Sinopsis Reply 1988 Episode 20 Part 1
Cuplikan Epilog Episode 19
Empat ibu-ibu di
Ssangmundong sedang ngumpul di rumah Keluarga Sung Salah satu yang menjadi
topik pembicaraan mereka adalah mengenai ibu Dong Ryong yang setelah pensiun
ternyata masih ingin bekerja—ia melamar kerja sebagai kasir di salah satu
supermarket tak jauh dari sana. Usut punya usut, ibu Dong Ryong pernah
meninggalkan rumah sekira dua-tiga minggu sebelumnya, ia lari ke rumah
saudaranya di Daejeon. Selagi mengawasi cucu-cucunya, ia merasa frustasi. Ibu
Dong Ryong tak merasa bahagia hanya dipanggil
Dong Ryong Eomma atau Dae Ryong Eomma.
“Namaku Cho Soo
Hyang...” ucapnnya getir.
Ia yang selama
ini terbiasa berada di luar rumah, sibuk bekerja tiba-tiba harus menghabiskan
seluruh hidupnya di rumah—aku pun, yang
dulunya terbiasa bergerak ke sana-ke mari jaman kuliah. Ikut organisasi ini,
organisasi itu tiba-tiba harus meninggalkan semuanya karena satu dan lain hal.
Atau seperti Ayah yang terbiasa bekerja lalu mendadak harus istirahat total karena
satu hal—kekosongan yang datang secara tiba-tiba membuat seseorang merasa
sakit. Aku sepenuhnya bisa mengerti posisi Ibu Dong Ryong. Ia bukanlah tipe ibu rumah tangga seperti Ra
Mi Ran, Lee Il Hwa atau Sunyoung yang sudah terbiasa beraktivitas di rumah.
Sebab itulah,
selama beberapa waktu ibu Dong Ryong tak kelihatan di sekitaran Ssangmundong,
dan Ryu Appa-lah yang menggantikan posisi beliau mengurus rumah dan
cucu-cucunya.
Ryu Appa, seorang pria, suami dan ayah yang baik. Ia membiarkan
istrinya istirahat sejenak dan menunggunya merasa lebih enakan barulah ia akan menjemputnya—pengertian sepenuh hati yang diberikan pada ibu Dong Ryong adalah wujud
cinta lainnya. Cinta yang dewasa itu tidak egois. Ia menguatkan.
Tak berapa lama
datanglah Bora, ia membawa persimon—persimon
kering mengingatkanku pada Ji Chang Wook di Empress Ki ㅋㅋㅋ.
Il
Hwa tak luput memerhatikan cincin yang melingkari jari manis puterinya. Miran
berseloroh semakin hari Bora terlihat semakin baik (baca; cantik)—bukankah sudah saatnya dia menikah? Il Hwa tersenyum
bahagia, ia menebak saat ini Bora sedang berpacaran.
Hanya berselang
beberapa menit, Sunwoo muncul. Ia membawakan Bungeoppang untuk ibunya.
Taraaaaaaaa!
Cincin di jari Sunwoo menarik perhatian dua ibu ini... Jangan menyepelekan feeling seorang ibu.
***
Desember, 1994. Seoul,
Dongbong-gu, Ssangmundong
Hujan turun
sangat deras. Bora turun dari bus. Ia terkejut ketika tahu-tahu Sunwoo muncul
memayunginya—kapaaaan hati ekeh ada mayungin ㅠ.ㅠ
“Apa ini? Apa kau
seorang penguntit?” tanya Bora sembari tersenyum.
Iye,
aku penguntit hatimuuuuu kakaaaaak eaaaa~
Gak ding, Sunwoo
menjawab—kenapa Bora baru menyadarinya sekarang kalau ia adalah seorang
penguntit. Aduh inget scene ini pernah
bikin trit Suntaek kalang kabut. Pas lagi syuting ada netter yang ngepost ini
di DC kalo gak salah inget. Nah, main tebak-tebakkan lah kita. Ketar-ketir
jangan sampai itu Deokseon dan Junghwan, pan mereka berdua identik sama bus
scene yah? Tapi salah satu member Suntaek keukeuh kalo itu Sunwoo sampe tas
Bora diperhatiin sedatil-detailnya. Duh. Ibarat kata di episode 17 Taek udah
pasti husband-nya, hanya twist di dua episode terakhir yang bisa membuat
Junghwan menjadi husband. Twist yang tak pernah datang hingga detik terakhir.
Sunwoo dan Bora
singgah berteduh sambil minum kopi. Inget gak pertama kali Sunwoo nyium pipi
Bora, yang lagi ujan-ujanan itu? Itu tenpat yang sama. Bora menanyakan kabar
orangtua Sunwoo. Kata Sunwoo, ibu, jinjoo dan ajeossi (Choi Appa) baik-baik
saja. Mereka sehat dan sangat bahagia meski tanpa kehadirannya. Dari ucapannya
tersirat seolah-olah Sunwoo akan pergi ke suatu tempat yang jauh.
“Jika aku menikah,
aku harus meninggalkan rumah.”
“Kau akan
menikah?” Bora sedikit cemberut.
“Ya. Kau tidak tahu?
“Aku akan cepat
menikah, sebelum kekasihku semakin beranjak tua.” –HAHAHA Sunwoo nge-dish Bora.
Intinya, Sunwoo
yang terburu-buru ingin menikah. Begitu ia menjalani magang-nya, ia akan
menjadi semakin sibuk. Ia tak ingin mengkhawatirkan pernikahan ketika mereka
berdua sama-sama disita kesibukan. Sepanjang Bora setuju dengan itu, Sunwoo
ingin menikah tahun depan. Sunwoo melihat bayangan keragu-raguan di wajah
kekasihnya. Ia menenangkan Bora dengan mengatakan mereka takkan terburu-buru.
“Kau tahu kan, banyak
rintangan yang harus kita lewati?”
Sunwoo tahu,
biar dia saja yang mengatasi semuanya. Ia meminta agar Bora tetap disisinya dan
jangan sekali-kali berpikir untuk melarikan diri. Lalu dieratkannya pelukannya
di bahu Bora. Ia paling suka suasana seperti saat itu. Karakter Sunwoo adalah bukti paling akurat bahwa usia bukan jaminan
seseorang bisa dikatakan dewasa atau tidak. Ia tiga tahun lebih muda dari Bora,
tapi visi-misinya tentang masa depan sudah tersusun rapi di dalam kepalanya.
Noeul menonton
tivi, pertanyaannya adalah apakah iklan yang sedang ditampilkan saat itu iklan
jeruk tropis atau iklan lipstik? Noeul mengambil satu jeruk, ia menoleh ke kiri
dan wajahnya seketika berubah—ia mengernyit.
“Nuna...”
panggilnya.
“Wae?” Deokseon yang sedang bercermin,
menurunkan cerminnya dan... bibirnya... silaaaauuuu.
“Tidakkah kau
makan jeruk terlalu banyak?”
Ekspresi bahagia
Deokseon langsung berubah.
“Itu—lipstik,
hanya cocok pada Lee Young Ae. Mengapa bibirmu berwarna orange?” kata Noeul lagi.
“Aku hanya mencoba-coba!
Tak bisakah kau menyimpan pendapatmu untuk dirimu sendiri?” Deokseon manyun.
“Nuna, tolong...
toloooong, berhentilah mengikuti selebriti di televisi. Bijaklah sedikit.”
“Tapi seseorang
mengatakan ini terlihat cantik...”
Noeul kesal. “Bawa
kemari. Bawa kemari dia. Aku harus tahu orang gila macam apa yang mengatakan
itu...”
....
Beberapa saat
sebelumnya...
Orang gila itu
adalah Taek. BWAHAHAHA. Apa jadinya ya kalau Noeul tahu ini.
“Yippeo...” Taek tersenyum manis.
Maaaniiiiiissss baaaangeeeeeet *gue ngebias, mau apa lo?*
“Benarkah tak
apa-apa? Ini lipstik Lee Young Ae.”
“Kau terlihat
lebih cantik dibandingkan Lee Young Ae.”
“Apakah kau tahu
siapa Lee Young Ae”
Taek mikir
sejenak... “Kau tetap yang tercantik.” DAN
AKU BERANI BERTARUH TAEK GAK TAU LEE YOUNG AE. ATAU DIA TAHU, TAPI GA BERANI
BILANG, TAKUT DI-GEDEBAG-GEDEBUGIN DEOKSEON HAHAHA. LEE YOUNG AE ITU SALAH SATU
ICON-NYA KOREA. CANTIK BANGET. Pemeran
Dae Jang Geum yang fenomenal itu.
Dan Dua pabo-couple ini pun saling tersenyum
satu sama lain ㅋㅋㅋㅋ
Taek
mengingatkan besok mereka sudah janjian nonton film bareng. Deokseon tidak bisa
membatalkannya. Deokseon balik merengut, Taek yang jangan sampai membatalkan
seperti yang sudah terjadi—di episode 16, ngomong-ngomong
lagunya Sad Fate-nya Nami masih terngiang-ngiang ㅠ.ㅠ
Taek mengambil
ancang-ancang memeluk Deokseon, namun dengan cepat gadis itu menghindar. Ia
melihat sosok mungil Jinjoo memasuki lorong. Hadoh! Padahal aku pengen liat
mereka pelukaaan.
“Jinjoo annyeoooong...” Deokseon bersikap
se-normal yang ia bisa.
Jinjoo heran
melihat oppa-nya ada di sana bersama
Deokseon. Jinjoo ini cocok sama Noeul. Insting mereka sama-sama kuat LOL.
Deokseon udah
capek-capek berkilah—bilang ia dan Taek sekadar ngobrol saja di sana, eeeh
Taek-nya malah dengan polosnya bilang ke Jinjoo kalau dia akan memberitahu
semuanya pada adik bungsunya itu. Deokseon segera menyodok rusuknya. HAHAHA.
Susaaaaah, orang polos kayak Taek mah...
Itu, ngakak aja liat keseriusan wajah Taek pas ngomong, ‘JinJoo-ya I’ll tell you everything later~’
Aigoooo, uri oppa nomu jakka-da. Gak bisa boong.
JinJoo menyadari
ada yang salah pada bibir Deokseon. “Heeih, eonni... ada apa dengan bibirmu?
Warnanya sangat aneh.”
Dan Jin Joo pun
berlalu meninggalkan Deokseon yang... gak tau mau nerjemahin kayak apa
eskpresinya. Mbeeeeek. Kambing siapa yang
lewaaat barusan?
Taek sekilas
menatap kepergian adiknya, lalu ganti menatap Deokseon. Meneliti bibirnya. “Tidak
aneh!” tegasnya.
HAHAHA
TOLOOOONG... wajahnya itu loooh. Apa ada kata lain dari polos? Bagi Taek, biar
pun seluruh dunia bilang Deokseon jelek, di matanya Deokseon selalu cantik,
selalu. Ada satu terjemahan lain dari sikap ngotot
Taek soal lipstik Lee Young Ae ini. Taek tau Deokseon tidak secantik itu—ia
hanya menerapkan white lies-nya di
sini. Kebanyakan wanita—aku ga bilang seluruhnya, senang dipuji cantik, meski
kadang kenyataannya tidak. Taek tahu itu. Taek tidak ingin menghancurkan kebahagiaan Deokseon soal lipstik itu. Taek ini
sarkas juga ya. Bayangkan jika Junghwan
yang ditanya begitu sama Deokseon... ^^
Bora pulang ke
rumah. Noeul bertanya apakah di luar hujan dan dijawab singkat kakaknya. Noeul
bergumam kalau kakaknya beruntung punya payung, entah dari mana ia
mendapatkannya—instingmu Noeul-ah...
Bora melihat
bibir Deokseon dan kaget. Ia menyuruh adiknya menghapus lipstik yang dipakai
Deokseon. Noeul ngakak sambil memegang perutnya ㅋㅋㅋ
Jujur,
aku setuju dengan Taek. Deokseon cantik. Aku merasa Deokseon semakin cantik
sejak jatuh cinta pada Taek bila dibandingkan dia di tahun 1988.
Deokseon makan
jeruk, dimasukkannya dengan penuh kehati-hatian potongan jeruk itu ke dalam
mulutnya. ㅋㅋㅋ
aku inget banget pertama kali pake lipstik, aku makan persis kayak Deokseon.
Takut lipstiknya terhapus... Deokseon menanyakan keberadaan ayah dan ibunya. Rupanya
mereka di atas—rumah Junghwan. Mereka sedang membahas sesuatu yang sangat
penting, mengenai kepindahan mereka. Deokseon tak menyangka Kim Sajang akan
pindah juga. Tentu saja itu bukan ide buruk mengingat betapa dekatnya mereka. Mereka
akan bosan kalau berpisah satu sama lain.
Ada Lee Moon Sae
Eoraboni-nya Deokseon muncul di tivi membawakan acara mingguan—The Night
Person.
Diskusi soal
pindah rumah masih berlangsung. Il Hwa ingin pindah ke Gangnam, ia ingin hidup
di Gangnam sebelum ia mati. Dong Il menyambut antuasias, ia pun sama ingin ke
Gangnam juga.
“Kau tak bisa ke
Gangnam!” sergah Miran.
“200 juta Won
tak cukup untuk apartemen seluas 20 pyeong
di Gangnam. Jangankan yang baru, bahkan itu tak cukup untuk apartemen tua.”
Kim Sajang menjelaskan.
Il Hwa sadar,
mereka butuh menyisihkan uang untuk keperluan pernikahan dua puterinya. Dengan
sisa uang yang ada, Gangnam bukanlah pilihan yang masuk akal. Miran dan Kim
Sajang mengajak Il Hwa dan Dong Il pindah bersama mereka. Il Hwa kembali
antusias, ia bertanya di mana Miran dan suaminya akan pindah—Il Hwa lupa nama
tempatnya meski sudah diberitahu sebelumnya. Tapi bagi Dong Il tempat itu
sangat jauh. Jika mereka ingin ke Seoul, lebih baik tinggalkan Daejeon. Setelah
dikompori Miran dan Kim Sajang, Dong Il mulai terpikir akan mempertimbangkan
tempat itu. Il Hwa bertanya sekali lagi nama tempatnya.
Bang-yo...
Another
parody ㅋㅋㅋ
Selamat
Tinggal Masa Mudaku, Selamat Tinggal Ssangmundong ㅠ.ㅠ
Keesokan
harinya. Taek menunggu Deokseon di bioskop. Lemah
Hayati ama cowok yang pake baju item.
JIAHAHAHA
beberapa orang mengenal Taek. Waktu menunggu Taek pun berubah jadi acara jumpa
fans dadakan.
Ada yang minta tanda tangan, ada yang minta foto-foto juga. Susaaaah
orang terkenaaaal. Lucu deh liat Taek yang sopaaaan banget sama fansnya. Mikir,
ini Choi Taek atau Park Bo Gum? ㅋㅋㅋ
Ia tersenyum
melihat kedatangan Deokseon. Ganteeeeeeeeeeeeeng.
Mungkinkah Hayati perlu periksa ke dokter ahli jantung, bang. Jantung Hayati
selalu berdegub kenceng tiap liat senyummu bang... atau mungkinkah ini cinta? Tapi kau sudah jadi milik orang lain. Hayati
kudu piye bang *Hayati pun jadi bimbang* ㅠ.ㅠ
Bus yang ditumpangi
Deokseon terjebak macet. Taek lagi-lagi berbohong demi Deokseon—ia bilang baru saja tiba di sana saat Deokseon
bertanya apakah Taek sudah lama tiba. Tolong seseorang kasih tahu Deokseon. Itu,
saking lamanya nunggu sampe ada jumpa fans dadakan, Neng.
Taek dan
Deokseon menonton film-nya Brad Pitt dan Kirsten Dunst Interview with The Vampire—yang diberi tanda italic adalah potongan dialog film yang
sedang mereka tonton. Aku sengaja memasukannya atas nama detail.
“Kau
akan meninggalkan aku untuk Armand jika dia menarik perhatianmu,”
“Tidak
pernah.” Louie menampik yakin.
“Dia
menginginkanmu, seperti kau menginginkannya. Dia menunggumu. Dia menginginkamu
sebagai teman. Dia menunggumu di tempatnya. Menurutnya itu membosankan dan tak
bernyawa seperti yang kita lakukan.
Taek memalingkan
wajahnya, menatap Deokseon dengan tatapan yang... bikin melting. Apa aku perlu jadi Deokseon agar bisa
ditatap kamu, baaaaang. Hayati lelah baaaaaang. Hayati ingin pulang kampung
sajaaaa *HEEEH! Lebaran belum lewat Hayatiiiii* ㅠ.ㅠ
“Kau tahu apa yang jiwanya katakan padaku?
Tanpa sepatah kata?”
Deokseon
menunduk, menatap tangannya.
“Biarkan
aku pergi, katanya...”
“...
biarkan dia pergi,”
Deokseon
tersenyum.
“Itukah
yang harus kulakukan, Louie? Membiarkanmu pergi?”
Deokseon pelan-pelan,
memutar tangannya, ia memberikan sambutan balik pada genggangaman tangan Taek. Ia
tidak akan membiarkan Taek pergi.
“Ayahku,
Louie-ku.... Jangan buat aku... “
Taek dan
Deokseon kembali menatap layar besar, kali ini duaduanya sama-sama tersenyum. Aih.
Scene
ini
menunjukkan betapa cerdasnya Lee Woo Jung dan Shin Won Ho. Sama seperti Forrest Gump, film vampire ini seperti
sengaja dipilih dan dihadirkan sebagai koneksi hubungan Taek
dan Deokseon. Perhatikan detail dialog dan ke mana arah kamera menuju. Hubungan
Taek dan Deokseon sangat kuat. Terlalu kuat malah, yang ke depannya bisa
menjamin bahwa sesulit apa pun masalah yang akan mereka hadapi, mereka takkan
melepaskan tangan satu sama lain. I LOVE YOU, SHIN WON HO! I LOVE YOU LEE WOO
JUNG! Ng, mau tau yang lebih koplak lagi? Dua orang pria di belakang Taek dan
Deokseon adalah manajer Park Bo Gum dan
Hyeri HAHAHAHA. Jadi ngerasa yang ngedate
bukan Deokseon-Taek tapi Bogum-Hyeri.
Jungbong
memilah-milih kaset lagu yang akan diputarnya. Ia menulis note untuk Man Ok-ie.
Ia lalu menelepon Man Ok-ie, ngingetin kalau
tengah malam ini mereka ada janji makan bareng—BGM yang lagi diputer lagunya Bohwal yang juga pernah diputer di Reply
1997 waktu Yoon Jae pergi ke blind date yang diajukan Taewoong dan Yoon Jae malah
bertemu Shiwon di sana. Lagu ini juga pernah dinyanyikan Kim Yeon Woo di King
of Mask Singer.
Kim Sajang
nonton tivi malam-malam. Junghwan bertanya ke mana ibunya. Rupanya Miran sedang
berbelanja bareng gengnya. Kim Sajang minta diambilkan fruit punch ke Junghwan. Niat hati mau melawak di depan Junghwan,
yang terjadi malah Junghwan melarikan diri dari hadapan ayahnya. ㅋㅋㅋㅋㅋ
Junghwan kembali
ke kamarnya dan menelepon Sunwoo. Sunwoo hendak bertemu Bora. Junghwan
mendesis, ia belum terbiasa mendengar Sunwoo memanggil Bora tanpa ‘Nuna’ di depannya. Mereka—gang
Ssangmundong akan bertemu di kamar Taek nanti. Sehabis menelepon Sunwoo,
Junghwan bertanya-tanya di mana Sunwoo dan Bora akan bertemu? Para ibu ngumpul
di mana saja. Sebenarnya Junghwan khawatir mereka tertangkap basah tap beberapa detik kemudian pria itu
menggerutu, terserah. Ia tak mau ambil pusing urusan orang—Junghwan’s style.
Bora dan Sunwoo
bertemu. Pertama yang disinggung Junghwan, lalu Deokseon. Bora tahu kalau Taek
dan Deokseon pacaran ㅋㅋㅋ
Sunwoo bilang, Deokseon itu penuh kejutan orangnya. Dia bisa menjadi orang yang
kikuk, tapi dia juga bisa menjadi orang yang menyenangkan.
“Kenapa kau
lebih tahu adikku lebih dari yang kulakukan?” tanya Bora. Ia dan Sunwoo
sama-sama tertawa. Bora menyuruh agar Sunwoo lekas pergi dari sana. Jika mereka
terus-menerus bertemu di sekitaran situ, mereka bisa ketahuan suatu saat nanti.
Bora menge**p bibir Bora. Bora mendorong mesra kekasihnya. *Diiiih, bisa gak sih ngehargain dikiiiit aja yang lagi jomblooo. Kan
ngeselin banget liatnya* yang nanya loooo siapaaa, Azz sayaaaaang...
Sunwoo hendak
mencium Bora, lagi. Seketika matanya melebar melihat pemandangan di hadapannya
saat itu.
Annyeeoooooong! Emak-emak
yang tadinya haha-hihi mendadak terpaku di tempat. PWAHAHAHAHA.
Bora dan Sunwoo
salah tingkah. Bingung apa yang harus mereka lakukan di situasi seperti itu. Il
Hwa berlari ke arah kanan, Sunyoung ke kiri, Miran mematung tak ke mana-mana.
Il Hwa dan Sunyoung balik ngintip tapi pergi lagi, Bora berlari ke arah tangga,
Sunwoo ke arah berlawanan trus Bora berbalik kembali ke arah Sunwoo menghilang HAHAHA
mana BGM yang diputer mirip lagu game yang dimainkan Yoon Jae cs di rumah
Shiwon.
Dong Il duduk di
depan toko Moosung. Ia menghela napas berat, tertawa pendek. Tawa yang tak
terdengar menyenangkan. Moosung keluar membawa dua gelas minuman hangat. Jadi
berita mengenai Sunwoo dan Bora sudah tersiar ke mana-mana. Gang Ssangmundong
terlalu kecil untuk menyimpan rahasia.
“Kenapa dan
bagaimana semua berakhir menjadi Sung Sunwoo?” ucap Sung Dong
Il getir.
Sunyoung
terbaring lemah, kepalanya dibalut kain putih. Pusing. Hal yang sama terjadi pada Il Hwa.
Topik Sunwoo-Bora
juga ikut menjadi bahasan di meja makan antara Kim Sajang dan Miran. Kim Sajang
terdengar lebih tenang. Bukan berarti Sunwoo dan Bora akan segera menikah. Lagipula,
belakangan ini pernikahan dengan nama depan yang sama sudah tak menjadi masalah.
Sepupu Miran juga melakukannya. Itu karena marga mereka Kim. Marga Kim sudah biasa. Terlalu banyak orang yang
menggunakannya, marga Sung—Bora dan
Sunwoo masih sangat jarang digunakan.
Apa yang sempat
dikhawatirkan Junghwan benar-benar terjadi. Seharusnya Sunwoo lebih
berhati-hati.
Junghwan, Taek,
Sunwoo dan Deokseon berkumpul di kamar Taek. Excuse meeeeeeee, kenapa Taek dan Deokseon harus make baju yang samaan.
Gue gak terimaaaaa *elu siapa, Azz?* ㅋㅋㅋㅋ Wufff,
Taek manly pisaaaan. Hayati jadi susah napaas.
“Bagaimana
dengan Bora Nuna?” tanya Junghwan pada Deokseon.
“Katakan padanya
supaya datang ke sini,” sambung Taek.
Bora tak mau
meninggalkan kamarnya. Jika hal seperti itu terjadi pada Deokseon, Deokseon
bakal lari ke rumah temannya—Piuh, untung marganya Taek, Choi. Sunwoo bahkan sudah menyuruh Bora keluar tapi gadis keras
kepala itu memilih tetap di rumah. Sung Bora sangat kuat.
Dong Ryong
datang belakangan, berita itu sudah sampai padanya juga. Mengapa suasananya
jadi tegang begini? Tanyanya. Bukankah pada akhirnya semuanya akan tahu juga?
Hanya saja timing nya tak tepat saat
itu. Mereka terlalu cepat mengetahui sesuatu yang seharusnya mereka tahu nanti—ketika
semua sudah merasa siap. Apa yang dikatakan Dong Ryong mirip dengan kata-kata
Kim Sajang sebelumnya—banyak orang yang nama depannya sama, tetap bisa menikah.
Orang-orang bilang hukum akan berubah juga.
“Ya,
Deokseon-ie, bagaimana perasaanmu jika punya kakak ipar Sunwoo?” Dong Ryong
tanpa basa-basi langsung bertanya pada Deokseon.
“Ya, apakah kau
akan menikahi Sung Bora?” Deokseon balik bertanya pada Sunwoo. Sunwoo
mengangguk mantap. Dong Ryong tertawa kagum. Ia lalu bertanya bagaimana cara Sunwoo
meminta restu ibunya? Selama ini Sunwoo tak pernah melawan ibunya. Deokseon
mengiyakan—ia lebih mengkhawatirkan Sunwoo ketimbang kakaknya sendiri. Junghwan
turut meningkahi, pasti banyak yang dikhawatirkan Sunwoo sekarang.
Taek beda
sendiri, ia tahu kakak satu bulan-nya
itu akan baik-baik saja. Cieeeee yang ngebela kakaknya cieeeeee.
“Aku akan
bertanggung jawab atas hidupku sendiri, kalian urusi saja hidup masing-masing,”
sahut Sunwoo akhirnya.
Wooooo, Sung Sunwoo!
Ia punya tingkat kepercayaan diri yang mengagumkan.
Sunwoo larut
dalam pikirannya sendiri, malam itu.
Bora tak bisa
menyembunyikan beban pikirannya. Deokseon menepuk bahu kakaknya pelan. “Himnae...” lirihnya. “Jangan membalikan
tubuhnya, ini memalukan.” Deokseon menguatkan kakaknya dengan caranya sendiri.
Bora tersenyum. Kapan lagiiii bisa liat
Sung Sister kayak gini? Gak ada itu aksi saling teriak apalagi jambak-jambakan
rambut.
Miran menanyakan
keberadaan Jungbong pada Junghwan. Kata Junghwan Jungbong akan segera pulang.
Miran menyinggung soal putera tertuanya yang menyerah pada ujian masuk Fakultas
Hukum. Junghwan sudah tahu itu.
“Terimakasih sudah
mengatakannya dengan jujur,” Miran menghembuskan napas berat. Junghwan
memanggil ibunya sebelum perempuan parobaya itu masuk kembali kamarnya. “Apakah
ibu baik-baik saja?”
Miran segera
tertawa kecil menimpali pertanyaan puteranya. Ia baik-baik saja. Dan kita sudah pernah sama-sama menjadi saksi
bahwasanya, kata baik-baik saja yang keluar dari bibir Miran, adalah tanda ia tidak baik-baik saja. Operasi Jungbong, monopause-nya... Dan kali ini, gara-gara
Jungbong lagi.
Jungbong dan Man
Ok-ie menuju tempat mereka janjian makan di tengah malam itu. Jungbong sedikit
merasa tidak enak pada Man Ok-ie, ia masih berpikir kalau pacarnya itu—yang
terbiasa tinggal di rumah mewah tak begitu suka makan dan bepergian di
tempat-tempat semacam itu. Man Ok-ie segera menampik—ia suka. Ia berjanji akan
pelan-pelan memberitahu Jungbong—tentang jati dirinya.
Cieeee Jungbong
ragu-ragu. Ia ingin memegang tangan Man Ok-ie. Setelah beberapa saat tangan
mereka saling bersinggungan, pria itu pun dengan mantap menggenggam jemari
kekasihnya. Man Ok juga menyambutnya. Namja!
Selagi jalan
bersama itulah, Man Ok tersadar kalau jalan yang mereka lewati mengarah ke toko
ayahnya. Dan memang benar, ayah Man Ok sedang melayani seorang pembeli. Ia
hendak menyapa Man Ok ketika dilihatnya puterinya itu. Sedihnya, Man Ok
berjalan cepat—Jungbong sama sekali tak menyadari situasi tersebut. Mereka
sudah agak jauh meninggalkan toko ayah Man Ok, tiba-tiba gadis itu menghentikan
laju kakinya, Jungbong tak bisa menyembunyikan keheranannya. Man Ok hendak melepaskan
tangan Jungbong, tapi dengan sedikit tekanan halus Jungbong menahan agar tangan
Man Ok tidak terkepas dari genggamannya. Diberikannya tatapan lembut pada Man
Ok. Detik itu, Man Ok tahu apa yang harus dilakukannya. Jungbong, dalam
ketidaktahuannya, ia tetap bisa memahami orang
yang dicintainya. I LOVE YOU, JUNG BONG OPPAAAA!
Lagi-lagi Kim
Sajang terbangun dan mendapati istrinya duduk bersandar di lemari. Temaram
lampu yang sama, kesedihan yang serupa membayang di wajah Miran.
“Miran-ah...”
panggilnya pelan. “haruskah kita jalan-jalan keliling kompleks?”
Miran mengangkat
wajahnya.
“Ayo kita cari
angin segar...” kata Kim Sajang lagi.
Jadilah malam
itu, pasangan suami istri itu berjalan-jalan di sekitaran kompleks sambil
berpegangan tangan.
Jungbong lah
yang membuat Miran tak bisa tidur. Ia memberitahu suaminya kalau anak tertuanya
itu menyerah pada ujian masuk fakultas hukum. Kim Sajang tertawa kecil—ia tak
pernah menaruh harapan tinggi.
“Dia bisa
kuliah, entah tes ketujuh atau bukan, aku tak punya ambisi lagi... sama sekali
tak ada. Jungbong hanya agak lambat dibanding anak lainnya. Kurasa Jung Bong
akan menemukan jalannya sendiri.”
Miran sebenarnya
setuju, tapi.... “Dia hanya terlalu lambat!” serunya gusar.
Mereka lalu
duduk di bale yang biasa dipake Taetiseo untuk ngegocip.
Dari Miran
mengalir kisah di masa lalu, ketika itu Kim Sajang bekerja sebagai pengantar
jajangmyeon. Ia melihat Jung Bong dan Junghwan bermain di jalan bersama
teman-temannya. Kim Sajang berniat melarikan diri agar anak-anak tak malu
gara-gara ayah mereka. Tetapi Jung Bong meraih tangan adiknya dan berteriak, ‘Appaaaa!’ dan memeluk ayahnya. Kim
Sajang pulang ke rumah, sambil menangis dan tertawa. Ia menceritakan hal itu
pada istrinya.
“Apakah kau
sebahagia itu?” tanya Miran.
“Ya. Kerongkonganku
kering, bahkan jika kuingat itu sekarang. Kupikir mereka akan malu melihat ayah
mereka memegang jajangmyeon. Mereka bilang, ‘Appaa’ dan berlari memelukku. Mana mungkin aku tak bahagia? Itu
adalah hari paling bahagia untukku....” ucap Kim Sajang haru.
“Anak mana yang
merasa malu karena orangtuanya? Itu anak yang tak sopan!”
“Benar, kan?
Tapi aku perhatikan, dalam hidup, itu tak selalu yang menjadi masalah. Kita
sangat diberkahi.”
“Kita tinggal di
satu ruangan di samping rumah Pak Guru Ryu. Jung Bong terbiasa menangis
sepanjang malam, berteriak kesakitan. Pada hari selanjutnya kita kehabisan
beras. Kadang, aku bertanya-tanya apa sebaiknya kita nyalakan kompor dan mati
gara-gara gas (bunuh diri). Aku punya banyak pikiran negatif. Tapi aku bertahan
hari demi hari dengan melihat wajah anak-anak kita yang hebat. Kurasa aku bisa
bertahan karena mereka. Bukan aku yang membesarkan mereka, merekalah yang
membesarkan aku.”
“Aku
membesarkanmu...” ㅋㅋㅋㅋ
Kim Sajang.
Miran pura-pura
kesal, “aku yang membesarkanmu!”
“Ya sudah, kita
saling membesarkan.”
“Itu
sebabnya kau suamiku...” Miran menyanyikan sepotong lirik. –Lee Woo Jung dan Shin PD, terimakasih untuk
scene mengharukan ini. Air mataku mengalir tanpa sadar. Kita tahu bersama
betapa tingginya angka bunuh diri di Korea Selatan sana, banyak disebabkan
karena depresi atau stres berat yang ditimbulkan oleh tekanan hidup—ekonomi
dll. Melalui scene ini—dialog Kim Sajang dan Ra Miran, Lee Woo Jung ingin
memberikan harapan pada mereka-mereka yang saat ini sedang mengalami getirnya
hidup. Hope. Harapan. Tak ada sesiapun di sini yang ingin menghakimi apalagi
sok tahu mengenai beban hidup yang kamu alami. Tapi, sesulit apa pun itu,
cobalah untuk hidup dengan harapan bahwa esok, hari yang baik akan datang
padamu, dan kamu tak perlu menangis lagi, kamu tak akan lagi tertatih menangkap
asa dengan jaring-jaring kasatmata. Jika kamu merasa tak ada lagi jalan keluar,
ketika kamu ingin mengakhiri hidupmu, paksa hatimu untuk percaya bahwa kamu
hanya perlu hidup hari itu, kamu hanya perlu bertahan hari itu, simpan
pesimismu atau keinginanmu bunuh diri esok hari. Dan jika esok datang kembali,
lakukan hal itu terus-menerus. Karena Tuhan selalu tahu, kamu kuat. Kamu hanya
perlu bersabar menjalani ujianmu. Iya bersabar. Sedikit lagi... sedikit lagi...
Seperti Ra Mi Ran... Lalu pada suatu hari yang lapang, kamu bisa tersenyum
sambil mengenang hari-hari sulitmu. Kau pun bisa berbisik haru pada hatimu, ‘terimkasih
sudah bertahan lebih lama, terimakasih....”
Mengapa
Ra Miran tak kehilangan jati diri meski kini keluarga sudah kaya raya? Tak lain
karena ia menghargai masa lalunya, ia tahu bagaimana sulitnya hidup yang serba
kekurangan itu. Begitulah cara Miran berterimakasih.
Jung Bong
tetaplah Jung Bong yang sama, yang berlari menyongsong ayahnya sewaktu kecil
dulu, ia yang tak sedikit pun tak merasa malu meski ayahnya hanya pengantar
Jajangmyeon. Tatkala Man Ok berbalik dan menarik tangannya kembali ke toko
ayahnya, ketika gadis itu mengenalkan ayahnya pada Jung Bong, Jung Bong tak
kaget sama sekali. Ia memuji ayah Man Ok—yang memulai usahanya dari nol dan
kini telah sukses di bidang tekstil. Jung Bong menyebut ayah Man Ok seperti
Bill Gates—ayah Man Ok mengaku kalau dirinya sedikit lebih baik dari orang
tersebut. Bill Gates dari sono-nya
sudah pandai berbahasa Inggris. Beda halnya dia, yang hanya tahu berbahasa
Korea tapi bisa menjual barang-barangnya hingga ke Amerika dan Jepang.
“—dan lagi,
apakah Bill Gates cuma lulusan SD sepertiku?”
“Dia kuliah di
Harvard,” sahut Jung Bong.
... mbek... ㅋㅋㅋㅋ
Jung Bong segera
mengatasi kesalahan kecilnya dengan
mengatakan kalau ayah Man Ok jauh lebih baik. Suasana pun segera cair. Ayah Man
Ok mengajak mereka makan bersama. Hanya berselang sekian detik, ayah Man Ok
mengerutkan kening.
“Tunggu sebentar.
Kau terdengar tak asing. Pernahkah kita berbicara di telepon? Bukankah pria ini
yang menjadi pacarmu saat di SMA?” tanyanya pada Man Ok.
“Aku sangat
yakin ini suara di telepon itu,” lanjutnya.
Man Ok pura-pura
tak tahu apa-apa. “Di luar dingin. Ayo masuk ke dalam!” Ia menarik lengan
Jungbong.
Jung Bong
akhirnya menentukan pilihan hidupnya. Ia melepaskan ujian masuk fakultas Hukum
dan mulai bekerja paruh waktu. Ia sampaikan seluruh rencana pada kedua orangtuanya.
Keputusan yang kita ambil, harus diikuti
dengan tanggung jawab seutuhnya.
Miran
menceritakan hal itu pada Il Hwa. Il Hwa menyayangkan keputusan Jung bong,
padahal ia cukup yakin Jung Bong bisa sukses suatu saat—dia konsisten dan
gigih. Masalahnya Jung Bong mengambil
kuliah hukum bukan atas dasar keinginannya, di situlah masalahnya ia tak pernah
berhasil. Betul gak? Miran mengajak Il Hwa main Go-Stop, sekalian ajak
Sunyoung. Tapi Il Hwa menolak. Ia belum bisa bertemu Sunyoung dalam situasi
seperti ini. Miran mengomel. Kenapa harus memusingkan nama marga yang sama? Toh suatu saat hukum akan berubah. Jadi, pada saat itu kalau dua orang menikah
dengan Marga yang sama, pernikahan tersebut tak bisa didaftarkan, begitu pun
ketika anak mereka lahir. Il Hwa tak bisa membayangkan jika hal tersebut menimpa
anaknya. Ia bukannya tak menyukai
Sunwoo. Di mana lagi bisa ditemukan anak sebaik dia?
Sunwoo dan Bora
di saluran telepon. Bora akan makan malam bersama temannya yang waktu itu
hendak menjodohkannya dengan Trash Oppa. Sunwoo berjani akan mentraktir temannya
itu sebagai ungkapan terimkasih. Kembali ke topik orangtua. Sunwoo akan
berbicara pada orangtuanya hari ini. Bora jangan melarikan diri lagi. Ia akan
bertanggung jawab sepenuhnya bahkan bila perlu ia akan berbicara pada orangtua
Bora. Bora melarangnya, ia akan mengurus urusannya sendiri.
Setelah memikir
sejenak, Sunwoo memutuskan pulang ke rumah.
Sunyoung dan
Moosung duduk sambil minum teh.
“Taeki, akan
pulang terlambat hari ini kan?” tanya Sunyoung—yang jelas-jelas bukan itu yang
sedang dipikirkannya. Ia hanya sedang mencoba mencari topik yang bisa
mengalihkan kegusarannya.
Ya, kata
Moosung. Taek harus menjalani pertandingan hari ini, esok dan lusa. Dan Sunwoo
membuka pintu di waktu yang nyaris bersamaan. Kedua orangtuanya tentu saja
kaget.
... Sunwoo
meminta restu ibunya. Ia ingin menikahi Bora.
“Sunwoo-ya..”
ibunya mulai bicara. “Jangan terlalu terburu-buru. Bukan maksud ibu tak setuju.
Tapi kamu belum menyelesaikan kuliahmu. Kau harus lulus terlebih dulu. Masih
banyak yang harus kau lakukan. Dan mengenai kau dan Bora saat ini... Perasaan
kalian terlalu menggebu-gebu hingga tak bisa melihat jauh ke depan. Kalian tak tahu apa yang akan terjadi kelak. Jadi,
pelan-pelan saja. Ok? Perlahan... pikirkan dulu.”
“Eomma... Aku pacaran dengan Bora selama
6 tahun. Ini bukan sejenis perasaan yang bisa lewat begitu saja. Dan aku datang
berbicara pada ibu bukan karena aku ingin menikah sekarang juga. Aku ingin
pacaran dengan Bora dengan memasukkan pernikahan ke dalam rencana masa depan
kami. Pertama aku ingin meminta restu ibu dulu, agar kami bisa resmi pacaran.”
Sunyoung
terlihat sedih...
“Ibu... hingga sekarang, aku tak pernah
melakukan sesuatu yang ibu larang. Bahkan dengan teman kuliahku, jurusanku,
kulakukan semua yang ibu inginkan. Aku tak menyesali apapun. Tapi pernikahanku,
setidaknya aku ingin melakukannya dengan orang yang kucintai.”
Sunyoung menarik
napas panjang dan menghembuskannya. Moosung tak mengeluarkan komentar apapun. Ia
diam menyimak.
“Ibu.. tidak bisakah ibu melepaskan apa yang
ibu rasakan sekarang? Sekali ini saja...”
Sunyoung
membisu. Ia menundukkan wajahnya. Sunwoo sedih melihat respon ibunya. Ia ganti
menatap Moosung. Pria yang kini telah menjadi ayahnya itu, memberikan isyarat
berupa anggukan kecil—ia akan mengurus sisanya. Mungkin itu yang ingin
dikatakan pada puteranya. Choi Appa,
saranghae~yo...ㅠ.ㅠ
Sunwoo beranjak—ia
akan kembali ke rumah sakit.
Moosung berusaha
menengkan istrinya.
Sudah saatnya
Junghwan kembali ke Sacheon. Miran tergesa menghampiri anaknya.
“Kunci mobilmu?
Hati-hati menyetir.”
Ayahnya juga
ikut mengingatkan. “Jika kau mengantuk, istirahatlah di rest area. Ok?”
“Kalian selalu
begini setiap kali aku di sini. Aku di sini setiap waktu. Apakah aku tamu atau
semacamnya?” sela Junghwan.
“Anak-anak menjadi tamu ketika mereka
beranjak dewasa...” kata Miran.
Begitu Junghwan
menghilang di balik pintu, Miran tak kuasa menahan air matanya. Kim Sajang
merangkulnya. ㅠ.ㅠ
Dalam
perjalanannya Junghwan melihat Sunwoo minum sendirian di warung tenda. Ia
sejenak ragu, menimbang-nimbang apa yang harus dilakukannya. Junghwan menengok
jam tangannya, menggenggam kunci mobilnya.
Junghwan
mengambil keputusan tepat—sesuatu yang tidak biasa ia lakukan. Ikut campur
urusan orang lain. Malam itu Junghwan menemani Sunwoo—sahabat karibnya,
minum-minum. Tak ada kata-kata. Begitulah adanya pria, jauh berbeda dari perempuan
hehe. Junghwan bahkan berbohong kalau mobilnya rusak. Ia akan naik bus ke
Sacheon. Saranghaeyo, Junghwan oppa.
Moosung dan
Sunyoung terlibat percakapan panjang sebelum tertidur.
“Sunyoung-ah...
aku mengatakan ini dengan mudah bukan karena dia bukan anak kandungku. Jangan
salah paham dan dengarkan aku dulu...” kata Moosung memulai.
“Taek, saat Taek
pertama kali bilang ingin bermain baduk, kau ingat betapa aku sangat
menentangnya?”
“Ya, aku
mengingatnya. Bora Appa ke klub Baduk dan dia ingin mendaftarkan Deokseon. Tapi
Deokseon, gadis itu terus mengejar truk sterilisasi setiap waktu. Makanya
Taek-lah yang akhirnya ikut bersamanya. Kalau dipikirkan, hidup memang aneh.
Pasti.”
“Bora Appa
mencoba meyakinkanku agar Taek menjadi Cho Hoon Hyun kedua. Jadi kubiarkan dia
melakukannya, hanya sebulan. Tapi, Ya Tuhan... aku merasa dia telah menyerahkan
hidupnya pada papan baduk. Itulah sebabnya hari itu, aku membuang papan baduk
dan semua batunya. Lalu, mungkin sehari setelahnya, kukira dia tidur jadi
kubuka pintu. Taek di kamarnya, diam-diam memandang papan baduknya. Aku sudah
membuangnya, dia mengambilnya kembali. Dia ketakutan, dia pikir akan mendapat
masalah. Matanya sangat kaget. Bahkan
saat itu, dia berusaha keras agar tak kehilangan papan baduknya. Bagaimana bisa
aku menang melawan anak seperti itu? Hari itu, aku memaksa menutup mataku. Kubiarkan
dia main baduk. Aku tak punya cukup keyakinan untuk mendukungnya dalam baduk. Aku
ingin anakku hidup normal. Tapi aku sadar itu semua adalah keserakahanku
semata. Anak-anak tak akan melakukan apa
yang kita—orangtua inginkan mereka lakukan....
Apakah kau pikir
kau bisa mengalahkan Sunwoo?”
Sunyoung tertawa
pahit. Tak menjawab apa-apa.
“... Bahkan jika
kau menang, apakah itu kemenangan yang sesungguhnya? Orangtua tak bisa
mengalahkan anak-anaknya. Dia—Sunwoo tak mengatakan hal yang salah. Tak sepatah
kata pun.”
Aku
tahu Sunyoung, jauh di dalam hatinya ingin meluluskan keinginan puteranya.
Seorang ibu, di mana pun dia, selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya.
Sunyoung hanya mengkhawatirkan bila nanti Bora dan Sunwoo menikah—dan hukum tak
berubah sama sekali, ia tak kuasa membayangkan anak, menantunya dan
cucu-cucunya dianggap tak sah di lingkungan karena pernikahan mereka tak
terdaftar.
Pada waktu yang
hampir sama, Sung Dong Il dan Lee Il Hwa bersiap-siap untuk tidur ketika
terdengar suara Bora. Kepulangannya yang tak biasa—malam mulai larut saat itu,
tak ayal membuat ibu dan ayahnya bertanya-tanya.
Suasana yang
sama juga terjadi di rumah Bora seperti yang baru saja dilewati Sunwoo. Bora,
tanpa basa-basi langsung mengutarakan keinginannya menikah dengan Sunwoo dan ia
meminta restu kedua orangtuanya.
Il Hwa menghela
napas, “kau tak bisa melakukannya. Kalian berdua memiliki nama depan yang sama.
Jika kalian bersikeras menikah, pernikahan kalian tidak bisa didaftarkan.
Kalian akan dianggap kumpul kebo! Andai
nenekmu masih hidup, dia akan pingsan mendengarnya! Itu benat-benar tidak boleh
terjadi!”
Bora menoleh
pada ayahnya. “Ayah? Bagaimana dengan ayah? Apakah ayah juga berpikir begitu?”
Dong Il hanya
membuang napas tanpa berkata sepatah kata pun.
“Ini bukan
karena kalian tak menyukai Sunwoo, kan?”
“Masalahnya
bukan Sunwoo, siapa yang bilang dia masalahnya?” sela ibunya.
“Lalu, apakah
karena dia lebih muda dariku?” ucap Bora lagi.
“Aigo, ibu dan
ayahmu tak sekolot itu.”
“Lalu, hanya
karena hukum? Kalau tak ada masalah hukum, apakah kalian akan memberikan restu
pada kami?”
Dong Il dan Il
Hwa menatap Bora.
“Tahun depan,
mereka akan mengijinkan pernikahan dengan nama depan yang sama. Kongres sedang
menyiapka rancangannya,” kata Bora melanjutkan.
“Lalu, apakah
kau akan hidup bersama dengannya satu tahun? Bagaimana kalau kalian memiliki
anak? Kau bahkan tak bisa mendaftarkan kelahirannya! Apa yang akan kau lakukan
nantinya?” suara Il Hwa meninggi.
“Tahun depan,
mereka akan sementara mengijinkan pernikahan ini. Dan ada diskuis untuk
mengijinkan menjadi permanen. Itu sudah pasti. Aturan yang melarang pernikahan
dengan nama depan yang sama takkan berlaku lagi.”
Bora tersenyum
sambil mengatakan ini, “ aku dan Sunwoo tak bisa segera menikah. Tahun depan,
saat pelatihanku selesai, dan Sunwoo menyelesaikan tahun keempatnya... kami
akan menikah setelah itu. Takkan ada lagi masalah hukum. Apakah aku pernah
mengecewakan kalian? Aku bisa hidup bahagia bersama Sunwoo...”
Raut muka Bora
perlahan menjadi sedih, “Ibu... Ayah... percayalah padaku, kali ini juga.”
Baik Il Hwa dan
Dong Il tak ada satu pun dari keduanya yang menyela ucapan Bora. Mereka hanya
menarik napas panjang.
Sepeninggal
Bora, hanya ada Dong Il dan Il Hwa di tempat yang sama. Duduk diam dalam
hening.
“Aigooo...” Il
Hwa yang pertama bersuara. “Aku penasaran putera siapa dia... dia benar-benar
cerdas.”
Dong Il, entah
jenis ekspresi macam apa yang diberikannya.
Ssangmundong
siang hari. Lorong terlihat sepi ㅠ.ㅠ
Sunyoung
memasuki rumah Kim Sajang dengan langkah-langkah cepatnya sembari merapatkan
sweater-nya. Di luar dingin—pertengahan musim dingin, ia heran kenapa pintu
dibiarkan terbuka. Miran sedang menyiapkan makanan.
Santai saja Sunyoung
mencomot makanan di atas meja dan memakannya.
“Di mana
suamimu?” tanya Miran.
“Dia akan segera
ke sini,” sahut Sunyoung. Ia mencari-cari kimchi. Miran bilang mereka bisa
menggunakan bumbu. Tapi bagaimana pun mie butuh irisan kimchi biar terasa lebih
enak! Begitu bantahan Sunyoung.
Di pintu
terdengar suara yang tak asing lagi; Il Hwa. Ia datang bersama kimchi. Terlihat
nyata betapa Sunyoung dan Il Hwa merasa kikuk satu sama lain. Miran juga
melihat itu. Dia lah yang mencairkan suasana dengan menyuruh Sunyoung mengambil
mie-nya. Sambil menyiapkan makanan dan sup, Miran menyinggung soal Cha In Pyo
dan Shin Ae Ra yang akan segera menikah—dua artis yang sedang naik daun saat
itu. Bukankah In Pyo akan segera wamil?
“Mereka akan
menikah setelah In Pyo Oppa keluar
wamil. Aku tahu ada sesuatu di antara mereka sejak Star in My Heart. Tatapan matanya bukan akting semata.” ㅋㅋㅋ
Sunyoung Eomma mulai lagi deh.... Mungkin kita bisa minta beliau menilai akting Bogum dan Hyeri,
apakah mereka sekadar akting atau.... ㅋㅋㅋ
I’ll stop here. Oya kalo ga salah film Star in My Heart pernah nongol di Reply 1997.
“Kenapa dia Oppa-mu?” cetus Il Hwa tersenyum.
“Karena dia
tampan.” Sunyoung menertawakan jawabannya sendiri. Lia mana Liiiaaaa! Liaaaa eodini? Menurut Sunyoung eomma kita bisa
manggil Oppa ke Bogum. Kenapa? Karena dia tampan. PWAHAHAHA.
“Haruskah aku
meletakkan banyak kimchi di mie-mu?” tanya Sunyoung pada Il Hwa. Tak ada lagi
sisa awkward di antara keduanya.
Miran tersenyum.
“Aigooo, kenapa
anak laki-laki tak datang ke sini?” desah Il Hwa.
“Anak laki-laki?”
Miran heran.
“Kau tahu...
laki-laki penjaga toko jam, The hanil
bank boy...”
Seketika Miran
terbahak mendengar kata-kata Il Hwa.
“... Kim Sajang,”
Il Hwa menutup candaannya. Sunyoung juga tak bisa menahan tawanya.
... Dan Taetiseo-nya Ssangmundong pun kembali
akrab seperti biasa. ㅠ.ㅠ
Para ayah
ngumpul di kamar Kim Sajang. Kim Sajang mengeluhkan betapa sepinya kompleks
mereka. Anak-anak sudah dewasa dan mereka semua pergi.
“Di mana Jin
Joo?” tanya Kim Appa.
“Dia di sekolah,”
sahut Choi Appa.
“Kalau tak ada
Jin Joo, tempat ini bakal jadi panti jompo,” sambung Sung Appa. Ia lalu
menanyakan ke mana Taek, ia tak melihatnya sejak kemarin hingga hari ini. Apakah
ada pertandingan besar?
“Dia akan memulai
kompetisi baru,” Choi Appa menjawab.
“Ini?” Kim Appa
menunjuk mie bertabur kimchinya ㅋㅋㅋ
“Benar. Kau
harus makan yang banyak, tumbuh besar dan menangkan sesuatu.” Sung Appa
pura-pura kesal. Ia kembali ke topik soal Taek. “Saat aku melihat Taek,
wajahnya terlihat sangat lelah.”
Choi Appa
mendesah, “lalu mengapa kau harus membuatnya setertarik ini—pada baduk.”
Sung Appa
membelalakkan matanya. “Apa yang sedang kau bicarakan?”
“Bora aboeji, apakah kau sedang mengalami
monopause juga? Kau kehilangan memorimu,” pungkas Kim Appa
Sung Appa
ngedumel. HAHAHAHA Sung Appa gak inget kalo beliau-lah yang pertama kali
mengenalkan baduk pada Taek.
Sung Noeul
berteriak memanggil ayah dan ibunya dari luar.
“Eomma! Appa! Taek terkena skandal pacaran!” begitu
bunyi teriakannya.
Seluruh ayah dan
ibu berkumpul dengan Noeul bertindak sebagai narasumber LOL. Ia mengangkat
sebuah surat kabar yang sepotongnya menampilkan Taek yang sedang tersenyum—maniiiiiiis *gue emang ngebiiiaasss
abiiiissssss mau apa loo? ㅋㅋㅋㅋmianhae.
“Ini salah satu
sisi fotonya.”
Para Appa dan Eomma mendekatkan wajah pada surat kabar yang disodorkan Noeul.
“Dengan siapa?”
“Apakah dia
seorang aktris?”
“Jangan kaget,”
Noeul sok tegang.
TADAAAA! Noeul
membentangkan surat kabar dan terlihat siapa gerangan gadis yang menjadi
pasangan kencan Taek. Deokseoniiiiiiiiii! ㅋㅋㅋㅋㅋ
“Keren, bukan?
Bukankah ini mengejutkan?”
Sepersekian
detik kemudian serempak para Appa dan
Eomma menggeleng tak percaya.
“Ayolah, itu
pasti kesalahan.”
“Kau berlebihan.”
“Mereka sering
berpegangan tangan,” tepis Il Hwa.
“Ya, tapi
Deokseon terlihat cantik di foto,” Sunyoung memuji Deokseon.
“Mereka sering
menonton film bareng juga, “ kali ini Choi Appa yang berkomentar.
“Puteriku
terlihat manis. Cantik,” ucap Sung Appa bangga.
“Mereka biasa
mandi bareng saat kecil dulu... itu bukan sesuatu yang baru. Apa yang inging
dilakukan penulisnya?”
BHAHAHAHAHA jadi
Deokseon dan Taek.... HAHAHAHA
Noeul gregetan
dan stres sendiri. Dia yang tadinya pengen bikin surprise malah dibikin
kehilangan kata-kata melihat reaksi biasa-biasa para orangtua. Mbeeeeek. Punteeeen, embek mau lewaaaattt
Okeh,
Azz mau ngomenin ucapan Choi Appa mengenai Taek yang akan memulai kompetisi
baru. Seraaah ya mau bilang saya lagi bikin teori baru apa gak, aku melihat
kaitan kompetisi baru yang dibilang
Choi Appa dengan hubungan Taek-Deokseon yang telah memasuki fase baru. Aku jadi
benar-benar ingin mempelajari baduk karenanya.
Menurutku, bukan sebuah kebetulan yang
biasa Lee Woo Jung memasukan baduk sebagai central utama cerita. Step by step-nya. Mungkin dengan mengerti dan memahami
pola permainan baduk kita bisa semakin mendalami perjalanan hubungan Taek dan
Deokseon—dan Reply 1988 secara umum. Di antara para orangtua, aku yakin Choi
Appa sudah tahu hubungan puteranya dan Deokseon—beliau sudah tahu bahkan jauh
sebelum tahun 1988 kalau Taek menyukai Deokseon bukan semata karena mereka
berteman. Dan Kompetisi Baru, gak lantas menjadikan Taek dan cintanya sebagai
ajang kompetisi. Ini hanya metafora ya jangan diambil hati apalagi diambi
pusing ntar kamu gak enak makan. Kan kaasiiiaaaan kamu-nyaaaa gitu.
Taek
dan Deokseon terbiasa mandi bersama saat kecil—bisa kalian bayangkan betapa
dekatnya mereka... sampe terbiasa mandi bareng—WAKTU KECIL YAAA BUKAN PAS GEDE!
PIKIRANNYA JANGAN KE MANA-MANA TEMAN-TEMAN....
HALOOO ㅋㅋㅋㅋ
Baduk
centre. Dan ada Deokseon di parkiran lengkap dengan seragam
pramugarinya sedang menunggu Taek. Ada surat kabar yang sama seperti milik
Noeul, terselip di tangannya. Deokseon terlihat resah.
Direktur datang
dan senang melihat Deokseon di sana. Begitu pula halnya Deokseon. Ia
memberitahu kalau Taek sudah selesai dengan pertandingannya. Ia akan segera
keluar. Pertandingan hari itu berjalan 13 jam. 13 jam=13 episode. Hitung mulai episode 6 hingga episode 19. Meskipun
Taek terlihat lelah, ia bisa menang dan mengalahkan lawannya.
“Dia menderita,
ia pantas mendapatkannya.”
Deokseon tak
paham apa maksud Direktur.
“Kekasihnya
datang dan menunggunya.”
Jadi Taek sudah
memberitahu dua orang penting di Pusat Pelatihan Baduk soal hubungannya dengan
Deokseon. Namja!
“Terimakasih,”
ucap Direktur tulus dan lega.
“Untuk apa?”
tanya Deokseon.
“Hanya...
terimakasih,” dari ucapan Diretktur, aku curiga beliau tahu lebih banyak apa
yang terjadi pada Taek dalam rentang waktu setelah pembatalan nonton bareng di
episode 16 oleh Taek hingga di tahun 1994. Taek pasti sangat menderita. Lebih
dari yang kita bayangkan. Direktur mengingatkan agar Deokseon dan Taek lebih
berhati-hati terkait dengan skandal yang muncul hari ini. Taek tahu dari
wartawan setelah pertandingan. Lebih baik mereka mengakuinya ke semua orang. Toh
semuanya benar. Direktur menyerahkan kunci mobil pada Deokseon.
Tak lama
berselang, Taek muncul dari belakang. Dipeluknya pinggang Deokseon sambil
menjatuhkan wajahnya di bahu gadis itu.
“Ini bukan
mimpi, kan?” tanyanya pelan.
Deokseon memutar
wajahnya hingga menghadap Taek sepenuhnya.
“Pertandingan
baduk macam apa sampai 13 jam?” cetusnya.
“Aku tahu...”
sahut Taek. Duh.... Bang jangan bikin
Hayati pengen meluk guling lagi deh.
“Kau sudah
bekerja keras,” kata Deokseon.
Taek mengangguk.
“Ya. Kau juga.”
Kita—Suntaek
Shipper juga.
Taek
merentangkan tangannya dan segera disambut Deokseon. Mereka berpelukan... di
parkiran. *sepak guling*
Duh
udah masuk scene di mobil. Aku rada-rada mengalami yang namanya tekanan batin. Keinget
rikues di grup LINE ㅋㅋㅋㅋ.... Aku orangnya konservatif. Maaf jika detail-nya tidak sesuai harapan ㅠ.ㅠ
Taek dan
Deokseon masih di dalam mobil. Deokseon duduk di kursi sopir. Itu, Taek-nya
kenapa manyun gitu?
“Lakukan seperti
yang aku katakan, ok?” pinta Deokseon. “Dua keluarga sedang kesulitan dengan
Sunwoo dan Bora. Kalau mereka tahu hubungan kita, mereka bisa trauma.”
Taek diam saja. Tapi
jelas sekali ia tak setuju.
“Jadi, bilang
pada mereka kalau skandal di surat kabar hari in tidak benar. Ok?”
“Tidak mau. Aku
tak mau berbohong.” Taek memalingkan wajahnya pada Deokseon. “Aku sudah
menyimpannya selama 6 tahun—kebohongan.
Aku tak mau melakukannya lagi.
Deokseon
memajukkan sedikit badannya. Ia memelankan suaranya. “Begitu waktu berlalu,
kita bisa melihat situasi dan memberitahu mereka—orangtuamu dan orangtuaku. Mereka
yang akan lebih mendengarkan kita. Tapi sekarang... sekarang bukan waktunya.”
Melihat Taek
yang tak tergugah sama sekali, Deokseon kembali menyandarkan tubuhnya ke sandaran
kursi mobil. “Aku yakin perasaanku takkan berubah. Bagaimana denganmu?”
Taek menatap
Deokseon. Suer tatapannya serem kayak
orang lagi marah besar ㅠ.ㅠ
ㅋㅋㅋㅋ Noeul sebagai
narasumber duduk di tengah-tengah. Para orangtua masih berkumpul di rumah Kim
Sajang.
“Kau setidaknya
bertanya padanya,” usul Miran.
Sunyoung
menampik sambil tertawa, “ tak bisa, itu tak boleh terjadi—hubungan Taek dan
Deokseon.”
Noeul masih
ngotot juga kalau itu benar. Ada yang sesuatu di antara mereka berdua. Sung App
sampai berteriak saking kesalnya dengan kengototan putera bungsunya.
“Berhenti bicara
aneh!”
“Apakah kau
ingin melihat ibumu pingsan? Tutup mulutmu.” Il Hwa kesal. “Sudah cukup
berurusan dengan nama depan. Aku tak mau ada masalah dengan dua menantu dari
satu keluarga. Kalau pemakaman ibumu
sudah siap, teruslaj menyalak.” Il Hwa pun segera bangkit.
Noeul dalam
bisiknya masih keuhkeuh. Mungkin Nisa perlu ngasih pukpuk ke Noeul. Nisa
yang mana aja ㅋㅋㅋㅋ
Saatnya pulang
ke rumah masing-masing. Saat Keluarga Choi dan Keluarga Sung keluar dari rumah
Kim Sajang, pintu gerbang dibuka dari luar. Deokseon muncul disusul Taek. Makin
semangatlah Noeul karenanya.
“Lihat! Lihat! Ada
yang berbeda di antara mereka!”
“Kenapa kalian
bisa pulang bersama?” tanya Sung Appa.
Deokseon
terlihat gugup, sebaliknya Taek tampak tenang.
Il Hwa
menanyakan perihal artikel di surat kabar hari ini. Itu tidak benar kan? Choi
Appa juga bertanya hal yang serupa pada anaknya. Artikelnya salah, kan? Kalian tak
pacaran kan? Sunyoung menambahkan pertanyaan.
Taek masih belum
menjawab. Deokseon menatapnya dengan sorot mata yang bisa dibilang sedih juga
khawatir. Insecure. Dan Taek
jelas-jelas bisa membaca itu.
“Itu tidak
benar. Kalian tahu bagaimana hubungan kami.”
Mendengar
penjelasan singkat Taek, seluruh orang melempar desah kelegaan dengan kompak—kecuali
Noeul. Mari kita pukpuk masal dia!
“Apakah hubungan
kami seperti akan berubah?” Taek bertanya.
“Benar. Benar. Kalian
berdia sudah lama saling mengenal....” sela Kim Appa.
.... Aku
sukaaaaaaa sekali gestur yang samar
diberikan Deokseon pada Taek—senyum kecil di bibirnya. Dan Taek yang seolah
bilang, ‘kau bisa memercayakannya
padaku....’ ㅠ.ㅠ *Hayati cemburu....*
Flashback
di mobil
“Aku percaya
padamu. Apakah hubungan kita akan berubah dengan mudah? Aku takkan berubah.”
Wajah Taek yang
tadinya super duper serius, berubah rileks. Ia tersenyum.
“Jadi mari kita
cari waktu yang tepat untuk memberitahu mereka. Ok?”
Taek masih berat
hati. Dihelanya napas panjang seraya melungsurkan tubuhnya. Bibirnya manyun. Taeki manyun itu, gemesnya berkali-kali
lipat. Jadi pengen nyulik trus dibawa ke KUA. ㅠ.ㅠ
“Aku akan
memberikan hadiah untukmu...”
Taek menoleh.
Deokseon memajukkan badannya.
“Saranghae....” suaranya lembut, tulus,
dan jujur.
TAEK! TAEK-NYA
MELELEH DENGER DEOKSEON BILANG SARANGHAE! Marahnya hilang, diganti senyum. Jadi
kalo Taek lagi ngambek, Deokseon Cuma perlu bilang saranghae ke dia. Gampaaaang.
Dan.... dan
setelah ucapan saranghae keluar dari
bibir Deokseon, Taek menatap Deokseon dengan tatapan yang hm... sedikit liar, naughty dan mupeeeng *dihajar fans Taek*
tatapannya bikin matik. *telepon 112*
Tuh kaan tuh
kaaaaaaaaaaaan gue bilang apaaaaah! Taek memajukkan wajahnya, mendekat pada
Deokseon. Mau ngapain lagi kalo bukan nge-kiss!
Ih Taeki nakaaal! Maen nyosor.
Deokseon menarik
sedikit wajahnya. Tersenyum manis. Setelah jeda pendek Taek lanjut mencium
Deokseon. Aku mau jujur di sini, aku bukan penonton drama yang menonton semua
kiss scene di drama yang kuikuti. Banyak sekali di antaranya yang aku skip karena aku gak berani liat atau ga
nyaman nontonnya TAPIIIIIIII, kiss scene antara Taek dan Deokseon masuk
pengecualian bagiku. Entah karena sinematografi dan background music-nya yang
padu padan dan cara kedua aktor mengeksekusi scene ini yang bikin aku
menyukainya. Fakta kalau Bogum-Hyeri—Taek dan Deokseon menikmati kiss scene tidak bisa dipungkiri. Aku tidak
tahu apakah di skrip tertulis Taek harus memegang wajah Deokseon saat
menciumnya ataukah itu atas inisiatif Shin PD ataaaauuuu gerakan refleks dari
Taek sendiri karena di kiss scene di hotel, Taek juga memegang wajah Deokseon.
Soal bunyi yang keluar pas adegan ini, aku 100% yakin itu asli. Saking
menghayatinya kaleeeeee PWAHAHAHAHA.
.......
2016, Deokseon
sedang melakukan wawancara. Ia menceritakan bahwa pada masa itu, dua menantu
dengan satu keluarga lebih buruk dari nama depan yang sama. Ia dewasa dengan
cepat dan Taek hanya bermain baduk ㅋㅋㅋ
Ia harus
berbicara padanya, meyakinkan dia untuk tak mengumumkan hubungan mereka. Ia dan
Taek pacaran sekira dua tahun lalu menikah (berarti mereka menikah di tahun
1996, setahun setelah Sunwoo dan Bora).
“Aku sibuk, dia
juga. Kurasa, sekira dua bulan, pertemuan kami sangat singkat. Dan untuk
pacaran... kami melakukannya di jalanan kompleks.”
Deokseon mau berangkat kerja, Taek-nya baru bangun tidur....
Deokseonnya udah mau bobo, Taeknya baru pulang. Jadilah mereka hanya bisa keliling kompleks malam hari.
“Kami tak
melakukan sesuatu yang spesial ketika pacaran. Kami seperti pasangan lainnya. Bisa
dibilang kami mengikuti adegan di film dan acara TV....”
Deokseon yang
lagi asik karaokean harus berhenti gara-gara Taek nongol. HAHAHA. Deokseon
segera mengejar Taek.
“Hey, heiii
heiiiiiiiiiiii, Taek-ah! Kalau aku minum dan pesta lagi, aku bukan Sung
Deokseon. Aku akan jadi puterimu!” LOL ucapan Deokseon mirip ucapan ayahnya
saat sekeluarga nonton acara tv—yang Sung App gagal mulu tebakannya.
“Kau sengaja
begini untuk membuatku marah? Sudah kubilang aku tak suka!” Taek benar-benar
kesal....
Deokseon
mengejar Taek, sampe keseret gitu karena berusaha merayu Taek.
Pada hari yang
lain, giliran Taek yang kena omel Deokseon. Pasalnya, Taek dengan mudahnya
meminjamkan uangnya pada rekannya. Sorry, tapi aku bukannya kasian liat Taek
tapi malah ngakak. Lucu bangeeeeet.
“Berapa banyak?”
Taek mengangkat tiga jarinya.
“Kau ingin mati?”
bentak Deokseon. “kau pikir 30 juta Won itu main-main? Kau biarkan orang pinjam
30 juta Won?”
“Sudah cukup...”
Taek ingin mengelak. Ia bangkit namun segera ditahan Deokseon. Ia pun duduk
kembali. Pukpuk...
“Siapa
dia? Sebutkan namanya.”
“Cuma seseorang.
Rekan yang latihan denganku...Kau tak mengenalnya.”
“Berikan aku
nama! Siapa namanya?!”
“Dia akan
membayarnya, segera...”
“Sebutkan
mananya!!” suara Deokseon makin meninggi.
Taek memegang
dadanya. Kaget. Mirip Jungbong jadinya HAHAHAHA
Nah.
Asal muasal kenapa Taek bisa tahu soal Deokseon yang ditolak Sunwoo saat salju
pertama turun.
Deokseon
membuka-buka buku diari lamanya. Tangannya terhenti di tulisan tentang kartu post
untuk Sunwoo yang dikirimkan ke radio. Deokseon menyobeknya. Setelah kebingungan
beberapa saat, ia memutuskan membuangnya ke tenpat sampah. Ia bergidik ngeri
sendiri, tak percaya ia pernah se-alay itu. Tahu-tahu Taek muncul dari belakang
dan merebut potongan kertas tersebut dari tangan Deokseon.
“Kau membacanya?”
“Tidak. Aku tidak
bisa membacanya.”
Deokseon
menyuruh Taek segera masuk. Ia pun lantas berlari pulang ke rumahnya. Pandangan
Taek tak tertebak.
Apakah Taek
membacanya? Dia membacanya. Karena beberapa saat kemudian, Sunwoo baru kembali
dari rumah sakit. Taek menyambutnya dengan tepukan keras di punggungnya. Sunwoo
yang kelihatan separuh sadar separuhnya mengantuk meringis kesakitan.
“Lama tak
keliatan...” kata Taek dengan poker face-nya.
“Sakit! Mengapa kau
lakukan itu?”
“Karena aku
terlalu bahagia melihatmu...” Taek berlalu sambil tertawa BAHAGIA. IYA.
BAHAGIA.
2016, giliran
Taek yang diwawancara.
Ia ditanya apa bagian terbaik dari hubungannya dengan
Deokseon—efek baiknya.
“Aku berhenti
minum obat tidur sejak aku pacaran dengannya.” Taek meneguk minumannya dan tak sengaja mencipratkan ke bajunya. Inget gak scene di pantai? Taek melakukan
hal yang sama. Kayaknya ini jadi bagian kebiasannya deh.
Ia lalu ditanya
kapan dia mulai menyukai Deokseon. Ia tidak mengingatnya. Taek tertawa karena
Deokseon bilang di tahun 1989.
Musim
gugur 1978...
Musim
gugur 1979....
Luka di kening Taek, itu gara-gara Deokseon yang mengajaknya main gulat HAHAHA.
Scene
di pantai, Deokseon menunjukkan reaksinya saat Taek melindunginya dari bola.
“Aku
menyukai Deokseon, bukan sebagai teman, tapi sebagai wanita...”
Dan
tibalah hari paling bersejarah itu...
Deokseon
menatap sesuatu di tangannya.
“Ini
apa?”
“Kura-kura,”
sahut Taek.
“Apa
artinya?”
“Cinta
abadi...”
“Kau
bilang kau mau melamar... apakah ini akhirnya?”
“Bukan...”
Taek seperti kebingungan sendiri. Ia lalu menatap Deokseon, senyum kecilnya
terbit. “Deokseon-ah...” panggilnya.
Deokseon
menoleh.
“Saranghae....”
Taek. Ngomong. Saranghae. Dan. Tawa kecil. Yang. Muncul. Setelahnya.
Sooooooooooo romantiiiiiiiiiiiiiic. Simple, tapi tulus. Itu yang penting. Deokseon
ikut tertawa jadinya—yang nonton juga, tertawa sambil menyepak guling.
=Bersambung
ke part 2
***
Pelajaran moral
yang bisa diambil dari Sunwoo dan Bora, bagiamana mereka menghadapi dan
memenangkan hati kedua orangtua masing-masing. Benar, mereka merasa yakin
dengan pilihan hidup yang akan mereka tempuh, tapi tidak lantas itu membuat
mereka jumawa dan egois menghadapi orangtua mereka. Siapa yang tidak Sung Bora
di Ssangmundong? Si keras kepala yang teguh pada pendiriannya. Tapi, begitu
menemui ayah dan ibunya, Bora melakukannya penuh kehati-hatian dan penuh
penghargaan. Ia utarakan maksudnya, ia dengarkan dari sisi ayah dan ibunya.
Bora sudah tahu apa yang akan dilakukannya, tapi untuk bisa melakukannya
terlebih dahulu ia harus tahu apa yang membuat kedua orangtuanya tak sependapat
dengan keinginannya. Tak selamanya, semua harus diraih dengan kengototan. Mendengar
pendapat pihak lain juga perlu. Tanggung jawab, setelah keputusan diambil,
bertanggung jawablah atas itu. Kau sudah tak punya hak menyalahkan sesiapa jika
pada akhirnya keputusan yang kau pilih—misalnya keliru.
Pun jika kedua
orangtua kita keliru menilai sesuatu, kita tak punya hak menghakimi mereka
karena itu. Percayalah, selalu ada jalan untuk menyampaikan pendapat atau kebaikan
pada orangtua kita—bukan karena kita yang lebih tahu. Jangan pernah sekali-kali
bersikap sok tahu di hadapan mereka, itu pasti akan sangat melukai. Cara
terbaik untuk bisa nyambung dengan ibu-bapak—dan orang lain pada umumnya.
Perbanyak diskusi, sharing, sesering yang kita bisa. Pelan-pelan bangun
pondasi. Kelak, tembok yang menghalangi kita akan runtuh tanpa kita sadari.
Kedekatan tidak dibangun dengan instan tapi dengan komunikasi yang intens.
Salah satu yang
paling mengharukan dari Reply 1988 adalah kumpul bersama dan tukar-cerita yang
mengikutinya. Sebab itulah tak ada yang namanya rahasia pribadi di sana—kecuali
kamu menyimpannya rapat untuk dirimu sendiri ㅋㅋㅋㅋ
Saya di usia 18
adalah pemberontak paling keras kepala, di keluarga saya. Tapi beberapa tahun
setelahnya, ketika saya sudah hampir selesai dengan proses healing, saya
akhirnya paham bahwa jejak-jejak saya di belakang—terhadap orangtua saya,
sepenuhnya keliru. Dan tak perlu ada penyesalan, karena Tuhan selalu
menyelipkan hikmah untuk kita pelajari pada setiap perjalanan hidup. Untuk kita agar tidak lagi mengulangi kesalahan
atau kekeliruan yang sama. Karena hanya orang bodoh—yang tak mau belajar—yang jatuh
di lobang yang sama, bukan? ^^
Pelajaran moral
untuk Deokseon, jangan keseringan merayu Taek
dengan bilang saranghae—saya yakin kalian
tahu apa alasannya ㅋㅋㅋ
... 30+ halaman
dan 100+ pics. Rekor baru HAHAHAHAHA.
Mohon
maaf jika ada kesalahan penulisan, atau detail scene yang luput saya masukan.
P.s : Saya tidak janji
bisa memposting part 2 secepatnya. Maaf—untuk semuanya. Dan terimakasih sudah
menunggu.
Ngakak bacanya, sampai bingung mau komen apa
ReplyDeleteKuatkan hatimu hayatii...jangan biarkan senyum taek mnggodamu haa #plak
Makasih mba azz
#TeamTaek #suntaek
Sama-sama, Sri ^^
DeleteKasian Hayati. Doakan dia kuat menghadapi cobaan ini! ㅋㅋㅋㅋ
Pelajaran moral:Gue hrs pake baju pramugari,poni dijepit ampe jidat keliatan,blg saranghae kl mau dikissu hot co macem Taek.Oke sip!!!
ReplyDeleteAzzzzzzzz knp itu kiss disensor lg yak?
Eyke malu nama eyke terpampang nyata di situ.Hayati msh hidup kan ya.Kasian dia azz.
Aku ketawa ketiwi sendiri baca ini.Makasih ya azz udah bikinin sinopsis ini.Jgn bosen2 bikin postingan soal bogum atau reply lagi.Eyke msh blm bisa mupon. T_T
Aku penganut konservatif yang taat, Liaaa. Nulis recaps kiss scene aja mpe gemeteran lol.
ReplyDeleteLi, catet ya Bogum itu oppa kita dan kita masih 17 tahun titik. Kalo Nisa punya Abby sebagai partner, aku mau dong jadi partnermu.....ㅋㅋㅋ
pelajaran moral nomor kesekian; Nama Lia harus dimensyen biar doi mau nongol dan komen!
Aku pun juga belum bisa mupon ������
Semacem bertolak belakang yak.Eyke pecinta kissu terutama kissunya suntaek, eh salah Bogum Hyeri.Azz konservatif.Jadi malu ketauan otak eyke gesrek begini.
ReplyDeleteIyaaaaaaaaaaaa.Kita mah masih muda begindang.Bogummy oppa neomu neomu saranghaeeeeeeeeeeee.
Kepriben iki susah mupon.Blm minat nonton drama yg lain.Trs aku kudu pie Bogummy Oppa??? T_T
kalo mau ngajak gesrek-gesrekan mending kaka ngajakin aku aja deh ka soalnya akunya udah gesrek duluan jadi ga pa2 XD
Deletetuh ka lia liat ka azzhu nulis recaps kiss scene tangannya sampai gemetaran,
aku jadi bayangin gimana kalo yg nulis recaps kiss scene itu aku atau ka lia mungkin kitanya bakal dengan semangat berkobar semangat 45 tuh nulisnya ngetik-ngetik tuts keyboard mungkin kalo kita berdua yg nulis recaps kiss scene nya bakal ngabisin 2 halaman atau lebih ka lia cuma buat ngejelasin itu adegan sampai detail-detailnya sampai asal muasal bunyinya kan itu adegan favoritnya kitah haha
asyik akhirnya ada postingan ep 20 juga..
ReplyDeleteaku sebenernya masih bingung sama maksud adegan 'orange lipstick' di ep 20 ini, tapi setelah baca postingan kak azz, aku akhirnya 'connect' juga sama pesan dari adegan itu..hahaha super adorable 'yeepo' scene..
wah ternyata kak azz juga punya pikiran yang sama juga ya pas adegan suntaek nonton bioskop. gesture dan ekspresi bogeum di adegan nungguin deoksun sampai 'fan-sign' sama pas narik tangan deksun, menurut aku itu bukan choi taek tapi beneran bogeum..hahaha serius aku beneran ketawa ngakak waktu ngulang2 scene itu..aigooya uri taekie kenapa kau sangat ganteeeng...hahaha sama kayak hayati, jantung aku juga selalu berdegup tiap kali melihat senyum-nya..wkwkwk...
terimakasih kak azz untuk tetap menuliskan detail dialog film interview with vampire di sinopsis ep 20, soalnya ini moment suntaek favorit aku di episode 20..hehe.. dan aku beneran dibuat ngakak guling2 sampe nangis ini sama postingan kak azz..sumpah kak aku baru ngeh kalo yang duduk dibelakang suntaek itu manajer nya bogum-hyeri...wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwk
i love you shin pd-nim and lee woo jung cakka-nim.. you two are 'genius crazy bastard'..hahahaha..
dan satu lagi super favorit scene aku di episode ini adalah 'turtle proposal scene'.. benar sekali apa kata kak azz Sooooooooooo romantiiiiiiiiiiiiiic. Simple, tapi tulus.. aku juga mau banget kalo dilamar 'calon suami' kayak begitu..hehehe
aku sependapat dengan tulisan kakak dibagian ini..
..tak selamanya, semua harus diraih dengan kengototan. mendengar pendapat pihak lain juga perlu. tanggung jawab, setelah keputusan diambil, bertanggung jawablah atas itu. kau sudah tak punya hak menyalahkan sesiapa jika pada akhirnya keputusan yang kau pilih—misalnya keliru..
benar sekali kak jalan terbaik untuk menyambungkan semua itu adalah dengan berkomunikasi sesering yang kita bisa dan pasti selalu ada jalan dari tuhan agar kita bisa mengambil hikmah dari setiap keputusan yang sudah dipilih..
kak azz terima kasih banyak sudah membuat sinopsis episode 20..
pokoknya sukses terus buat kakak..
Taek modus ngajakin nonton film segala padahal intinya pengen berduaan sama deok sun aja *Oops*
ReplyDeleteaku bingung ka mau komen apaan makanya baru komentar sekarang di post-post sebelumnya komentarku udah panjang kali tinggi kali lebar jadinya aku kehabisan stok kata-kata deh haha
nah tuh deok sun dengerin nasehat yg lebih tua *eh*
jangan keseringan ngerayu taek yg dirayu-rayu ini masalahnya nangkep umpan terus jadi lebih hati-hati ya *you know what i mean*
omong-omong soal partner in the crimenya daku ka deota,partnernya daku lagi liburan sekarang efek sakit hati gegara choi taek milih deok sun daripada dia jadinya kaka deota kesayangannya akuh minggu-minggu ini suka ilang-ilangan gitu *mulai ngawur sendiri komennya*
agak Out of the topic dikit ya ka komentarnya cuma masih ada sangkut pautnya kok,aku rada kecewa nih sama si tvn content trend leader,pertama korban mereka si park bo gum dia lead malenya di reply tapi kesannya jadi kaya second lead gitu lah sampai-sampai punya haters baru gegara ending reply lah sekarang korban mereka berikutnya si park hae jin adegannya di episode 14 nyaris di cut semua padahal lead malenya dia lho ka sampe-sampe si penulis webtoon aslinya angkat bicara soal ini,entah apa yg salah sama otaknya Tvn bukannya aku mau menghakimi mereka tapi kesannya sekarang-sekarang ini tvn makin menjadi-jadi kalo bikin drama kaya bikin ada "Duality Character" disana ga jelas lead male siapa second lead siapa mungkin maksudnya mereka,mereka pengen semua karakter mendapatkan screentimenya masing-masing gitu tapi jadinya fokusnya malah kebagi-bagi dan ujungnya ga adil kalau istilah keren ciptaannya aku sih dalam drama-drama tvn sekarang seperti ada "2 matahari" disana bayangin deh ka bumi dengan 1 matahari aja udah panas banget apalagi kalo sampe ada 2 matahari perumpaannya gitu *makin ga jelas komen apaan*
omong-omong aku masih penasaran juga sama adegan taek-deok sun di ayunan yg dipotong menurut analisisnya aku adegan itu kemungkinan untuk episode 18 tapi karna sesuatu hal jadi di cut deh sama tvn,mungkinkah adegan itu adalah another kiss scene taek-deok sun? atau mungkin another romantic scene atau lovey dovey diatara mereka berdua? mari tunggu Bts Dvd cutnya saja yg masih lama keluarnya
sekian.
Mb.azz saranghae....kerenn...epi20 pemecah rekor yaahhh...i'm lovin it....kamsahada...
ReplyDeleteBogum saranghae...kiss...kiss
Agak sedih baca epi terakhir ini...bakalan gk bs ngakak guling2 setelah part2 hadir...tapi tiap postingan mb.azz sllu bikin ngakak sih dg sisipan komen2nya...
Sllu merindukan postingan tt suntaek...mb.azz fighting...
Pasti ada hal baru yg baru aku sadar dg baca sinop mb.azz...kayak pas movie ternyata d blkgnya manajer bogum hyeri...kyaaa coba didunia nyata beneran kayak gitu yaa...gumri feelsss
Helloooww...nisa my crime partner...merindukan menggila denganmu disini...wkwkwkwkwkw
Bener2....ayunan scene itu sayang bgt gk airing...kayaknya itu bagian dr kencan mrk...pasti so sweet kan pas ds duduk d ayunan dia pake jas hitam taek...kyk yg d konser ituuu
Hahahhaaaa...si keju lg ngehits yaa...aku sih blm bs ntn drama lagi...efek r88 terlalu dalam...susah move on hayati...
Aduh kaka partner in the crimenya aku kok baru muncul sekarang lagi sibuk liburan bareng bogum ya ka~
DeleteIyah kalo ga dibilangin ka azz aku juga ga bakal nyadar kalo itu manajernya bogum-hyeri aduh ngeliat adegan itu jadinya berasa kalo bogum-hyeri itu our ship sailing in real life pantesan waktu fansign kemarin manajer hyeri-bogum keliatan akrab gitu ini toh sebabnya hihi *delulu kumat lagi*
Kaka partner in the crimenya aku udah baca line belum aku nulis banyak soal interview bogum yg pastinya bakalan bikin kaka makin cintah sama bogum~
so sweet.... Suntaek Shipper....
ReplyDeletengakak it pas liat emak2 mergoki sunwoo bora, sama pas noeul ngasih tw para ortu dn ga dpercaya... hahahaha.....
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletemba aku juga boleh masuk grup line gak? id line : rizkyamalyap . terimakasih mba :)
ReplyDeleteMbak Azz mohon dijawab dengan sangat ya. Saya baru nonton Reply 1988. Saya baru nemu blog mbak dan langsung baca postingan² mbak soal Reply 1988. Saya baca salah satu postingan mbak, disitu mbak tulis Park Bo Gum bilang "demi kebahagiaan Deokseon biarkan Deokseon sendiri yang menentukkan pilihannya....". Itu Bo Gum bilangnya dimana ya mbak? Di interview? Atau dia bilang sebagai Choi Taek? Saya sekarang baru nonton Reply 1988 sampe eps 6 sih, hehe. Tolong di jawab ya mbak. >< Saya juga #TeamTaek mbak. Salam kenal ya mbak. ;)
ReplyDeleteAku bantu jawab ya,kata-kata itu diucapkan oleh park bo gum sendiri di sela-sela interview :)
DeleteInterview dimana? :)
DeleteLupa interview dimana karna interview park bo gum jumlahnya banyak sekali dan ga sedikit
DeleteOh gitu, makasih infonya ya :)
DeleteBaru x ini ketemu blog yang bahas drama serta sinopsis korea yg amat sangat beda dan aku suka banget caranya...menyelipkan pendapat pribadi yg kdg2 buat aku mikir "ahhh akupun merasa gt" 😃 apalagi aku team Taek😆 dan kalo mereka mau ntn ulang (manatau sakit hati ga mau ntn lagi hehe) sbnrnya lbh banyak sweet moment antara Doek Sun dan Taek. Dan writter diawal2 jg terlalu jelas mau mengecoh kita dgn membuat future husband terlihat bersikap seperti Jung Hwan. Kalo kita salah nebak diawal2 berarti twist writter berhasil donk😆. Kalo segampang itu mana seru nih drama haha. Dan menurutku dgn siapa Doek Sun akhirnya menikah tdklah penting. Ini hanyalah drama fiktif..yg lbh penting pesan2 moral yang coba disampaikan di drama ini dan betapa hangatnya pertemanan para tetangga sangat patut diacungi jempol. Ga ada tuh sirik2an dan sindir2an. Ga mirip di *tittt* 😂😂😂
ReplyDeleteTetap semangat menulis and figthing💪💪💪
Lupa bilang manatau mbak senang bacanya(emang elu siapa?) Hihihi...pertama baca blog ini langsung aku bookmark😆 dan di hpku cuman blog ini yang aku bookmark lo😄😄😄
ReplyDeletemaaf kak apa blog ini cuma buat sinopsis reply 1988 ep 19 sama 20. pengen deh ada jga dari episode 1 😊
ReplyDeletesalam kenal azz, suka deh baca tulisan2 kamu :)
ReplyDeleteHahhahah... Tulisan nya lucu,.. Ohh, blum bisa move on dari ni drakor.. Senyum bogum buat meleleh..
ReplyDeleteBanget😭
DeleteMakasih tulisannya.. seneng sekali nemu ini. Sehat selalu kak 😁
ReplyDeleteHmmm.... tapi sebenernya ngarep doeksoen nikahnya jama jhun hwan 😅