Sinopsis IRIS 2 Episode 8 Part 2
***
Choi Min dan Direktur Kang bersama
dalam satu mobil. Mau ke mana nih barengan? Tumben, akuuuur... :D
“Bicara mengenai situasi di Asia Timur
Laut, topik dimulai dan diakhir dengan Semenanjung Korea. Selama Semenanjung
Korea berfungsi sebagai Zona penyangga militer antara China dan Amerika
Serikat, ia akan menajdi beban yang takkan pernah lepas dari kita.”
“Jangan bertele-tele, katakan saja apa
yang ingin kau katakan,” cetus Direktur Kang.
“Panitia Persiapan Penyatuan, apa
alasan anda menantangnya?”
“Sebenarnya aku tidak percaya Korea
Utara merupakan ancaman terbesar seperti yang diyakini orang-orang. Orang-orang
yang menderita kelaparan. Itu hanyalah kegagalan sebuah negara yang mengalami
kemunduran dalam monarki. Sebagian besar rakyat kita terutama generasi muda,
tumbuh dengan kedamaian dan kemakmuran. Kau tahu apa yang sebenarnya mereka
takuti? Mereka takut penyatuan dengan metode absorbsi seperti di Jerman. Banyak
orang miskin, tunawisma Korea Utara masuk ke Korea Selatan menuntut jaminan
sosial. Itu ketakutan mereka yang sebenarnya.”
“Dibandingkan orang-orang yang takut
terjadinya penyatuan karena berpotensi menjadi beban ekonomi, aku yakin ada
yang lebih percaya, meski itu sulit jika penyatuan adalah tujuan berharga yang
harus kita capai,” sanggah Choi Min.
Direktur Kang meremehkan pendapat Choi
Min. “Menurut salah satu laporan persiapan penyatuan, dalam kasus migrasi
besar-besaran dari Utara ke Selatan, setidaknya ada satu juta insiden pasien
TBC. Bukan TBC biasa. Jika kau menambahkan semua penyakit merajalela lainnya di
negara-negara dunia ketiga, jumlah masalah akan meningkat secara besar-besaran.”
“Bukankah tujuan dari komite Persiapan
Penyatuan untuk mempersipkan dan mencegah situasi semacam itu dan untuk
meminimalisir potensi kerusakan?”
“Aku hanya mengatakan kita harus
membedakan impian dari kenyataan.”
“Saya akan memberikan upaya terbaik
NSS untuk memastikan perundingan ini berhasil.”
“Terserah apa katamu. Aku hanyalah
Direktur boneka. Aku hanya perlu duduk di belakang dan menonton apa yang
terjadi,” sindir Direktur Kang.
Choi Min menghela napas. Ia melirik
Direktur Kang sejenak lalu membuang pandangannya ke luar jendela mobil.
Oh Hyun Kyu sedang menganalisa sesuatu
di ruangannya ketika Soo Yeon masuk.
“Kau sudah kembali?”
“Ya.” Soo yeon menyahut singkat.
“Menurutku kau tidak kembali dengan
tangan kosong,” tebak Oh Hyun Kyu. Soo Yeon sedikit terkejut. Ia menelengkan
tubuhnya dan melihat ke arah layar komputer Oh Hyun Kyu.
“Bukankah ini nama pria yang kau
cari?”
Soo Yeon mengiyakan.
“Bisa kukatakan pria ini pasti
berhubungan dengan tempat itu. Tapi aku tidak paham apa arti kata-kata lainnya.
Perundingan... Bandara... Kira-kira apa artinya ini?” Oh Hyun Kyu
menggaruk-garuk kepalanya yang umar (untung masih ada rambut). Nampaknya ia
menganalisis gambar yang terekam ponsel Soo Yeon sewaktu di Jepang.
“Bisakah kau tuliskan kodenya untukku?”
pinta Soo Yeon.
“Baik, tidak masalah.” Oh Hyun Kyu
lalu menuliskan kode yang diminta Soo Yeon di kertas.
“Anggap saja kau sudah mengucapkan
terimakasih,” ucapnya seraya menyerahkan kertas itu. Soo Yeon tersenyum. Ia melangkah keluar
ruangan namun baru saja beberapa langkah ia memutar tubuhnya, “Terimakasih,
Kepala Bagian!” serunya.
Oh Hyun Kyu tertawa, “Sepertinya aku
sudah memaksamu berterimakasih.”
Hyun Woo bermain sepeda. *(Ya ampuuun,
nih oppa satu. Ngapain cobaaa punya mobil tapi mobilnya disimpan di parkiran
trus ngeluarin sepeda ke toko perhiasan yang lumayan jauh? Ummm, pengen tahu
jawabannya? Yaaak! Iklan sepeda bboook! *tepok jidat*)
Hyun Woo mengunjungi sebuah toko
perhiasan. Pegawai tokonya mengajukan diri membantu Hyun Woo memilihkan hadiah
yang cocok.
“Anda mencari sesuatu untuk pacar
Anda?”
“Tidak.”
“Jika Anda memberutahu untuk apa, saya
bisa memberikan rekomendasi.”
“Dia hanya teman biasa dan dia sedang
melalui masa-masa sulit. Aku ingin mencari sesuatu yang akan menghiburnya.”
“Banyak wanita muda yang menyukai
model ini. Bagaimana dengan yang ini?” Pegawai wanita itu menyodorkan sebuah
kalung dan bros. Hyun Woo menyukainya. Ia memutuskan membelinya. Pegawai wanita
itu menanyakan mau dibungkus seperti apa? Jangan yang terlalu mewah kata Hyun
Woo. Ia juga meminta sekalian dibungkuskan sebuah botol kecil *(rasa-rasanya
mirip sama kotak permen yang dimakan Shi Hyuk di dalam mobil sekembalinya mereka dari Jepang.
“Teman anda akan senang sekali...”
Hyun Woo tertawa. Kira-kira Soo Yeon
bakal suka nggak yah?
Soo Yeon menemui Baek San. Ia
memberitahu Baek San, di Jepang mereka menemukan tempat yang diyakini sebagai
rumah perlindnungan IRIS. Tempat itu kosong tapi perjalanan Soo Yeon membuahkan
hasil. Mereka berulang kali menemukan nama Ken di hotel tempat Park Chul Young
menghilang. Serta di rumah perlindungan IRIS. Soo Yeon bertanya apakah Baek San
pernah mendengar nama itu?
“Ken? Jika Park Chul Young menghilang
dan Ken adalah bagian dari IRIS, Park Chul Young mungkin sudah mati.”
“Kenapa demikian?”
“Sebenarnya, Park Chul Young merupakan
salah satu calon anggota IRIS yang hendak direkrut karena dia masih muda dan
cakap. Namun kesetiaannya terhadap rakyat Republik Korea dan idealismenya akan
perdamaian tumbuh semakin kuat, dia menjadi hambatan bagi IRIS. Katakan padaku
apa yang membuatmu bingung?”
“Aku berpikir, mungkin Ken adalah
Ketua Tim Jung.”
Baek San menampakkan raut kekagetan
mendengar ucapan Soo Yeon.
“Sedikit tidak masuk akal, kan?”
lanjut Soo Yeon. “Tidak jelas dan benar-benar tidak berdasar.”
“Terkadang lebih baik meyakini
instingmu.”
Soo Yeon menyodorkan kertas berisi
catatan pada Baek San, “Kami berhasil merangkai beberapa kata dari papan tulis
yang kami temukan di rumah perlindungan IRIS. Bandara A dan lokasi konferensi.”
“IRIS tidak berniat untuk berhenti.
Mantan Presiden Jo Myung Ho akan berada dalam bahaya," simpul Baek san.
Rey Cs tiba di Korea Selatan. Mereka
melewati bagian imigrasi dengan lancar termasuk Yoo Gun. Dalam perjalanan
menuju lokasi tujuan mereka, Yoo Gun seolah-olah merasa familiar dengan semua
tempat yang dilewati mobil. Rey cemas dengan hal itu. *(Yaiyalah, wong itu
tanah tumpah darah dia!)
Choi Min sedang berolahraga ketika sebuah
panggilan telepon masuk. Ia kelihatan kaget. Setelah itu Choi Min menelepon Soo
Yeon (tebakanku sih) memintanya mengatur pertemuan dengan Tim TF-A.
Di kantor NSS, rapat dadakan dipimpin
oleh Choi Min.
“Aku sudah meminta tim anti terorisme
lain untuk membantu semua keadaan. Ji Soo Yeon dan Seo Hyun Woo akan
bertanggung jawab untuk pemeriksaan awal tempat pertemuan.”
“Ya, segera laksanakan,” sahut Soo
Yeon.
Choi Min menlajutkan, “Byung Jin akan
menyelidiki latar belakang Perwakilan Korea Utara beserta rombongan. Selain
itu, orang-orang yang mereka hubungi selama tiga bulan belakangan bahkan e-mail
mereka. Ji Yun harus menyelidiki itu dan menyerahkan laporannya bersama dengan
laporan Byung Jin. Shi Hyuk dan Young Min harus berkoordinasi dengan staf
kemananan. Untuk menjaga perwakilan Jo Myung Ho 24 jam non stop mulai dari
sekarang.”
“Saya akan membentuk 3 shift tim
penjagaan,” respon Shi Hyuk
“Ketua Tim Yoo, Han Jin, Sang Jin dan
tim ruang kendali harus mengamankan sebanyak mungkin waktu satelit selama
perundingan.” Choi Min menghela napas. “Kurasa kalian semua paham apa arti
perundingan ini. NSS akan menggunakan segala cara untuk memastikan perundingan
ini berakhir aman dan sukses. Kita tidak bisa membiarkan kejadian di Hungaria
terulang lagi.”
Soo Yeon dan Hyun Woo melakukan
pemeriksaan awal lokasi yang akan dijadikan tempat pertemuan Panitia Persiapan
Penyatuan Korut-Korsel. Kata Hyun Woo itu adalah resor yang digunakan selama
Olimpiade Musim Dingin dan sedang direnovasi. Akan mudah untuk membatasi akses
dari luar, timpal Soo Yeon. Kepala Keamanan Shin Yoo Ah menemui keduanya. Soo
Yeon dan Hyun Woo memeriksa keseluruhan ruangan di resor tersebut. Status
keamanan secara keseluruhan tampaknya cukup bagus, Hyun Woo menyimpulkan.
Mereka lalu naik ke lantai tiga, view dari atas sana menampakkan bangunan
resor. Hyun Woo merasa itu waktu yang tepat untuk memberikan hadiahnya. Matanya
bersirobok dengan cincin di jari manis Soo Yeon. Ia bertanya kapan Soo Yeon
mulai memakai cincin itu? Belum cukup lama, jawab Soo Yeon.
“Karena kau suka menembak, kupikir kau
tidak menyukai barang-barang seperti itu.”
“Ketua Tim Jung yang memberikannya.
Tapi dia belum pernah melihatku memakainya.”
Wajah Hyun Woo menyiratkan kalau itu
bukan berita baginya. Ia urung mengeluarkan kotak hadiahnya dari saku jas-nya.
Hiks. *(puk puk Hyun Woo, come to me, Oppa... Apa? Oppa? Tuaan gue kali hihi )
“Saat dia bersamaku, betapa
berharganya dia bagiku. Betapa aku merindukannya. Kenapa dulu aku tidak
menyadarinya?” tutur Soo Yeon sedih. Aiiiiish, andai saja Soo Yeon menyadari
kalau Hyun Woo yang selalu berada di sisinya selalu berusaha sekuat hati
menekan perasaannya sendiri padanya. Cinta sepihak, apakah ada rasa sesunyi
ini? Kuatlah, Hyun Woo....
Dan di salah satu sudut lain, tak jauh
dari resort itu, Rey Cs juga melakukan persiapan ‘pengacauan’ mereka di hari
diadakannya perundingan dua negara itu. Rey menyuruh anak buahnya menyiapkan
rute melarikan diri dan semua titik pengawasan. *(melarikan diri? Iiih,
pengecut situ).
Yoo Gun mencegat langkah Rey yang akan
meninggalkan tempat itu. Ia bertanya mengapa Rey tidak mengatakan apa-apa
mengenai misi itu padanya?
“Kau akan segera tahu,” Rey menepuk
bahu Yoo Gun. Ia lalu pergi bersama Yeon Hwa.
Malam merambat naik. Hyun Woo
sendirian di dalam mobilnya. Ia menatap kado untuk Soo Yeon di tangannya. Sedih
melihatnya menelungkupkan setengah badannya di atas setir mobil. Seolah tidak
harapan sedikitpun...
Soo Yeon menuju parkiran mobilnya. Di pintu
mobilnya, ia mendapati bungkusan cantik berwarna pink. Soo Yeon mengitarkan
pandangannya kalau-kalau si pemilik bungkusan itu ada di sekitar situ. Soo Yeon
membaca note yang diselipkan. Ji Soo Yeon, semangat! Soo Yeon tersenyum.
Di tempat persembunyiannya, Rey
membagikan pada anak buahnya foto orang-orang yang akan menjadi target operasi
mereka. Yoo Gun memperhatikan semua persiapan itu dengan seksama. Ia masih
belum mendapat jawaban kenapa Rey tidak memberitahunya mengenai misi itu. Yeon
Hwa nampak tidak suka dengan kehadiran Yoo Gun.
Hyun Woo dan Soo Yeon berdiskusi
dengan Choi Min.
“Katakan apa yang kau pikirkan.”
Hyun Woo menjawab, “ Seperti yang Anda
ketahui, Perwakilan Korea Utara untuk perundingan ini, Kwon Young Choon adalah
adik Kwon Young Chan yang dibunuh di Hungaria.”
“Tokoh kunci kaum moderat, Kwon Young
Chan. Digantikan oleh tokoh militer garis keras, Kwon Young Choon untuk
mewakili Korea Utara di Komite Persiapan Penyatuan.”
Soo Yeon menyela, “Hanya ada satu
penjelasan.”
“Menurutmu Kwon Young Choon dalang
dibalik pembunuhan kakaknya, Kwon Young Chan?”
Soo Yeon mengiyakan.
“Kwon Young Choon adalah Kepala Politburo
(Komite eksekutif dalam partai Komunis) di Partai Buruh. Dia menerima dukungan
yang cukup dari militer. Dia sangat berbeda dari kakaknya yang memiliki
kehidupan pribadi yang berantakan. Sejujurnya, tidak terlalu berlebihan
mengatakan dia adalah salah satu pemegang kekuatan politik Korea Utara,” ujar
Choi Min.
Soo Yeon dan Hyun Woo keluar dari
ruangan Choi Min bersama-sama. Hyun Woo bertanya apakah Soo Yeon benar-benar
berpikir Kwon Young Choon dalang di balik pembunuhan kakaknya? Dia punya motif
yang cukup. Meskipun mereka bersaudara, mereka memiliki ideologi yang sangat
berbeda, Soo Yeon mengungkapkan alasannya.
“Kira-kira kenapa dia menjadi perwakilan
Komite Persiapan Penyatuan? Aku yakin militer garis keras kurang senang akan
perundingan ini?”
“Pasti ada alasannya. Petunjuk yang
kita temukan di rumah perlindungan IRIS di Jepang, bandara A dab lokasi
konferensi berhubungan dengan ini. Jika kita tidak mengetahuinya dengan segera
kita mungkin akan mengalami situasi yang lebih buruk dari Hungaria,” kata Soo
Yeon yakin.
Di ruangan TF-A Team. Shi Hyuk menemui
Soo Yeon. Ia melaporkan kalau Interpol menarik Yoo Jung Won dari daftar buronan
mereka. Hyun Woo dan Soo Yeon sontak kaget. Mereka bertanya-tanya siapa
kira-kira yang menghapus dari dagtar buronan interpol? Soo Yeon meminta Ketua
Tim Dispatch Yoo Hae Young untuk menampilkan profil Yoo Joong Won di layar.
Seluruh anggota tim berkumpul, menatap
layar utama yang menampilkan profil Joong Won. Siapa sebenarnya orang ini? Soo
Yeon menahan kesal.
“Dia adalah salah satu agen dari kamar
35. Setelah adiknya hilang pada konflik pertama Yeonpyeong, insiden itu adalah
pemicunya melarikan diri dari Utara. Dia mengelilingi Asia Tenggara, bertindak
sebagai calo informasi untuk sementara. Tentu saja dia dibersihkan dari tuduhan
beberapa saat yang lalu,” Byung Jin menjelaskan secara singkat identitas Joong
Won.
“Jika dia kehilangan adiknya di
konflik Yeonpyeong, dia mungkin tidak akan terlalu suka pada kita,” cetus Soo
Yeon.
“Dari sudut pandang kita, perasaan itu
timbal balik,” Hyun Woo menandaskan.
Soo Yeon hendak meninggalkan ruangan,
ia sejenak berpaling pada Shi Hyuk. “Bagaimana dengan Perwakilan Jo Myung Ho?”
tanyanya.
“Beliau tiba di rumahnya dua jam yang
lalu,” jawab Shi Hyuk.
“Sampai perundingan selesai, laporkan
status keamanan beliau tiap dua jam.”
“Kepada Anda? Segera?”
“Ya.”
Hihi, Shi Hyuk pasti nggak suka
diperinta-perintah macam ini. Setelah Jung Yoo Gun yang dianggapnya ‘sok cool eh ternyata masih ada season
keduanya yaitu Ji Soo Yeon.
Hyun Woo menumpang mobil Soo Yeon. Mau
ke mana ya? Hyun Woo tanya apakah Soo Yeon sudah makan atau belum. Ia tidak
seharusnya berjalan dengan perut kosong. Soo Yeon mendesah. Benar. Ia bahkan
tidak sarapan jadi ia sangat lapar sekarang. Dan taraaaa!
“Aku akan makan ini.” Soo Yeon mengeluarkan
botol suplemen (tebakanku) yang diberikan Hyun Woo sebagai kado. Hahaha. “Mau
makan ini? Enak!” Soo Yeon menawarkan. Hyun Woo takjub tidak tahu mau berkata
apa. Trus masih ada lagi, Hyun Woo tak sengaja melihat hadiah lain (kayak
kalung gitu) menggantung di sisi depan dashboard mobil. Senyumnya Hyun Woo maniiiiiis
bangeeet. Aku suka cara komunikasi yang seperti ini. Tidak perlu berkata-kata
banyak, cukup tindakan yang tulus maka orang lain pun akan merasakan apa yang
ingin kita sampaikan. Ji Soo Yeon cukup tahu bagaimana caranya berterimakasih.
Choi Min dalam perjalanannya menemui
Baek San. Setelah perundingan Panitia Persiapan dilanjutkan, IRIS akan bergerak
lagi. Sebelum itu, ia meminta tolong pada Baek San untuk mengatakan dimana lima
senjata nuklir secara lebih rinci. Pintanya saat bertemu langsung dengan Baek
San.
“Aku sudah terlalu banyak bersabar.
Aku tidak bisa lagi percaya pada keberadaan senjata-senjata nuklir itu.”
“Apa kau benar-benar ingin membuka
kotak Pandora?” tanya Baek San.
“Seperti yang kau katakan, jika kita
memiliki lima senjata nuklir itu, tidak bahkan jika kita punya satu saja, kita
dapat memimpin perundingan dengan Korea Utara ke arah yang berbeda.”
Baek San memutar badannya menghadap
Choi Min. “Apa itu yang dipikirkan Presiden Ha Seung Jin?”
“Itu yang kupikirkan sejauh ini. Tapi
aku berniat untuk segera menceritakan pada Beliau. Jika kau benar-benar yakin
bahwa keamanan negara ini adalah keadilan sejatimu, tolong katakan padaku
lokasi senjata nuklir itu. apa kita memang memilikinya?”
“Baik. Tapi kau harus berjanji satu
hal padaku. Jika kau dan aku bisa pergi sendiri tanpa ada yang mengikuti kita,
aku akan membawamu ke tempat senjata-senjata nuklir itu berada.
Choi Min lagi galau...
Di resort yang akan dijadikan tempat
perundingan, Hyun Woo menegur Soo Yeon yang sedang menyiapkan penyadapan
ruangan kontingen Korut. “Menyadap frekuensi radio dan menyadap ruangan adalah
dua hal yang berbeda.”
“Aku tahu. Mereka mengetahui kita
menyadap frekuensi radio di Hungaria.”
“Tapi kau masih ingin melakukan ini?”
“Aku sudah mendapatkan izin dari Wakil
Direktur.”
“Apa kau benar-benar yakin kalau Kwon
Young Choon bersama IRIS? Dan ini adalah ruangan kepala penjaga keamanan Korea
Utara. Tidakkah menurutmu ini terlalu berbahaya?”
Soo Yeon melepaskan napas panjangnya, “Kita
melakukan ini untuk mendapatkan bukti.”
“Jika ini ketahuan, perundingaan akan
berakhir. Apa kau sudah siap bertanggung jawab? “Yang paling berbahaya adalah
tidak berani mengambil resiko.”
Hyun Woo menatap pasrah. Soo Yeon
menghubungi kantor pusat melaporkan pemasangan alat penyadap sudah selesai. Segera
periksa.
“Yang paling berbahaya adalah tidak
mengambil resiko. Hyun Woo-ah, bagaimana?” Byung Jin menjawab, menggoda Soo
Yeon tepatnya. Byung Jiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin, cakep. *(capture gambar
banyak-banyak hihi)
“Berhentilah bercanda. Kemasi barang-barangmu
dan kemarilah,” kata Soo Yeon.
“Oke!” Byung Jin melepaskan
earphone-nya. “Ji Yun, bersiaplah untuk perjalanan bisni,” ucapnya pada Ji Yun
yang duduk di sampingnya.
“Assaah! Asyik, bermain ski dan
kemudian berendam di air panas.”
Byung Jin memasang tampang prihatin
mendengar kata-kata Ji Yun barusan.
“Apa kalian punya waktu untuk itu?
kalian harus siaga 24 jam nonstop.” Hae Young memotong pembicaraan.
“Heiii, bolehkah aku sekadar bermimpi?”
“Bangunlah dari mimpimu,” tandas Byung
Jin. Ia menoleh pada Hae Young. “Sampai jumpa setelah perundingan.”
Weiiiis, ada yang aneh pada tatapan
Ketua Tim Dispatch, Yoo Hae Young saat itu. Apa itu makna di balik tatapanya?
Omaygaaaat, kenapa aku jadi kepo tingkat Kabupaten Provinsi siih? Gegara Rey pernah
bilang masih ada mata-mata mereka di tubuh NSS jadinya aku mencurigai hal-hal
sekecil apapun itu. bukankah terkadang hal-hal kecil itu bisa menjadi clue? Aku bahkan mencurigai Shi Hyuk
juga =.=
Soo Yeon lagi nulis apaan yah? Serius
amat liatnya. Hyun Woo membawakannya
minuman.
“Tempat peundingan. Jika tidak,
bandara... target akhir, Ken.
“Kita menjaga di sini dan bandara pada
waktu bersamaan. Meskipun IRIS merencanakan sesuatu, mustahil untuk menyerang
kjita dari dua tempat yang berbeda.”
Soo Yeon masih saja sibuk menekuri
catatannya. “CX-11. Kira-kira apa ini? Mungkin kode untuk bahan peledak atau
semacamnya?”
“Bahan peledak?” Hyun Woo mengulang.
Yoo Gun melihat-lihat barang-barang
yang disiapkan untuk misi mereka. Di salah satu box ada tertulis, US ARMY
CX-11. Apa itu? Yeon Hwa menemuinya, Rey mencari Yoo Gun. Katanya.
Rey menunggunya di teras luar. Melihat
kemunculan Yoo Gun, Rey bertanya apakah Yoo Gun baik-baik saja? Yoo Gun balik
bertanya apa yang ada di dalam kotak itu? Itu untuk misi, sahut Rey.
“Rey, aku bahkan tidak tahu kenapa aku
ada di sini.”
“Kau punya misi tunggal.”
“Melakukan apa?”
“Kau akan segera tahu.”
*(Kurasa Yoo Gun sudah bosan mendengar
jawaban itu).
Soo Yeon yang selalu saja terlihat
sibuk. Ia terdiam sejenak seraya menangkupkan tangannya di dada. Soo Yeon
mengelus cincin di jari manisnya.
Ia dan Hyun Woo menemui Byung Jin dan
Ji Yun. Kedua agen itu sedang sibuk mem-fix-kan peralatan segala rupa mereka. Ahli
IT nih orang bedua. Cakep beudh *( coba itung berapa kali dah aku ngomong kayak
gini).
“Kalian sudah selesai mengaturnya?’
“Ya. Kamar perwakilan dan kamar kepala
keamanan. Kau ingin menargetkannya?”
“Ya. Orang yang paling dekat dengan
Kwon Young Chul adalah kepala keamanan. Gunakan penyaring dengan bobot yang
sama.”
Byung Jin mengangguk.
“Berapa lama lagi mereka tiba?” tanya
Ji Yun.
“Kita punya waktu sekitar 9 jam.
Tidurlah...”
Byung Jin langsung memijit matanya
mendengar kalimat Soo Yeon. bwahahaha kasian, kecepean dia. *( Itu, si Hyun Woo
sibuk sendiri. :D)
Soo Yeon berjalan keluar, Hyun Woo
mengikutinya. “Kau mau ke mana sekarang?”
“Aku akan ke ruangan kemanan hotel. Aku
belum memeriksa daftar shit.”
“Ji Soo Yeon.” Hyun Woo meraih lengan
Soo Yeon. “Kapan terakhir kali kau bisa tidur nyenyak di malam hari?”
“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?”
“Katakan. Sekembalinya dari Jepang,
kapan kau tidur?”
Soo Yeon akhirnya menyandarkan
tubuhnya ke tembok. Ia pasti lelah lahir batin.
“Ada apa? Kau tidak mengendalikan
dirimu sama sekali. Soo Yeon-ah, seperti yang kau katakan kita akan fokus pada
Yoo Joong Won untuk mencari sesuatu. Jangan lakukan sendirian, tapi percapalah
padaku dan tim. *(Hyun Woooooo-yaaaaa, kenapa kau tidak menggunakan kesempatan
itu untuk memeluk Soo Yeon! *gigit guling*)
Soo Yeon mandi di bawah shower. Kasian... Gara-gara memikirkan Yoo Gun,
hidupnya jadi kacau. Makanya sama Hyun Woo ajah! *(ditembak Yoo Gun, hahaha)
Yoo Gun memandangi foto atasan Joong
Won ditangannya. Kata-kata Rey terngiang-ngiang.
“Kau
punya misi tunggal.Tujuan akhirmu adalah Kwon Young Choon.”
Joong Won mengenakan seragamnya.
Bintang tiga bbook! Ia mengingat peristiwa sekian tahun silam saat adiknya
meninggal akibat sebuah misi.
“Seung
Won. Apa yang terjadi dengan Seung Won?”
“Ada
pertempuran di Pulau YeonPyeong. Kapal yang dia tumpangi... lebih dari tiga
puluh orang telah...” Ibunya terbata-bata...
Tangan
Joong Won gemetaran menahan amarah dan kesedihan yang mengumpul jadi satu.
Lalu
scene beralih ketika Atasanya mencabut pangkatnya.
“Mulai
sekarang, kau adalah pelarian Korea Utara.
***
Joong Won menemui atasannya.
“Tidakkah menurutmu rencana ini
terlalu berbahaya?”
“Saya bisa mewujudkannya,” ucap Yoo
Gun penuh kepercayaan diri. Sebaliknya berikan saya pangkat yang tepat. Dan posisi
Komando di unit rudal dalam divisi 7.”
“Kau menginginkan unit rudal divisi 7?”
tanya Atasannya. Atasan Joong Won adalah Kwon Young Choon, target utama IRIS
dengan Yoo Gun sebagai pengeksekusi!
Komentar :
Apakah Joong Won kini berubah haluan
hendak membalas dendam? Astaga! Masih segar dalam ingatan dia melarang Yeon Hwa
menjalani hidup untuk dengan tujuan balas dendam, lalu sekarang justru dia yang
memilih menerjunkan diri di jalan itu. Kamu tidak bisa dipercaya, Yoo Joong
Won!
Hiks, abis liat episode 13 yang tayang
tadi malam, Omaaaaaaa.... *Nangis di pojokan*
Tensi IRIS 2 kembali naik, kali ini
benar-benar memicu adrenalin. *Lanjut nangis*
Eonni, cepetan lanjut ke episode 9 nya !!!
ReplyDeleteLanjut, lanjut lanjut
lanjut truz ya dah g sbr nunggu epi 9 seru bpt koq
ReplyDeleteryanti
yg semangat y nulis sinop'y...ak ngikutin loh.. ^_^
ReplyDelete