[Review] Signal (tvN, 2016)

Di antara beberapa drama yang saya ikuti di paruh pertama tahun 2016 hanya Signal yang mampu saya tonton tuntas—saya kecualikan Reply 1988 karena drama ini tayang menjelang akhir 2015.
Signal merupakan drama yang ditayangkan tvN hasil kerjasama antara Screen Writer Kim Eun Hee (Sign, Ghost, Three Days) dan Director Kim Won Suk (Misaeng : Incomplete Life). Sejak pertama kali mendengar berita kalau Kim Eun Hee hengkang dari SBS yang telah menayangkan tiga drama besutannya, dan memilih tvN sebagai pihak yang akan menayangkan Signal, saya sedikit pun tidak menyimpan keraguan—Signal akan menjadi salah satu drama yang saya tunggu meski tidak se-antusias ketika saya menunggu Remember-nya Yoo Seung Ho. Saya percaya tvN akan memberikan dukungan sepenuhnya pada Kim Eun Hee dan tidak akan melakukan intervensi pada penulisan naskah. Setidaknya saya selalu merasa puas dan menyukai drama-drama Tante Kim Eun Hee sebelumnya—Sign, Ghost dan Three Days.
Dan Signal berhasil membuktikan bahwa Kim Eun Hee adalah screen writer handal yang bisa kamu percayai karyanya. Dua episode plot meninggalkan kesan yang menjanjikan pada saya. Di saat saya sedang galau gara-gara Reply 1988 tamat, Signal sedikit demi sedikit membantu saya move on. Lucunya, tak ada satu pun pemeran utamanya yang saya merasa familiar dengannya. Sebenarnya bagus sih, jadi saya tidak harus bersikap bias ke salah satu karakter dan hanya perlu fokus pada storyline—hal yang sama saya alami ketika menonton Sign, Ghost dan Three Days.
Di tahun 2015 Profiler Park Hae Young dikejutkan oleh sebuah transmisi melalui walkie-talkie jadul yang tak sengaja ditemukannya di dalam karung berisi sampah sekeluarnya ia dari kantor polisi—sebuah mobil pengangkut barang terparkir tanpa sopir di sana. Transimisi tersebut berhasil menyambungkan Park Hae Young ke tahun 2000, menemui Lee Jae Han, seorang detektif yang sedang bertugas mengusut sebuah kasus anak hilang. Transmisi melalui walke-talkie terus terjadi di antara Park  Hae Young dan Lee Jae Han seiring dengan penyelesaian cold case yang ditangani Tim khusus yang dikepalai Cha Soo Hyun—Park Hae Young masuk dalam tim ini.
Di drama ini, diceritakan—andai tak ada pembatasan kasus kriminal di Korea Selatan, apa yang akan terjadi? Para korban dan keluarga korban masih memiliki harapan untuk mendapatkan keadilan dan para pelaku kriminal yang selama ini hidup tenang tanpa diadili kini seolah terbangun dari tidur panjang.
Cold case terjadi karena para polisi dan detektif menyerah pada satu kasus entah karena kurangnya bukti, saksi mata dan lain-lain—juga bisa karena faktor X, campur tangan orang atas. Di tahun 80-an dan 90-an itu banyak terjadi penutupan kasus karena alasan-alasan yang saya sebutkan di atas, tapi memasuki era modern di mana dunia forensik dan kepolisian semakin maju dan dilengkapi peralatan canggih, cold case bisa dibuka dan dilakukan pengusutan kembali.
Signal dibuka dengan kasus penculikan seorang gadis kecil kecil di tahun 2000 yang mengakibatkan hilangnya detektif Lee Jae Han secara mendadak—ia kemudian dituduh telah meneerima suap dan melarikan diri, lalu berlanjut ke kasus-kasus lainnya, yakni Pembunuhan berantai di Gyeonggi Nambu di tahun 1988, kasus pencurian perumahan mewah yang melibatkan sejumlah petinggi pemerintah di tahun 1995, pembunuhan berantai Hongwon-dong di tahun 1997 dan terakhir kasus pemerkosaan terhadap seorang remaja SMA di Injoo di tahun 1999.
Sedari awal, saya sudah bertanya-tanya kenapa Park Hae Young yang menerima transmisi dari Lee Jae Han? Ada hubungan apa di antara kedua orang ini? Saya pernah beramsumsi bahwa kematian Park Sun Woo—kakak Park Hae Young di tahun 1999 ada kaitannya dengan Lee Jae Han. Dan belakangan perkiraan saya itu terbukti benar. Lee Jae Han termasuk salah satu detektif yang bertanggung jawab pada kasus pemerkosaan siswi di Injoo di tahun 1999. Tak hanya sampai di situ, akibat kesalahan yang sengaja dilakukan kepolisian saat itu, Park Sun Woo harus merelakan dirinya mendekam di penjara anak selama 6 bulan dan pada akhirnya ia ditemukan bunuh diri tak lama setelah keluar dari tahanan. Park Sun Woo adalah benang takdir yang menghubungkan adik tersayangnya, Park Hae Young dan Lee Jae Han.
Tak ada satu pun yang kejadian di dunia ini yang terjadi karena kebetulan. Everything happens for reason. Tahu butterfly effect kan? Mengutip salah satu blurb novel favorit saya, “Kepak sayap kupu-kupu di Kirgiztan bisa menyebabkan badai di Pantura”. Bahwa seluruh penghuni semesta saling berikatan satu sama lain—besar kecil, bergerak dan yang tidak bergerak. Satu kesalahan kecil yang dilakukan Pak Polisi terhormat, bisa menghancurkan hidup seorang anak lelaki kecil yang belum mengerti apa-apa. Ada sebab, ada akibat.
Bagi saya, Signal adalah sebuah kritik menggelitik, tegas tanpa tedeng aling-aling. Untuk kepolisian, untuk pemerintah dan khususnya kita sebagai manusia dalam hidup bersosial. Kim Eun Hee masih menggunakan pattern yang sama seperti drama-drama beliau sebelumnya. Ada pak polisi korup, ada pak polisi yang hatinya lurus, ada oknum-oknum pemerintah yang lupa untuk apa ia sebenarnya dipilih oleh rakyat—yang mestinya bukannya memerintah melainkan mengurus rakyat, lalu ada pula orang-orang kaya yang berlagak bisa membeli seluruh sendi dunia dengan uangnya yang banyak itu, serta tak lupa akan selalu ada masyarat yang sakit entah karena ketakutan terhadap tekanan dari orang-orang di atas atau akibat tuntutan hidup yang kian hari kian bikin napas sesak sehingga rasa-rasanya tak ada pilihan selain menjual diri di hadapan uang. Yang membedakan di Signal dan drama Kim Eun Hee sebelumnya, sebut saja Ghost, tidak ada pengkhianat di Tim khsusus cold case. Lega. Mianhae, Gye Chul Sunbaenim, saya sempat mencurigai Anda.
Ada beberapa wajah yang saya kenal di sini karena sudah pernah melihat mereka bermain di drama Kim Eun Hee lainnya, ada  Pak Presiden baik hati di Three Days tapi di Signal jadi Anggota Kongres Jang yang jahatnya bikin berdecak ngeri, ada juga Ketua Pengawal Presiden di Three Days yang jadi jahat gara-gara kena hasut, kini di Signal si Bapak ini memerankan Kim Beom Joo, Kepala Kepolisian Seoul yang licik, ambisius dan rela melakukan apa saja demi memuluskan langkahnya—termasuk membunuh seorang remaja tak bersalah. Wajah si bapak yang kalau gak salah inget pernah ikut Appa Eodiga MBC ini sudah kadung nempel di benak saya sebagai spesialis pemeran karakter jahat, jadinya bila nanti beliau main drama lagi tanpa dikomando alam bawah sadar saya pasti langsung nyeletuk, “duh, nih orang pasti jahat...”
Signal telah sukses menampar pusat sadar dan titik emosional saya secara telak. Padahal ini bukan drama melankolik, apalagi drama romance. Tapi saya berkali-kali menyusut mata saya yang tanpa saya sadari basah—beberapa kali saya terisak bahkan setelah satu episode selesai saya tonton. Signal adalah drama yang menggunakan dunia kepolisian dan kriminal sebagai latar kisah. Hubungan sebab-akibat yang mengungkungi cerita setiap episodenya bisa membikin kamu terpekur lama dan berpikir soal banyak hal—tentang hidup itu sendiri.
Episode pertama mengenai penculikan seorang gadis kecil, bila saja Park Hae Young kanak-kanak mau membagi payungnya pada gadis kecil di teras depan sekolah di tahun 2000 itu—maka penculikan itu tidak akan pernah terjadi. Dan andaikan ada satu saja dari sekian banyak orang di Hongwon-dong yang menolong Kim Jin Woo kecil dari siksaan ibunya yang mengalami gangguan mental—mungkin, ia bisa tumbuh seperti anak-anak normal seusianya dan tidak menjadi pembunuh berdarah dingin akibat depresi berat yang dialaminya sejak kecil—ketika seorang gadis diam-diam menyukainya, itu sudah sangat terlambat bagi Kim Jin Woo. Tak ada yang pernah mengajarinya tentang perasaan semacam itu. Sesungguhnya dibutuhkan kepedulian terhadap sekitar kita. Jika empati masih terasa berat dilakukan, maka cobalah bersimpati sedikiiit saja. Tak ada yang salah dengan sekadar bertanya, “ada apa?”, “ada yang bisa saya bantu?” atau paling tidak berikan senyum pada orang yang berpapasan dengan kita di jalan—tapi jangan nyengir tar dikira orang baru keluar RSJ. Saya sering ngajak orang yang saya temui di jalan, di angkot, di pasar, di ruang tunggu sebuah rumah sakit, di mana saja. Kadang-kadang saya bahkan sampai menanyakan nama mereka xD
Scene-scene yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya antara lain,
-   Lee Jae Han menonton di bioskop sendirian, di saat orang-orang sekelilingnya tertawa karena film yang mereka tonton, ia malah menangis hebat. Film yang seharusnya ia tonton bersama gadis yang sudah lama ditaksirnya kini pupus karena gadis tersebut termasuk salah satu korban pembunuh berantai Gyeonggi, Nambu 1989. Suer, sedihnya gak ketulungan .
-  Ketika pembunuh berantai Hongwon-dong akhirnya ditangkap, Kepala polisi Kim Beom Joo, menyebut Kim Jin Woo sebagai sampah. Di lain pihak, Park Hae Young merasa terusik. Benarkah Kim Jin Woo yang telah membunuh sebelas perempuan memang pantas disebut sampah? “Ada orang-orang yang memang terlahir sebagai monster, tapi ada juga yang dijadikan monster oleh orang lain.” Ucapan Park Hae Young serta merta mengingatkan saya pada Hello Monster. Jika saja ada seseorang yang mau mengulurkan tangan pada Min, pada Kim Jin Woo.... Kasus Hongwon-dong merupakan salah satu sindiran halus tentang kehidupan sosial masyarakat yang sedang ‘sakit’ .
-  Saat Lee Jae Han diseret keluar dari ruangan Kim Beom Joo, lontaran kalimat berupa sindiran kritis untuk Kim Beom Joo bikin mata saya berair. Saya turut merasakan kesedihan dan rasa frustasi yang dialami Lee Jae Han. Ia hanya ingin menolong Park Sun Woo, remaja belasan tahun yang sudah diperlakukan tidak adil oleh hukum dan perangkatnya hanya karena ia miskin, tak punya orang-orang kuat di belakangnya. Park Sun Woo adalah korban keserakahan orang-orang besar di atas sana. Episode Injoo ini benar-benar menyedihkan. Sungguh. .
-  Menjelang ending episode 12, saat Park Hae Young dan Cha Soo Hyun akhirnya menemukan Lee Jae Han. Saya Speechless dan ikutan nangis . Penantian 15 tahun Cha Soo Hyun akhirnya menemui akhir.
-  Dan tak lupa juga kedekatan Park Hae Young kecil dan kakaknya, Park Sun Woo benar-benar menyentuh. Credit untuk pemeran Park Sun Woo, saya melihat ada potensi bagus pada aktingnya. Wajahnya mengingatkan saya pada Do Kyung Soo.
Seringkali terjadi, sebuah drama bagus, kekurangannya terletak di ending. Bagaimana dengan Signal sendiri? Saya tidak ada masalah dengan ending drama ini—setidaknya saya tidak perlu menyiapkan monolog panjang  untuk melepas Lee Jae Han—pahlawan tanpa tanda jasa di drama ini. Kegigihannya dalam mengusut satu kasus ibarat utopia yang membuat saya bertanya-tanya masih adakah Lee Jae Han lain di dunia nyata? Saya berharap, ada.
Open ending yang dpilih Kim Eun Hee dan Kim Won Suk sama sekali tak mengganggu, menurut saya itu adalah pilihan terbaik dan cukup memuaskan bagi penonton. Lagipula Kim Eun Hee menjanjikan kemungkinan ada Signal Season 2. Saya akan setia menunggu kok—seperti kesetiaan saya menunggu Min Geomsa di Vampire Prosecutor Season 3 . Dan semoga para pemeran di Signal Season 2 nantinya masih memakai komposisi yang sama. Aamiin.
 “Hanya satu yang pasti. Transmisi ini dimulai karena rasa putus asa seseorang. Satu hal yang diajarkan oleh walkie-talkie ini adalah segalanya akan berhasil selama aku berusaha.” –Park Hae Young
Kalimat apa yang paling saya ingat dari Signal?
Jangan menyerah.
Epilog
Apa yang paling memusingkan dari film/drama bertema time traveler? Pertukaran current time dan masa lalu. Jika kamu tidak jeli dan kurang konsentrasi kamu akan kecele dan kebingungan sendiri. Untungnya Signal, pola pengambilan dan penayangan gambarnya bisa terlihat jelas mana masa sekarang dan mana lalu. Pertanyaan lainnya, apa yang paling tidak ingin kamu lakukan setelah menonton drama habis drama/film dengan genre semacam ini? Menonton ulang, re-watch. Itu apa yang saya lakukan pada Nine. Tak peduli betapa sukanya pada drama ini, saya gak punya keberanian untuk menonton ulang. Kenapa? Kepala saya puyeng. Makin ditonton makin kusut rasanya HAHAHAHA.
Vibe yang sama saya dapatkan ketika membaca novel Supernova-nya Dee. Waktu itu usia saya sekitar tujuhbelas atau delapanbelas, bagi otak lemot saya karya Dee tidak cocok dibaca dibawah penerangan lampu 5 watt. Akibatnya pertama kali baca, saya pusing dan mual—selain karena pengaruh penerangan juga karena tingkatan intelegensia saya masih termasuk di bawah rata-rata untuk ukuran novel keren macam Supernova. Benang merah antara Nine dan Supernova adalah kedua-duanya bikin saya pusing ㅋㅋㅋㅋ
Nah, rupanya Signal datang kepada saya dalam paket yang berbeda dari Nine. Ditilik segi kualitasnya, bagi saya tak ada yang lebih baik satu sama lain. Dua-duanya termasuk drama yang ditulis dan divisualisasikan dengan cemerlang dan cerdas. Susah looooh nulis cerita menggunakan tema time traveler. Tapi khusus Signal, saya tidak mengalami pusing saat mencoba mencari titik temu antara Lee Jae Han dan Park Hae Young di masa depan (2015-2016). Saya mencoba menjabarkan bagaimana Signal dibangun dalam satu gambar yang utuh.
Di tahun 2015, Park Hae Young menerima transmisi dari Lee Jae Han tahun 2000. 15 tahun ke belakang. Tahun itu, merupakan tahun lenyapnya detektif itu secara misterius. Namun rupanya, transmisi tersebut bukan yang pertama kalinya bagi Lee Jae Han. Ia menerima transmisi pertama kali dari Park Hae Young di tahun 1988. Artinya, waktu Lee Jae Han terus bergerak dari 1988 hingga 2000 tapi waktu di masa Park Hae Young tak bergerak secepat itu. Apakah ini termasuk kekurangan Signal? Mengingat ini merupakan fiksi fantasi thriller, rasanya bisa dimaafkan. Toh, fokus cerita tak berpusat pada keanehan pergerakan waktunya melainkan cold case-nya. Ini menurut pendapat pribadi saya. Lalu ke mana Lee Jae Han menghilang selama kurun waktu 2000-2015? Hanya satu kemungkinan ia mengalami koma akibat penganiayaan berat. Ayahnya sengaja menyembunyikannya selama itu. Karena kalau sampai ketahuan Anggota Kongres Jang, sudah bisa dipastikan Lee Jae Han akan berusaha dihabisi.
Pada akhirnya, Signal bisa dijadikan sebagai pengingat bagi kita khususnya para aparat hukum dan pemerintah, amanah diberikan bukan untuk diselewengkan. Bukan pula hukum disusun untuk ditajamkan ke bawah dan ditumpulkan ke atas—sayang sekali drama seperti Signal ini terasa sangat mustahil untuk dibikin versi Indonesia-nya xD
Maaf jika saya harus mengatakan ini, barangkali terdengar sangat pesimis tapi memang demikian apa yang membenak di kepala saya bahwa, Lee Jae Han adalah simbol keadilan dan kejujuran yang kini menyepi entah ke sudut mana. Keadilan itu—ia ada, tapi oleh banyak orang dianggap terlalu usang untuk digunakan lagi. Lee Jae Han, sebagai sosok yang kukuh memegang prinsipnya sebagai polisi yang lurus hatinya meski demi itu ia selalu menerima tekanan dari berbagai pihak yang tak menyetujui tindakan-tindakannya. Satu-satunya (yang dianggap) kesalahan karena ia berdiri tegak di sisi kebenaran. Sedih sekali. Ironis.
Script yang bagus di tangan director hebat lalu diisi aktor/aktris dengan akting mumpuni hasilnya adalah satu paket drama yang keren. Signal merupakan salah satu drama terbaik yang pernah saya tonton. Terimakasih Tante Kim Eun Hee, selamat telah menebus kesedihan karena Three Days yang menerima banyak sekali kritikan tahun kemarin.
Jangan menyerah ^^

8 comments:

  1. alhamdulillah akhirnya ada tulisan baru juga dari kak azz..hehe.. kalau ngomongin drama signal emang butuh otak yang super, soalnya drama-nya memang super keren.. setuju sama kak azz naskah-nya tante kim eun hee emang jaminan mutu.. kalau di R88 ada choi taek yang genius, nah di signal ada lee jae han yang 'super brave'.. buat aku pribadi karakter lee jae han bikin yang nonton ketawa-nangis-geregetan emosi-nya campur aduk jadi satu.. bener2 karakter malaikat penolong tanpa tanda jasa.. pas ngikutin drama ini menjelang episode akhir, aku khawatir kalau tante kim eun hee bakal matiin salah satu karakter utamanya, tapi untungnya ke-khawatiran aku tidak terjadi.. ending signal dibuat 'klop' nyambung dengan rangkaian kasus2 dari episode awal yang bener2 'well writen'.. sebagai penonton saya benar2 puas dan mengapresiasi kerja keras tim produksi drama signal..semoga benar ya kak akan dibuat sekuel ke-2 nya..
    terima kasih kak azz sudah menuliskan review drama signal..hehe sama seperti kak azz di tahun 2016 setelah R88 baru signal yang aku ikutin sampe tamat.. slot jumat-sabtu TVN emang daebak..
    sukses terus buat kak azz..
    ditunggu tulisan kakak selanjutnya...

    ReplyDelete
  2. Keren nih drama, baru kelar nonton ga lengkap klo nonton ga baca ulasannya..
    Letnan park haeyong suka bikin salah fokus ke hidung nya, klo ngomong berapi2 gtu, sempet kaget waktu soo hyun mati di tengah2 drama.. dan aku pikir endingnya haeyong bakalan mati trus kakak nya hidup, ternyata oh ternyata ending nya bener2 ga ketebak..
    Klo bakalan ada signal 2 semoga kasus injoo ini lbh seru lagi di season 2 nanti..
    Btw pemeran jaehan ini diet ketat pas main drama ini ya? Dlu kayanya dia gemuk bgt deh..

    ReplyDelete
  3. Selamat pagi kak Azz~
    Senang bisa lihat tulisan terbaru dr kakak.
    Signal emang keren, dan sayang untuk dilewatkan.
    Signal satu2nya drama yg bikin saya pengen cepat2 minggu depan, gak sabar nungguin kelanjutan epsdenya setelah drama R88.
    Meskipun DotS juga bagus, tp tetap aja gak bisa bikin saya gak sabar nungguin minggu depan :3

    DotS, Signal, Reply 1988, ketiga drama ini awalnya gak ada di list download-an saya, tp justru ketiga drama ini yg benar2 bikin perasaan saya campur aduk.
    Justru Cheese In The Trap yg paling saya tunggu, memiliki ending yg agak sedikit mengecewakan :3

    Semoga Signal nantinya dibikin yg season keduanya.
    Aamiin~
    Scene Park Hae-yeong kecil makan omelet itu sukses bikin saya nangis kejer ~T_T~

    ReplyDelete
  4. Salam kenal mbak. Selama ini saya sering baca tulisan di blog ini sebagai silent rider.
    saya juga suka bgt sama drama signal. Salah satu drama yg banyak pesan moralnya. Dan saya juga sependapat dgn pendapat yg mbak tulis. Semua yg saya pikirkan ttg signal tersampaikan dgn tulisan mbak. Saya menyukai signal. Dan juga menyukai tulisan mbak :) semangat terus mbak!!

    ReplyDelete
  5. ahhh i love love love signal 😍
    Aku baru tw ada job sekeren jobnya parkhaeyoung, profiler.
    Sebenarnya aku masih trauma dg drama kim eun hee *cough sign cough* tapi aku jg tidak bs menghindari karya tante jenius ini. Dramanya slalu kutunggu.
    Signal jg sukses buat suaraku hilang karna nangis.
    Sedih banget kalo mengingat drama ini fiksi namun kasusnya fakta.
    Pada kenyataannya para pembunuh2 itu tidak pernah tertangkap.
    Kimeunhee mengatakan tujuan ia membuat signal, agar dunia tidak melupakan kasus yg terlupakan.
    Oya kimbumjoo bukannya jd org baek y di ghost 😂 tumben.
    Ahjussi itu di return of superman kbs. Aslinya beda banget dg peran yg slalu dia ambil.
    Jd inget lg, wktu diem2 dia minum obat herbal comedian parkhwijae yg ternyata itu obat untuk meningkatkan hormon wanita milik istrinya parkhwijae, mukanya lngsg mlongo 😂
    Aku kaget liat pemeran parksunwoo,Udah besar,cakep,gigi klincinya masih ada.
    Sejak sign, aku slalu puas dg apapun yg diberi SWnim di ending, sepanjang para tokoh utama masih bernafas.

    ReplyDelete
  6. wah kak beneran bakalan ada signal 2 .. ? sebenernya agak bingung sama endingnya .. padahal aku ngebet banget ngeliat mereka ketemu bertiga .. huhuhuhu tapi tau ada signal 2 nanti seneng banget bakalan aku tunggu dan berharap yang main lee je hoon lagi hehehehe profiler ganteng :P

    ReplyDelete
  7. aku baru liat signal dan aku lgsg jatuh cinta saat itu jg, jujur aja waktu aku dengar berita tntg dots yg dibilang ceritanya biasa aja tp rating tinggi cuma krn pemainnya yg populer aku bnr" ga setuju. Tapi wkt aku liat signal entah mngapa aku stuju dgn netizen yg bilang dots hnya memiliki rating tinggi krn para pemainnya (maaf penggemar dots) jika dlm hal cerita signal jauh lbh bagus dari dots bahkan jauh bgt.
    setiap aku liat signal ga pernah sekalipun aku ga nangis disetiap episodenya, dari skrip signal hingga akting para pemainnya jempolan bgt. apalagi kasus" disignal ini emang kasus nyata dikorea.

    drakor ini mngkn ga seromantis dots tp drakor ini bs membuat kalian berpikir keras mengenai kasus" yg terjadi dan akhirnya membuat ketagihan bgt :D

    oh ya kak park sun woo aktingnya emang bgs, dia jg perasaan sering mau drama korea kok

    ReplyDelete
  8. Sayang saya terlambat menonton drama ini krn sibuk bekrja (lebay), sebenarnya saya tdk bisa move on dr R88 smpai Signal tayang saya tdk menggubris meski dilihat ratingnya cukup tinggi, ditambah dengan tayangnys DOTS (saya nonton hnya karena ikut alay yg memuja kapten Yoo Shi Jin dkk) hahaha. Lalu saya putuskan utk memulai menyaksikan Signal karena bnyk waktu luang, dan pada akhirnya saya acungkan jempol saya utk tim drama Signal krn ini adalah drama Fantasy Crime yg mampu membuat saya menangis dan full ntn dr ep 1-16 tanpa pusing sedikitpun. Saya puas ketika Best new actress jatuh pd tante Kim Hye Soo namun sayang Jo Jin Woong pulang dengan tangan kosong di ajang Baeksang Award 52th Tapi setidaknya 2 drama jagoan saya dr TVN membawa tropi di ajang tersebut. Berharap penuh pd season 2 meski saya berpikir apakah memungkinkan akan ada transmisi walkie talkie lagi jika memang season 2 diproduksi, tp selagi 3 casts itu bermain di season 2 lagi saya akan tetap menikmati apapun ceritanya.

    ReplyDelete

Haiii, salam kenal ya. 😊