Sinopsis IRIS 2 Episode 5 Part 1
Setelah
Baek San melarikan diri dari penjara NSS, dia tiba-tiba menyerahkan diri pada
NSS. NSS diam-diam menyembunyikan Baek San di salah satu tempat perlindungan
mereka. Tetapi tak lama setelahnya, tempat perlindungan tersebut diserang oleh
IRIS. Baek San berhasil melarikan diri dengan selamat dari serangan IRIS dengan
bantuan Yoo Gun. Akan tetapi Kepala Bagian Park Joon Han kehilangan nyawanya
dalam proses tersebut. Dengan informasi yang diberikan oleh Baek San, Yoo Gun
menuju Hungaria. Di sana dia menahan Yeon Hwa yang membunuh representatif Korea
Utara yang menghadiri pembicaraan damai. Akan tetapi representatif Korea
Selatan, Jo Myung Ho, juga diserang oleh IRIS dan terluka. setelah dia kembali
ke Korea, Yoo Gun menerima skors pendisiplinan. Dia memutuskan mengunjungi
Pamannya, Letnan Ha Jae Yong. Di sana dia bertemu dengan Rey. Yoo Gun bergegas
mendatangi Letnan Ha, akan tetapi dia telah terbunuh. Selagi mencari petunjuk
atas pembunuhan Letnan Ha, dia menemukan sebuah buku catatan tersembunyi. Di
dalamnya dia menemukan sebuah foto orangtuanya bersama-sama dengan Baek San.
Yoo Gun menjadi terkejut.
***
Kilasan episode
sebelumnya, Yoo Gun sedang meneliti file tentang Baek San ketika ia menyadari
bahwa ada orang lain selain dirinya di ruangan server utama NSS. Yoo Gun
memburu ke pintu utama dan ia berhasil menahan langkah orang tersebut yang
ternyata Lee Soo Jin (yang sebelumnya aku kira sekretaris NSS). Yoo Gun kaget.
“Sedang apa
kau?” cetus Lee Soo Jin kesal sambil memegangi lehernya yang kena cekalan Yoo
Gun. Yoo Gun meminta maaf. Ia pikir Lee Soo Jin adalah penyusup. (Lah, emang
bener penyusup kok...) Yoo Gun bertanya apa yang membawa Lee Soo Jin ke ruang
server? Lee Soo Jin membalas dengan mengatakan kalau ia menjalankan perintah
Direktur.
“Apa yang kau
lakukan di sini?” tanyanya pada Yoo Gun. “Aku pikir kau tidak memiliki akses ke
ruangan ini setelah level izin keamanan berubah.”
“Aku menjalankan
perintah khusus dari Wakil Direktur,” jawab Yoo Gun santai.
“Wakil
Direktur?” ulang Lee Soo Jin. Yoo Gun mengangguk. Lee Soo Jin melirik sejenak
ke arah komputer yang masih menampilkan hasil pencarian Yoo Gun, file tentang
Baek San.
“Lanjutkanlah...”
katanya.
“Baik.” Sahut
Yoo Gun.
Lee Soo Jin
meninggalkan ruang server diiringi tatapan penuh tanda tanya atau mungkin
curiga (?) Yoo Gun.
Hyun Woo duduk
menghadap layar komputernya di ruangannya. Soo Yeon masuk. Ekspresi wajah dan
gerak tubuhnya menyiratkan kalau ia sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
“Kau bertemu
dengan Ketua Tim? Aku memberitahunya kau di arena tembak,” tegur Hyun Woo.
“Ya. Aku bicara
dengannya di telpon.” Soo Yeon menjawab tak bersemangat.
“Aneh sekali.
aku pikir kalian berdua tidak bertemu selama satu bulan.”
“Benar. Lantas
kenapa?” *Asli, Soo yeon jutek banget.
Hyun Woo tidak
menjawab. Soo Yeon mengambil pulpen dan mulai menulis sesuatu. Tetapi
pegangannya pada pulpen terlalu lemah. Kata lainnya, Soo Yeon tidak sanggup
memegang pulpen dengan baik. Ia gagal menulis. Hal itu tidak luput dari
pengamatan Hyun Woo. Keningnya berkerut, tatapannya tak lepas memandang tangan
Soo Yeon. Nampaknya Hyun Woo mulai bisa membaca ada yang tidak beres dengan Soo
Yeon.
Di satu adegan
lain, Lee Soo Jin melangkah keluar dari ruangan NSS.
Pyongyang, Korea Utara
Komando Keamanan
Korea Utara
Park Chul Young
menghadap atasannya, masih soal insiden di Hungaria.
“Aku akan
bertanggung jawab penuh atas pelanggaran keamanan di Hungaria,” kata Park Chul
Young dengan sikap hormat penuh.
“Apabila ini
dapat diselesaikan hanya dengan menghukummu, aku juga ingin melakukan itu,”
tukas atasan park Chul Young. “Masalah yang terbesar adalah wanita itu membunuh
representatif Kwon. Sebagaimana yang kau katakan, IRIS mungkin di balik aksi
wanita itu, tetapi orang-orang di atas pasti mencari domba korban yang dekat dengan
mereka.”
Park Chul Young
terdiam sejenak. “Aku sendiri cukup untuk menjadi korban tersebut. aku meminta
anda untuk mengampuni bawahanku yang berada di penjara,” pintanya.
“Komite pusat
Partai dan Komite Militer sedang berbicara tentang mengeliminasi petugas yang
terkait dengan Komite Persiapan Unifikasi. Segalanya berjalan sebagaimana yang
mereka inginkan. Pimpinan Kamerad telah melindungi kita sejauh ini. Akan tetapi
apabila tekanan dari polisi dan angkatan bersenjata terus berlanjut, kita tidak
akan bertahan lama,” Atasan Park Chul Young mengingatkan.
Park Chul Young
akhirnya bisa membebaskan salah satu bawahannya yang membersamainya selama di
Hungaria.
“Aku hanya bisa
membebaskanmu seorang saja,” ungkap Park Chul Young. Bawahannya menunjukkan
rasa hormatnya begitu Park Chul Young masuk ke selnya.
“Ada yang perlu
kita lakukan saat ini,” Park Chul Young melanjutkan.
Yoo Gun menemui
Baek San. Namun kali ini, seluruh pikirannya sudah dipenuhi hal lain
dibandingkan saat ia belum mengetahui perihal kaitan kematian ayahnya dan Baek
San (dalam hal ini, aku menarik kesimpulan bahwa sebenarnya Baek San dan Yoo
Sang Joon adalah orang yang sama; Ayah Yoo Gun, karena satu dan lain hal Yoo
Sang Joon diberitakan mati dan mengganti namanya menjadi Baek San.) Insiden tewasnya
Yoo Sang Joon dan enam orang lainnya pada tahun 1979 yang dibaca Yoo Gun di
file tentang Baek San, terlintas kembali di benaknya.
“Wajahmu tidak
terlihat seperti seseorang yang baru kembali beristirahat,” tegur Baek San
melihat sikap diam Yoo Gun.
“Bisakah anda
memberitahuku sejak kapan IRIS menghampiri Anda terlebih dahulu?” tanya Yoo
Gun.
“Kau tahu kapan
NSS pertama kali didirikan?” Baek San bertanya balik.
“Aku percaya itu
terkait dengan penjagaan kerahasiaan program nuklir selama pemerintahan ke-4,”
jawab Yoo Gun.
“Banyak yang
terjadi saat aku pindah dari Badan Intelijen Pusat ke NSS. Itulah saat aku
kehilangan wanita satu-satunya yang aku cintai. Aku membutuhkan kekuatan untuk
membalas dendam. IRIS memberikan kekuatan itu....” Baek San mengentikan
kalimatnya. Ia seperti menyadari sesuatu. “Ini benar-benar. Kau memiliki
kekuatan gaib yang membuatku membicarakan berbagai hal yang tidak pernah aku
bicarakan pada siapapun sampai sekarang.”
Yoo Gun
tersenyum tak tertarik. “Kata anda balas dendam... apakah mungkin anda
berhubungan dengan insiden yang menyisakan banyaknya agen Badan Intelijen Pusat
tewas?”
Raut wajah Baek
San seketika berubah mendengar pertanyaan Yoo Gun.
“Rasanya
sepertinya kau tengah memimpin pembicaraan ini yang bermaksud untuk menghubungkanku
dengan kematian satu orang tertentu. Siapa orang itu?” tanya Baek San.
“Tidak ada yang
seperti itu.” Kita bisa menangkap usaha Yoo Gun menahan emosinya. Matanya merah
dan moist..
Baek San
menggeleng. “Tidak, ada satu hal yang bisa aku pastikan. Bila seseorang tewas
di tanganku, itu mutlak diperlukan untuk negara ini,” katanya tegas.
Baek San duduk
sendirian. Ingatannya melesat ke masa lalu. Baek San muda sedang mengejar
seseorang. Di tengah pengejarannya, ia kehilangan targetnya. Baek San berhenti
di depan sebuah toko atau salon (?), ia mendengar suara pelan perempuan.
Baek San
mengeluarkan pistolnya. Ia tahu targetnya bersembunyi di dalam toko itu. Ia
melangkah pelan, memasuki toko itu saat sebuah pistol mendarat di kepalanya.
Pria yang menjadi targetnya-lah yang melakukan itu. Pria tersebut segera melucuti pistol Baek San. Dan di waktu yang nyaris bersamaan Baek San berkelit dan menghantam pria itu telak. Perkelahian sengit berlangsung di antara keduanya. Sekali lagi IRIS 2 sukses menampilkan adegan fighting yang keren menurutkua. Aksi cepat dan bikin penonton tidak berkedip. Jong Sukwon benar-benar keren dan cocok memerankan Baek San muda. Ada suara teriakan kaget seorang perempuan menyaksikan adegan itu. Dalam satu kesempatan, target Baek San mencoba menjangkau pistol tapi Baek San masih lebih cepat. Baek San akhirnya menembak mati pria tersebut.
Di menit itulah, Baek San melihat wajah
perempuan yang wajahnya terkena cipratan darah. Baek San mengingatnya sebagai
pertemuan pertamanya dengan seorang perempuan yang ia cintai (hiks, sediiiiih.
Mana aku nulis sinop sambil muter lagunya Yangpa).
Pria yang menjadi targetnya-lah yang melakukan itu. Pria tersebut segera melucuti pistol Baek San. Dan di waktu yang nyaris bersamaan Baek San berkelit dan menghantam pria itu telak. Perkelahian sengit berlangsung di antara keduanya. Sekali lagi IRIS 2 sukses menampilkan adegan fighting yang keren menurutkua. Aksi cepat dan bikin penonton tidak berkedip. Jong Sukwon benar-benar keren dan cocok memerankan Baek San muda. Ada suara teriakan kaget seorang perempuan menyaksikan adegan itu. Dalam satu kesempatan, target Baek San mencoba menjangkau pistol tapi Baek San masih lebih cepat. Baek San akhirnya menembak mati pria tersebut.
Cakeep yah? XD |
Adegan lain
menunjukkan Yoo Gun sedang mengendarai mibilnya. Ia menuju restoran tempat
janjiannya dengan Soo Yeon. Yoo Gun teringat sewaktu peristiwa meninggalnya
Letnan Ha (Ahjussi), Soo Yeon menelponnya namun Yoo Gun tidak memberitahu
perihal meninggalnya Letnan Ha. Ia hanya meminta maaf karena terlambat pulan
dan menganjurkan agar Soo Yeon pulang ke Seoul terlebih dahulu memakai
mobilnya.
Soo Yeon
menunggu Yoo Gun di restoran. Seorang pelayan menghampirinya.
“Nona, aku minta
maaf tapi dapur akan tutup pukul Sembilan,” pelayan itu mencoba mengingatkan
Soo Yeon. Yeon mengangguk mengerti. Ia hendak meninggalkan restoran tersebut
ketika Yoo Gun muncul.
“Maafkan aku.
Kau pasti sudah lama menunggu...”
Beberapa menit
berlalu. Makanan terhidang di meja mereka.
“Kau sudah
selesai meyortir barang-barang Ha Je Yong Ahjussi?”
“Hampir. Karena
dia hidup sendirian, tidak banyak barang yang mesti disortir,” jelas Yoo Gun.
“Kau seharusnya
memberitahuku. Aku bukannya orang asing baginya. Aku mengetahuinya setelah
menerima telepon dari ayah. Aku bahkan tidak pergi ke pemakamannya,” ucap Soo
Yeon.
“Maafkan aku...
Aku tidak punya kesempatan memberitahumu,” Yoo Gun mengungkapkan penyesalannya.
“”Ayah dan aku
pergi menemuinya beberapa hari lalu. Aku benar-benar tidak mengunjunginya
dengan baik sejak aku masih kecil. Aku merasa bersalah untuk itu.”
Yoo Gun mengulas
senyum kecil.
“Ibumu, kelihatannya
sangat kesepian.” Soo Yeon melanjutkan kalimatnya.
“Terimakasih
sudah sering menelpon dia. Aku rasa berbicara denganmu membuatnya merasa jauh
lebih baik,” ucap Yoo Gun.
“Dalam masa-masa
seperti ini, betapapun sibuknya kau, kau harus memberikan lebih banyak
perhatian padanya. meskipun Ibu tidak mengatakan apapun, Ibu pasti merasa
benar-benar kesepi...” Soo Yeon tidak melanjutkan kalimatnya demi dilihatnya
Yoo Gun termenung dan seolah tidak mendengarkan apa yang Soo Yeon katakan. Soo
Yeon menatap Yoo Gun, ia melepas napas panjang. Soo Yeon hendak meminum air
putihnya tetapi pegangannya pada gelas tidak erat hingga membuat gelas itu
lepas dan jatuh menghantam lantai, pecah berkeping. Yoo Gun kaget.
“Kau baik-baik
saja? Kau tidak terluka?”
Seorang pelayan
mendatangi mereka dan juga bertanya apakah Soo Yeon baik-baik saja, ia akan
mengatur mejanya kembali.
Soo Yeon pamit
ke toilet. Di sana, ia menatap dan menggerakan jemari tangan kanannya berulang
kali. Trauma kelihatannya turut mempengaruhi tangannya. Sekembalinya Soo Yeon
dari toilet, Yoo Gun masih bertanya apakah Soo Yeon baik-baik saja. Ia lihat
Soo Yeon hanya memakan makanannya sedikit, ia berpikir akan memesan makanan
lagi. Soo Yeon menahannya dengan mengatakan kalau ia sudah selesai makan.
“Soo Yeon-ah...
ada masalah apa?” Yoo Gun akhirnya bertanya.
Di apartmennya,
Yoo Gun terlihat serius menggunting foto Baek San dan menempelkannya di dinsing
kaca kamarnya. Di situ ada juga foto almarhum Kapten Park Joon Ha dan Letnan Ha.
Yoo Gun membuat bagan yang saling berhubungan antara Baek San-IRIS serta
kematian kedua orang terdekatnya itu juga ayahnya, Yoo Sang Joon.
NSS
Yoo Gun menemui
Choi Min di ruangannya. Choi Min hendak mengenalkan dua agen yang ia
rekomendasikan untuk membantu TF-A Team. Choi Min menyambutnya.
“Perkenalkan
Yoon Shi Hyuk dan Song Young Min dari tim Kolaborasi Internasional,” kata Choi
Min. Yoo Gun mengalihkan tatapannya pada dua agen tersebut.
“Aku Yoon Sho
Hyuk. Aku banyak mendengar tentangmu,” Yoon Shi Hyuk menyodorkan tangannya.
Aaaaaarghh, Lee Joon...! *Lompat-lompat*
“Aku Ketua Tim
A, Jung Yoo Gun.
“Aku Song Young
Min,” rekan Yoon Shi Hyuk juga memperkenalkan dirinya.
Perkenalan itu
berlangsung singkat. Choi Min meminta mereka duduk.
“Mereka berdua
mulai saat ini akan menemani Representatif Jo Myung Ho dari dekat. Karena Tim A
akan dipanggil oleh Komite Persiapan Unifikasi, Tim akan sering berkordinasi
dengan mereka berdua,” Choi Min menjelaskan posisi dua agen tambahannya.
Yoon Shi Hyuk
dan Young Min keluar dari ruangan Choi Min. Young Min mengelus dadanya
berkali-kali. Yoon Shi Hyuk menggodanya. “Apa kau gugup?” tanyanya cengengesan.
“Aah... ini
benar-benar... ini seperti istana es segeran setelah kita masuk. Sebagaimana
yang kita dengar, kharisma Ketua Tim Jung memang bukan main-main. Bagaimana
dengan Sunbae?” (Jadi Young Min ini Hobae-nya Lee Joon eh Yoon Shi Hyuk hehe)
“Apa kau pernah
melihatku gugup sebelumnya? Aku rasa kau merasa gugup karena mendengar insiden
di Hungaria,” kata Yoon Shi Hyun dengan nada pongah. “Agen-agen hebat seperti
itu lepas kendali hanya untuk melindungi satu orang. Sekali lihat saja, aku
bisa tahu aku jaih di atasnya. Begitu kan menurutmu?”
“Ya. Sama sekali
tidak,” Young Min menyahut tak tertarik.
Yoon Shi Hyuk
tertawa lepas. “Hei, penolakan yang kuat seperti itu bisa dianggap sebagai
penegasan.”
Young Min
menggeleng-gelengkan kepalanya, takjub kali ya harus satu tim dengan orang over confident bin pongah macam Yoon Shi
Hyuk hahahaha
Kembali ke
ruangan Choi Min. Yoo Gun masih ada di sana.
“Kau ingin
menggunakan Baek San sebagai umpan? Menurutmu IRIS akan memakannya?”
“Pasti.” Yoo Gun
menjawab dengan yakin. “Karena mereka begitu sangat menginginkan apa yang
dimiliki oleh Direktur Baek San.”
“Apakah itu...?
Yang diinginkan IRIS dari Baek San?”
“Saat ini, hanya
Direktur Baek San yang memiliki jawaban untuk pertanyaan itu. Dengan misi ini,
kita akan bisa menemukan siapa penyusup yang bersembunyi di dalam NSS.”
Choi Min
menyela, “Tapi Ketua Tim Jung... Kau
masih memanggil Baek San dengan ‘Direktur’. Jangan bilang kau jadi dipengaruhi
olehnya, kan? Aku tidak ingin kau menjadi musuhku.”
“Itu tidak akan
pernah terjadi,” tandas Yoo Gun.
Choi Min tersenyum
lalu bangkit dari kursinya. “Baik. Mari kita mencoba.” Ia akhirnya sepakat
dengan usul Yoo Gun. “Targetnya?” tanyanya kemudian.
“Pertama-tama,
aku memutuskan seluruh Tim A sebagai targetnya.”
“Ini akan jadi
misi secara emosionil berat untukmu.” Choi Min berjalan membelakangi Yoo Gun
menuju meja kerjanya.
“Aku akan
mempersiapkan diri.”
Choi Min
membalikkan badannya menghadap Yoo Gun. “Kalau begitu tambahkan satu orang lagi
ke dalam tim.”
“Batalkan
kunjunganku ke Baek San dari jadwal minggu ini. Kita akan memindahkan dia ke
salah satu tempat perlindungan kita,” kata Direktur Kang.
Kesempatan itu
digunakan Lee Soo Jin untuk mengorek keterangan lebih jauh mengenai proses
pemindahan Baek San. Ia menanyakan Kamp mana yang harus ia persiapkan untuk
itu? Direktur Kang menjawab kalau Ketua Tim Jung yang akan mengurus itu.
“Berbicara
tentang Ketua Tim Jung, segera setelah dia kembali, dia mengerjakan perintah
khusus dari Wakil Direktur. Bukankah akan lebih baik untuk mencari tahu?” Lee
Soo Jin melancarkan adu dombanya dan Direktur Kang sepertinya tertarik.
“Pertama-tama
atur jadwalku dulu karena aku memiliki rencana lain di benakku,” kata Direktur
Kang. Lee Soo Jin mengangguk mengerti dan meninggalkan ruangan Direktur Kang.
Sepeninggal Lee Soo Jin, Direktur Kang terpekur. Kata-kata Lee Soo Jin
mempengaruhinya.
Di ruang
tahanannya, Baek San sedang menggambar sosok perempuan di bukunya, yang kita
tahu kalau perempuan itu adalah perempuan yang ia temui di toko itu. Baek San
memutar ingatannya ke masa lalu. Malam itu ia berdiri di depan toko perempuan
itu. Melihat Baek San di seberang tokonya, perempuan itu tentu saja kaget. Baek
San mengikuti perempuan itu. Di awal-awal mereka masih berjalan dengan jarak
yang berjauhan. Lambat laun jarak itu semakin dekat dan hingga akhirnya mereka
saling bergenggaman tangan. Proses terjalinnya hubungan keduanya digambarkan
dengan singkat tapi menurutku itu keren. Simbolis.
Awalnya...
Kemudian...
Ekspresi Baek San saat ketauan sedang menunggu ibunya Yoo Gun :)) |
Jauh-jauhan jaraknya |
Suatu ketika,
saat keduanya berjalan pulang, langkah mereka terhenti karena kehadiran atasan
Baek San.
Mereka bertiga
makan bersama.
“Kalian berdua
terlihat serasi,” komentar atasan Baek San yang disambut Baek San dengan senyum
sumringah serta ucapan terimakasih.
Setelahnya
mereka mengambil foto bersama. Mulanya hanya Baek San dan perempuan itu yang
akan berfoto tapi kemudian Baek San meminta atasannya untuk bergabung. Dan
jadilah foto itu memuat tiga sosok itu yang hingga di masa depan menimbulkan
kesalahpahaman bagi Yoo Gun. Sungguh, andai saja ya, Yoo Gun melihat dengan
jelas, ada jarak yang memisahkan perempuan itu (ibunya) dengan atasan Baek San.
Ibunya lebih mendekat ke arah Baek San.
“Ada satu hal
hal yang terlarang bagi para agen. Jangan jatuh cinta. Ini adalah peringatan,”
kata atasannya mengingatkan.
Lalu ingatan
Baek San tua membawa kita pada percakapannya dengan Yoo Gun beberapa waktu
lalu. Baek San menyarankan agar Yoo Gun lebih baik berhenti memerangi IRIS
untuk sementara waktu.
“Saat ini,
kelompok garis keras Korea Utara menimbulkan ancaman yang lebih dekat daripada
IRIS.”
“Dari
pemahamanku, pembicaraan damai akan segera dilanjutkan,” balas yoo Gun.
“Kim Jung Nam,
putra pertama Kim Jung Il menyebut ini dalam suatu interview. Dia bertanya
apakah ada negara manapun yang pernah menyerah atas senjata nuklir yang sudah
mereka miliki. Korea Utara tidak akan pernah menyerah atas senjata nuklir
mereka dengan sendirinya.”
“Apa anda
mengenal nama Ha Jae Yong?” Yoo Gun membawa arah pembicaraan itu ke topik lain.
“Ha Jae Yong?
Aku rasa tidak,” sahut Baek San.
“Dia telah
melakukan beberapa penyelidikan yang seksama terhadap IRIS.”
“Tunggu,” potong
Baek San. “Maksudmu petugas polisi di distrik Kangwon? Benar?”
“Ya.”
“Orang itu pasti
telah meninggal. Tunggu, kau dan petugas polisi itu memiliki hubungan dekat?
Jadi itulah alasan kenapa penilaianmu menjadi tumpul.”
“Dia dibunuh
oleh seseorang bernama Rey. Seandainya saja aku tiba beberapa menit lebih awal.
Aku bisa menghentikan pembunuhan tersebut.”
“Kau mungkin
bisa menghentikannya di hari itu, akan tetapi segera setelah seseorang menjadi
target pelenyapan IRIS maka sudah dipastikan nyawa orang itu sudah berakhir,”
kata Baek San sambil berjalan menjauhi Yoo Gun. Yoo Gun mengikuti Baek San
dengan tatapan ingin tahunya.
“Malam ini aku
sedang tidak ingin minum alkohol yang kuat. Tidak masalah kan apabila aku
membuka sebotol wine?” tawar Lee Soo Jin.
“Saat kita
membuka satu botol, kita harus menghabiskannya,” timpal Direktur Kang. Ia
memanggil pelayan agar membawa daftar wine. Direktur Kang memilih wine yang
akan dipesannya, kelengahan Direktur Kang digunakan Lee Soo Jin untuk mengambil
sesuatu dari jas atau tas Direktur Kang (?) Lee Soo Jin tersenyum manis dan
berkata ia menantikan wine-nya. Ia lalu pamit ke tolet untuk memperbaiki
riasan. Direktur Kang mengangguk. Lee Soo Jin bergegas ke toliet. Ia memeriksa
kamar mandi apakah ada orang atau tidak lalu mulai beraksi dengan dompet
Direktur Kang. Lee Soo Jin menyasar ID card Direktur Kang. Dengan mesin
penyalin kartu, Lee Soo Jin membuat duplikat ID card Direktur Kang.
Pelayan datang
membawa pesanan Direktur Kang. Ia menawarkan keju terbaru di bar itu. Direktur
Kang berkata ia sudah lama tidak memberi tip pada pelayan itu. kemudian
dicarinya dompetnya tapi dompet itu tidak ada (lah wong ada sama Lee Soo Jin).
Lee Soo Jin datang dan pura-pura bertanya apa yang dicari Direktur Kang.
Dompet. Lee Soo Jin berakting dengan membungkuk dan meletakkan dompet tersebut
di bawah meja.
“Anda
menjatuhkannya di sini...” katanya.
Malam itu juga,
Lee Soo Jin menyusup ke ruang kantor Choi Min. Dengan menggunakan ID card milik
Direktur Kang, ia mencari-cari file yang bisa memberinya jawaban dimana Baek
San akan dipindahkan. Lee Soo Jin mendapatkannya dari notebook. Dengan meraba notebook tersebut, bisa diketahui bekas tulisan pada
kertas sebelumnya yang sudah disobek. Lee Soo Jin menggoreskan pensil di kertas
dan dengan senter yang dibawanya ia membaca nama kamp tempat Baek San akan
dipindahkan. Lee Soo Jin tersenyum lega.
Rey melaporkan
pada Mr. Black kalau mereka sudah memiliki informasi lokasi Baek San. Rey
berkata apapun itu, mereka akan menangkap Baek San. Di sebuah tempat yang
temaram, seseorang meletakkan gagang telponnya. Yeah, he’s Mr. Black. Mr. Black
membuka file-file. Omayaa! File-file itu adalah foto-foto Yoo Gun beserta
Letnan Ha Ahjussi, kemudian ada juga foto Baek San muda, Ibu Yoo Gun dan atasan
Baek San. Aku rasa itu adalah file yang diambil Rey di komputer Letnan Ha
Ahjussi tepat di hari kematiannya >.<
Joong Won
dilanda kepanikan tingkat Kabupaten melihat Yeon Hwa mengeluh kesakitan seraya
memegangi perutnya. Joong Won memburu ke pintu dan memanggil penjaga.
“Ada masalah
apa?” tanya petugas jaga. Joong Won menunjuka Yeon Hwa yang sudah terbaring di
lantai. “Darurat.”
Petugas jaga itu menghampiri Yeon Hwa. “Ada
apa?”
Yeon Hwa
menerjang petugas jaga itu. Dipukulinya dengan brutal. Petugas jaga itu sempat
melawan tapi Yeon Hwa berhasil merampas pistol petugas jaga dan menodongkannya.
Joong Won tersadar kalau Yeon Hwa hanya pura-pura kesakitan. Ia membujuk agar
Yeon Hwa jangan melakukan itu. saat itu, dua petugas lainnya datang dengan
senjata lengkap. Makin panik lah Joong Won. Kalau Yeon Hwa benar-benar menembak
maka tamatlah riwayat mereka di sana. Yeon Hwa tidak menghiraukan bujukan Joong
Won. Ia menyuruh petugas itu memimpin jalan dan mengeluarkan mereka dari sana.
“Meski kau
mencoba membunuhku, kau tidak akan pernah bisa melarikan diri dari tempat ini,”
cetus petugas jaga itu.
Joong Sekali
lagi membujuk agar Yeon Hwa mau menurunkan senjatanya. Air mata Yeon Hwa
meluncur. Ia akhirnya mengikuti bujukan Joong Won. Sangat wajar Yeon Hwa
bertindak demikian. Ia berada dalam tekanan yang kuat dan belum lagi siksaan
fisik yang ia terimanya selama di penjara mempengaruhi kondisi psikologinya.
Joong Won menghembuskan napas panjang penuh kelegaan.
“Dalam beberapa
hari, jawaban yang paling diinginkan oleh Kapten, pasti aku akan
mendapatkannya. Jadi tolong berikan aku beberapa waktu,” ucap Joong Won
menengahi situasi.
Petugas jaga itu
mengambil senjatanya dari tangan Joong Won. “Jangan coba-coba berbuat konyol
lagi. Kau paham?” tegasnya pada Yeon Hwa.
No comments:
Post a Comment
Haiii, salam kenal ya. 😊