[Review] Goblin, tvN-2016

Starring : Gong Yoo, Kim Go Eun, Lee Dong Wook, Yoo In Na, Yook Sungjae
-konten di bawah ini mengandung spoiler-
Demam Descendant of The Sun belum sepenuhnya mereda bagi para fans saat Kim Eun Sook mengumumkan calon proyek terbarunya—Goblin, kali ini, Kim Eun Suk digandeng tvN, si content trend leader. Sebuah lompatan yang sebenarnya tidak begitu mengagetkan mengingat sahabat-nya Kim Eun Hee (Signal) sudah terlebih dulu mencoba peruntungan dengan tvN. Well, SBS di waktu yang hampir bersamaan telah kehilangan dua screen writer terbaiknya.
Saya percaya pada Kim Eun Sook dan tvN, tetapi saya bukan termasuk orang yang menaruh antisipasi tinggi terhadap Goblin. Perhatian saya sedikit teralihkan saat nama Yook Sungjae dengan sangat mengagetkan masuk ke jajaran cast yang akan mengisi Goblin. Secara keseluruhan saya tidak baik-baik saja dengan cast-nya, berbeda dengan netizen yang memprotes mengapa lead female-nya Kim Go Eun, bukan Yoo In NaSaya menyukai kedua aktris ini—sekadar suka, bukan ngefans. Menurut saya akting Kim Go Eun di Cheesy in The Trap tidaklah seburuk yang dikatakan orang-orang. Dan lagi, Kim Eun Sook selalu menemukan cara untuk membuat seluruh karakter di drama yang ditulisnya, bersinar. Tidak peduli sekecil apa peran yang dimainkan. So, gak usah ngerempongin siapa lead-nya siapa supporting role-nya.
Hubungan saya dengan Goblin agak rumit. Love-hate relationship. Yah, semacam itulah. Biasanya, saya gak sungkan mendrop drama di separuh jalan bila sudah tidak klop dengan minat. Tapi Goblin lain daripada yang lain. Sama halnya dengan Descendant of The Sun, saya tetap bertahan menonton hingga akhir, di tengah lautan protes yang memenuhi kepala. The power of Kim Eun Suk  kah? ã…‹ã…‹ã…‹
Review singkat berbagai aspek di Goblin berikut ini, murni berasal dari pendapat sepihak—jika kamu, kalian, merasa tidak sependapat, itu hak kalian. Saya tidak bisa melakukan apa-apa. Kita memang menonton drama yang sama, tapi bagaimana kita menangkap dan menerjemahkan apa yang kita tonton tidak serta merta membuatnya harus seragam, harus sama. Bukan begitu?
Ok, let’s check it out!
Casting
Gong Yoo as Kim Shin
Saya tahu, banyak K-drama fans yang memfavoritkan Gong Yoo setelah menonton Coffee Prince. Tapi tidak dengan saya. Saya tidak se-suka itu pada Coffee Prince dan Gong Yoo, biasa saja. Pun ketika Big tayang, drama besutan Hong Sister ini tak meninggalkan kesan yang bagus di ingatan saya.
Adalah Train to The Busan yang membantu saya jatuh cinta kepada Gong Yoo. Lucunya, saya tidak pernah menonton Train to The Busan dengan utuh—saya gak suka film/drama tentang zombie dan sejenisnya. Trus kenapa dong bisa jatuh cinta sama Gong Yoo?  Jadi, yang saya tonton itu hanya sekian menit menjelang filmnya berakhir ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Scene ketika Gong Yoo melepaskan anaknya dan mengorbankan dirinya—beuuughh, saya berhasil dibikin nangis. Banjeeeeer. Beneran nangis sampe sesenggukan. Kelar filmnya tau gak apa yang seketika muncul di benak saya?
“Iiiih, Om Gong Yoo-nya kok cakep ya?” #diulekfanssiom
Ke maneeee aje eluuuu, Azz!!
Thanks, I’m wake up now.
Yah, begitulah kisahnya bagaimana saya tersihir pesona Gong Yoo.
Dan peran Gong Yoo sebagai Kim Shin di Goblin benar-benar emeejiiiiing! Cocok banget. Emang kapan siiiih Kim Eun Suk gagal menciptakan karakter yang luar biasa bagi aktor utama dramanya? Sependek ingatan saya, belum ada.
Kim Go Eun as Ji Eun Tak
Hingga detik saya menulis ini, saya belum bisa memahami kenapa banyak sekali kritikan untuk akting Kim Go Eun. Nope. Saya bukan fans si nona. Saya cuma salah satu viewer yang enjoy dengan akting Kim Go Eun. Menurut saya, aktingnya tidak sedikit pun membuat saya tidak nyaman. Pernah menonton cuplikan China Town—karena Park Bogum, dan Cheesy in The Trap—tidak saya tamatkan, saya oke-oke aja tuh. Owh, saya hampir lupa kalau standar penilaian setiap orang berbeda—maafkan.
Badai penolakan netizen terhadap peran utama Kim Go Eun di Goblin sangat keras. Saya teringat kasus Lee Hyeri dan Sung Deokseon-nya—dalam perjalanannya K-netz menjilat ludah sendiri, akting Hyeri cocok aja tuh dengan karakter yang diberikan padanya. Tentang Goblin dan Kim Go Eun, waktu itu saya berpikir begini, Kim Eun Suk bukan penulis skenario kemarin sore yang gampang didikte. Beliau memilih Kim Go Eun pasti ada alasannya. Secara tidak langsung reputasi sebagai penulis skenario drama yang ngehits dipertaruhkan di sini.
Dan lihatlah apa yang terjadi saat Goblin tayang..... Tidak selamanya penilaian K-netz benar, bukan? ^^
Lee Dong Wook as Grim Reaper
Pertama kali menonton akting Lee Dong Wook adalah di Oh My Girl—tahun berapa itu, saya lupa saking lamanya. Sebelum Goblin, akting Dong Wook di Scent of Woman telah terlebih dulu mencuri perhatian saya. Bagi saya, drama yang memasangkan si ajeossi dan Kim Sun Ah ini merupakan salah satu drama terbaik yang pernah saya tonton. Dan begitu saja, saya tak lebih dari non-fan yang menikmati akting si oppa. Ketimbang sukses, drama-drama Dong Wook lebih banyak yang gagal jika memasang rating sebagai parameter sukses tidaknya sebuah drama. ã… .ã… 
Ketika nama Lee Dong Wook keluar sebagai salah satu pemeran di Goblin, di benak saya muncul keyakinan; bakal jadi sesuatu nih. Gong Yoo-Lee Dong Wook, sebuah perpaduan yang tidak biasa. Perfecteu! *Louie’s style*
Yoo In Na as Sunny
Queen In Hyun’s Man!
Drama bergenre komedi-romantis dalam balutan time-traveler ini menjadi jalan Yoo In Na meraih kepopuleran. Sejauh ini, saya tidak mengalami masalah menonton aktingnya. So far so good.
Sebelum Goblin, Yoo In Na pernah bekerja sama dengan Kim Eun Suk di Secret Garden sebagai sahabat Gil Ra Im (Ha Ji Won). Karakternya agak sarkas tapi baik, lucu.
Yook Sungjae as Yoo Deok Hwa

Melalui peran-peran kecil di drama sebut saja salah satunya Reply 1994, Yook Sungjae perlahan tapi pasti mulai menjajaki peluangnya di bidang akting. Buah manis itu berhasil dipetik Sungjae berkat perannya di School 2015 sebagai Gong Taekwang. Tak hanya melejitkan namanya sebagai acting-dol, popularitas Sungjae diiringi dengan mulai dikenalnya BtoB—idol group di mana Sungjae berasal. Masih di tahun yang sama, Sungjae menerima tawaran beradu akting di Achiara’s Secret bersama Moon Geun Young. Yang lebih melegakan dari apapun, akting Sungjae selalu menerima respon positif dari K-netz.
Saya sebenarnya pernah punya feeling kalau Sungjae akan bermain drama sebelum 2016 berakhir, namun sedikit demi sedikit saya meragu—Sungjae berkali-kali menampik tawaran kasting. Entah karena saat itu BtoB sedang sibuk menyiapkan album baru atau Sungjae yang belum sreg dengan tawaran kasting yang datang padanya. Terakhir, ia menolak peran Louie di Shopping King Louie—di mana saya sangat bersyukur dia menolak. Seo In Guk sukses besar memerankan karakter Louie. Selain In Guk, saya tidak bisa membayangkan orang lain berperan sebagai Louie. Tidak juga Yook Sungjae.
Lalu Sungjae ditawari peran di Goblin. Ini namanya dream comes true untuk saya. Saya pernah berharap Sungjae diajakin maen drama salah satu penulis drama ngehits favorit saya. Dan kali ini ia tak lain tak bukan adalah Kim Eun Suk. *tumpengan*
Sejak kemunculannya pertama kali, Yoo Deokhwa digambarkan sebagai generasi ketiga keluarga chaebol yang agak genit, terobsesi pada credit card. Ke mana-mana yang dinyanyiin keuredit katteu. Meskipun harapan saya tidak terwujud (Deokhwa ketemu cewek yang tepat), tapi saya cukup lega, Deokhwa diceritakan menemukan jalan pulang melalui Sekretaris Kim. Saya menyukai dialog mereka di ending itu. Pas sekali menguliti apa kelemahan Deokwha sebagai manusia. Dia kelewat sibuk dengan diri sendiri dan keuredit katteu hingga gak aware dengan dunia di sekitarnya, dia bahkan gak tahu sekretaris kepercayaan kakeknya sudah menikah dan punya anak. Keterlaluan!
Story Line
Garis besar cerita Goblin kira-kira seperti ini; tentang seorang jenderal perang di masa Joseon yang dihukum Tuhan karena perbuatannya menghilangkan nyawa banyak orang via perang. Kim Shin gak bisa mati—kecuali ia bertemu calon pengantinnya. Ji Eun Tak. Dia  menjadi satu-satunya orang yang bisa mencabut pedang yang tertancap di dada Kim Shin. Tapi, cerita sesungguhnya tidak se-sederhana yang kamu pikirkan. Ada serangkaian ikatan takdir dan nasib yang mengikuti.
Paruh awal hingga memasuki pertengahan episode dari jumlah episode yang dijadwalkan saya menjumpai banyak scene penghibur yang sebenarnya tidak di-adakan pun tak akan memengaruhi keutuhan cerita Goblin. Efisiensi yang minim, PPL alias iklan bertebaran. Plot berkali-kali draggy. Akibatnya, konsentrasi saya sebagai penonton teralihkan. Sedikit menjengkelkan, memang. Kendati demikian saya tetap bertahan untuk alasan yang saya sendiri tak sepenuhnya mengerti. ã…‹ã…‹
Kalau tidak salah ingat, di postingan Descendant of The Sun, saya pernah menulis begini :
Dan lagi, dialog-dialog di drama ini bagi saya sesuatu banget. Kadang menggelitik, lucu, sarkas, penuh parodi. Kim Eun Suk’s style.
Hal yang sama berlaku pula di Goblin. Saya revisi sedikit—cerdas, menggelitik, komikal. Salah satu kelebihan skenario Kim Eun Suk terletak pada dialog antartokoh di dalamnya. Gabby pernah ngetwit tentang betapa bersyukurnya ia mempelajari Hangul, banyak dialog di Goblin yang berkurang maknanya atau konteksnya tak tepat setelah diterjemahkan ke bahasa selain Korea. Setidaknya ini membuat saya berpikir—nonton pake sub aja bisa sebagus itu dialognya, apalagi kalau ngerti Hangul? Kim Eun Suk punya kelas-nya sendiri.
Berbicara lebih jauh, saya menyukai tema sentral yang diangkat di drama ini. Goblin tak sekadar drama yang mengajak penontonnya berhaha-hihi, having fun bareng Kim Shin, Grim Reaper, Sunny, Eun Tak, dan Deok Hwa. Walau harus saya akui hampir 70% cerita Goblin berisi kegembiraan menyenangkan. Saya pernah menimbang-nimbang, jika fokus pada premis—Goblin tak akan mencapai 16 episode. 12?
Pelajaran macam apakah yang bisa kita baca dari kisah Kim Shin dan teman-temannya ini?
Tak sedikit dari kita pernah berdoa kepada Tuhan agar diberikan umur panjang—tak disebutkan sepanjang apa dalam doa itu—pokoknya, kita senang meminta umur panjang. Lalu bagaimana bila Tuhan misalnya benar-benar mengabulkan doa kita. Diberinya kita umur sangat panjang—lebih panjang yang dari kamu bayangkan. Bagaimana rasanya? Berdasarkan sudut pandang Kim Shin, kita diajak merenung secara seksama, tak selamanya panjang umur itu menenangkan sekaligus menyenangkan. Kim Shin menyaksikan orang-orang yang dikenalnya pergi satu-persatu. Sedang ia tetap bernapas. Menunggu dalam ketidakpastian, kapan waktunya tiba. Betapapun nikmatnya berumur panjang, ada jeda tak bernama berisi kejenuhan-kejenuhan yang melelahkan. Kamu tidak akan pernah tahu rasanya bila tidak pernah berada di posisi yang menjalani.
Tak pelak ini mendatangkan pertanyaan-pertanyaan ini di kepala saya; saat meminta usia dipanjangkan, hal-hal apakah yang menstimulasi alam sadar kita saat itu? Panjang umur agar lebih lama menikmati hidup kah? Panjang umur agar bisa berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya? Atau ini—bahwa kita sejatinya selalu khawatir dan ketakutan pada satu sosok tak berwujud bernama kematian? ã… .ã… 
Di tengah penantian tak berujung Kim Shin, lahir-lah Ji Eun Tak—ia yang seharusnya tak dilahirkan. Missing Soul. Sudah tertulis bahwa sewaktu-waktu hidupnya bisa berakhir. Ia dikejar-kejar Grim Reaper sepanjang hayatnya.
“... Above all else, every human dies at some point. That’s why life is even more beautiful. That’s why the first thought I had once I got my memory back was to live each day as if it were my last. If today is my last day, this will be my final memory the person I love. So I’d better live hard and love.–Ji Eun Tak
Menyadari bahwa setiap dari kita akan mati dan di saat yang sama kita tidak pernah tahu kapan waktu itu datang, sepatutnyalah itu menjadikan kita agar selalu menghargai setiap detik yang kita miliki. Bukan begitu?
Dalam mitologi Korea, ada yang namanya reinkarnasi. Sunny—Kim Sun—dan Grim Reaper—Wang Yoo, diberikan kesempatan menebus kesalahan mereka di masa lalu berupa reinkarnasi, dilahirkan kembali. Singkirkan soal reinkarnasi-nya, sadar atau tidak, Tuhan sebenarnya berkali-kali memberikan kita kesempatan menebus kesalahan yang kita buat. Hanya saja, kita manusia cenderung bebal. Kesempatan kedua, kesempatan ketiga, dan kesempatan-kesempatan lainnya terbuka bagi siapa saja. Akan tetapi, tidak semua orang menyadari ia sedang diberi kesempatan. Seringkali kesempatan itu terlewatkan atau dilewatkan dengan sia-sia. Kemudian penyesalan itu datang di saat yang sudah benar-benar terlambat.  Saya tidak memercayai reinkarnasi—kehidupan setelah mati yang saya yakini, saya akan berada dalam dimensi lain. Isi-nya bukan lagi mengenai penebusan dosa masa lalu, melainkan mempertanggung jawabkan kelakuan saya sebelum mati. Kesempatan menebus dosa? Maaf—sudah tertutup, kata Tuhan. ã… .ã… 
Tuhan-nya Kim Shin di Goblin, memberikan hukuman bukan tanpa alasan. Masih ada bagian penting dari masa lalu yang belum diselesaikan. Karena Kim Eun Suk memercayai reinkarnasi, demikianlah yang terjadi. Saya tidak lupa genre Goblin adalah fantasi, tak ada gunanya mendebat logis atau tidaknya story line drama ini ã…‹ã…‹ã…‹
Tapi, apakah genre fantasi tidak memungkinkan terjadi-nya plot-hole? Menurut hemat saya, peluang pada genre fantasi jauuh lebih besar dibandingkan genre lain.
Chemistry
Bro-mance? Yes. Sist-mance? Yess Lovey dovey? Iyess.
Di Goblin kita menemukan seluruhnya. Part paling menyenangkan drama ini tentu saja interaksi Kim Shin dan Grim Reaper yang sejak pertemuan perdana sudah mengindikasikan lahirnya next bromance yang akan membuat banyak hati klepek-klepek. Dan memang benar terjadi. Ditambah kehadiran Yoo Deok Hwa, segitiga bermuda pun lengkap. Alhasil, saya berkali-kali ngakak melihat tingkah polah ketiga orang ini. 
Siapa yang bisa lupa scene Eun Bi puterinya Hye Jin? Reaksi natural yang diberikan Grim Reaper dan Deok Hwa beserta seluruh pengunjung restoran di pagi itu—lucu sekali. Ada Grim Reaper doyan nonton drama, tolonglah ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Hubungan yang terjalin antara Ji Eun Tak dan Sunny juga tak kalah menghibur dan mengharukan.
Kim Eun Suk sudah sedini mungkin menarik garis tegas bahwa tidak akan ada cinta segitiga, atau cinta segi-banyak pada drama yang ditulisnya kali ini—mengikuti jejak Descendant of The Sun. Cinta platonis, mungkin ada. Tapi tidak untuk jenis cinta yang bisa melahirkan Young Do-Young Do yang lain. Cukup sudah. Penonton pun lega.
Menyoal bromance, tak hanya sekali, pada bagian tertentu saya merasa kehadirannya agak berlebihan. Menditraksi konsentrasi penonton yang gampang sensian seperti saya. Bukan berarti saya menentang bromance Kim Shin-Grim Reaper-Deok Hwa. I really like it, but...  porsinya jangan berlebihan sehingga kebulatan cerita dan plot tetap terjaga. Itu.
Apakah hanya saya saja yang berpikir begini; kisah cinta Grim Reaper-Sunny mengundang ketertarikan lebih besar daripada Kim Shin-Ji Eun Tak? Sayang sekali sejak awal, kisah cinta mereka tak berjalan mulus bahkan setelah bereinkarnasi. Barulah pada reinkarnasi selanjutnya, hubungan keduanya tampak berhasil.
Ending
Kali pertama menyelesaikan episode 16—saya merasa ending Goblin, hambar. Seperti ada yang kurang, tapi saya tidak tahu apa yang kurang itu. Berpegang pada premis Kim Shin baru bisa mengalami kematian setelah calon pengantinnya menarik pedang yang tertancap di dadanya—saya tahu akan ada part tidak menyenangkan (baca; sad scene) di drama ini. Namun, bila bicara ending, berbekal drama-drama Kim Eun Suk yang sudah saya tonton—tak berlebihan bila saya memercayai akan ada happy ending untuk Kim Shin dan pengantinnya. Juga ending yang lebih membahagiakan untuk Grim Reaper dan Sunny.
Lantas mengapa saya merasa kurang puas dengan ending yang sudah diberikan Kim Eun Suk untuk Goblin? Mungkin karena saya merasa Kim Eun Suk bisa memilih ending yang sedikit lebih enak dari itu. Akhir yang menutup kisah Goblin dengan perfect. Sesuatu yang utuh dan sepadan dengan kegembiraan yang kita rasakan selama menonton drama tersebut. Ha, mungkin saya yang kelewat berharap :D
Kembali kepada kepercayaan reinkarnasi Korea—setidaknya mereka akan mengalami 4 kali reinkarnasi (CMIIW). Lalu apa yang akan terjadi pada Kim Shin setelah Ji Eun Tak telah menjalani seluruh reinkarnasinya? Meminta kematian kepada Tuhan-nya? Jangan lupa Kim Shin belum mengalami reinkarnasi satu kali pun.  
Episode 1
Episode 16
Hhhhh. Just Dokkaebi and his never-ending story... ㅜ.ㅜ
Ketika banyak yang bertanya kepada saya bagaimana ending Goblin, happy or sad? Saya mengambil jeda sekian detik—tarik napas dalam-dalam—sebelum menjawab, ya. Happy ending. Tapi bukan happy ending seperti yang kamu pikirkan. ã…‹ã…‹ã…‹ã…‹
Sedikit sekali drama yang bisa saya kenang seutuhnya sebagai drama bagus—mulai dari story-line, karakter-karakternya, sinematografi, background music-nya chemistry antarkarakter hingga ending. Dan dengan nada sedikit dramatis saya harus akui Goblin tidak termasuk ke dalam golongan yang sedikit itu. Ia populer, tapi tidak istimewa bagi referensi saya. ^^
Special Credit : Yook Sungjae
Siapa saja yang mem-follow saya di twitter tahu betapa saya menyukai Yook Sungjae. Sebesar rasa suka saya pada sesuatu, semampunya saya senantiasa berusaha mengambil jarak. Agar saya bisa memberikan pandangan—yang meski tak sepenuhnya objektif, setidaknya saya tidak sepenuhnya membutakan standar penilaian dalam kaitannya dengan kualitas terhadap sesuatu. Itulah yang saya terapkan pada Sungjae dan aktingnya.
No offense—berbicara tentang akting Yook Sungjae, saya terpaksa harus mengambil perbandingan dengan idol-turned-actor yang pernah saya jadikan bias di masa lalu. Lee Joon, eks member MBLAQ. Kenapa harus Lee Joon? Sebab, bagi saya terdapat kesamaan antara Lee Joon dan Yook Sungjae. Saya terbiasa melihat tingkah polah dan kegilaan mereka di luar stage dan dunia akting. Selama jadi idol, Lee Joon terkenal dengan ke-pabo-annya, sedangkan Yook Sungjae... kalian tahu sendirilah gimana sedeng-nya anak satu ini. Julukannya saja Yook Weirdo.... ã…‹ã…‹ã…‹

Benang merah inilah yang memunculkan satu pertanyaan ini—terbiasa melihat kelakuan absurd mereka, apakah akan memengaruhi mood dan kecocokan selera saya ketika menonton akting mereka?
Dengan Lee Joon—jawaban itu sudah saya temukan. Dari sekian karakter di drama yang sudah dia perankan, hanya di IRIS 2 saya benar-benar menikmati aktingnya. Dan itu tidak bisa saya jadikan pegangan mengingat ketika itu saya sedang semangat-semangatnya ngefans pada Lee Joon. Objektifitas-nya minim. Sangat minim. Semasa Gapdong tayang, saya masih terhitung die-hard fans-nya Lee Joon—tahukah apa yang terjadi? Berbeda dengan fans lain, saya mendrop Gapdong di pertengahan jalan. Rasa sayang saya untuk dia tidak cukup ampuh untuk membetahkan saya. Saya tidak bilang akting Lee Joon—jangan langsung nyamber salah paham. Spektrum aktingnya tidak cocok dengan saya. Kenapa bisa? Banyak faktor penyebabnya.
Bagaimana dengan Yook Sungjae?
Saya menonton School 2015 tanpa embel-embel sebagai fans si ini-si itu. Semata karena saya penggemar serial School sebelumnya—School 2013 yang melejitkan nama Lee Jong Suk dan Kim Woo Bin. Tahukah scene apa yang berhasil mencuri perhatian saya terhadap Sungjae? Yakni sewaktu dia masuk RS, trus diajak makan salah satu teman Eun Byul. Scene itu saya ulang berkali-kali. Saya merasakan vibe trouble maker-nya Gong Taekwang.
Jauh sebelum School 2015, saya pernah menonton akting Sungjae di Plus Nine Boys dan Reply 1994 (cameo). Tidak ada sedikit pun komplain dari saya mengenai aktingnya. Sekarang, sebagai fans, saya bisa membedakan Sungjae sebagai idol dan sebagai aktor. Menonton Sungjae bermain drama,  tidak menimbulkan keganjalan di hati saya. Sungjae memiliki bakat akting. Meminjam kata Sekretaris Kim—akting Sungjae itu natural. Nah, itu dia. Natural.
Benar, bahwa akting Sungjae belumlah luar biasa, belum di atas rata-rata. Capaian itu masih jauh. Sungjae masih harus belajar banyak. Khususnya karena sejauh ini, karakter-karakter yang dia perankan tidak memiliki spesifikasi khusus yang mau tidak mau memaksanya bekerja keras mengeksplor titik-titik sensitif aktingnya. Ekspresi wajahnya masih perlu dilatih. Sungjae sudah punya bibit. Potensinya ada. Ia hanya butuh jam terbang yang banyak—peran-peran tepat, tidak harus pemeran utama. Dengan begitu, aktingnya akan terasah—terbaca sok tau banget ya saya? ã…‹ã…‹ã…‹ Untuk selanjutnya, saya berharap Sungjae memainkan peran jahat. Hihihi.
Keberadaan Sungjae di Goblin sudah cocok menurut saya. Dia bertindak semacam penetral. Penghubung. Pelengkap kegembiraan. Bayangkan bila tidak ada Deok Hwa di antara Kim Shin dan Grim Reaper, Kim Shin dan Ji Eun Tak, Grim Reaper dan Sunny. Kira-kira apa yang akan terjadi? Yang bilang peran Deok Hwa tidak penting, mungkin kurang cermat memahami keterkaitan satu karakter dengan karakter lainnya di Goblin.
Satu pertanyaan yang masih tertinggal mengenai Deok Hwa; kapan pastinya si Butterfly mulai merasuki Deok Hwa? Apakah sebelum atau sesudah ia menyilakan Grim Reaper ngekos di rumah samchoon-nya? Jika sebelum, kenapa dia masih mengingat Grim Reaper dan siapa-siapa yang ditemuinya selama si kupu-kupu berada dalam dirinya? Bukankah siapa-siapa yang dirasuki kupu-kupu akan segera melupakan apa yang terjadi setelah kupu-kupu itu meninggalkan tubuhnya? Saya merasa ada plot-hole di sini. Atau ada yang bisa membantu saya keluar dari kebingungan ini? ã…‹ã…‹
Scene Favorit
Ngomongin scene favorit di Goblin, saya punya banyak. Tapi yang paling membekas adalah ini,
“Every life is touched by a deity at least once. Just when you’re drifting away from the world, if someone nudged you back in the right direction, that would be when the deity chose to visit you.”
Tepat. Menyentak. Coba hubungkan dengan ucapan Deok Hwa—The Almighty is still not listening; you were whining. The Almighty must have had his reason for erasing my memory; you were guessing my intention.
Berapa banyak dari kita yang kerap menyalahkan Tuhan untuk hal-hal tak diinginkan yang terjadi dalam hidup? Prasangka buruk tumbuh subur. Saking sibuknya mencari-cari alasan untuk dijadikan pelarian—kita tidak sadar telah berkali-kali ditolong Tuhan.
Saya teringat pada diolog menggelitik yang diceritakan anak Christopher Gardner dalam film Pursuit of Happyness. Berikut cuplikannya.
Dad, do you wanna hear something funny? There was a man who was drowning, and a boat came, and man on the boat said “Do you need help?” and the man said “God will save me”. Then another boat came and he tried help him, but he said “God will save me”, then he drowned and went to heaven. Then the men told God, “God, why didn’t you save me?” and God said “I sent you two boats, you dummy!”
Tuhan selalu ada. Kita-lah yang seringkali, sadar atau tidak—menutup pintu hati.
Akhir kata—Goblin adalah tentang hidup dan mati. Diceritakan dengan gaya humoris, di beberapa scene saya berhenti sejenak untuk merenungi potongan-potongan dialog beberapa tokohnya.
Genre-nya fantasi—salah satu genre yang tidak saya favoritkan. Tapi Kim Eun Suk dengan lihai berhasil bercerita tanpa membuat kening kita berkerut lama-lama untuk mencerna part fantasinya.

7,8/10 dari saya
Saya menyukai drama ini.

4 comments:

  1. Saya juga nonton Goblin karena Gong Yoo di Train to Busan. Juga, saya tau Kim Go Eun dari China Town/ Coin Locker Girl karena Park Bo Gum ;)

    Gak nyangka, bisa samaan gitu ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hiiiaaaa jangan-jangan kita jodoh mbaaaaaaaaak maksudnya cocok ngobrolin drama paporit xDDDD

      Delete
  2. Alhamdulillah setelah sekian lama susah banget masuk ke blog majimak sarang akhirnya aq bisa mendarat juga di blog nya kak azz...
    Kangen banget pengin baca tulisan kak azz tapi tiap kali masuk ke blog majimaksarang pasti ada catatan anda diblokir dan ndak bisa akses...
    Sedih bnget jadinya...

    Alhamdulillah goblin udh di ulas kak azz...
    Aq nonton goblin mandeg di episode 14 kak...hehe.. entah kenapa blm pengin nonton endingnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kyaaaaaa, setelah sekian lama ya ^^
      Majimak Sarang abis hiatus (blognya dikunci) trus ngurus pindah rumah. Ya ampuun udah lama banget. Apa kabar??

      Gimana, udah nonton belom endingnya?
      "Happy ending sih, tapi bisa jadi bukan happy ending yang kamu bayangkan." Hihi

      Delete

Haiii, salam kenal ya. 😊