Translate

Review Way Back Love (2025)

/ 4/21/2025 07:23:00 AM

 

—Tulisan di bawah ini berisi spoiler—


Apa yang akan kamu lakukan bila suatu hari seseorang datang mengetuk pintu rumahmu dan mengaku sebagai Grim Reaper, si pencabut nyawa? Ia lantas memberi tahu kamu akan meninggal tujuh hari kemudian? Kamu hanya memiliki waktu tersisa tujuh hari.

Jung Hee-wan tidak memiliki keinginan untuk menjalani hidup. Ia kerap mengunci diri di kamar kos-nya yang pengap, lembab dan suram. Jangankan manusia lain, cahaya matahari saja tidak ia izinkan masuk dengan bebas. Kehadiran Kim Ram-woo, teman SMA-nya yang tiba-tiba muncul dalam wujud pencabut nyawa tentu membuatnya kaget. Yang diingatnya, Kim Ram-woo sudah meninggal 6 tahun lalu. Ia tidak menanggapi serius ocehan laki-laki berbaju serba hitam di depannya itu.

Ram-woo membujuk Hee-wan agar mau membantunya mewujudkan harapan-harapannya sebelum waktu tujuh hari-nya Hee-wan berakhir. Mulanya Hee-wan menolak. Namun Ram-woo terus saja membujuk. Ram-woo bersedia mengerucutkan keinginannya menjadi 10 keinginan di bucket llist-nya. Jika Hee-wan mau menyanggupinya, Ram-woo berjanji akan menghilang dari kehidupan Ram-woo. Hee-wan pun menyanggupi meski masih dengan setengah terpaksa, setengah hati.

Siapa sangka, perjalanan mewujudkan 10 keinginan Ram-woo justru menjadi perjalanan Hee-wan memeluk kembali luka-luka yang ia telantarkan setelah kehilangan Ram-woo.

Way Back Love merupakan drama ber-genre fantasy-romance berjumlah 6 episode. Setiap episodenya memiliki durasi sekira 45 menit-an. Drama yang diadaptasi dari novel karya Seo Eun-chae yang berjudul Naega Iljooil Jeon (A Week Before I Die) pertama kali dipublikasikan pada 2 Maret 2018. Drama yang ditayangkan di TVING, VIU, Viki, dan Vidio ini memasangkan Gong Myung dan Kim Min-ha sebagai pemeran utama. Saya nggak ingat kapan pertama kali saya menonton trailer Way Back Love, untuk beberapa waktu, trailer-nya pernah rajin wara-wiri di temlen. Klip sekian menit itu sangat menggoda minat nonton. Selain tergoda aura patah hatinya yang kencang sekali, di saat yang sama, saya nggak bisa menampik nuansa cerah ceria yang tersirat pada cuplikan adegan-adegan yang menampilkan masa-masa sekolah tokoh-tokohnya. Khas anak remaja dengan segala kelakuan absurd-nya.

Bulan-bulan berlalu, dan tibalah masa penayangan drama yang disutradarai Choi Ha-na (More Than Family) ini. Pekan pertama, saya memilih nggak nonton dulu, nunggu banyakan dikit biar nggak lama nunggu. Baru setelah tayang 4 episode, saya langsung tancap gas, nonton.


—Plot dan garis cerita


Tak ada yang tahu, hidup akan membawa kita pada cerita semacam apa di masa depan. Kita hanya bisa menebak-nebak kejutan hidup apa yang sedang menunggu kita di depan sana. Seperti halnya yang dialami Jung Hee-wan. Anak perempuan itu tak pernah menyangka, prank saling tukar nama pada perayaan April Mop di kelas yang ia lakukan kepada Kim Ram-woo akan mengantarkan hidupnya pada jejaring duka yang panjang di kemudian hari.

 Ia, kala itu, layaknya anak perempuan belasan tahun pada umumnya yang periang dan ceria. Ia menikmati hari-harinya dengan banyak tertawa. Anaknya iseng dan usil, kelakuannya agak malu-maluin, berani (ehm, suka nekat), pokoknya happy virus banget. Such carefree young girl yang surprisingly, nggak annoying. Lucu, iya. Anaknya menyenangkan.

Jung Hee-wan hepi banget melihat hasil draw namanya berjodoh dengan nama Kim Ram-woo. Tadinya, pertukaran nama itu hanya akan berlaku satu hari, khusus April Mop untuk mengerjai guru, tapi dasar Hee-wan nya kesenengan ngerjain Kim Ram-woo yang rada polos dan kesulitan bilang enggak ke Hee-wan, maka sepanjang waktu, Hee-wan menjadi Ram-woo, demikian pula sebaliknya, sampai teman-teman dan guru-gurunya sudah terbiasa manggil Ram-woo pake nama Hee-wan. Asli, lucu sekali ngeliat warga sekolah manggil Ram-woo dengan panggilan Hee-wan. Yang dipanggil Ram-woo, yang angkat tangan Hee-wan.

Kim Ram-woo yang awalnya keberatan, lama kelamaan malah ikut menikmati dan masang mode ya sudahlah alias pasrah banget. Anaknya baik banget. Terlalu baik. Ram-woo ya…. 😭😭😭😭

Jung Hee-wan punya temen gila bareng, udah bestie-an banget lah, namanya Yoo  Tae-Kyung (Oh Woo-ri). Kim Ram-woo juga punya temen akrab, diperankan Jung Gun-joo, Lee Hong-suk menjadi temen ngobrol Ram-woo. Secara natural, empat orang ini menjadi dekat satu sama lain dalam lingkaran pertemanan.

Masa-masa SMA yang indah itu tampak akan berlangsung selamanya. Mereka memiliki rencana-rencana menyenangkan di masa depan. Tetapi, hidup yang misterius selalu punya cara untuk memberi tanda koma atau titik pada bagian hidup manusia.

Yang datang sekonyong-konyong tanpa firasat.

Hidup Ram-woo berakhir di malam festival, hanya beberapa saat setelah ia dan Hee-wan berjanji untuk duduk berdampingan di bus saat pulang nanti, hanya berselang sekian menit setelah ia membaca surat yang berisi ungkapan perasaan sayang Hee-wan kepadanya. Betapa jarak bahagia dan duka begitu sangat dekat dan rapat pada helaan napas. Seolah mereka saling berlomba siapa yang paling cepat tiba. Malam itu, semarak kembang api di langit berganti dengan sirine emergency.

Kehilangan itu terlalu mendadak bagi Jung Hee-wan. Meski 6 tahun telah berlalu, ia belum juga sanggup mencerna duka yang memenuhi dadanya. Hidupnya ikut berhenti berdetak pada hari kematian Ram-woo.

Way Back Home menuturkan ceritanya menggunakan alur maju-mundur. Masa lalu dan masa sekarang saling bertukar waktu menampilkan sudut pandang kehidupan Jung Hee-waan saat masih bersama Kim Ram-woo dan setelah Kim Ram-woo meninggal. Pertanyaan mengapa dan bagaimana perlahan mulai terjawab di setiap episode. Dua nuansa emosi yang saling bertolak belakang ini terbukti ampuh mengacak-acak emosi penonton. Perubahan drastis yang terjadi pada Hee-wan menyesakkan dada. Gadis periang dan ekstrovert itu kehilangan semangat hidup. Binar di matanya mati.

Menonton drama ini tak ada bedanya dengan patah hati yang disengaja. Sebenarnya dari trailer-nya udah terbaca kalau dramanya bakal bikin mata banjir. Kenapa masih dinonton juga? Tau sendiri kan, manusia tuh bebal. Sama dengan jatuh cinta. Resiko paling dekatnya kan patah hati ya, tapi kenapa masih juga dibiarkan itu hati jatuh bahkan sampai berkali-kali? Gravitasi kesenduan Way Back Home yang kuat membikin penasaran. Trope cerita seperti ini sulit diabaikan. Baru nonton trailer-nya aja saya sudah nggak ketolong menaruh harap semoga Kim Ram-woo bisa hidup kembali. Nah Lo.

Way Back Love membawa kisah perjalanan Jung Hee-wan menemukan kembali detak hidupnya.


—Konflik


Drama ini membawa penonton menyelami duka dan trauma yang mengisi waktu Jung Hee-wan sepeninggal Kim Ram-woo. Duka dan trauma akibat kehilangan orang terdekat tidak pernah sederhana. Hee-wan terus saja menyalahkan dirinya atas kematian Ram-woo. Ia tidak bisa menjalani hidupnya seolah-olah semua telah berangsur membaik. Ia mengalami PTSD. Cara Hee-wan menghukum dirinya adalah dengan tidak menikmati waktunya selagi hidup. Ia merasa tidak layak dan tidak boleh melakukan itu. Setiap harinya, Hee-wan berlaku seperti orang yang siap mati. Ia hidup hanya untuk menunggu mati. Momen terakhirnya bersama Ram-woo berubah menjadi mimpi buruk. Kepalanya ramai diisi andai saja.

Andai saja ia tidak menukar namanya dengan Ram-woo malam itu, andai saja ia yang menggantikan posisi Ram-woo, dirinya lah yang akan mati. Seharusnya prank April Mop itu cukup berlangsung sehari saja.

Konflik drama ini berpusar pada Jung Hee-wan dan traumanya. Pada kenangannya bersama Ram-woo. Kemunculan Kim Ram-woo di depan pintu kamarnya membuka keran kenangan yang selama 6 tahun menguncinya dalam pusaran rasa bersalah yang mematikan.

Saya bertanya-tanya perihal kematian Ram-woo sejak episode perdana, menebak-nebak peristiwa apakah yang merenggut hidup anak sebaik itu? Sempat ada tebakan Ram-woo bun*dir, tapi kok ya mustahil rasanya melihat karakternya. 4 episode Way Back Love membawa saya menyelami kisah Hee-wan dan Ram-woo, inilah yang kemudian mempertemukan saya dengan wajah trauma Hee-wan—tragis. Di sisa dua episode terakhir, saya menangis hebat. Sedih sekali. Saya menangisi Ram-woo, menangisi Hee-wan. Yang membuat drama ini sempurna meluluhlantakan hati adalah saya sebagai penonton dibuat terpikat dan jatuh cinta pada cerita masa-masa SMA mereka yang manis dan lucu, pas cocok dengan genre komedi-romantis. Youthful romance ala ABG. Kayak udahlah, Ram-woo udah cocok banget sama Hee-wan. Jangan diapa-apain lagi. Udah kebayang masa depan mereka bakal se-rame apa.

Sayangnya hidup punya rencananya sendiri. Dan kita sadar sepenuhnya sedang mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi. What if di kepala Jung Hee-wan berhasil dihidupkan di dalam kepala kita.

Kehilangan. duka. Trauma. Way Back Love menceritakan dengan akurat bagaimana seseorang memproses tiga hal ini. Ada satu kejadian yang kerap membuat saya ragu-ragu dan berakhir memilih tidak mengatakan apa-apa, itu adalah saat seseorang yang saya kenal sedang berduka karena kehilangan orang terdekatnya. Adalah hal yang biasa menunjukkan ungkapan belasungkawa, tetapi mengucapkan turut berduka cita tidak pernah terasa tepat bagi saya untuk mengucapkannya. Pada kehilangan, ada arus emosi yang mustahil bisa turut saya rasakan tak peduli sebesar apa perasaan empati yang saya miliki, jika saya tidak bisa bertemu secara langsung, maka saya berakhir mengirimkan doa untuk mendiang alih-alih mengucapkan turut berduka cita.

Melihat Hee-wan gagal memproses dukanya, saya ingin sekali memeluknya.

Ram-woo adalah seseorang yang berharga bagi ibunya, Hee-wan, dan Hong-suk. Way Back Love, menangkap emosi tiga orang terdekat Ram-woo dengan sangat baik. Detail pergulatan trauma atas duka kehilangan begitu nyata terasa dan terlihat khususnya pada Hee-wan dan Hong-suk. Bagaimana suara sirine bisa dengan mudah membuat mereka kehilangan tenang. Saya menangisi adegan Hee-wan menemui Hong-suk atas permintaan Ram-woo, mereka akhirnya menemukan waktu yang tepat untuk saling mengonfrontasi perasaan. Bahwa Hee-wan tidak menderita sendirian atas kematian Ram-woo. Hong-suk hanya berupaya semampunya tidak menunjukkan duka kehilangannya pada Hee-wan, ia berharap itu akan sedikit membantu Hee-wan move on. Di saat yang sama, itu juga yang membuat dirinya dan Hee-wan saling menyakiti di masa lalu.

Muatan emosi tokoh-tokoh penting di drama ini digambarkan dengan apa adanya, mentah, realistis sehingga membuat saya mampu merasakan pergulatan emosi yang mereka alami.  

Duka atas kehilangan seseorang tidak pernah sederhana. Itulah salah satu pesan yang ingin disampaikan Way Back Love lewat konflik batin yang melekati tokoh Jung Hee-wan. Mereka yang pernah atau sedang berada di posisi Jung Hee-wan tahu persis seperti apa rasanya—saya tidak bisa membayangkan reaksi mereka saat menonton episode demi episode Way Back Love.

Lantas, benarkah Jung Hee-wan hanya memiliki siswa waktu tujuh hari? Benarkah ia akan mati?

Tidak ada manusia yang siap menghadapi kehilangan, juga tidak ada manusia yang tahu kapan waktunya akan berakhir.

“What’s your biggest regret now?” –Grim Reaper


—Casting, karakter, chemistry


Kim Min-ha.

Saya nggak ngeuh Kim Min-ha debut drama melalui School 2017. Nama Kim Min-ha mulai dikenal luas publik khususnya internasional lewat peran apiknya sebagai Kim Sun-ja di serial Pachinko pada tahun 2022. Min-ha juga membintangi film dan drama seperti The Call dan Light Shop.

Cinta banget acting Kim Min-ha sebagai Jung Hee-wan. Sebagai anak SMA yang ceria, sebagai anak kuliahan gloomy dan tidak punya semangat hidup—Kim Min-ha menampilkan transisi ini dengan sangat baik. Sebagai penonton saya sangat terpengaruh. Berasa dipermainkan emosinya, dan itu bagus. Artinya acting Min-ha berhasil menyeret saya masuk ke pusaran emosinya yang gelap dan menyesakkan. Nggak kuat saya liat nangis sesenggukannya Min-ha. Memilukan, sakitnya berasa sampe ke dalam sanubari.

Saya suka bintik-bintik merah yang muncul di pipi Min-ha. Cantik.



Gong Myung

Saya tahu aktingnya Gong Myung bagus meskipun saya nggak mengikuti semua project movie/dramanya. Sebelum Way Back Love, perannya sebagai Cho Jae-hoon di Be Melodramatic meninggalkan kesan kuat di ingatan saya. Agak patah hati mengetahui hubungannya dengan Hwang Han-joo hanya sebatas rekan kerja saja. I’m rooting for them. Setahun kemudian, Gong Myung tampil sebagai Jae-hoon, detektif koplak yang menyamar sebagai penjual ayam goreng di Extreme Job. Dua project ini merupakan garapan director Lee Byeong-hun. Patut dinonton bagi yang belum mencobanya.

Kim Ram-woo adalah tokoh sentral di Way Back Love. Gong Myung memerankan tokoh ini dengan sangat baik.

Ram-woo semata baik. Anak laki-laki yang menyayangi ibunya. Ia memiliki hati yang lembut dan penyayang, berprestasi di sekolah, agak polos anaknya. Karena pembawaannya seperti inilah yang membuat Jung Hee-wan betah mengekorinya, menukar namanya dengan namanya dan pada akhirnya jatuh cinta pada Ram-woo.

Siapa pun akan jatuh hati pada Ram-woo. Udah jadi Grim Reaper pun sifat baiknya masih nempel. Pas awal-awal jadi grim reaper adaaa aja ujiannya. Mana anaknya nggak enakan sama arwah yang dijemputnya. Imej grim reaper yang seram dan dingin nggak berlaku di Ram-woo. Harusnya dia mah nggak jadi Grim Reaper tapi cheonsa.

Sering dengar orang-orang bergumam orang baik cepat sekali dipanggil pulang. Bener ya…

Kim Ram-woo mengingatkan saya pada Zhang Wan-sen. Tokoh fiksi yang membuat saya berdoa agar hidup sedikir lebih ramah pada mereka. They are my biggest what if in fiction world. Dua anak baik ini…

Ini kali pertama saya menonton project Gong Myung sebagai pemeran utama. Setelah ini, dia udah layak banget dapet peran utama. Aktingnya luwes dan punya charm-nya sendiri. Ini udah bisa jadi modal bagus. Asal dia dapet peran yang cocok dan berhasil mengeksekusinya, game over, udah. Kayak Kim Ram-woo ini.



Jung Gun-joo

What an excellent performance, Jung Gun-joo!!!

Saya pernah menonton beberapa project Gun-joo, tapi baru di Way Back Love ini yang bisa bikin saya terpikat sama aktingnya. Bukan berarti peran-peran sebelumnya nggak bagus aktingnya. Aktingnya selalu bagus, tapi yang berhasil memikat baru di Way Back Love ini. Berkat perannya sebagai Lee Hong-suk, charisma-nya Jung Gun-joo meluap-luap. Padahal kemunculannya di Way Back Love nggak banyak, saya pikir kualitas karakter dan aktingnya lah yang membuat dia bersinar, dan ngasih efek memorable ke penonton. Saya suka banget style dan potongan rambut Gun-joo di sini. Terlihat fresh dan menampilkan pesonanya yang mengesankan. I saw him in a new light! Yuk bisa yuk, Jung Gun-joo dapet project sebagai pemeran utama!

Hong-suk adalah salah satu puzzle yang melengkapi healing journey nya Hee-wan. Keberadaan Hong-suk menjadikan memori kehilangan Ram-woo berkali-kali lipat menyakitkan.

Saya menangisi adegan dia duduk di depan game board yang sering dia mainkan bersama Ram-woo. Meski tak bisa melihat sosok Ram-woo di hadapannya, Hong-suk menerima pesan yang dikirmkan sahabatnya itu kepadanya. Hiduplah dengan baik.

Chemistry antar-cast solid.



Oh Woo-ri

Perempuan kelahiran 1966 ini memulai debut karir aktrisnya pada tahun 2023 melalui mini seri One Day Off. Ia memerankan tokoh Yoon Tae-kyung—sahabat karib Jung Hee-wan di Way Back Love. Chemistry-nya dengan Jung Hee-wan bagus banget. Tek tok-an mereka sebagai bestie se-frekuensi yang freak-nya se-aliran dapet banget wkwk.

Aktingnya bagus. Potensinya oke nih.

***



Way Back Love berhasil membuat tokoh-tokohnya melekat kuat di ingatan penontonnya berkat karakterisasinya yang detail. Jadi, meski beberapa memiliki porsi kemunculan yang sedikit, itu nggak bikin saya mudah melewatkan. Mereka adalah bagian yang menggenapi tawa dan air mata Way Back Love.

Ada dua penampilan special yang mengisi drama ini yakni Shim Eun-kyung dan Jung Soo-jung (Krystal). Di tahun 2017, Krystal dan Gong Myung pernah terlibat di proyek drama The Bride of Habaek. Kemunculan Krystal di Way Back Love juga merupakan ajang reuniannya bersama Choi Ha-na. Krystal memerankan To-il, tokoh utamanya di More Than Family yang disutradarai Choi Ha-na.



—Ending

Episode 5 dan 6 menandai proses healing Jung Hee-wan. Banyak hal yang terjadi pada dua episode terakhir Way Back Love. Banyak plot twist yang bikin dada sesak, bikin nangis jelek dan bikin mata membengkak seusai menamatkan drama ini.

Healing journey-nya Hee-wan mengharu biru, indah tapi nyesek. Heartwarming, menyisakan helaan napas panjang yang akan selalu mengingatkan pada satu sosok Kim Ram-woo yang tidak akan pernah kembali lagi. Namun Kim Ram-woo akan selalu hidup di dalam nama Jung Hee-wan.

 Berikut ini saya tulis beberapa adegan yang memuat detail-detail penting Way Back Love—khususnya di episode 5-6, yang untuk alasan ini saya nggak ragu memasukan drama ini ke list drama favorit saya, bukan hanya karena muatan cerita yang begitu dekat dengan keseharian, tetapi juga pada bagaimana cerita ini dituturkan.


—*April Mop

Ini adalah plot twist paling dalam, paling nggak tertebak—becandaan tongkrongan yang mengubah wajah hidup seseorang—meenjadi muasal trauma, juga menjadi penutup proses healing-nya Jung Hee-wan. Semula, Hee-wan mati-matian menyesali kelakuannya yang seenaknya memakai nama Ram-woo karena alasan having fun, seru-seruan. Kebiasaannya memanggil Ram-woo dengan namanya, begitupula sebaliknya, Ram-woo memanggil Hee-wan menggunakan namanya sendiri ternyata menjadi bagian penting dari plot Way Back Love.

Setelah menjadi Grim Reaper, Ram-woo nggak pernah manggil nama Hee-wan, ia malah memanggilnya dengan namanya sendiri—Kim Ram-woo… Kim Ram-woo… Kim Ram-woo. Sebab, jika Ram-woo memanggil nama Jung Hee-wan tiga kali berturut-turut, jiwanya akan terlepas seketika dari tubuhnya. Aturannya memang begitu kan?

Paling GONG nya adalah ucapan Hee-wan di episode 6 saat ia akhirnya memberikan pelepasan untuk seluruh duka dan traumnya atas kepergian Kim Ram-woo—“I’ll remember you. I’ll live on. To us, loving myself means loving you.”

Ini ucapan simbolik, maknanya dalem banget jika melihat perjalanan Kim Ram-woo dan Jung Hee-wan. Kim Ram-woo akan selalu hidup sepanjang Jung Hee-wan masih hidup. Karena Hee-wan adalah Ram-woo. Semua kenangan yang mereka mereka miliki diawali dengan pertukaran nama di hari April Mop.

To us, loving myself means loving you. Kim Ram-woo ada. Seperti janjinya, ia melihat dan mendengar cerita Jung Hee-wan. Selalu. Jadi Hee-wan harus hidup dan menghidupi waktunya dengan sebaik-baiknya.

Sedih.

Ini bukan upaya melepaskan trauma, tetapi sebuah cara yang dipilih Hee-wan untuk menatap penyesalannya. Selama 6 tahun ia menolak menerima kenyataan, ia menyalahkan dirinya sebagai bentuk pelarian rasa sakit atas kehilangannya.

Ram-woo telah pergi, tetapi kenangan-kenangannya tidak.

Yeong-hyun bilang kepergian orang yang kita sayangi seperti menciptakan sebuah lubang besar pada ingatan kita. Kita tidak punya pilihan selain hidup berdampingan dengan kehilangan itu.

“… saving you is saving myself.” –Kim Ram-woo

💔

*Annyeong

Saya menangis di adegan ini—nangis mulu emang di dua episode terakhir. Saat ibunya Ram-woo mengelus jaket yang pernah ia belikan untuk Ram-woo, jaket yang sama dengan milik Hee-wan. Ram-woo dan ibunya sama-sama mengucapkan annyeong. Patah hatinya di sini. Annyeong yang sama namun memiliki arti dan pesan yang berbeda. Ram-woo menyapa ibunya setelah sekian tahun terpisah, dan ibunya mengucapkan selamat tinggal (akhirnya) kepada Ram-woo.

Makin mewek melihat Ram-woo memeluk ibunya. Pas ibunya bilang hangat… AMBYAR SAYA. Biasanya dipeluk makhluk dari alam lain bawaannya dingin bikin gigil, ini ibunya bilang hangat. Yang nonton adegan ini dan ga nangis banjir di bagian ini, kalian kuat banget. Ram-woo tuh sayang banget sama ibunya. Sayang banget. TAPI DIA GA NANGIS, KAYAK YA ALLAH INI ANAK KENAPA BAIK BANGET. NGGAK KUAT SAYA. Dia tuh bisa terima takdirnya dengan cepat, nggak marah-marah atau protes. Nggak ada tantrum Dia malah berupaya membuat orang-orang yang disayanginya bisa bahagia dan menikmati hidup seperti saat ia masih bersama mereka. Kim Ram-woo deserves happiness. Ya, kita tahu. Ram-woo sangat bahagia menjelang akhir hidupnya berkat Jung Hee-wan. Dan ia merasa itu cukup baginya.

💔

*Because you seem to understand the pain of being left behind

Kim Ram-woo mengatakan ini kepada Go Yeong-hyun, sunbae-nya Hee-wan. Ini plot twist lain. Pas baca ada nama Shim Eun-kyung di opening Way Back Love, saya udah ngebatin, nggak mungkin nih perannya ala kadarnya, pasti ada hubungannya dengan plot. Taunya bener. Sejak awal kemunculannya, nih sunbae kenapa care banget ke Hee-wan. Kayak sengaja berusaha menarik Hee-wan agar keluar dari cangkang gelapnya.

Ternyata dia bisa ngeliat Ram-woo. Ucapan Ram-woo di atas menjadi kunci karakter Yeong-hyun. Kenapa Ram-woo memilih Yeong-hyun untuk menemani Hee-wan?  Alasan Ram-woo karena ia melihat Yeong-hyun memiliki pengalaman ditinggalkan seperti yang dialami Hee-wan.

Saya teringat kalimat Gregor, H yang dituliskan kembali Goenawan Mohamad di buku Catatan Pinggir, “Kita memang baru bisa merasakan hal itu bila kita punya kenangan.”

Yeong-hyun memiliki kenangan ditinggalkan, dan ia tahu persis seperti apa rasanya. Pada wajah Hee-wan, ia segera mengenali gelagatnya, rasa-rasanya seperti melihat wajahnya sendiri di masa lalu. Mungkin seperti itu.

Ucapan Ram-woo itu mampu menjelaskan posisi Yeong-hyun dengan jelas.

Simpati dan empati yang dalam terhadap manusia lain seringkali lahir dari pengalaman-pengalaman hidup serupa. Karena pernah berada di posisi yang sama, kita paham betul bagaimana cara memeluk cerita orang lain.

💔

*The ignorant human being outside don’t know how priceless life is. They waste their lives.

Ini tamparan untuk kita, ya nggak sih? Kalimat yang diucapkan Grim reaper senior yang diperankan Krystal menawarkan sudut pandang lain soal hidup. Ia menjadi sudut pandang orang-orang yang sudah pergi ke alam lain. Mereka melihat orang-orang yang masih hidup malah membuang-buang jatah waktu di dunia dengan melakukan hal-hal tidak penting. Belum pada tau rasanya mati dan bertemu penyesalan, kepengen hidup lagi tapi udah nggak bisa. Semacam itu.

Hidup yang belum selesai dirumuskan memiliki banyak kesempatan untuk diselesaikan dengan baik. Asal kita mau menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Mendefinisikan sebaik-baiknya ini yang kerap dilupakan atau diabaikan.

Padahal waktu kita di dunia ini memiliki batasan. Setiap nama akan menemui titik akhirnya.

💔

*Kim Ram-woo menyalakan lampu untuk ibunya dan Jung Hee-wan.

Adegan biasa, selewatan, tapi memiliki makna. Kim Ram-woo menyalakan kembali nyala lampu  kehidupan untuk ibunya dan Jung Hee-wan. Lampu yang pernah kehilangan nyalanya setelah kepergiannya yang mendadak. Ia juga melakukan itu untuk Hong-suk lewat game board yang sering mereka mainkan jaman sekolahan dulu.

Tampaknya Kim Ram-woo menjadi Grim Reaper memiliki purpose-nya yang jelas; ia tidak pergi dengan cara yang sopan, jadi ia harus memastikan bahwa kepergiannya bisa diterima oleh orang-orang yang disayanginya. Itu menjadi tugas terakhirnya.

Way Back Love memadukan lucu dan getir pada halaman yang sama. Duka atas kehilangan diurai dengan jujur. Drama ini datang seperti segerombolan  emosi yang telah lama kita akrabi tetapi masih juga berhasil membuat kita babak belur seolah kita tidak pernah siap menghadapinya dengan ketabahan yang sama seperti di masa lalu.

Memangnya siapa di dunia ini yang terlatih menatap kehilangan sembari mengatakan hi, halo dengan wajah gembira?

Pada wajah kehilangan, duka, dan trauma yang mengisi Way Back Love, drama ini mencoba mengingatkan agar kita lebih ramah pada mereka yang masih berupaya berdamai dengan kehilangan-kehilangan yang datang dalam hidup. Mereka bisa saja menjadi aku. Tidak ada formula pasti bagaimana berdamai dengan kehilangan. Setiap orang mengusahakan cara yang bisa dilakukan.

Katanya, waktu akan menyembuhkan. Acapkali kita lupa, bukan waktu yang menyembuhkan, waktu hanya menyediakan ruang seluas-luasnya bagi seseorang untuk memproses dukanya. Dan setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

Kehilangan punya banyak sekali wajah. Berdamai dengannya bukan berarti melepaskan atau melupakan. Kita hanya mencoba belajar menerima kehilangan itu dan hidup bersamanya.

Nangis banget begitu tau 10 permintaan terakhir Kim Ram-woo adalah keinginan yang diucapkan Jung Hee-wan di kelas sambil mencuri-curi pandang pada Ram-woo. Drama ini indah tapi bikin nyesek. Fantasinya 1 %, sisanya slice of life dan nangis.

Satu pertanyaan di yang muncul di kepala saya di episode pertama; apakah Jung Hee-wan benar-benar akan mati setelah tujuh hari. Ram-woo membaca nama Hee-wan di sana, di bukunya. Alurnya seharusnya memang begitu, tetapi Ram-woo memilih ikut campur dan kita tahu akhirnya seperti apa. 

Se sayang itu Ram-woo ke Hee-wan. 

Bisa nggak Gong Myung dan Min-ha reunian lagi? Drama atau film dengan cerita sebagus dan se solid Way Back Love tapi versi bahagia di akhir.😭

💔

Jung Hee-wan bisa mewujud siapa saja pada kehidupan kita.

Tabik,

Azz


“When someone disappears from this world, you’re left with a hole this big. But memories with that person remain. You just live with that hole. That’s what loss is like.”

 ⭐⭐⭐⭐⭐

I give five star for Way Back Love!

Ceritanya detail dan solid. Wrap-up konfliknya bersih. Chemistry antar-karakternya kuat, OST dan sinematografi menjadi faktor pendukung yang turut membangun dan menguatkan mood/emosi drama ini.

SANGAT DIREKOMENDASIKAN, TETAPI JANGAN LUPA SIAPKAN TISU YA! SUKSES BIKIN BABAK BELUR HATI. BIKIN MATA BENGKAK. 💔💔💔

 

—Tulisan di bawah ini berisi spoiler—


Apa yang akan kamu lakukan bila suatu hari seseorang datang mengetuk pintu rumahmu dan mengaku sebagai Grim Reaper, si pencabut nyawa? Ia lantas memberi tahu kamu akan meninggal tujuh hari kemudian? Kamu hanya memiliki waktu tersisa tujuh hari.

Jung Hee-wan tidak memiliki keinginan untuk menjalani hidup. Ia kerap mengunci diri di kamar kos-nya yang pengap, lembab dan suram. Jangankan manusia lain, cahaya matahari saja tidak ia izinkan masuk dengan bebas. Kehadiran Kim Ram-woo, teman SMA-nya yang tiba-tiba muncul dalam wujud pencabut nyawa tentu membuatnya kaget. Yang diingatnya, Kim Ram-woo sudah meninggal 6 tahun lalu. Ia tidak menanggapi serius ocehan laki-laki berbaju serba hitam di depannya itu.

Ram-woo membujuk Hee-wan agar mau membantunya mewujudkan harapan-harapannya sebelum waktu tujuh hari-nya Hee-wan berakhir. Mulanya Hee-wan menolak. Namun Ram-woo terus saja membujuk. Ram-woo bersedia mengerucutkan keinginannya menjadi 10 keinginan di bucket llist-nya. Jika Hee-wan mau menyanggupinya, Ram-woo berjanji akan menghilang dari kehidupan Ram-woo. Hee-wan pun menyanggupi meski masih dengan setengah terpaksa, setengah hati.

Siapa sangka, perjalanan mewujudkan 10 keinginan Ram-woo justru menjadi perjalanan Hee-wan memeluk kembali luka-luka yang ia telantarkan setelah kehilangan Ram-woo.

Way Back Love merupakan drama ber-genre fantasy-romance berjumlah 6 episode. Setiap episodenya memiliki durasi sekira 45 menit-an. Drama yang diadaptasi dari novel karya Seo Eun-chae yang berjudul Naega Iljooil Jeon (A Week Before I Die) pertama kali dipublikasikan pada 2 Maret 2018. Drama yang ditayangkan di TVING, VIU, Viki, dan Vidio ini memasangkan Gong Myung dan Kim Min-ha sebagai pemeran utama. Saya nggak ingat kapan pertama kali saya menonton trailer Way Back Love, untuk beberapa waktu, trailer-nya pernah rajin wara-wiri di temlen. Klip sekian menit itu sangat menggoda minat nonton. Selain tergoda aura patah hatinya yang kencang sekali, di saat yang sama, saya nggak bisa menampik nuansa cerah ceria yang tersirat pada cuplikan adegan-adegan yang menampilkan masa-masa sekolah tokoh-tokohnya. Khas anak remaja dengan segala kelakuan absurd-nya.

Bulan-bulan berlalu, dan tibalah masa penayangan drama yang disutradarai Choi Ha-na (More Than Family) ini. Pekan pertama, saya memilih nggak nonton dulu, nunggu banyakan dikit biar nggak lama nunggu. Baru setelah tayang 4 episode, saya langsung tancap gas, nonton.


—Plot dan garis cerita


Tak ada yang tahu, hidup akan membawa kita pada cerita semacam apa di masa depan. Kita hanya bisa menebak-nebak kejutan hidup apa yang sedang menunggu kita di depan sana. Seperti halnya yang dialami Jung Hee-wan. Anak perempuan itu tak pernah menyangka, prank saling tukar nama pada perayaan April Mop di kelas yang ia lakukan kepada Kim Ram-woo akan mengantarkan hidupnya pada jejaring duka yang panjang di kemudian hari.

 Ia, kala itu, layaknya anak perempuan belasan tahun pada umumnya yang periang dan ceria. Ia menikmati hari-harinya dengan banyak tertawa. Anaknya iseng dan usil, kelakuannya agak malu-maluin, berani (ehm, suka nekat), pokoknya happy virus banget. Such carefree young girl yang surprisingly, nggak annoying. Lucu, iya. Anaknya menyenangkan.

Jung Hee-wan hepi banget melihat hasil draw namanya berjodoh dengan nama Kim Ram-woo. Tadinya, pertukaran nama itu hanya akan berlaku satu hari, khusus April Mop untuk mengerjai guru, tapi dasar Hee-wan nya kesenengan ngerjain Kim Ram-woo yang rada polos dan kesulitan bilang enggak ke Hee-wan, maka sepanjang waktu, Hee-wan menjadi Ram-woo, demikian pula sebaliknya, sampai teman-teman dan guru-gurunya sudah terbiasa manggil Ram-woo pake nama Hee-wan. Asli, lucu sekali ngeliat warga sekolah manggil Ram-woo dengan panggilan Hee-wan. Yang dipanggil Ram-woo, yang angkat tangan Hee-wan.

Kim Ram-woo yang awalnya keberatan, lama kelamaan malah ikut menikmati dan masang mode ya sudahlah alias pasrah banget. Anaknya baik banget. Terlalu baik. Ram-woo ya…. 😭😭😭😭

Jung Hee-wan punya temen gila bareng, udah bestie-an banget lah, namanya Yoo  Tae-Kyung (Oh Woo-ri). Kim Ram-woo juga punya temen akrab, diperankan Jung Gun-joo, Lee Hong-suk menjadi temen ngobrol Ram-woo. Secara natural, empat orang ini menjadi dekat satu sama lain dalam lingkaran pertemanan.

Masa-masa SMA yang indah itu tampak akan berlangsung selamanya. Mereka memiliki rencana-rencana menyenangkan di masa depan. Tetapi, hidup yang misterius selalu punya cara untuk memberi tanda koma atau titik pada bagian hidup manusia.

Yang datang sekonyong-konyong tanpa firasat.

Hidup Ram-woo berakhir di malam festival, hanya beberapa saat setelah ia dan Hee-wan berjanji untuk duduk berdampingan di bus saat pulang nanti, hanya berselang sekian menit setelah ia membaca surat yang berisi ungkapan perasaan sayang Hee-wan kepadanya. Betapa jarak bahagia dan duka begitu sangat dekat dan rapat pada helaan napas. Seolah mereka saling berlomba siapa yang paling cepat tiba. Malam itu, semarak kembang api di langit berganti dengan sirine emergency.

Kehilangan itu terlalu mendadak bagi Jung Hee-wan. Meski 6 tahun telah berlalu, ia belum juga sanggup mencerna duka yang memenuhi dadanya. Hidupnya ikut berhenti berdetak pada hari kematian Ram-woo.

Way Back Home menuturkan ceritanya menggunakan alur maju-mundur. Masa lalu dan masa sekarang saling bertukar waktu menampilkan sudut pandang kehidupan Jung Hee-waan saat masih bersama Kim Ram-woo dan setelah Kim Ram-woo meninggal. Pertanyaan mengapa dan bagaimana perlahan mulai terjawab di setiap episode. Dua nuansa emosi yang saling bertolak belakang ini terbukti ampuh mengacak-acak emosi penonton. Perubahan drastis yang terjadi pada Hee-wan menyesakkan dada. Gadis periang dan ekstrovert itu kehilangan semangat hidup. Binar di matanya mati.

Menonton drama ini tak ada bedanya dengan patah hati yang disengaja. Sebenarnya dari trailer-nya udah terbaca kalau dramanya bakal bikin mata banjir. Kenapa masih dinonton juga? Tau sendiri kan, manusia tuh bebal. Sama dengan jatuh cinta. Resiko paling dekatnya kan patah hati ya, tapi kenapa masih juga dibiarkan itu hati jatuh bahkan sampai berkali-kali? Gravitasi kesenduan Way Back Home yang kuat membikin penasaran. Trope cerita seperti ini sulit diabaikan. Baru nonton trailer-nya aja saya sudah nggak ketolong menaruh harap semoga Kim Ram-woo bisa hidup kembali. Nah Lo.

Way Back Love membawa kisah perjalanan Jung Hee-wan menemukan kembali detak hidupnya.


—Konflik


Drama ini membawa penonton menyelami duka dan trauma yang mengisi waktu Jung Hee-wan sepeninggal Kim Ram-woo. Duka dan trauma akibat kehilangan orang terdekat tidak pernah sederhana. Hee-wan terus saja menyalahkan dirinya atas kematian Ram-woo. Ia tidak bisa menjalani hidupnya seolah-olah semua telah berangsur membaik. Ia mengalami PTSD. Cara Hee-wan menghukum dirinya adalah dengan tidak menikmati waktunya selagi hidup. Ia merasa tidak layak dan tidak boleh melakukan itu. Setiap harinya, Hee-wan berlaku seperti orang yang siap mati. Ia hidup hanya untuk menunggu mati. Momen terakhirnya bersama Ram-woo berubah menjadi mimpi buruk. Kepalanya ramai diisi andai saja.

Andai saja ia tidak menukar namanya dengan Ram-woo malam itu, andai saja ia yang menggantikan posisi Ram-woo, dirinya lah yang akan mati. Seharusnya prank April Mop itu cukup berlangsung sehari saja.

Konflik drama ini berpusar pada Jung Hee-wan dan traumanya. Pada kenangannya bersama Ram-woo. Kemunculan Kim Ram-woo di depan pintu kamarnya membuka keran kenangan yang selama 6 tahun menguncinya dalam pusaran rasa bersalah yang mematikan.

Saya bertanya-tanya perihal kematian Ram-woo sejak episode perdana, menebak-nebak peristiwa apakah yang merenggut hidup anak sebaik itu? Sempat ada tebakan Ram-woo bun*dir, tapi kok ya mustahil rasanya melihat karakternya. 4 episode Way Back Love membawa saya menyelami kisah Hee-wan dan Ram-woo, inilah yang kemudian mempertemukan saya dengan wajah trauma Hee-wan—tragis. Di sisa dua episode terakhir, saya menangis hebat. Sedih sekali. Saya menangisi Ram-woo, menangisi Hee-wan. Yang membuat drama ini sempurna meluluhlantakan hati adalah saya sebagai penonton dibuat terpikat dan jatuh cinta pada cerita masa-masa SMA mereka yang manis dan lucu, pas cocok dengan genre komedi-romantis. Youthful romance ala ABG. Kayak udahlah, Ram-woo udah cocok banget sama Hee-wan. Jangan diapa-apain lagi. Udah kebayang masa depan mereka bakal se-rame apa.

Sayangnya hidup punya rencananya sendiri. Dan kita sadar sepenuhnya sedang mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi. What if di kepala Jung Hee-wan berhasil dihidupkan di dalam kepala kita.

Kehilangan. duka. Trauma. Way Back Love menceritakan dengan akurat bagaimana seseorang memproses tiga hal ini. Ada satu kejadian yang kerap membuat saya ragu-ragu dan berakhir memilih tidak mengatakan apa-apa, itu adalah saat seseorang yang saya kenal sedang berduka karena kehilangan orang terdekatnya. Adalah hal yang biasa menunjukkan ungkapan belasungkawa, tetapi mengucapkan turut berduka cita tidak pernah terasa tepat bagi saya untuk mengucapkannya. Pada kehilangan, ada arus emosi yang mustahil bisa turut saya rasakan tak peduli sebesar apa perasaan empati yang saya miliki, jika saya tidak bisa bertemu secara langsung, maka saya berakhir mengirimkan doa untuk mendiang alih-alih mengucapkan turut berduka cita.

Melihat Hee-wan gagal memproses dukanya, saya ingin sekali memeluknya.

Ram-woo adalah seseorang yang berharga bagi ibunya, Hee-wan, dan Hong-suk. Way Back Love, menangkap emosi tiga orang terdekat Ram-woo dengan sangat baik. Detail pergulatan trauma atas duka kehilangan begitu nyata terasa dan terlihat khususnya pada Hee-wan dan Hong-suk. Bagaimana suara sirine bisa dengan mudah membuat mereka kehilangan tenang. Saya menangisi adegan Hee-wan menemui Hong-suk atas permintaan Ram-woo, mereka akhirnya menemukan waktu yang tepat untuk saling mengonfrontasi perasaan. Bahwa Hee-wan tidak menderita sendirian atas kematian Ram-woo. Hong-suk hanya berupaya semampunya tidak menunjukkan duka kehilangannya pada Hee-wan, ia berharap itu akan sedikit membantu Hee-wan move on. Di saat yang sama, itu juga yang membuat dirinya dan Hee-wan saling menyakiti di masa lalu.

Muatan emosi tokoh-tokoh penting di drama ini digambarkan dengan apa adanya, mentah, realistis sehingga membuat saya mampu merasakan pergulatan emosi yang mereka alami.  

Duka atas kehilangan seseorang tidak pernah sederhana. Itulah salah satu pesan yang ingin disampaikan Way Back Love lewat konflik batin yang melekati tokoh Jung Hee-wan. Mereka yang pernah atau sedang berada di posisi Jung Hee-wan tahu persis seperti apa rasanya—saya tidak bisa membayangkan reaksi mereka saat menonton episode demi episode Way Back Love.

Lantas, benarkah Jung Hee-wan hanya memiliki siswa waktu tujuh hari? Benarkah ia akan mati?

Tidak ada manusia yang siap menghadapi kehilangan, juga tidak ada manusia yang tahu kapan waktunya akan berakhir.

“What’s your biggest regret now?” –Grim Reaper


—Casting, karakter, chemistry


Kim Min-ha.

Saya nggak ngeuh Kim Min-ha debut drama melalui School 2017. Nama Kim Min-ha mulai dikenal luas publik khususnya internasional lewat peran apiknya sebagai Kim Sun-ja di serial Pachinko pada tahun 2022. Min-ha juga membintangi film dan drama seperti The Call dan Light Shop.

Cinta banget acting Kim Min-ha sebagai Jung Hee-wan. Sebagai anak SMA yang ceria, sebagai anak kuliahan gloomy dan tidak punya semangat hidup—Kim Min-ha menampilkan transisi ini dengan sangat baik. Sebagai penonton saya sangat terpengaruh. Berasa dipermainkan emosinya, dan itu bagus. Artinya acting Min-ha berhasil menyeret saya masuk ke pusaran emosinya yang gelap dan menyesakkan. Nggak kuat saya liat nangis sesenggukannya Min-ha. Memilukan, sakitnya berasa sampe ke dalam sanubari.

Saya suka bintik-bintik merah yang muncul di pipi Min-ha. Cantik.



Gong Myung

Saya tahu aktingnya Gong Myung bagus meskipun saya nggak mengikuti semua project movie/dramanya. Sebelum Way Back Love, perannya sebagai Cho Jae-hoon di Be Melodramatic meninggalkan kesan kuat di ingatan saya. Agak patah hati mengetahui hubungannya dengan Hwang Han-joo hanya sebatas rekan kerja saja. I’m rooting for them. Setahun kemudian, Gong Myung tampil sebagai Jae-hoon, detektif koplak yang menyamar sebagai penjual ayam goreng di Extreme Job. Dua project ini merupakan garapan director Lee Byeong-hun. Patut dinonton bagi yang belum mencobanya.

Kim Ram-woo adalah tokoh sentral di Way Back Love. Gong Myung memerankan tokoh ini dengan sangat baik.

Ram-woo semata baik. Anak laki-laki yang menyayangi ibunya. Ia memiliki hati yang lembut dan penyayang, berprestasi di sekolah, agak polos anaknya. Karena pembawaannya seperti inilah yang membuat Jung Hee-wan betah mengekorinya, menukar namanya dengan namanya dan pada akhirnya jatuh cinta pada Ram-woo.

Siapa pun akan jatuh hati pada Ram-woo. Udah jadi Grim Reaper pun sifat baiknya masih nempel. Pas awal-awal jadi grim reaper adaaa aja ujiannya. Mana anaknya nggak enakan sama arwah yang dijemputnya. Imej grim reaper yang seram dan dingin nggak berlaku di Ram-woo. Harusnya dia mah nggak jadi Grim Reaper tapi cheonsa.

Sering dengar orang-orang bergumam orang baik cepat sekali dipanggil pulang. Bener ya…

Kim Ram-woo mengingatkan saya pada Zhang Wan-sen. Tokoh fiksi yang membuat saya berdoa agar hidup sedikir lebih ramah pada mereka. They are my biggest what if in fiction world. Dua anak baik ini…

Ini kali pertama saya menonton project Gong Myung sebagai pemeran utama. Setelah ini, dia udah layak banget dapet peran utama. Aktingnya luwes dan punya charm-nya sendiri. Ini udah bisa jadi modal bagus. Asal dia dapet peran yang cocok dan berhasil mengeksekusinya, game over, udah. Kayak Kim Ram-woo ini.



Jung Gun-joo

What an excellent performance, Jung Gun-joo!!!

Saya pernah menonton beberapa project Gun-joo, tapi baru di Way Back Love ini yang bisa bikin saya terpikat sama aktingnya. Bukan berarti peran-peran sebelumnya nggak bagus aktingnya. Aktingnya selalu bagus, tapi yang berhasil memikat baru di Way Back Love ini. Berkat perannya sebagai Lee Hong-suk, charisma-nya Jung Gun-joo meluap-luap. Padahal kemunculannya di Way Back Love nggak banyak, saya pikir kualitas karakter dan aktingnya lah yang membuat dia bersinar, dan ngasih efek memorable ke penonton. Saya suka banget style dan potongan rambut Gun-joo di sini. Terlihat fresh dan menampilkan pesonanya yang mengesankan. I saw him in a new light! Yuk bisa yuk, Jung Gun-joo dapet project sebagai pemeran utama!

Hong-suk adalah salah satu puzzle yang melengkapi healing journey nya Hee-wan. Keberadaan Hong-suk menjadikan memori kehilangan Ram-woo berkali-kali lipat menyakitkan.

Saya menangisi adegan dia duduk di depan game board yang sering dia mainkan bersama Ram-woo. Meski tak bisa melihat sosok Ram-woo di hadapannya, Hong-suk menerima pesan yang dikirmkan sahabatnya itu kepadanya. Hiduplah dengan baik.

Chemistry antar-cast solid.



Oh Woo-ri

Perempuan kelahiran 1966 ini memulai debut karir aktrisnya pada tahun 2023 melalui mini seri One Day Off. Ia memerankan tokoh Yoon Tae-kyung—sahabat karib Jung Hee-wan di Way Back Love. Chemistry-nya dengan Jung Hee-wan bagus banget. Tek tok-an mereka sebagai bestie se-frekuensi yang freak-nya se-aliran dapet banget wkwk.

Aktingnya bagus. Potensinya oke nih.

***



Way Back Love berhasil membuat tokoh-tokohnya melekat kuat di ingatan penontonnya berkat karakterisasinya yang detail. Jadi, meski beberapa memiliki porsi kemunculan yang sedikit, itu nggak bikin saya mudah melewatkan. Mereka adalah bagian yang menggenapi tawa dan air mata Way Back Love.

Ada dua penampilan special yang mengisi drama ini yakni Shim Eun-kyung dan Jung Soo-jung (Krystal). Di tahun 2017, Krystal dan Gong Myung pernah terlibat di proyek drama The Bride of Habaek. Kemunculan Krystal di Way Back Love juga merupakan ajang reuniannya bersama Choi Ha-na. Krystal memerankan To-il, tokoh utamanya di More Than Family yang disutradarai Choi Ha-na.



—Ending

Episode 5 dan 6 menandai proses healing Jung Hee-wan. Banyak hal yang terjadi pada dua episode terakhir Way Back Love. Banyak plot twist yang bikin dada sesak, bikin nangis jelek dan bikin mata membengkak seusai menamatkan drama ini.

Healing journey-nya Hee-wan mengharu biru, indah tapi nyesek. Heartwarming, menyisakan helaan napas panjang yang akan selalu mengingatkan pada satu sosok Kim Ram-woo yang tidak akan pernah kembali lagi. Namun Kim Ram-woo akan selalu hidup di dalam nama Jung Hee-wan.

 Berikut ini saya tulis beberapa adegan yang memuat detail-detail penting Way Back Love—khususnya di episode 5-6, yang untuk alasan ini saya nggak ragu memasukan drama ini ke list drama favorit saya, bukan hanya karena muatan cerita yang begitu dekat dengan keseharian, tetapi juga pada bagaimana cerita ini dituturkan.


—*April Mop

Ini adalah plot twist paling dalam, paling nggak tertebak—becandaan tongkrongan yang mengubah wajah hidup seseorang—meenjadi muasal trauma, juga menjadi penutup proses healing-nya Jung Hee-wan. Semula, Hee-wan mati-matian menyesali kelakuannya yang seenaknya memakai nama Ram-woo karena alasan having fun, seru-seruan. Kebiasaannya memanggil Ram-woo dengan namanya, begitupula sebaliknya, Ram-woo memanggil Hee-wan menggunakan namanya sendiri ternyata menjadi bagian penting dari plot Way Back Love.

Setelah menjadi Grim Reaper, Ram-woo nggak pernah manggil nama Hee-wan, ia malah memanggilnya dengan namanya sendiri—Kim Ram-woo… Kim Ram-woo… Kim Ram-woo. Sebab, jika Ram-woo memanggil nama Jung Hee-wan tiga kali berturut-turut, jiwanya akan terlepas seketika dari tubuhnya. Aturannya memang begitu kan?

Paling GONG nya adalah ucapan Hee-wan di episode 6 saat ia akhirnya memberikan pelepasan untuk seluruh duka dan traumnya atas kepergian Kim Ram-woo—“I’ll remember you. I’ll live on. To us, loving myself means loving you.”

Ini ucapan simbolik, maknanya dalem banget jika melihat perjalanan Kim Ram-woo dan Jung Hee-wan. Kim Ram-woo akan selalu hidup sepanjang Jung Hee-wan masih hidup. Karena Hee-wan adalah Ram-woo. Semua kenangan yang mereka mereka miliki diawali dengan pertukaran nama di hari April Mop.

To us, loving myself means loving you. Kim Ram-woo ada. Seperti janjinya, ia melihat dan mendengar cerita Jung Hee-wan. Selalu. Jadi Hee-wan harus hidup dan menghidupi waktunya dengan sebaik-baiknya.

Sedih.

Ini bukan upaya melepaskan trauma, tetapi sebuah cara yang dipilih Hee-wan untuk menatap penyesalannya. Selama 6 tahun ia menolak menerima kenyataan, ia menyalahkan dirinya sebagai bentuk pelarian rasa sakit atas kehilangannya.

Ram-woo telah pergi, tetapi kenangan-kenangannya tidak.

Yeong-hyun bilang kepergian orang yang kita sayangi seperti menciptakan sebuah lubang besar pada ingatan kita. Kita tidak punya pilihan selain hidup berdampingan dengan kehilangan itu.

“… saving you is saving myself.” –Kim Ram-woo

💔

*Annyeong

Saya menangis di adegan ini—nangis mulu emang di dua episode terakhir. Saat ibunya Ram-woo mengelus jaket yang pernah ia belikan untuk Ram-woo, jaket yang sama dengan milik Hee-wan. Ram-woo dan ibunya sama-sama mengucapkan annyeong. Patah hatinya di sini. Annyeong yang sama namun memiliki arti dan pesan yang berbeda. Ram-woo menyapa ibunya setelah sekian tahun terpisah, dan ibunya mengucapkan selamat tinggal (akhirnya) kepada Ram-woo.

Makin mewek melihat Ram-woo memeluk ibunya. Pas ibunya bilang hangat… AMBYAR SAYA. Biasanya dipeluk makhluk dari alam lain bawaannya dingin bikin gigil, ini ibunya bilang hangat. Yang nonton adegan ini dan ga nangis banjir di bagian ini, kalian kuat banget. Ram-woo tuh sayang banget sama ibunya. Sayang banget. TAPI DIA GA NANGIS, KAYAK YA ALLAH INI ANAK KENAPA BAIK BANGET. NGGAK KUAT SAYA. Dia tuh bisa terima takdirnya dengan cepat, nggak marah-marah atau protes. Nggak ada tantrum Dia malah berupaya membuat orang-orang yang disayanginya bisa bahagia dan menikmati hidup seperti saat ia masih bersama mereka. Kim Ram-woo deserves happiness. Ya, kita tahu. Ram-woo sangat bahagia menjelang akhir hidupnya berkat Jung Hee-wan. Dan ia merasa itu cukup baginya.

💔

*Because you seem to understand the pain of being left behind

Kim Ram-woo mengatakan ini kepada Go Yeong-hyun, sunbae-nya Hee-wan. Ini plot twist lain. Pas baca ada nama Shim Eun-kyung di opening Way Back Love, saya udah ngebatin, nggak mungkin nih perannya ala kadarnya, pasti ada hubungannya dengan plot. Taunya bener. Sejak awal kemunculannya, nih sunbae kenapa care banget ke Hee-wan. Kayak sengaja berusaha menarik Hee-wan agar keluar dari cangkang gelapnya.

Ternyata dia bisa ngeliat Ram-woo. Ucapan Ram-woo di atas menjadi kunci karakter Yeong-hyun. Kenapa Ram-woo memilih Yeong-hyun untuk menemani Hee-wan?  Alasan Ram-woo karena ia melihat Yeong-hyun memiliki pengalaman ditinggalkan seperti yang dialami Hee-wan.

Saya teringat kalimat Gregor, H yang dituliskan kembali Goenawan Mohamad di buku Catatan Pinggir, “Kita memang baru bisa merasakan hal itu bila kita punya kenangan.”

Yeong-hyun memiliki kenangan ditinggalkan, dan ia tahu persis seperti apa rasanya. Pada wajah Hee-wan, ia segera mengenali gelagatnya, rasa-rasanya seperti melihat wajahnya sendiri di masa lalu. Mungkin seperti itu.

Ucapan Ram-woo itu mampu menjelaskan posisi Yeong-hyun dengan jelas.

Simpati dan empati yang dalam terhadap manusia lain seringkali lahir dari pengalaman-pengalaman hidup serupa. Karena pernah berada di posisi yang sama, kita paham betul bagaimana cara memeluk cerita orang lain.

💔

*The ignorant human being outside don’t know how priceless life is. They waste their lives.

Ini tamparan untuk kita, ya nggak sih? Kalimat yang diucapkan Grim reaper senior yang diperankan Krystal menawarkan sudut pandang lain soal hidup. Ia menjadi sudut pandang orang-orang yang sudah pergi ke alam lain. Mereka melihat orang-orang yang masih hidup malah membuang-buang jatah waktu di dunia dengan melakukan hal-hal tidak penting. Belum pada tau rasanya mati dan bertemu penyesalan, kepengen hidup lagi tapi udah nggak bisa. Semacam itu.

Hidup yang belum selesai dirumuskan memiliki banyak kesempatan untuk diselesaikan dengan baik. Asal kita mau menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Mendefinisikan sebaik-baiknya ini yang kerap dilupakan atau diabaikan.

Padahal waktu kita di dunia ini memiliki batasan. Setiap nama akan menemui titik akhirnya.

💔

*Kim Ram-woo menyalakan lampu untuk ibunya dan Jung Hee-wan.

Adegan biasa, selewatan, tapi memiliki makna. Kim Ram-woo menyalakan kembali nyala lampu  kehidupan untuk ibunya dan Jung Hee-wan. Lampu yang pernah kehilangan nyalanya setelah kepergiannya yang mendadak. Ia juga melakukan itu untuk Hong-suk lewat game board yang sering mereka mainkan jaman sekolahan dulu.

Tampaknya Kim Ram-woo menjadi Grim Reaper memiliki purpose-nya yang jelas; ia tidak pergi dengan cara yang sopan, jadi ia harus memastikan bahwa kepergiannya bisa diterima oleh orang-orang yang disayanginya. Itu menjadi tugas terakhirnya.

Way Back Love memadukan lucu dan getir pada halaman yang sama. Duka atas kehilangan diurai dengan jujur. Drama ini datang seperti segerombolan  emosi yang telah lama kita akrabi tetapi masih juga berhasil membuat kita babak belur seolah kita tidak pernah siap menghadapinya dengan ketabahan yang sama seperti di masa lalu.

Memangnya siapa di dunia ini yang terlatih menatap kehilangan sembari mengatakan hi, halo dengan wajah gembira?

Pada wajah kehilangan, duka, dan trauma yang mengisi Way Back Love, drama ini mencoba mengingatkan agar kita lebih ramah pada mereka yang masih berupaya berdamai dengan kehilangan-kehilangan yang datang dalam hidup. Mereka bisa saja menjadi aku. Tidak ada formula pasti bagaimana berdamai dengan kehilangan. Setiap orang mengusahakan cara yang bisa dilakukan.

Katanya, waktu akan menyembuhkan. Acapkali kita lupa, bukan waktu yang menyembuhkan, waktu hanya menyediakan ruang seluas-luasnya bagi seseorang untuk memproses dukanya. Dan setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

Kehilangan punya banyak sekali wajah. Berdamai dengannya bukan berarti melepaskan atau melupakan. Kita hanya mencoba belajar menerima kehilangan itu dan hidup bersamanya.

Nangis banget begitu tau 10 permintaan terakhir Kim Ram-woo adalah keinginan yang diucapkan Jung Hee-wan di kelas sambil mencuri-curi pandang pada Ram-woo. Drama ini indah tapi bikin nyesek. Fantasinya 1 %, sisanya slice of life dan nangis.

Satu pertanyaan di yang muncul di kepala saya di episode pertama; apakah Jung Hee-wan benar-benar akan mati setelah tujuh hari. Ram-woo membaca nama Hee-wan di sana, di bukunya. Alurnya seharusnya memang begitu, tetapi Ram-woo memilih ikut campur dan kita tahu akhirnya seperti apa. 

Se sayang itu Ram-woo ke Hee-wan. 

Bisa nggak Gong Myung dan Min-ha reunian lagi? Drama atau film dengan cerita sebagus dan se solid Way Back Love tapi versi bahagia di akhir.😭

💔

Jung Hee-wan bisa mewujud siapa saja pada kehidupan kita.

Tabik,

Azz


“When someone disappears from this world, you’re left with a hole this big. But memories with that person remain. You just live with that hole. That’s what loss is like.”

 ⭐⭐⭐⭐⭐

I give five star for Way Back Love!

Ceritanya detail dan solid. Wrap-up konfliknya bersih. Chemistry antar-karakternya kuat, OST dan sinematografi menjadi faktor pendukung yang turut membangun dan menguatkan mood/emosi drama ini.

SANGAT DIREKOMENDASIKAN, TETAPI JANGAN LUPA SIAPKAN TISU YA! SUKSES BIKIN BABAK BELUR HATI. BIKIN MATA BENGKAK. 💔💔💔

Continue Reading

 


Starring : Bai Jing Ting, Zhang Ruonnan, Zhang Miaoyi, Edward Chen


***

Yang berdarah di matamu adalah waktu-waktu yang kau peluk sendirian

Sedang yang bernapas di ingatanku adalah mekar kenangan tentang matamu yang teduh

 

Tapi aku sanggup menerabas jarak yang jauh itu

Hingga ku temui kembali rupa matamu yang teduh itu

Yang pada kedalamanannya ada kisah-kisah rahasia yang kau tuturkan sendirian hanya pada hening

 

Yang tidak kuketahui, bahwa mencintaimu juga adalah mencintai luka-lukamu yang belum berhenti berdarah

Bahwa mencintaimu, juga adalah memeluk kecamuk badai di matamu yang menyimpan sendu itu

Bahwa mencintaimu tidak pernah mudah

 

Aku tahu

Dan aku telah bersedia untuk seluruhmu bahkan jauh sebelum kau sadari kehadiranku

Selalu

Kataku, kepada namamu yang kubaca sebagai doa.

(AZZ)

 💚💚💚


DISCLAIMER : INI ADALAH REVIEW SUKA-SUKA, JANGAN DIBAWA BERANTEM YA.


Prolog


Orang-orang lagi nge hype Hidden Love sewaktu Mbak Kie mengenalkan saya pada novel The First Frost. Berbulan-bulan saya membiarkan link novel tersebut nganggur di kotak DM karena urusan real life yang bikin gubrak-gubrak bikin saya belom dapet mood baca.

 

Pada akhirnya saya mulai juga membaca novel karya Zhu Yi ini.

 

Dan saya jatuh cinta. Pada Wen Yifan dan kesedihannya. Pada Sang Yan dan cintanya yang setia. Sambil menunggu adapatasi The First Frost tayang, saya bolak-balik membaca ulang novelnya. Saya se-jatuh cinta itu sama The First Frost.

#1 Sinopsis


Hidup Wen Yifan kehilangan nyawanya tepat di hari kematian ayahnya. Hanya berselang beberapa bulan kemudian, ibunya menikah lagi. Oleh ibunya, Yifan dititipkan kepada neneknya. Namun karena kondisi kesehatan neneknya memburuk, Yifan dipindahkan ke rumah pamannya. Sejak saat itu, hidup Yifan tidak pernah terasa mudah lagi.


Pada masa-masa yang sulit itu, Sang Yan selalu berada di sisi Yifan. Meski Yifan kemudian pindah sekolah dari Nanwu ke Beiyu, anak laki-laki itu masih tetap rajin menemui Yifan. Betah sekali mondar-mandir Nanwu-Beiyu. Keakraban yang terjalin itu membuat mereka berani saling menukar janji—lulus nanti mereka akan kuliah bareng di Universitas Nanwu.


Akan tetapi sebuah insiden berat membuat Wen Yifan harus mematahkan janji yang sudah disepakatinya bersama Sang Yan. Ia tidak memilih Universitas Nanwu melainkan Yihe. Wen Yifan meminta Sang Yan agar jangan pernah menemuinya lagi.


Mereka berpisah dan dipertemukan kembali 6 tahun kemudian. Jelas sekali, cinta itu masih di sana. Lalu bagaimana kah Wen Yifan dan Sang Yan memaknai waktu-waktu mereka yang hilang? Jalan pulang seperti apa yang akan mempertemukan hati mereka kembali?

***

#2 Cast and Characters


—Bai Jingting sebagai Sang Yan


Sang Yan adalah sulung dari dua bersaudara. Kalo di Hidden Love anak laki-laki ini digambarkan sebagai sosok kakak laki-laki yang umm—galak tapi sayang adek, usil tapi sayang adek, si jutek tapi sayang adek, demen ngajak berantem tapi sayang adek. Si paling sayang adek pokoknya mah. The First Frost mempertemukan kita dengan sudut pandang baru tentang karakter satu ini. Di TFF (saya akan mulai memakai singkatan ini ya), Sang Yan tampil sebagai cowok cool, cuek, jaim, agak nyombong dikit (think highly about himself), nggak banyak omong tapi sekalinya ngomong pengen banget diapain gitu itu mulut alias omongannya bisa pedes banget, nyelekit, jutek, dingin. Sang Yan nih tipe cowo yang nggak suka basa-basi. Yang doyan carmuk auto tiarap mentalnya ketemu Sang Yan wkwk. Garis wajah dan ekspresinya aja udah intimidatif begitu.


Kalo ngeliat karakter Sang Yan, cowok ini termasuk yang sirkel pertemanannya gitu-gitu aja tapi awet. Hanya yang udah kenal dekat dan lama yang bisa betah temenan sama orang se nggak friendly Sang Yan.


Yang nonton Hidden Love tapi nggak baca novel The First Frost, kaget nggak ketemu cetakan Sang Yan begini? Nggak bakalan kaget kok kalau sedari awal udah paham POV adek vs POV crush nggak bakalan sama. Benang merah karakter pasti ada karena mereka adalah satu karakter utuh dan padu, tapi kalau mau nyamain enggak bakalan sama persis juga, maksudnya ngarep versi Sang Yan cerewet dan ribut di HL diangkutin ke TFF, muskil lah. Yang dihadapi di TFF kan crush-nya bukan adeknya. Saya nggak tau ya rasanya punya kakak laki soalnya saya sulung perempuan dan hanya punya adik laki-laki satu aja. Tetapi ada satu kejadian yang bikin saya pengen ngakak kencang gara-gara ada anak perempuan yang kayaknya demen sama adek laki-laki saya, dia cerita tentang adek laki-laki saya itu. Cerita yang bikin saya nggak yakin beneran nih yang lagi dia ceritain tentang adek laki-laki saya? Imej dia di mata saya nggak gitu deh wkwk.

Begitulah.


Sebenarnya, kalau mau melihat dari jarak dekat, imej Sang Yan di HL dan TFF punya kesamaan dan bisa dibilang nyatu. Ruang perdebatan soal karakter Sang Yan di HL dan TFF harusnya nggak ada. Yang saya rasa agak off dikit cuman interaksi Sang Yang dan Duan Jiaxu versi HL dan TFF. Silly dan cerianya-nya DJX kepada Sang Yan di HL ga berasa di TFF. Tapi ya udahlah ya, di TFF fokusnya ke main couple aja. Mau bahas HL di thread-nya HL aja.


Coba sini, ngaku, siapa yang protesnya paling kenceng banget sewaktu diumumkan pemeran Sang Yang bukan Victor Ma (Hidden Love) tetapi Bai Jingting? NGAKU GAK! Setelah nonton adaptasi The First Frost, masih kenceng nggak nih protesnya? HAHAHAHAHA.


Sejak menonton acting Bai Jingting sebagai Xing Kelei di You Are My Hero (2021), saya yakin banget dia bisa memerankan Sang Yan dengan baik, nggak ada sedikit pun keraguan di kepala saya. Kalo baca (bukan) review singkat saya tentang You Are My Hero di blog ini lalu menonton dramanya (bagi yang belum nonton) pasti bakal mikir lagi deh kalau mau protes soal peran Sang Yan. Bai Jingting tuh termasuk actor yang bisa ngenakin karakter. Dia memahami watak karakternya dengan sangat baik, sampe ke detailnya. Selain skill acting, ini juga penting dimiliki seorang pelakon. Hanya dengan pemahaman penuh mengenai karakter yang akan ia perankan, barulah ia bisa masuk dan menghidupi karakter tersebut. He is diligent actor.


Saking eneg-nya baca komen protes, saya dengan kesadaran penuh nyumpahin orang-orang yang protes tersebut dengan mengatakan moga-moga tar pas dramanya tayang tu orang-orang yang protes kemakan omongan sendiri wkwk. Peletnya Xiao Bai nggak main-main loh. Serius, sekali kena bakal susah lepasnya.



Saya tidak bisa membayangkan actor lain bisa memerankan Sang Yan se-akurat Xiao Bai. Ini sama aja sosok fiksi Sang Yan divisualisasikan dengan sempurna oleh Xiao Bai. Mukanya Xiao Bai dapet banget ekspresi cocky nya. Karena memiliki garis wajah yang unik dengan sorot mata yang ekspresif itulah ia memiliki keleluasaan untuk mengeluarkan rupa-rupa emosi yang detail. Dan semuanya berjalan dengan sangat natural. Bayangan saya tentang Sang Yan saat membaca novelnya menjadi padu dengan visualisasi Xiao Bai. Sosok abstrak Sang Yan di novel kalo dibayangkan wujud nyatanya seperti apa ya persis kayak di drama. Nggak ada ruang kritik di kepala saya untuk Xiao Bai sebagai Sang Yan.


Demi peran Sang Yan, Xiao Bai ikut turun langsung menangani outfit yang dipake Sang Yan di drama. Kurang total gimana lagi coba? Dia juga usaha banget untuk mendalami karakter Sang Yan. Tau kenapa? Dia paham sebesar apa cinta yang dimiliki fans novel TFF kepada Sang Yan dan dia menghargai ini. Profesionalitas-nya Xiao Bai ga perlu diragukan. Saya inget, di YAMH ada adegan dia ketindihan batu, supaya terlihat realistis (nyata), dia bela-belain tuh batu gede nutupin badannya untuk beberapa lama. Makanya saya rada marah baca-baca komentar miring yang meragukan potensi Xiao Bai sebagai Sang Yan. Kalau belum pernah nonton aktingnya Xiao Bai okelah ya. Tapi kalo alasannya malah bawa-bawa actor lain, udah beda cerita. Beri kesempatan dan dia akan membuktikan kemampuannya. Tapiiii, jika setelah itu masih ada juga yang berisik perkara casting Sang Yan, berarti masalahnya emang ga bisa move on aja.


Btw, kalo ngikutin Xiao Bai pasti setuju, antara dia dan Sang Yang punya kesamaan karakter. Ehm. YTTA. Wkwk.


—Zhang Ruonan sebagai Wen Yifan


Ayahnya, balet dan Sang Yan. Tiga hal ini membuat hari-hari Wen Yifan terasa hidup. Yifan bukan anak perempuan yang ekspresif, cenderung pendiam, ngalah, nrimo, ga asik (di mata banyak orang), sedikit kaku (?) dan cantik.


Kehilangan ayahnya secara mendadak meredupkan hidup Wen Yifan. Tak berapa lama ia harus merelakan dirinya lepas dari balet. Lalu untuk sebuah alasan, ia pun harus tega melepaskan Sang Yan.

Lalu apa yang tersisa dari kehidupan Yifan? Tidak ada, kecuali dirinya sendiri. Ia hanya memiliki dirinya sendiri.


Menyelami sudut pandang Wen Yifan, tidak ada satu pun porsi hidupnya yang tidak membuat hati nyeri, beberapa kali bikin saya nangis, pengen meluk erat sambil bilang, “Wen Shuanjiang, terima kasih sudah bertahan. Terima kasih sudah menjadi kuat. You deserve happiness.”

Tidak mudah menjadi Wen Yifan.


Mendapuk Zhang Ruonan sebagai Wen Yifan adalah keputusan terbaik yang diambil tim produksi TFF. Kalo nggak salah inget, saya pertama kali menikmati acting Nannan di film The End of Endless Love (2021) dan langsung bisa mencuri perhatian. Aktingnya terlalu realistis sebagai orang yang sedang berperang dengan mental health. Di masa-masa itu saya lagi struggling sama kondisi mental sendiri jadi ga heran bisa ngerasa relate sama film yang perlu diberi TW ini. Di tahun yang sama, saya juga menonton juga Be Yourself—sebuah drama bertema girl centric yang mengambil latar kampus, pairing-nya dengan Zhai Zilu bikin gemes dan ada terharunya juga. Setelahnya saya emang nggak ngikutin semua project film dan dramanya Nannan, tapi begitu diumumkan peran Wen Yifan diberikan kepada dia, saya seketika bernapas lega. Bersyukur banget. Aktingnya udah jaminan mutu. Mukanya Nannan cocok banget meranin karakter melo yang kalo nangis berasa ngajakin orang untuk ikutan nangis bareng dia. Jadilah penonton menangis berjamaah.


Wen Yifan adalah wajah The First Frost.


Suka banget style, outfit dan make up nya Nannan di TFF. CANTIK BANGET. Definisi cantik yang bersinar. Mau mode berantakan kek mode rapi kek, auranya awur-awuran. Tim outfit dan make upnya juara deh. Yifan era gloomy dan Yifan era healing keliatan bedanya.


Wen Yifan adalah salah satu peran terbaik yang pernah dilakoni Zhang Ruonan. Tokoh yang memiliki emosi yang rumit dan sulit ini membuka peluang yang luas kepada Nannan untuk mengeksplor spektrum aktingnya. She’s the perfect fit.


—Zhang Miaoyi sebagai Zhong Si Qiao


Besar sekali cinta saya kepada Su Zai Zai. Tapi itu tidak bisa menjadikan saya menikmati peran Miaoyi sebagai Zhong Si Qiao di TFF. Sebagai sahabat Wen Yifan, oke, tetapi tidak sebagai love interest-nya Su Hao An dan porsi mereka sebagai 2nd couple. No offense. Sebagai pembaca novel TFF, saya nggak bisa merasakan bonding cerita Su Hao An- Zhong Si Qiao pada storyline TFF versi drama. Saya mungkin terdengar bias, tapi itulah yang saya rasakan. Saya lumayan kaget juga di drama dua orang ini dipasangkan sebagai pasangan.

Saya tidak bisa menulis banyak tentang karakter Zhong Si Qiao, selain dia adalah sahabat Yifan yang selalu ada dalam situasi apa pun.


—Edward Chen/Chen Haosen sebagai Su Hao An


Sama seperti kesan saya terhadap karakter Zhong Si Qiao, saya bisa menerima porsi cerita Su Hao An sebagai teman Sang Yan, tidak dengan side story hidupnya.

Saya sudah memaksa diri untuk menikmati adegan-adegan side story, I’m so sorry I can help myself. Saya betah mencet layar dua kali setiap kali adegan side story kehidupan Su Hao An muncul di layar.


—Zhai Xiao Wen sebagai Xiang Lang



Karakter lain yang mengalami perkembangan adaptasi TFF. Kasarnya nih Xiang Lang hanya muncul saat dibutuhkan untuk menggerakkan plot. Unpopular opinion : saya nggak sreg sama style-nya Awen sebagai Xiang Lang. Kacamatanyaaaaa. Saya sayang Awen kok. Hihi.

***

Sang Zhi dan Duan Jiaxu juga muncul sebagai cameo di sini tapi perannya digantikan artis lain. It’s okay. Kenapa bukan Zhao Lusi dan Chen Zheyuan? Tolong inget ya, ini drama China. Nggak semudah itu ngajakin artis lain apalagi artis yang jam terbangnya udah lumayan tinggi. Ya udah sih terima aja. Kalau pengen liat Zhi Zhi dan Jiaxu, tinggal nonton Hidden Love aja. Aman kan?


Mu Cheng Yun yang diperankan Yuan Ye diubah jadi sosok yang annoying di drama. Beda jauh dari versi novelnya. Ngeselin. Kalo niatnya untuk menghadirkan situasi biar lebih drama, terang aja ini bikin kecewa.


Zhao Yuan Dong, emaknya Yifan adalah karakter lain yang bikin saya emosi dan nggak ada sedikit pun tersisa rasa simpati setelah si Che Xing De dan keluarganya. Sekilas ada yang ngebatin nggak, kok bisa ada ibu modelan begitu? ADA. BANYAK. ADA BANYAK IBU DI DUNIA INI YANG JAGO MEMANIPULASI ANAK. Saya nggak ingin memahami sudut pandang ibunya Yifan.



IMHO. Secara keseluruhan, selain Wen Yifan dan Sang Yan, tokoh-tokoh lain tidak cukup mampu mengikat minat dan perhatian saya sebagai pembaca TFF. Bukan soal acting, tapi penokohannya kurang atraktif dan masuknya mereka ke arus cerita tidak memiliki power yang begitu signifikan dalam menjaga mood saya sebagai penonton agar tetap tinggal dan menikmati setiap menit kehadiran mereka, alias dicepet-cepetin juga nggak bakal rugi ketinggalan keseluruhan plot. Fokusnya sudah terlanjur terikat pada Yifan dan Sang Yan. Ini hanya sudut pandang saya saja ya, sangat bias sebab terlalu dipengaruhi status sebagai pembaca novelnya. Die hard reader.


#3 Plot & Storyline

Hhh. Mulai dari mana ya?

Novel vs drama? Oke.


Sudah ada beberapa novel romantic China favorit saya (yang udah dibaca ya) diadaptasi ke drama, di antara beberapa judul tersebut, You Are My Glory masih memegang tahta tertinggi sebagai drama adaptasi novel yang berhasil memenuhi ekspektasi saya menilik sisi pemeran, chemistry dan eksekusi cerita, yang bikin saya nge klik dengan visualisasi ceritanya. Setelah menonton novel-novel favorit saya diadaptasi menjadi drama dan nggak semuanya bisa saya nikmati seperti saat saya membaca novelnya, saya pun tiba pada kesimpulan bahwa adaptasi novel romance China bisa tricky banget. Menghidupkan jiwa novelnya ke dalam bentuk visual dengan natural sangatlah tidak mudah. Takarannya harus pas—eksekusi cerita, chemistry pemerannya. Bagi yang nggak baca novelnya, ini mungkin nggak gitu ngaruh, rasa-nya akan berbeda bagi mereka yang membaca novel-novel tersebut. Ruang untuk kecewa akan selalu ada.


Nggak bisa dipungkiri, novel yang udah bolak-balik dibaca ulang, tanpa disadari sudah barang tentu akan meninggikan ekspektasi saya. Jadi, meskipun saya percaya sepenuhnya Bai Jingting dan Zhang Ruonan bisa menghidupkan Sang Yan dan Wen Yifan dengan baik, saya masih ragu dengan eksekusi ceritanya. Ini yang membuat saya deg-degan. Excited tapi khawatir tuh gimana ya? Bener-bener secinta itu saya sama novel The First Frost.


Novel The First Frost menggunakan POV Wen Yifan sebagai materi utama dan pusat konflik cerita. Ringkasnya, novel ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang berjuang menghidupi hidupnya dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, dengan seutuhnya meski ia berkali-kali dibuat babak belur. Wen Yifan menolak menyerah. Ia ingin mencintai hidup yang dijalaninya. Berkali-kali hati saya serasa diremas membaca novel TFF. Berkali-kali saya menarik napas panjang, mengambil jeda sambil membayangkan situasi wajah emosi Yifan. Yifan kuat banget. Tapi kuatnya dia menimbulkan getir yang rumit bagi siapa pun yang membaca kisahnya. Bagimana anak perempuan itu bisa bertahan? Ayahnya meninggal, ibunya membuangnya dengan menitipkannya pada orang lain—anak perempuan yang terbiasa mendapatkan limpahan kasih sayang dari ayahnya itu harus menjalani hidup dengan perasaan sebagai orang terbuang yang tidak diinginkan bahkan oleh ibunya sendiri. Bagaimana bisa dia melewati semua itu dan tetap bisa tumbuh menjadi perempuan dewasa yang tidak pernah kehilangan dirinya sendiri? Bagaimana bisa?


Novel The First Frost bukan hanya sekadar kisah cinta lama butuh kelanjutan antara Wen Yifan dan Sang Yan. Namun lebih dari itu. The First Frost adalah tentang Wen Yifan dan hidupnya, dan upayanya menolak menyerah pada setiap hal yang memaksanya tunduk. Saya terus bertanya-tanya, apakah yang membuat Yifan bisa sekuat dan setangguh itu? Saya tahu Sang Yan selalu berada di samping Yifan, tetapi saya tidak melihat Sang Yan sebagai alasan utama yang membuat Yifan begitu kuat.


Lalu tibalah saya pada satu hipotesa. Cinta ayahnya.

Itu yang membuat Yifan tahan banting.


Cinta kasih luar biasa yang diberikan ayahnya yang membuat Yifan memiliki asa melanjutkan hidup. Ayahnya memang pergi lebih dahulu, tetapi ia tidak meninggalkan anak perempuan yang lemah. Saya nggak tau apakah Yifan menyadari ini atau tidak. Saya tidak menemukan alasan lain yang lebih kuat daripada ini. Sejak kepergian ayahnya, hidup Yifan penuh ketidakberuntungan. Ia selalu berteman dengan kehilangan-kehilangan. Dunianya sunyi. Saya nggak berani membayangkan berada di posisi Yifan. Dia hebat banget bisa bertahan dengan kepala tegak.


Kunci adaptasi novel TFF terletak pada karakter Wen Yifan, Sang Yan menyusul setelahnya. Apabila tim scenario mampu mengangkat visualisasi dua tokoh ini dengan baik, meramu garis cerita dan konflik dari novel ke drama tanpa merusak mood yang sudah terbentuk—yang bikin penonton sekaligus pembaca novelnya nggak punya ruang untuk kecewa dan nggak melahirkan protes saking akurat-nya perasaan yang dipindah-alihkan dari sebatas rasa kata ke rasa mata—maka adaptasinya berhasil.


Sampai di sini, perasaan saya campur aduk. Ruang kecewa itu ada. Tetapi bukan pada karakterisasi versi drama Wen Yifan dan Sang Yan, melainkan garis cerita secara keseluruhan. Entah untuk alasan apa, tim scenario membagi fokus cerita ke beberapa karakter, yang menurut saya cukup fatal menjaga mood saya sebagai penonton yang membaca novel TFF. Saya memang terhitung bias saat mengatakan ini, melihat posisi saya sebagai pembaca novel TFF, tapi ini ungkapan jujur yang saya rasakan selama menonton TFF, penambahan sub-plot, side story dan konfliknya ke dalam ramuan cerita utama membuat drama ini tidak enjoyable lagi. Side story-nya nggak bisa nge-blend, nggak menyatu dengan main story, terlalu banyak mengonsumsi porsi waktu. Maksud hati ingin menyentuh hati, ingin menghidupkan keharuan dengan memasukkan sub-plot kisah cinta para senior, jatuhnya malah maksa. Terlalu memaksa. That’s how you ruined the adaptation.


Jadi, menurut saya, adaptasi cerita secara keseluruhan, TFF tidak berhasil. Satu-satunya yang bikin saya setia nonton adalah cerita Wen Yifan dan Sang Yan. Hanya itu. Maaf—


Saya tidak akan sanggup bertahan sampai akhir jika bukan karena ditahan Wen Yifan dan Sang Yan. Mereka adalah bagian terbaik dari TFF, seharusnya tim produksi hanya fokus pada mereka. Yakin deh nggak bakalan ada yang protes. Eh, jangan-jangan yang protes keras begini cuman saya aja? Wkwk.


Satu lagi yang bikin saya respek, pov Yifan sebagai korban KS diceritakan dengan terang-terangan di sini. Maksud saya, bagaimana reaksi dan respon orang-orang, lalu penguatan yang diberikan Sang Yan kepada Yifan. Ini situasi yang nyata. Seringkali korban KS diposisikan sebagai seseorang salah bahkan oleh orang-orang terdekatnya. Sewaktu membaca novel TFF, bagian ini cukup menguras emosi saya. Apalagi membaca kata-kata Yifan, membayangkan situasi horror yang dialaminya. Yifan benar ketika mengatakan ia tak punya sia-siapa di dunia ini. Efek KS bisa dilihat dari rasa insekyur yang muncul pada diri Yifan melalui monolog berikut,


“Recently, I kept doubting whether I’m in the real world. Not only am I loved by Sang Yan, A also have a group of really good friends. Do I really deserve to be treated like this by everyone?”


Melalui Wen Yifan, TFF mengirimkan pesan hangat kepada siapa pun di luar sana yang sedang melewati masa-masa sulit, untuk mereka yang mungkin pernah mengalami situasi seperti yang dialami Yifan, kalian layak dan berhak menerima cinta sebanyak-banyaknya.


#4 Cast & Chemistry

Di bagian ini, saya nggak mau ngomongin yang lain, pengen fokus sama Wen Yifan dan Sang Yan saja.


Memasangkan Bai Jingting dan Zhang Ruonan di drama adalah salah satu dream pairing yang nggak pernah saya bayangkan bisa terjadi dan beneran kejadian dong di drama hasil adaptasi novel favorit saya. Saya nge fans dengan aktingnya Xiao Bai dan Nannan. Ngeliat mereka main drama bareng menjadi semacam kejutan yang bikin hepi. Ini unexpected pairing yang chemistry-nya BAGUS BANGET. One of the most natural chemistry I’ve ever seen in romance drama. Natural yang saya maksud adalah interaksi mereka—gestur, suara, the way they talk to each other, sorot mata, everything about them feels so real and genuine, nggak berasa lagi acting. Untuk sampe ke level ini di drama romance nggak mudah. Nggak banyak pairing drama China yang bisa bikin saya ngerasain sensasi kayak gini. Kebanyakan, masih berasa lagi acting atau feeling kayak oh mereka lagi acting. Level-nya masih sebatas itu. Nah Xiao Bai dan Nannan ngasih sesuatu yang beda. Saya udah ngerasain sensasi acting romance-nya Xiao Bai di drama You Are My Hero ketemu Sandra Ma yang emang udah masuk kategori aktris veteran, interaksi mereka enggak keliatan jomplang atau kebanting. Sedangkan Nannan, tanpa bermaksud mengecilkan power acting Nannan, dari semua drama romance Nannan yang pernah saya nonton—saya sengaja bold  ya. YANG PERNAH SAYA NONTON, chemistry –nya dengan Xiao Bai ini yang paling mengena di saya. Saya pengen bilang di TFF, baik Nannan maupun Xiao Bai berhasil melewati apa yang saya sebut their own skill (?). Upgrade skill di romance drama. They have the sizzling chemistry. It’s magical.


Tek tok an acting mereka nge klik banget. Nyatu. Ga ada awkward-nya. Saya nggak melihat mereka sebagai Zhang Ruonan dan Bai Jingting tetapi Wen Yifan dan Sang Yan di dunia nyata. Jangan khawatir, saya masih bisa menahan diri untuk nggak nge-ship kok. WALAUPUN SYULIIIIIT SEKALI, TUAN. HAHAHAHA.


#5 Ending


“I wish that beside me, there will be many people who love you.” –Sang Yan


Sang Yan is a big deal.


Drama The First Frost diakhiri dengan rasa haru. Sang Yang melamar Wen Yifan di bangku kelas yang pernah mereka duduki dahulu. Itu adalah satu dari beberapa adegan lamaran paling menyentuh yang pernah saya nonton di drama. Oh God, the genuine feeling I’ve got—nggak bisa dijelasin. Terlalu banyak detail gesture, detail emosi yang tumpah bersama-sama. Satu adegan itu nggak sekadar adegan lamaran biasa yang berusaha untuk terlihat romantis tetapi juga menjadi kulminasi dari seluruh perjalanan yang dilalui Wen Yifan dan Sang Yan, sebagai individu dan sebagai dua orang yang sepakat memilih menjadi kita. Saya belum pernah melihat sorot mata Sang Yan se syahdu itu di sepanjang episode terdahulu TFF. Sorot mata yang sarat dengan banyak makna. Ada sedih dan haru menyelinap tetapi bukan jenis kesedihan dan keharuan menyakitkan. Sang Yan ngasih tau Yifan melalui sorot matanya itu bahwa ia bersedia memberikan seluruhnya agar Yifan selalu bahagia, tidak hanya sekadar merasa bahagia. Saya membaca ada kelegaan pada sorot mata Sang Yan, semacam mau bilang akhirnya…


You know it’s beyond words. Sang Yan yang selalu mengusahakan segala sesuatunya untuk Wen Yifan.


Sang Yang berulang kali mengatakan kepada Yifan bahwa ia akan mengabulkan setiap apa pun keinginan Yifan, dan Sang Yan selalu bisa menepati janjinya dengan atau tanpa sepengetahuan Yifan—sebesar itulah ia menyayangi Yifan.


Pada salah satu episode The First Frost, Sang Yan membaca sebuah puisi seraya menatap punggung Wen Yifan yang berjalan menjauh di depannya. Puisi  tersebut berjudul When You Are Old, dimuat dalam buku koleksi puisi milik William Butler Yeats yang dirilis pada tahun 1989. Membaca bait-baitnya yang dalam menyiratkan tentang sebuah cinta tanpa syarat yang melindungi dan membebaskan, dan ini dengan mudahnya mempertemukan saya dengan wajah cinta Sang Yan kepada Wen Yifan. Wajah cinta yang tidak pernah berubah meski tahun-tahun yang panjang pernah membawa mereka menjauh pada jarak yang tak terbilang.


But one man loved the pilgrim soul in you,

And loved the sorrows of your changing face;


Sang Yan telah dan akan selalu menjadi satu-satunya orang yang mencintai jiwa peziarah di dalam diri Wen Yifan, mencintai kesedihan wajahnya yang berubah.


—When you are old and grey and full of sleep,

And nodding by the fire, take down this book,

And slowly read, and dream of the soft look

Your eyes had once, and of their shadows deep;


Puisi ini juga ditulis Sang Yan di papan tulis di hari ia melamar Yifan.


Saya menyukai bagaimana drama ini diakhiri. Kalo di novelnya diceritain sampe masuk bonus chapter Yifan dan A Yan punya anak, sedangkan di drama hanya sampe lamaran saja. Siapa sih yang nggak pengen liat mereka nikah dan punya anak? We would love to see if that happen, right? Tapi adegan lamaran penuh haru di ruang kelas yang pernah menjadi tempat favorit mereka sudah cukup bagi saya. Melihat wajah Yifan yang bahagia tanpa kekhawatiran, melihat matanya yang berbinar, tidak ada lagi jejak sendu di sana. Ia benar-benar bahagia.


Apa lagi yang kita harapkan selain melihat Wen Yifan bahagia? She deserves happiness after all bad things she went through.

So it’s more than enough for me.


The First Frost ditutup dengan sebuah kutipan, ini merupakan pesan utama yang ingin disampaikan drama ini kepada penontonnya,


“Treat yourself well, and the world will hold more love for you.”


Inilah yang dilakukan Wen Yifan, tidak sekali pun ia pernah kehilangan dirinya, atau membiarkan dirinya hancur. Untuk seluruh yang datang kepadanya dan memintanya hancur, Yifan menolak. Ia melawan dengan seluruh yang dimilikinya. Bahwa ia adalah perempuan yang tangguh, ini jelas. Tidak ada sedikit pun keraguan.


Dicintai dengan ugal-ugalan seperti Sang Yan kepada Wen Yifan itu impian banyak orang, banyak perempuan, tetapi pernahkah terbesit, dengan limpahan cinta sebesar itu, mampukah hati kita menampungnya saat mencintai diri sendiri saja kita masih tertatih? Diri ini, mestilah menjadi sumber segala kasih segala cinta bagi kita sendiri. Hanya dengan begitu barulah kita mampu mencintai, menerima dan mampu memaknai cinta dari luar diri kita dengan tanpa tapi dan kalkukasi. Kesadaran ini muncul setelah saya melewati jungkir balik hidup sebagai anak-anak, remaja lalu menjadi dewasa. Tidak heran, ketika membaca novel The First Frost lalu dilanjutkan dengan menonton visualisasinya lewat drama, saya bisa langsung nge klik dan masuk ke dalam sudut pandangnya. Wen Yifan dan emosi-emosinya hidup dan bernapas di hati banyak nama yang sampai detik ini masih struggling dengan dirinya sendiri, dengan trauma-traumanya, dengan luka-lukanya.


Jangan menunggu dicintai untuk merasakan definisi bahagia dan merasa lengkap. Kita harus mulai belajar mencintai diri sendiri, memperlakukannya dengan baik dan adil. Bahwa sebelum menjadi kita, menjadi aku seharusnya dijadikan prioritas utama.


#6 Epilog


“Only a family like this can raise someone like you.” –Wen Yifan


Hati saya berkali-kali dibikin patah oleh Wen Yifan. Sering banget ada adegan dia diam sendirian sambil menatap jauh entah apa di depan sana, wajahnya yang sendu, sunyi dan sedih… Dia pernah menjadi anak perempuan yang hidupnya digenapi kasih sayang.


Dari latar belakang kehidupan 4 tokoh utamanya, saya melihat ada usaha untuk memberikan gambaran seperti apa pengaruh lingkungan keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sang Yan yang paling menonjol. Nggak sering muncul tapi kehangatan keluarganya terasa banget. Hanya keluarga seperti ini yang bisa membesarkan anak sepertimu, Siapa yang tidak nyeri hatinya ketika mendengar Yifan mengatakan ini kepada Sang Yan? Kita semua tahu keluarga macam apa yang membesarkan anak seperti Sang Yan dan Sang Zhi. Dua kakak beradik ini tumbuh besar di lingkungan yang cinta dan kasih sayangnya tercukupi sempurna. Maka kita tidak perlu lagi bertanya-tanya mengapa Sang Yan dan Sang Zhi bisa mencintai sedemikian dalam, berani dan setia pada satu nama. Siapa yang nggak nyeri hatinya melihat Yifan dimarahi tantenya di depan orang banyak? Di depan Sang Yan dan ayah-ibunya? Hal paling sulit bagi seorang anak adalah saat semua traumanya datang dari keluarga. It will destroy everything.


Muncul pertanyaan, siapa yang paling besar cintanya, Sang Yan kah atau Wen Yifan? Saya bilang dua-duanya memiliki cinta yang setara. Pernah. Jauh sebelum mereka menjalani hubungan yang resmi, saat statusnya masih sebatas love interest, sebenarnya rasa saling sukanya udah ketemu di tengah. Tapi setelah insiden demi insiden mampir ke hidup Yifan, skemanya jadi berubah, tidak total, hanya saja memang ada yang hilang dari Yifan. Keraguan dan ketakutan-ketakutan Yifan jadi nggak sederhana lagi. Ada bagian emosinya yang nggak stabil dan ini bikin dia selalu merasa nggak layak dapet modelan kayak Sang Yan, dia berpikir Sang Yan layak dapet yang lebih baik. Penyebab utamanya adalah trauma.


Entah bagaimana, tampaknya Sang Yan menyadari bahwa mencintai seseorang yang memiliki luka batin dan trauma sangatlah tidak mudah. Dan memang benar. Yang kamu hadapi adalah trauma yang diisi rasa sakit, ibarat monster tanpa wujud. Ujian kesabaran Sang Yan gede banget. Pake ditinggal dua kali juga. Andai Sang Yan bukan sosok yang datang dari keluarga yang sudah tercukupi bahasa kasih sayang dan cintanya, kita nggak mungkin ngeliat makhluk se-sabar, sebucin dan se-total manusia baik satu ini. Lantas apakah Yifan tidak mengusahakan cinta yang sama? SANGAT DIUSAHAKAN. Tapi nggak mudah. Saya bilang Wen Yifan hanya mampu disayangi dan dicintai manusia macam Sang Yan. Manusia yang nggak butuh validasi lagi, lumbung cintanya sudah terisi. Udah stabil.


Saya nggak akan ragu-ragu bilang kalau cintanya Sang Yan dan Wen Yifan setara. Punya karakter yang berbeda tapi soal cinta, dua-duanya bisa jadi bucin wkwk. Perbedaan ujian hidup juga yang bikin Yifan sempat bikin perasaanya terhadap Sang Yan jalan di tempat.


Jadi bukan soal siapa yang paling besar cintanya, karena Sang Yan dan Yifan selalu mau saling mengusahakan. Soal cinta, mereka berangkat dari titik yang sama. Yifan dan Sang Yan layak saling jatuh cinta.


Saya hepi banget adaptasi drama ini menghadirkan dialog-dialog ikonik di novel, nggak cuman itu aja, eksekusinya bagus banget. Nuansa yang dibangun, chemistry, dan actingnya Bai Jingting dan Zhang Ruonan berhasil menghadirkan kata-kata menjadi sesuatu yang hidup sesuai imajinasi saat membacanya. Inilah salah satu bagian terbaik The First Frost.


Saya tidak keberatan dengan adanya beberapa penyesuaian adegan Sang Yan-Wen Yifan, kecuali menghilangnya adegan di Yihe pasca pertengkaran kecil yang terjadi. Di novel, akhirnya Sang Yan tau sosok yang membuat Yifan trauma, tapi belum sempat dibahas karena dia keburu harus ke Yihe. Ini momen krusial hubungan mereka, nggak ada Yifan yang pergi ninggalin Sang Yan sampe 6 bulan lamanya. Yifan langsung nyusulin ke Yihe, di saat yang sama Sang Yan yang merasa bersalah juga hampir saja terbang kembali menemui Yifan di Nanwu. Ketemuannya malah di bandara. Sang Yan yang sebelumnya alergi dan benci banget sama Yihe akhirnya bisa berdamai dengan Yihe, ehm. Dua-duanya bikin kenangan bahagia di sana HAHAHAHAHA. Yang saya highlight adalah di novelnya, saya bisa ngerasain energinya Yifan yang akhirnya bergerak duluan menghampiri Sang Yan, nggak pake babibu udah langsung gas ngeng nyamperin dan ceritain semuanya. Kesadaran ini bersumber dari dirinya. Dia yang mau. Menurut saya ini penting banget untuk melengkapi potongan perjalanan cinta dua orang ini. Puncak emosinya Yifan dapet banget di momen ini. Nggak ada ruang dramatisasi perasaan yang berlebihan.


Sedangkan di drama, Yifan kan ilang sampe 6 bulan tuh Nah, momen hilangnya Yifan ke Hongkong memberikan Sang Yan ruang untuk mengenali bagaimana hidup yang dijalani seorang diri. Bagian inilah yang tidak pernah bisa dimasukinya sebab Yifan tidak memberikan akses.


Perbedaan ini seperti tidak terlalu signifikan pada plot cerita, tetapi bagi saya yang baca novelnya dan menganggap bagian ini merupakan yang nggak boleh diubah apalagi diilangin, terus terang nggak bisa nyembunyiin kekecewaan. Kesan dramatisasi-nya cukup kencang. Ada plus minusnya juga sih. Ya meskipun Yifan-lah yang kemudian menghubungi Sang Yan duluan, saya tetap tidak bisa memungkiri versi Hongkong membuat Sang Yan tampak seperti pihak yang paling banyak berkorbannya, yang paling gede effort-nya di bagian ini. Sementara versi Yihe di novel, dua orang ini akhirnya menjadi setara soal perasaan dan effort. Versi novel ini membekas banget bagi saya. Saya salut dengan keberaniannya Yifan, pengen banget meluk erat.


Saya pernah nonton cuplikan video yang menunjukkan alasan kenapa bagian ini diubah menjadi Hongkong, tetapi saya terlanjur kecewa.


Soal POV-nya Sang Yan yang dilebarin di drama, saya setuju. Sang Yang diberi keleluasaan untuk memperlihatkan sudut pandangnya. Yang nonton pun turut merasakan bagaimana keadaan Sang Yan terkait pertautan emosinya dengan Yifan, apalagi pasca ditinggal dengan tega begitu.


Kisah cinta Sang Yan dan Wen Yifan adalah salah satu kisah cinta paling romantis yang pernah saya nonton di drama China. Romantisnya nggak sebatas skinship. Build up relationship-nya bener-bener dalam dan punya pondasi kuat. Based on mutual understanding. Nggak bikin eneg. Pas awal awkward-nya dapet banget, begitu masuk fase relasi kasih sayang yang nyata juga nggak digambarkan dengan monoton. Yang nggak baca novelnya tetap bisa enjoy menikmati. Hal yang sama terjadi saat saya menonton You Are My Glory. Saya seperti melihat dua orang yang menjalin hubungan di dunia nyata. Relationship goal yang mahal dan diidamkan banyak hati.


Pengen punya pasangan kayak Sang Yan—inilah reaksi saya sewaktu membaca novel The First Frost dan menjumpai banyak hal yang dilakukan Sang Yan untuk Wen Yifan. Anak perempuan yang kerap overthinking, ngerasa insekyur, butuh pasangan seperti Sang Yan. The First Frost isinya Sang Yan yang dengan tindakan dan kata-katanya selalu memastikan agar Wen Yifan tau dan merasakan bahwa ia begitu dicintai dengan sedemikian rupa, bahwa dirinya berharga, layak dan berhak dengan semua itu. Sang Yan yang keliatan kayak anak mager-an itu, bisa banget mencintai dengan kata dengan gelagat dengan tindakan.


“You are the fate I refuse to escape.” –Sang Yan


Yeah. Sang Yan si Mr. Consistent. Omongannya nggak cuma diisi kekosongan.


Sampe di sini, makin nyata kan gambaran besar karakternya Sang Yan? Anaknya nggak neko-neko. Biasanya tipikal begini bisa membaca karakter orang dengan cepat. Yang baru kenal akan menganggap dia sombong lah angkuh lah. Persis Yifan juga, yang nggak kenal deket pasti nyangka anaknya dingin, padahal baik banget, lembut dan mudah nolongin orang.


Saya menyukai semua adegan Yifan dan Sang Yan, tapi ada dua adegan yang nggak tau kenapa pas nonton itu pertama kali kayak ada sensasi aneh memenuhi perasaan saya. Pertama, adegan Yifan ngasih hadiah gelang couple untuk Sang Yan, pas masangin gelangnya ke pergelangan tangan Sang Yan, Sang Yan reflex mengelus wajah Yifan dan Yifannya bales dengan senyum cantik—EDYAAAAAAN SAYA TERIAK ASTAGA. Gestur sederhana itu bikin saya pengen guling-guling di kasur huhuhu. Ngelus doang padahal. Pokoknya nggak paham nggak ngerti kenapa buat saya adegan itu kesan romantisnya kuat banget. Angle pengambilan gambarnya cantik sekali. Kedua, adegan Yifan mabuk di pesta sohibnya Sang Yan. GEMES BANGET TOLONG. Udah gitu Sang Yan sabar banget lagi ngeladenin. YA ALLAH MAU SATU KAYAK SANG YANG. Saya nangis di ini, di bagian Yifan dan Sang Yan duduk ngejeplok di halaman apartemen mereka dan Yifan sempat ngobrolin hidupnya ke Sang Yan. Adegan ini saya ulang-ulang.



—Sinematografi

Kesan sendu tapi hangat terasa begitu kuat pada pemilihan color grading TFF. Ada sedikit sentuhan gelap yang mewakili jiwa Wen Yifan. Angle pengambilan gambar TFF juga memiliki detail yang bagus. Beberapa adegan TFF membuat saya teringat pada situasi dan nuansa setelah hujan turun. Langit masih diselimuti muram, dan udara lembab mengisi pori-pori.


—OST dan BGM

Ost yang dinyanyikan Mayday nyantol di kuping saya. Oiya, saya tertarik dengan BGM instrumental, ada yang mengingatkan saya pada A Piece of Your Mind, hehe.


Untuk konflik, yang nggak baca novelnya, angst-nya lumayan berasa ya. Banyak yang bertanya-tanya ada apa dengan Yifan? Berarti TFF lumayan berhasil mengembangkan cerita dong? Saya tetap merasa penambahan side story di luar Yifan dan Sang Yan tidak proporsional dengan main story. Cukup banyak mengonsumsi screentime. Yang 32 episode, bisa banget hanya 24 episode.


Jadi, apakah TFF hanya sekadar kisah cinta lama butuh kelanjutan saja? Tidak. Drama ini ingin menguatkan kita, bahwa mencintai diri sendiri harus selalu menjadi prioritas utama. Untuk survive, untuk tangguh, untuk memeluk hidup… hal pertama yang mesti dilakukan adalah menemui diri sendiri.



KISAH CINTANYA SANG YAN DAN YIFAN INDAH BANGET. POWERFUL. GENTLE. HEARTWARMING.

💚💚💚

Sang Yang perfect? NGGAK. DIA TAKUT HANTU. PENAKUT SAMA FILM HOROR.


Tabik,

Azz

Mohon dimaafkan bila ada tulisan yang menyinggung dan bikin sakit ati. Maaf lahir batin ya teman-teman. Selamat berlebaran. 💞


P.s : Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya lagi mikir keras, ada sesuatu yang hilang rasanya. Kayak ada yang sempat nongol di kepala untuk dituliskan tentang TFF tapi buru-buru dibawa kabur setan sebelum saya ubah menjadi kata-kata. Beneran bablas ilang ga inget mau nulis apa Astagfirullah.

Review : The First Frost

by on 4/05/2025 10:04:00 AM
  Starring : Bai Jing Ting, Zhang Ruon nan, Zhang Miaoyi, Edward Chen *** Yang berdarah di matamu adalah waktu-waktu yang kau peluk se...