka begitu hebat—Gosh, chemistry Jin Ki Joo-Jang Ki Yong magic banget, saya nggak akan kaget lepas dari drama ini akan banyak yang nyiperin Kiki Couple. Apa cuma saya yang ngerasa Ki Joo dan Ki Yong memiliki garis senyum yang mirip? Mesem-mesem gaje liat Na Moo cemburu HAHAHAHA. Pertama, waktu Nak Won syuting adegan mesra sama sunbae-nya.Na Moo-nya yang nggak kuat hati memilih muter tubuh daripada ngeliat Nak Won di-kisseu orang lain HAHAHAHAHA. Kedua, Na Moo menahan tangan sunbae-nya Nak Won yang mencoba memegang gadis itu. Waktu ditanya kamu siapa, Na Moo-nya nggak bisa jawab. Untung ada Nak Won yang dengan gagah berani ngaku kalau Na Moo itu pacarnya. Ini nih yang bikin saya makin suka Nak Won, dia nggak ragu-ragu ngakuin Na Moo. Pikirnya, mereka sudah menahan banyak hal selama 12 tahun, tidak akan apa-apa bila ia dan Na Moo mencoba menikmati kebersamaan mereka semampu yang mereka bisa lakukan tanpa harus bersembunyi dari banyak mata.
Di Come And Hug Me tidak ada alur cinta segi-banyak yang memusingkan itu. Saya sempat mencurigai Moo Won dan Lee Yeon Ji akan terlibat, ternyata tidak. Moo Won menyayangi Nak Won sebagai kakak, sedang Lee Yeon Ji—detektif perempuan ini sudah tahu siapa yang disimpan Na Moo di dalam hatinya dan itu jelas sekali bukan dia.
♥ Mother’s love ♥
Do Jin-ah... when you want to cry, don’t stop yourself. Just cry. Cry, when you sad. Hug, when you’re tired. That’s how we live. Holding back comes next. When you’ve tried all you could but nothing worked, that’s when you hold back. Thank you. The storm was harsh, but you got through it without falling. As your mom, I’m also proud of you. Whatever others say, you mean more to me than anything. ~” Ok Hee Eomma.
Kata apa ya yang bisa mewakili perasaan saya kepada karakter Chae Ok Hee? Ibu satu ini benar-benar luar biasa. Ia tidak memiliki hubungan darah dengan ketiga anak Yoon Hee Jae, tapi jangan tanyakan seberapa besar cintanya kepada Hyun Moo, Na Moo, dan So Jin. Ia mencintai ketiga anak ini dengan segenap jiwa raganya. Saya nangis setiap kali Ok Hee menguatkan Na Moo. Mengena sekali. Dan Na Moo selalu mendengarkan ibunya. Ibunyalah yang membesarkan hatinya agar ia tidak menjauhkan diri dari Nak Won. Jika bukan Ok Hee eomma yang bersikeras membawa Na Moo bersamanya setelah Yoon Hee Jae ditangkap, Na Moo akan berakhir di tempat lain, dan ia tidak akan menjadi Chae Do Jin yang kita kenal.
Selain Ok Hee eomma, ada Detektif Go yang juga menyayangi Na Moo. Menganggap Na Moo sudah seperti anaknya sendiri. Saya takut banget waktu Hee Jae membunuh Detektif Go, takut Na Moo hilang kendali.
#5 Ending~
“In the end, evil only destroys itself.” –Yoon Na Moo
Come And Hug Me berakhir dengan antiklimaks. Jika mengingat bagaimana drama ini dimulai, dua episode terakhir terasa hambar. Saya memang sudah merasakan ada yang hilang dari drama ini sejak memasuki episode-episode pertengahan. Ada usaha Lee A Ram memaksa penonton agar tidak melupakan kejadian di malam natal 2006, terlihat dari pengulangan scene itu sebagai kilas balik. Seolah-seolah rahasia terbesar Come And Hug Me ada di sana. Dan BAMMM! Konfrontasi antara Yoon Hee Jae-Yoon Na Moo di episode 31 tidak berhasil meningkatkan intensitas ketegangan ke level yang bisa memacu emosi penonton. Dramatis tapi tidak mengesankan sama sekali. Saya tahu, pada akhirnya Na Moo harus menghadapi ayahnya, tapiii... um, mungkin bisa ya situasinya tidak seperti itu. Saya mencurigai Lee A Ram sudah merencanakan pertemuan itu setelah dua belas tahun berdasarkan ucapan Yoon Hee Jae kepada Nak Won. Saya mengira kurva ketegangan drama ini akan naik setelah Yoon Hee Jae melarikan diri dari penjara. Ternyata tidak.  Sorry, but.. Plot-twist nya nggak nendang hihi. Somehow, its predictable.
Anyway, its happy ending. I’m happy. We are happy. Saya nggak meminta yang lebih dari ini. Terlepas dari kritikan saya mengenai penyelesaian utang Na Moo kepada ayahnya, saya riang gembira Come And Hug Me berakhir dengan nada positif.
12 Years ago, after the worst night of my life, my tree stopped growing.
the tree that stopped growing must have waited
For sunshine and raindrops that will help it grow again
And for someone’s warm hug
The moment they are touched...
The tree that stopped growing will grow at a ferocious pace.
One day, everywhere each leaf touches
All become paradise
Na Moo   Nak Won
Setelah semua kesulitan yang dihadapi Na Moo dan Nak Won, saya tidak akan segan-segan menuduh Lee A Ram heartless jika ia membuat salah satu dari mereka berakhir sendirian. Iya sih, saya akui semakin tragis sebuah kisah cinta, saya semakin menikmati. Makin baper, saya makin mendalami kesedihan—tapi ini tidak berlaku untuk Na Moo dan Nak Won. Cinta mereka murni dan tulus. Saya nggak tega kalau ada yang mati. Hanya Nak Won yang bisa bikin Na Moo tersenyum. Hanya Nak Won yang bisa bikin Na Moo tersipu malu. Na Moo baiiiiiiik banget .
“Without denying him, I couldn’t live. Even to a person like me, there was a paradise.  -Yoon Na Moo
“12 years ago I survived through a terrible adversity, as the victim’s child. Ever since then, I suffered from the memory of that day. Even to a person like me, there was a tree I could lean on.” –Gil Nak Won
Setiap orang berhak bahagia. Dan setiap yang bersalah wajib menanggung hukuman.
Hyun Woo menjalani hukumannya. Bedanya, kali ini ia memiliki orang-orang yang menyayanginya. Ok Hee eomma, So Jin, dan Na Moo—mereka setia menunggu kepulangannya.  
Don’t forget, you have a place to return to. Don’t go too far away,” kata Na Moo kepada kakaknya. .
Nggak nyangka saya kalau Lee A Ram akan menjodohkan Lee Yeon Ji dengan Gil Moo Won. Syukurlah, yang jomblo berkurang. HAHAHAHA.
Well, pada akhirnya Na Moo membuktikan ia berbeda dari ayahnya. Tidak ada manusia yang jahat sejak lahir. Tidak ada kode genetik dalam gen untuk sifat jahat. Menjadi jahat adalah pilihan. Semoga saya tidak keliru.
My Two Cents
Agar bisa melihat big picture  Come And Hug Me, saya harus mengambil jarak dari keseluruhan drama ini. Mengumpulkan titik-titik yang sekiranya menjadi point utamanya. Selain Yoon Hee Jae, ada lagi satu karakter yang mengaduk-aduk emosi saya. PARK HEE YOUNG. Untuk beberapa alasan, Park Hee Young sama berbahayanya dengan Yoon Hee Jae. Sifat egoisnya yang menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang ia inginkan tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain adalah salah satu dari sekian banyak alasan mengapa perempuan ini berbahaya. Demi menjatuhkan Yoon Hee Jae, Park Hee Young tidak sedikitpun menggubris keluarga korban. Sampai sekarang saya masih belum paham mengapa Park Hee Young membantu Yoon Hee Jae menerbitkan biografinya untuk kemudian berusaha menjatuhkannya beberapa tahun setelahnya. Apa sih hidden agenda-nya? Mengapa Park Hee Young begitu terobsesi pada Yoon Hee Jae?
“As a reporter, I’ve realized that just like how there are many races in the world, there’s a diverse group of people in the world. Among them, some shouldn’t have been born.” –Park Hee Young
Dengan kata lain, Park Hee Young secara lantang mengatakan, Yoon Hee Jae seharusnya tidak dilahirkan. Dalam hal ini saya tidak setuju. Takdir seseorang telah ditentukan pada tarikan napas perdananya di dunia, tetapi menjadi jahat bukanlah takdir yang sudah ditentukkan sejak kita lahir. Kita menjadi karena pilihan-pilihan yang kita buat. Begitu pula Yoon Hee Jae.
Wickedness is... it’s a choice.
Ucapan Yoon Na Moo di ending episode 9 seperti ingin membantah habis-habisan tudingan orang kepadanya. Apakah ia akan menjadi psikopat pembunuh seperti ayahnya, atau tidak—tidak ditentukan oleh darah ayahnya yang mengaliri pembuluh darahnya. Menyoal pilihan, maka sepenuhnya ditentukan oleh dirinya saja. Bukan ayahnya, bukan juga lingkungan. Ini berlaku dalam banyak hal di kehidupan kita. Seringkali, entah karena sudah kepepet, panik dan putus asa, kita mencari-cari apa atau siapa yang bisa jadikan alasan (baca; kambing hitam) bagi setiap kejadian buruk yang kita hadapi.
Tentang apa yang terjadi di malam Natal 2006, saya ingin berasumsi bahwa baik Na Moo maupun Yoon Hee Jae, tidak ada yang berniat saling bunuh satu sama lain. Na Moo memiliki banyak kesempatan membunuh ayahnya—bila ia mau, tapi bukan di malam itu. Saya bertanya-tanya apa sebenarnya dilihat Yoon Hee Jae pada Na Moo hingga ia sebegitu ngototnya mengklaim anak keduanya itulah yang mirip dirinya? Benarkah dugaan Reporter Park, Yoon Hee Jae sebenarnya memiliki rasa sayang kepada anaknya?
Saya bertaruh, Yoon Hee Jae menyayangi Na Moo. Hanya saja, cara Hee Jae menunjukkan kasih sayangnya kepada Na Moo berbeda. Sepertinya ini berhubungan dengan masa lalunya sebagai korban kekerasan.
“It’s been 12 years... I told you that everything that makes you weak and pathetic, I will destroy for you myself. In the cage we call our world, only the strong and persistent survive. There’s no room for pity or affection.”
Mendengar ucapan Yoon Hee kepada Na Moo, kelihatan kan sakit-nya di mana? Yoon Hee Jae menganggap perasaan cinta, kasih sayang, kepedulian—seluruh sifat manusiawi manusia—sebagai kelemahan. Dan orang lemah tidak akan mampu bertahan. Ia yang memperlihatkan kasih sayang dan perhatian kepada orang lain adalah menyedihkan Orang kuat yang dimaksud Yoon Hee Jae adalah... dia yang mampu membunuh satu sama lain bahkan sebelum orang itu melakukan perlawan apa-apa. Mengerikan sekali. Dari dua korban pembunuhan Yoon Hee Jae—si ibu yang tinggal berdua dengan suaminya, dan perempuan di halte yang menunjukkan arah kepadanya, saya berusaha keras mengidentifikasi apa motif Yoon Hee Jae membunuh mereka. Saya meyakini tidak ada pembunuhan tanpa motif. Keinginan muncul karena ada dorongan. Tidak ada akibat tanpa sebab. Lalu tibalah saya pada kesimpulan; baik si ibu dan perempuan di halte, kedua-duanya memiliki sikap ramah dan kepedulian. Kepada perempuan di halte, Yoon Hee Jae membunuhnya bukan karena dia menolak naik ke mobilnya. Jauh sebelum menawarkan mobilnya, Yoon Hee Jae sudah memiliki niat membunuh. Psiko. Hhhh. Jika diingat lagi, Yoon Hee Jae hendak membunuh Ok Hee karena Ok Hee terang-terangan menunjukkan kasih sayangnya pada anak-anaknya.
“... When one feels fear, they respect the person whom they fear. People fear and curse me, but overpower them.”  -Yoon Hee Jae
Yoon Hee Jae adalah produk kekerasan yang menyedihkan. Demi apapun, karakter ini menyedihkan sekali tapi bukan dalam konteks saya mengasihani dia. Trauma masa kanak-kanaknya pasti hebat sekali hingga kehilangan jadi dirinya sebagai manusia. Yoon Hee Jae menyerah menjadi manusia. Ini masih asumsi saya, setiap kali melihat seseorang dengan sifat manusiawinya, Yoon Hee Jae seperti melihat masa lalu-nya. Ia ditindas, disiksa, karena ia lemah. Dan ia membenci orang-orang dengan klasifikasi seperti itu.
Lalu mengapa Na Moo? Mengapa Yoon Hee Jae menyayangi Na Moo lebih daripada Hyun Moo dan So Jin? Na Moo yang pintar, sopan, pendiam, baik, sabar—apa sih yang membuat anak satu ini begitu spesial di mata ayahnya? Pertama kali Yoon Hee Jae merasa Na Moo melakukan pemberontakan yakni saat anaknya ini melindungi Gil Nak Won. Alih-alih menghukum Na Moo, ia memilih melenyapkan objek yang dinilainya melemahkan anaknya. DUH. Speechless sayah.
apa boleh buat, sepertinya Yoon Hyun Moo benar tentang satu hal; Yoon Na Moo, adiknya, adalah alter ego ayahnya.
Dan perbedaan paling nyata antara Na Moo dan Yoon Hee Jae terletak pada motif. 12 tahun lalu, Na Moo memukulkan palu ke kepala ayahnya karena ia ingin melindungi sesuatu. Yoon Hee Jae membunuh orang karena ia sudah menyerah sebagai manusia. Tidak ada ruang untuk belas kasih, katanya.
Salah satu scene di Come and Hug Me yang.... WAAAH~saya menarik napas panjang dibuatnya. Menekan tombol pause, lalu merenung beberapa saat lamanya.
I felt something like pity for a fellow human being. We blame our environment when we’re unhappy. We blame our mom or dad. Don’t you think that’s why  Yoon Hee Jae says he’s not different from us?” Bertanya Reporter Han Ji Ho kepada Na Moo. (episode 7). Han Ji Ho meneruskan, andai ada satuu saja orang yang menolongnya pada saat itu, mungkin saja Yoon Hee Jae akan memiliki kisah hidup yang berbeda. Dengan wajah dinginnya, Na Moo menyanggah bahwa asumsi semacam itu tidak bisa ditujukkan kepada kriminal yang melakukan pembunuhan.

That moment a person commits a crime which can’t be taken back, that person does not deserve pity or understanding. Because of him, so many people now suffer and mourn. The victim’s environment might have been better than this, but I suspect none of them lived less harder. They all had the right to live a day happily. Just because he had an unfortunate upbringing and perhaps because he was a monster created by society, do you think he deserves our pity and understanding?”
Han Ji Ho mencoba memberikan pandangan lain, bahkan seorang kriminal yang melakukan kejahatan paling buruk pun punya hak sebagai manusia. There is a room for pity. Katanya. Jika tidak ada seorang pun yang mencoba memahami orang seperti Yoon Hee Jae, monster yang serupa bisa muncul kapan saja.
Na Moo menjawab dengan telak,
“Don’t expect something dramatic from an assailant. He ruined people’s lives. Some took their own lives, out of guilt for failing to protect their loved ones, and some go on with their lives if only a piece of it is left. Don’t even try to justify or beauty your ideas...”
...
And I was like... .
Saya tertampar. Teringat apa yang saya tulis di POV drama-drama yang isinya ada psikopat pembunuh. Saya menuliskan persis seperti apa yang dikatakan Han Ji Ho kepada Na Moo. Yang fatal dari saya adalah, saya berpikir seperti itu tanpa menimbang sudut pandang korban dan keluarga korban. Na Moo-lah yang memposisikan dirinya sebagai victim. Ia paling mengerti kesedihan seperti apa yang dialami para keluarga korban. Statement-nya emosional. Han Ji Ho dan rekannya sampai terpana, kehilangan kata-kata. Tidak menyangka ucapan seperti itu dikeluarkan anak seorang pembunuh yang selama ini dituding tak berbeda dengan ayahnya sendiri.
Sebenarnya, Han Ji Ho tidak sepenuhnya salah. Sudut pandangnya tepat, hanya timing ketika mengatakannya dengan lantang yang tidak tepat. Saya paham betul maksud Han Ji Ho. Kita sebagai masyarakat perlu menajamkan kepedulian. Simpati dan empati kepada orang-orang di sekitar kita. Seringkali kejahatan timbul karena ketidakpedulian kita terhadap sesama. Dialog Na Moo dan Reporter Han mewakili dua sudut pandang. Bukan soal siapa yang benar atau salah. Tapi nurani.
Di kali lain, Han Ji Ho mengejutkan saya dengan pengakuannya kepada Kang Nam Gil. Pada mulanya ia tidak menyukai Na Moo. Saat melakukan wawancara di Akademi kepolisian, Reporter Han merasa disudutkan Na Moo dengan statement-nya.
“... I talked about the human rights of criminals, but to be honest, I was mad that I was being lectured by a criminal’s son. I’m a normal person, and not a murderer’s child. I already considered myself someone higher than him in my head,”  ucapnya.  
Jleb nggak sih?
Inilah yang saya takutkan. Di posisi saya sebagai guru, saya takut pernah dan akan ada waktu-waktu di mana saya memperlakukan siswa-siswi saya  (terlebih yang nakalnya warbiasah) seolah-olah saya lebih tinggi dari mereka dari sisi moralitas. Memosisikan seseorang lebih rendah dari kita adalah awal yang fatal.
Coba diingat-ingat lagi, pernah nggak sih kita menanggapi sesuatu dengan tidak mengikutkan mawas diri yang kental? Di timeline kita berseliweran ketidakberuntungan dan kesalahan orang-orang dan kita dengan segera melakukan penghakiman seolah-olah kita selamanya tidak akan melakukan kesalahan. Kesalahan orang lain menjadikan kita tanpa sadar jumawa, sombong. Padahal, semua orang memiliki peluang yang sama melakukan kesalahan kecil hingga kesalahan besar. Kesalahan orang lain adalah alarm untuk kita, bahwa kita bisa saja melakukan hal yang sama jika kita tidak mampu menjaga diri. Kesalahan orang lain bukan objek yang menunggu penghakiman dari kita.
Come And Hug Me adalah drama yang menawarkan banyak perspektif—yang kepadanya kamu bisa setuju, atau tidak.  Saya mungkin keliru ketika mengatakan ini; Come And Hug Me satu-satunya drama yang mendalami perspektif seorang psikopat secara rinci melalui tokoh Yoon Hee Jae.
Mengapa kita perlu peduli pada latar belakang seorang pelaku kejahatan? Bukan untuk mengasihani, mengamini, atau memaafkan. Seperti kata Profesor Shin di Tunnel, kita mempelajari kriminal untuk menghindari tindak kriminal serupa terjadi.
Masih ada satu yang nyaris saya lupakan dari drama ini. Ada upaya mengkritik sudut pandang publik. Tuduhan bahwa anak-anak Yoon Hee Jae sama sakitnya dengan ayah mereka. Anak-anak ini dikucilkan, di-bully, mereka diperlakukan seperti sampah. Sedih rasanya mendengarkan monolog Hyun Moo dan Na Moo.
bagaimana jika kita tidak dilahirkan sebagai anak monster (psikopat pembunuh) bisakah kita hidup dengan normal?” . Nyesek.
Sentimen publik yang didorong oleh frame media adakalanya menggembirakan dan menolong, namun lebih sering menjebak, bahkan membunuh karakter seseorang. Sekarang, saya lebih berhati-hati lagi menanggapi kabar-kabar di sosmed ya karena ini. Udah capek dengan segala keriuhan yang sudah kadung mengkotak-kotakkan orang berdasarkan apa yang ia pilih. Kamu begitu mudahnya menilai seseorang hanya berdasarkan sepotong kata/kalimat/statement. Orang-orang sudah jauh lebih tanggap membuat sebanyak-banyaknya musuh ketimbang mendapatkan teman sebanyak-banyaknya. Saya tidak mau menguras emosi untuk hal-hal yang membuat saya menjelma orang lain.
Scene Favorite
Banyak banget scene favorit saya, berikut ini beberapa scene yang bisa saya capture...

“Mom... Can you hug me for a bit?”
 “I’m sorry for liking you.”
“Why?”
“After 12 years, time started flowing again. We made it through the times of struggle. Now, in our own ways, we are trying to become happy again.”
Inilah jawaban mengapa drama ini diberi judul Come and Hug Me... 
Na Moo dan Nak Won memeluk masa lalu mereka. Mereka (akhirnya) mampu berdamai dengan seluruh yang menjauhkan diri mereka dari kebahagiaan. Bukan dengan cara melarikan diri, tapi menghadapinya dengan keberanian penuh. The perfect ending.
Best Quote
“Just because you look human, doesn’t mean you are.”
“Did you become a reporter to kill with your fingers?”
Best Character
Chae Ok Hee

Rating
8,7/10
Pace yang lambat, konflik yang nggak mbulet, membuat Come And Hug Me kehilangan banyak kesempatan membangun ketegangan di pertengahan hingga akhir cerita. Karena setiap karakter membawa misi sendiri-sendiri dan menuntut untuk diceritakan, beberapa dari mereka gagal berkembang. Banyak sekali missing piece di drama ini yang memunculkan pertanyaan demi pertanyaan, dan tidak bisa diabaikan begitu saja atau diselesaikan hanya sebatas asumsi. But, all iz well. Drama ini tetap menjadi satu dari sekian banyak drama yang saya favoritkan. Saya bahagia sekali, tidak ada bed scene yang aneh-aneh di drama ini HAHAHAHAHA. Sungguh. Na Moo dan Nak Won tidak butuh adegan semacam itu untuk membuktikan cinta mereka EAAAAAAAAAAAAA.

Saya sudah menulis sebanyak ini dan merasa masih belum cukup. Masih banyak yang belum saya tulis. Sudahlah. Sebelum bosan, mari kita akhiri saja. ㅋㅋㅋㅋ
Tabik,
Azz

No comments:

Post a Comment

Haiii, salam kenal ya. 😊