Sinopsis IRIS 2 Episode 1 Part 2
Di sebuah
lokasi yang tertutupi salju tebal. Cuaca ekstrim dan sangat dingin, nampak seorang pria dengan seluruh tubuh
terbungkus pakaian hitam sedang menyeret seseorang. Ada ceceran darah di setiap
pijakan yang ia lewati.
Dua orang
lainnya di tempat yang tak terlalu jauh sedang mengintai situasi lengkap dengan
senjata di tangan. Mereka adalah Soo
Yeon (Lee Dae Hae) dan Seo Hyun Woo (Doo Joon). Soo Yeon menggunakan teropong
dan melihat di kejauhan rekan setimnya sudah ambruk, terkapar di atas salju
yang dingin.
“Empat.
Sekarang hanya kita berdua.” Soo Yeon mengirimkan pesan suara kepada Hyun Woo.
Hyun Woo
membalas, “Pihak yang lain hanya punya satu (lawan).” Ia mengusulkan agar mereka melakukan operasi
dengan terpisah agar mudah melumpuhkan lawan. Soo Yeon mengingatkan agar Hyun
Woo langsung memberitahunya bila ada gerakan mencurigakan.
Hyun Woo
berjalan menembus salju lalu berhenti di bawah pohon tanpa daun (karena musim
dingin). Ia berkata pada Soo Yeon bahwa lokasi aman.
“Ak mengerti,
aku akan masuk sekarang.” Soo Yeon membalas.
Hyun tak
menyadari seseorang dengan pisau
mendekati tempatnya bersembunyi. Hyun Woo berhasil dilumpuhkan.
Soo Yeon
yang belum tahu kalau Hyun Woo sudah dilumpuhkan mencoba mengirim pesan suara
padanya, ia bertanya apakah Hyun Woo yakin tidak ada apapun di daerah
sekelilingnya.
Soo Yeon
heran mengapa Hyun Woo tidak menjawabnya. Ia memanggil nama Hyun Woo.
“Aku
pikir aku sudah bilang dengan jelas keluar ke daerah terbuka adalah bunuh diri.”
Seorang pria yang menjadi lawan mereka satu-satunya menjawab seraya mengarahkan
moncong senjatanya ke arah Soo Yeon. Soo Yeon mencoba menyerang dalam keadaan
terjepit, tapi pria tersebut terlebih dulu menembaknya. Soo Yeon ambruk.
“Situasi sudah berakhir,” kata pria itu lalu melepas penutup kepalanya. Dan, pria
tersebut adalah Yoo Gun!
Empat orang
yang terbaring di atas salju bangun satu persatu. Rupanya itu adalah latihan/training
anggota baru NSS.
“Dingin
sekali sampai aku mau mati,” keluh salah satu dari mereka.
Temannya
yang lain menimpali kalau ia lebih lama terbaring di atas salju lebih dari tiga
jam jadi dialah yang paling menderita. Pria ini adalah Kang Byung Jin (Baek
Seung Hyun).
Malam harinya
seluruh tim berkumpul di mengelilingi api unggun sambil minum-minum.
Wajah-wajah penuh bahagia. Ahjussi yang pernah menodongkan pistol pada Yoo Gun
juga ada di sana. (Aku manggilnya Shiwon Aboji saja ya berhubung belum tau
namanya sampai sekarang).
Di
tengah-tengah kegembiraan itu, Soo Yeon nampaknya belum terima mereka kalah dan
menuding Hyun Woo.
“Apa yang
membuatmu berpikir kau melakukannya sangat baik? Hari aku tewas karena dia,” kata Soo Yeon
menunjuk Hyun Woo.
“Tidak
sepertiku, banyak yang tewas hanya dengan jalan keluyuran.” Hyun membela diri.
“Apa?”
“Kupikir
kau terkena narcolepsy.”
Soo Yeon
tertawa.
Yoo Gun
hanya melihat mereka dari jauh. Ia tersenyum melihat Soo Yeon. Setelah
memutuskan bergabung dengan NSS, Yoo Gun menjadi pengawas training tersebut.
Keesokan
paginya, training masih berlanjut di pinggir pantai. Mereka berlari di
sepanjang bibir pantai, Soo Yeon berlari paling depan.
Training hari
itu berakhir di kolam renang. Eiiiii, Korea kan lagi musim dingin ya, kebayang
gak betapa dinginnya dan mereka main nyebur ke kolam aja. Brrrr.
Training
berikutnya adalah menembak. Soo Yeon yang paling akurat tembakannya.
Setelah latihan
menembak, lalu beralih ke Judo. Soo Yeon vs Hyun Woo. Soo Yeon terlihat
ambisius ingin mengalahkan Hyun Woo tapi Hyun Woo merasa Soo Yeon bukanlah
lawan yang tepat karena ia tidak tega. Yoo Gun yang melihat ketidakseriusan
mereka menyuruh berhenti.
“Bagaimana
rasanya seandainya lawanmu santai saja karena kau seorang wanita?” tanyanya
pada Soo Yeon.
Soo Yeon
menjawab kalau itu akan terasa buruk.
Yoo Gun
mendekati Hyun Woo.
“Seo Hyun
Woo, dalam situasi nyata, apa kau berpikir Ji Soo Yeon akan santai saja karena
dia seorang wanita?”
“Tidak,”
sahut Seo Hyun Woo.
“Hadapi
dia seakan di dalam situasi nyata.
Pertarungan
sebenarnya dimulai. Soo Yeon berkali-kali berhasil dilumpuhkan Hyun Woo.
Dibanting, dipiting, dibanting lagi. Hyun Woo tak terkalahkan haha. Yang lain
memandang ngeri.
Yoo Gun
menyuruh mereka agar berhenti. Soo Yeon tak bisa menahan kekesalannya karena
berhasil dikalahkan.
Yoo Gun
mengajak Soo Yeon makan malam di sebuah restoran mahal. Ia berkata makanan di
sana benar-benar enak. Soo Yeon tak tertarik dengan makanannya. Yoo Gun
bertanya apakah Soo Yeon kenapa Soo Yeon tidak makan? Apakah makanannya tidak
enak? Soo Yeon menjawab karena ia harus makan dengan instruktur berdarah dingin
dan rasanya sulit. Haha, Soo Yeon masih marah gara-gara latihan Judo tadi.
“Kenapa?”
Yoo Gun bertanya dengan wajah polos dan jenaka.
Soo Yeon
berkata walaupun ia gagal dalam test Judo kali ini ia tidak akan menyerah dan
akan test lagi tahun depannya. Lagi dan lagi sampai ia jadi nenek-nenek, ia
tidak akan pernah menyerah karena ia wanita keren maka ia akan melakukannya
dengan keren pula. Woooooo, Soo Yeon!
Soo Yeon
mabuk berat dan tak sadarkan diri.
Yoo Gun
menelpon orang tua Soo Yeon, mengabarkan kalau Soo Yeon mabuk karena kalah
judo. Ayah Soo Yeon bertanya apakah Soo Yeon mendapat nilai paling rendah. Yoo
Gun berkata nilai Soo Yeon bahkan melebihi standar untuk bisa masuk ke NSS.
Ayah Soo Yeon menyampaikan kekhawatirannya, apa gunanya menunaikan tugas
membela negara bila pada akhirnya Soo Yeon akan terluka.
“Jangan
khawatir. Aku akan mengawasi dia supaya dia tidak terluka,” janji Yoo Gun.
“Aku
mengandalkanmu,” kata Ayah Soo Yeon sebelum mengakhiri telpon.
Nun jauh
di Kamboja, Yoo Joong Won (Lee Bum Soo) berada di tengah orang-orang yang
sedang menonton dan menyoraki dua petinju yang sedang berlaga di atas ring.
Seorang wanita
mengawasinya tak jauh dari situ. Kim
Yeon Hwa (Im Soo Hyang).
Joong Won
marah-marah gara-gara petinju yang ia andalkan kalah. Ia keluar dari kerumunan.
Ia berpindah ke meja judi. Joong Won kalah judi.
“Kau melarikan
diri dari Korea Utara dengan mempertaruhkan nyawamu, supaya kau bisa hidup
seperti ini?” terdengar suara seseorang di belakangnya. Kim Yeon Hwa.
“Aku? Kau
siapa?” cecar Joong Won.
“Kau
melarikan diri supaya bisa hidup seperti ini?” Yeon Hwa mengulang
pertanyaannya.
Setelah
melihat dengan teliti, Joong Won akhirnya mengenali Yeon Hwa.
Mereka
minum bersama. Joong Won bertanya mengapa Yeon Hwa datang menemuinya dan
darimana ia tahu kalau berada di kamboja. Dari kata-kata Yeon Hwa, diketahui
kalau Joong Won ini pelarian dari Korea Utara. Yeon Hwa mengatakan ia butuh
informasi dan mengajak Joong Won agar mengikutinya ke Buddapest. Joong Won tak
suka. Ia bersiap pergi.
“Kita
anggap saja kita tidak ketemu hari ini. Terima kasih atas minumannya.”
Yeon Hwa
menahannya.
“Kalau
aku bisa melakukannya sendiri, sejak awal aku tidak akan datang menemuimu.”
Joong Won
mengomel. “Kau benar-benar mengabaikanku waktu aku mengejarmu. Sekarang kau
muncul dengan wajah yang berbeda. Dimana kau mendapatkannya? Aku juga ingin supaya
kau tidak pernah bisa menemukanku lagi.”
Keduanya adu
argumen.
Yeon Hwa
bertanya apakah Joong Won tahu bagaimana ia melewati hidupnya sekarang? Joong
Woon membalas ia tak tertarik untuk mengetahuinya.
“Saat aku
menyeberangi sungai Amrok dengan mempertaruhkan nyawaku, aku meninggalkan
seluruh masa laluku di belakang. Paham?” tegasnya.
“Aku
bukan lagi Yoo Joong Won yang kau kenal. Jangan mengkhayal!”
Yeon Hwa
tertawa, “Kau masih menyukaiku bukan?”
“Mereka
bilang sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk mengubah gunung dan sungai. Tapi
kenapa sulit sekali mengubah hatiku? Tapi aku tertangkap lagi. Biar kupeluk kau
sekali lagi. Biar kupeluk kau.” Joong Won menggoda Yeon Hwa.
Hahahahaaa.
Yeon hwa
belum menyerah. Ia berkata mereka akan mendapatkan uang yang banyak bila
berhasil melakukan misi tersebut. mendengar kata uang, Joong Won kesal. Itu bukan
soal uang dan jangan menjalani hidupmu seperti itu.
Ia memanggil
pelayan dan menanyakan bill. Nggak bisa menahan ketawa melihat ekspresi Joong
Won saat melihat bill, uangnya kan udah abis buat judi tadi. Ia meninggalkan Yeon
Hwa.
Sementara
itu di kantor NSS, Kang Byung Jin masuk tergopoh-gopoh membawa kabar Wakil
Direktur baru telah datang.
“Namanya...
Choi Min, dan... dia daro Pentagon.”
Setelah mengakatakan
itu, Wakil direktur NSS yang dikatakan Byung Jin melangkah masuk diikuti
seorang sekretaris.
“Ini
disebut Task Force A-Team, yang
mendapatkan sebagan besar tugas di lapangan. Termasuk Korea Utara, mereka
ditugaskan mengatasi masalah menyangkut empat negara di Asia Timur. Singkatnya,
kami menyebutnya TF-A.” Sekretaris itu menjelaskan perihal tim yang dipegan Yoo
Gun.
Jung Yoo
Gun muncul diikuti Hyun Woo dibelakangnya.
“Aku
adalah Wakil Direktur NSS yang baru, Choi Min.” Choi Min (Oh Yun So) menjabat
tangan Yoo Gun. “Jika itu adalah Asia Timur, maka akan berpotensi menjadi medan
perang. Aku mengandalkan TF-A.” Katanya sebelum mengakhiri perkenalan resminya.
Choi Min
menemui Direktur NSS.
“Aku
merimanya karena komunikasi langsung dari kantor kepresidenan. Tapi kau datang
di waktu yang tidak baik.” Sambut Direktur.
“Apa
pernah ada waktu yang baik di NSS?” sindir Choi Min.
Direktur
melanjutkan, “Korea sangat berbeda dibandingkan tempatmu sebelumnya misalnya di
Timur Tengah ataupun Pentagon. Orang-orang Palestina anak mengambil jalan bunuh
diri untuk kelangsungan hidup mereka. Tapi negara ini merangkak dengan
orang-orang yang tidak akan ragu-ragu untuk menjual informasi negara demi
sejumlah uang.”
“Kelangsungan
hidup dan uang. Jika melihat dari sudut yang berbeda, bukankah mereka satu hal
yang sama?” timpal Choi Min.
Direktur
menyela, level keputusasaan mereka jelas berbeda.
“Aku
tidak yakin. Itu bukan masalah karena aku tidak akan mempertaruhkan nyawaku
demi negara ini. Aku hanya memilih NSS sebagai senjataku untuk memerangi IRIS.
Momen dimana aku mengetahui bahwa senjata yang aku pilih ternyata tidak
memiliki harapan, aku akan langsung meninggalkan NSS.” Kata Choi Min.
“Aku akan
mengawasinya,” tandas Direktur.
Choi Min
kemudian di antar oleh sekretaris (yang lagi-lagi aku tidak tahu namanya siapa,
hadeh.)
Choi Min
meminta semua berkas misi rahasia NSS dari dulu hingga saat ini beserta profil
para agen seluruh tim.
Sekretaris
bertanya apakah ia harus menyerahkan datanya sekarang. Choi membalas tegas, ya.
Ia juga meminta segala berkas yang terkait Baek San. Ekspresi sekretaris
seketika berubah. Hmmm, mencurigakan. Dalam cerita bertema seperti ini memang
sebagai penonton kita perlu mencurigai siapa saja. Kalo kata kerennya, don’t
trust anyone.
Wew, Choi
Min baru masuk udah langsung kerja aja. Perlu dicontoh nih. Ia meneliti
berkas-berkas tentang Baek San.
Choi Min
menemui Presiden di Blue House (istana kepresidennya Korea Selatan.
“NSS
pertama kali didirikan tahun 1976. Telah ditemukan ada agen ganda yang bekerja
untuk Badan Intelijen Pusat, Gedung Kepresidenan, dan CIA. Presiden Park Jung
Hee memerlukan badan intelijen yang bisa menghindari pengawasan mereka. Tapi sebagian
besar program pengembangan nuklir adalah alasan utamanya.” Kata Choi Min
menjelaskan.
“Program
Nuklir?” Presiden menyela.
“Ya. Aku pikir
program tersebut telah lumayan berjalan pada saat itu. Dan NSS yang baru
dibentuk mengelola program pengembangan nuklir tersebut. Bahkan dengan dengan
pergantian pemerintah, aku yakin mereka akan melanjutkan pengelolaan program
tersebut secara rahasia.
“Kalau
begitu, bukankah NSS dulu merupakan badan yang dibentuk untuk menyembunyikan
pengembangan nuklir? “ tanya Presiden.
“Tepatnya
tidak begitu, selagi badan Intelijen Nasional berusaha menghasilkan agen putih,
NSS menghasilkan agen hitam yang sebenarnya.
Mereka menjalankan misi rahasia yang disebut pekerjaan kotor. Agen
NSS-lah yang melenyapkan agen Korea Utara yang bertanggungjawab dalam
pembunuhan pejabat konsular Koera Selatan di Vladivostok tahun 1996. Tahun
1997, agen NSS pula yang pergi ke Cina untuk melenyapkan pembunuh yang membunuh
pembelot Korea Utara, Lee Young Han.” Ucap Choi Min.
“Apakah
menurut pendapatmu bahwa mantan direktur NSS, Baek San memiliki kunci akan
semua rahasia-rahasia?
“Ya, aku
yakin dia menyembunyikan sesuatu.” Sahut Choi Min tegas.
“Tak lama
setelah mantan presiden Jo Myung Ho datang ke kantor, aku mendengar beliau
diberi penjelasan oleh direktur Baek San mengenai NSS. Tak ada seorangpun yang
tahu apa yang mereka bicarakan dan sama sekali tidak ada rekaman untuk itu.”
“Apakah
anda berpikir aku harus menemui mantan Presiden Jo Myung Ho?”
“Aku
pikir itu akan lebih mudah dibandingkan membuat Baek San berbicara.” Kata Presiden.
Cuplikan pertemuan
mantan presiden Jo Myung Ho dan Baek San
Jo Myung
Ho berkata ia mendengar Baek San mengelola pengembangan nuklir di bawah
Presiden Park Jung Hee. Dan bertanya seberapa jauh perkembangan teknologi
nuklirnya.
“Berdasarkan
yang aku dengar, mereka hampir menyelesaikan pembuatan senjata nuklir. Apakah itu
benar?” tanya Mantan Presiden Myung Ho.
“Aku
yakin begitu.” Sahut Baek San.
“Di mana?
Teknologi senjata nuklir yang hampir selesai tersebut? Hanya karena kau menyerah atas pembuatan
senjata nuklir, teknologinya tidak mesti menghilang begitu saja.
Baek San
diam.
Kembali ke
masa sekarang.
Choi Min
menemui mantan Presiden Choi Min.
“Jadi di
bawah pemerintahan park, teknologi senjata nuklir tersebut telah hampir
selesai? “ tanya Choi Min
Tidak ada
jalan untuk memastikannya, kata mantan Presiden Myung Ho. Ia melanjutkan Baek San tidak memberikan
informasi secara lisan maupun tulisan yang mengkonfirmasi pernyataan tersebut.
Apakah kau menyadari bahwa semua ilmuwan nuklir yang terlibat dalam program
tersebut dibunuh atas perintah Baek San?”
“Aku membacanya
di laporan, aku memahami bahwa beberapa ilmuwan yang bahkan melarikan diri
keluar negri telah menghilang.” jawab Choi Min.
“Baek San
dulunya adalah Kepala Badan Rahasia yang mengelola pengembangan nuklir. Saat dia
melenyapkan semua ilmuwan yang mengerjakan program tersebut dan menyatakan
bahwa tidak ada informasi terkait yang tertinggal di manapun, aku sangat yakin
bahwa dia menyembunyikan sesuatu.”
Choi Min
nampaknya memiliki pemikiran yang sama perihal Baek San.
Bersambung ke Part 3 :)
No comments:
Post a Comment
Haiii, salam kenal ya. 😊