Sinopsis IRIS 2 Episode 3 Part 1
Narasi pembuka
Yoo Gun yang sering terlibat perkelahian semenjak SMP menjadi seorang
detektiv bagian pembunuhan dengan bantuan Letnan Ha yang sudah seperti ayahnya.
Selagi Yoo Gun melacak perdagangan senjata ilegal di bawah Unit Investigasi
Wilayah Seoul, dia bertemu tim NSS yang mengejar tersangka yang sama. Dari
insiden ini, Kepala Park Joon Han melihat potensi Yoo Gun dan merekrutnya untuk
masuk ke NSS. Yoo Gun menjadi instruktur pelatihan setelah satu tahun bergabung
dengan NSS. Dia menempatkan satu peserta pelatihan pertamanya, Soo Yeon,
melalui satu program pelatihan yang melelahkan. Sebenarnya nereka sudah agak
lama menjadi pasangan kekasih sebelum Soo Yeon bergabung dengan NSS. Setelah
pelatihannya, mereka bekerja bersama di TF-A Team.
Mantan Direktur NSS, Baek San yang telah ditahan di penjara khusus NSS
atas keterlibatannya dengan IRIS menyerahkan dirinya pada NSS untuk melarikan
diri dari percobaan penangkapan terhadapnya oleh IRIS. Selama proses tersebut,
Soo Yeon tidak sengaja tertembak oleh Hyun Woo. Yoo Gun kemudian ditugaskan
untuk memindahkan Baek San ke rumah perlindungan NSS untuk melindunginya. Namun
akibat informasi yang bocor dari dalam, rumah perlindungan NSS diketahui dan
mendapatkan serangan. Dengan pengorbanan dari Joon Han, Yoo Gun dapat menyelamatkan
Baek San dari serangan tersebut.
Sementara itu, Soo Yeon telah keluar dari rumah sakit dan bergabung
dengan timnya.
Sebagai bayaran telah menyelamatkan nyawanya, Baek San membocorkan
informasi pada Yoo Gun mengenai kemungkinan adanya gangguan pada agenda
pembicaraan Korut dan Korsel yang akan diselenggarakan di Hungaria. NSS
mengirimkan Yoo Gun dan TF-A Team untuk bergabung dengan tim keamanan Korea
Selatan di Hungaria. Di sana, tim NSS melakukan persiapan menyeluruh untuk
berjaga-jaga dari serangan IRIS.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Park Chul Young (Kim
Seung Woo) menemui representativ/ketua perwakilan Korut di kamarnya. Ia
memberitahu bahwa delegasi dari Korsel telah tiba.
“Komite Persiapan
Unifikasi Semenanjung Korea, menurutmu akan seperti apa? Pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara akan
duduk dan membicarakan rencana tak resmi
seandainya tiba-tiba suatu hari nanti penyatuan tersebut terjadi,” kata
Representatif Korut.
“Apakah Anda kan
keberatan bila aku berbagi pemikiranku akan hal tersebut?” Park Chul Young menyahuti.
“Silakan katakan.”
“Elang akan menggunakan
kesempatan kegagalan merpati sebagai kesempatan mereka untuk melakukan serangan
balasan. Jika anda kehilangan kesempatan
ini, pada akhirnya anda akan memberikan mereka lebih banyak kekuasaan.
“Bila begitu, kau
berpikir bahwa aku adalah merpati?”
Park Chul Young
menyanggah, “ Tepatnya bukan begitu. Akan tetapi, satu hal yang bisa anda
yakini adalah aku tidak berada di pihak elang.”
“Kau memang percaya diri
seperti biasanya. Aku percaya bahwa ada
dua tipe orang di dunia ini. Mereka yang percaya diri karena mereka memang
sungguh-sunggu tidak memiliki apapun untuk disembunyikan. Dan mereka yang percaya diri karena mereka
tidak akan rugi apapun lagi. Menurutmu, kau yang mana?”
Park Chul Young terdiam.
(Komen, tiap menulis nama Park Chul Young, yang terlintas selalu adalah Mir
MBLAQ. Nama aslinya Mir mirip sih. Bang Choelyong sama Park Chul Young hahaha).
Yoo Gun, Hyun Woo dan
Soo Yeon makan bersama di pinggir jalan kota Budapest. Soo Yeon mengajukan tanya, apakah tidak
masalah mereka bersantai seperti itu? Hyun Woo bilang, karena agenda besok,
mereka sudah bekerja giat tanpa henti selama beberapa hari.
“Setidaknya ayo kita
melepas ketegangan selama beberapa jam. Aku merasa sudah akan kehabisan napas.
Tidak apa-apa kan, Ketua Tim?” Hyun Woo menatap Yoo Gun yang sedang menyeruput
minumannya.
“Benar, kalian bisa
istirahat sejenak,” jawab Yoo Gun. “Tapi kita akan beristirahat sampai pukul 5
lalu kita harus kembali.
“Karena kita di sini
hanya sebagai bantuan untuk keamanan, kenapa kau tidak santai sedikit, Ketua
Tim?”
Hyun Woo mengungkit
waktu mereka mabuk bersama untuk pertama kalinya. Yoo Gun tertawa mendengarnya. Soo Yeon
sedikit ngambek kenapa Hyun tiba-tiba mengungkitnya.
Kilas balik
Mereka bertiga duduk
satu meja. Soo Yeon sudah separuh mabuk. Tapi ia tak berniat menghentikan
minumnya. Hyun Woo menegurnya.
“Ji Soo Yeon, kenapa kau
tidak berhenti sekarang?”
“Bagaimana aku bisa
berhenti! Hari ini kita akan minum sampai hanya ada satu orang yang tersisa.
Saat aku pergi keluar dengan berpakaian rapi, sepuluh orang akan
melewatiku. Saat aku berbalik, aku
melihat 15 orang melihatku. Aku wanita yang seperti itu.” Soo Yeon berbicara
lengkap dengan gaya mabuknya.
Hyun Woo mengangguk. Ah
ya, benar begitu ya?
Soo Yeon terantuk.
Kepalanya berkali-kali menyentuh cerek (kalau di rumahku, Almarhum Kakekku
menggunakan cerek sebagai wadah air untuk wudhu-nya hehe).
“Belum pernah aku
bertemu orang yang membual tentang daya tahan alkohol mereka dan memang
ternyata dia bisa minum,” sindir Hyun Woo.
Yoo Gun tidak memberikan
komentar, hanya tersenyum mengamati Soo Yeon. Tatapannya itu loh, sayaaaaang
banget sama Soo Yeon.
Hyun Woo lalu pamit, ia
ada urusan sedikit di rumahnya. Ia tanya apakah Yoo Gun baik-baik saja
ditinggalkan bersama Soo Yeon yang sedang mabuk? Yoo Gun bilang ia akan
menunggu Soo Yeon bangun dan mengantarnya pulang.
“Hati-hati kalau menggendong
dia, dia mungkin saja akan meneror punggungmu, ketua Tim.” Hyun Woo menirukan
orang yang sedang muntah. Ia bangkit dari duduknya. Sebelum keluar, ditatapnya
Soo Yeon dengan pandangan yang tidak begitu susah diartikan. Hyun Woo menyukai
Soo Yeon. Kita sudah tahu itu, bukan? Hehe.
Kembali ke Budapest.
Soo Yeon mengaku ia sama
sekali tidak ingat apapun. Yoo Gun menimpalinya, Soo Yeon memang tidak akan
ingat apapun.
“Bagaimana bisa kau
tidak ingat?” sela Hyun Woo. Soo Yeon tidak mau kalah, ia lalu menyumpal mulut
Hyun Woo dengan roti. “Itu roti khas Bulgaria.
Pada saat itu, Rey
muncul. Ia duduk sambil membaca koran, tak terlalu jauh dari tempat Yoo Gun,
Hyun Woo dan Soo Yeon. Pura-pura (?)
“Sampai saat jembatan
Szechenyi dibangun. Nyaris tidak ada kontak antara Buda dan pest.”
“Buda dan Pest?.” Hyun
Woo menyela kalimat Soo Yeon. “Jado mereka menamakan Budapest dengan
menggabungkan kedua daerah itu?”
Soo Yeon mengangguk.
“Daerah Buda yang terutama terdiri dari para golongan atas bisa bergabunh
dengan kaum buruh dari daerah Pest karena jembatan tersebut. sehingga dihasilkanlah kombinasi nama
tersebut.”
Hyun Woo memuji
pengetahuan Soo Yeon luas sekali. Soo Yeon mengangkat bahunya, mau bersikap
cool ceritanya...
“Aigoo, kalian berdua
orang-orang berpengetahuan luas. Selamat bersenang-senang menjelajahi Buda dan
Pest. Agen bodoh ini akan pergi sekarang.” Hyun Woo bangkit. Ia meninggalkan
Soo Yeon dan Yoo Gun. Saat yang bersamaan pula keduanya pergi tapi mengambil
arah yang berbeda dengan Hyun Woo.
Lihatlah ekspresi tak ada harapan Hyun Woo |
Yoo Gun dan Soo Yeon
jalan bersama menikmati kota Budapest yagng indah. (Sukaaaa banget sama
sinematografi drama ini, kereeen). Soo Yeon senang sekali.
“Aku penasaran mereka
membicarakan apa?” kata Soo Yeon. Mereka melewati sepasang kekasih yang sedang
bermesraan di pinggir sungai apa danau ya?
Mereka mungkin
membicarakan apa yang harus mereka makan untuk makan malam ini dan semacamnya,
sahut Yoo Gun.
“Kau tidak ada
romantis-romantisnya,” celetuk Soo Yeon. Skakmat. Huahahahaha.
“Ketua Tim,” panggil Soo
Yeon. “Apa mungkin kau dipaksa ya untuk berkencan denganku padahal kau tidak
suka?”
“Mana ada orang yang
memaksakan dirinya berkencan dengan seseorang yang mereka tidak suka.”
“Kalau begitu kau
berkencan denganku karena kau suka padaku?” tanya Soo Yeon seraya menahan
langkah Yoo Gun. Yoo Gun tertawa.
“Kenapa kau berkencan
denganku?” cecar Soo Yeon.
“Kenapa aku berkencan
denganmu? Bicara apa kau ini?”
“Ini karena aku
penasaran dan agak merasa kesal. Seorang pria harusnya menunjukkan bagaimana
perasaannya terhadap wanitanya supaya si wanita tahu isi hati pria itu. Kalau
kau terus saja begini, apa yang akan kau lakukan kalau aku kabur nanti? Pada
saat itu, jangan menyesal berbicara terus-menerus tentang apakah kau bisa atau
tidak bisa hidup tanpaku. Kau harusnya baik-baik padaku selagi aku masih ada di
sekitarmu.” Soo Yeon menepuk bahu Yoo Gun.
“Aku akan bersikap baik
padamu.”
“Janji? Baiklah. Kalau begitu angkat tanganmu,” pinta
Soo Yeon. Yoo Gun terlihat malu-malu tapi ia mengangkat juga tangannya. Soo
Yeon menyambutnya dan tersenyum. Mereka kemudian melanjutkan jalan-jalan.
Malam merayapi kota Budapest. Lagunya Noel
yang jadi original soundtrack drama ini menjadi backsong kebersamaan mereka
hari itu. Aku merasa ucapan Soo Yeon semacam firasat. Entah siapa yang
meninggalkan dan siapa yang akan ditinggalkan. Andweee... TT_TT
Di kamar hotelnya, Hyun
Woo sedang menekuri sketsa yang dibuat Oh Hyun Kyu. Selintas ingatannya
melayang ketika tak sengaja melihat Rey berjalan tak jauh darinya. Di episode
sebelumnya diceritakan bagaimana ia mengikuti Rey dan gagal. Kecurigaannya
timbul.
Yoo Gun dan Soo Yeon
melewati sebuah toko yang menjual boneka-boneka unik. Yoo Gun menyebut nama Soo
Yeon seperti hendak mengucapkan sesuatu. Soo Yeon memasang wajah penasarannya.
Tapi Yoo Gun malah mengambil ponselnya yang bergetar. Ada panggilan. “Ini dari
Ketua Yoo,” katanya. Soo yeon melengos kecewa. Ia menyuruh Yoo Gun menjawab teleponnya. Ia
akan melihat-lihat sebentar. Yoo Gun mengangguk. Perhatian Soo Yeon tersita
pada boneka yang terbuat dari tanah liat. ia lantas menanyakan berapa harganya,
penjualnya menjawab 9.700 forint (mata uang Hungaria kali ya? Gak sempat
gugel). Soo Yeon kecewa, mahal sekali. Yoo Gun sudah menutup teleponnya. Ia
menemui Soo Yeon. Melihat Soo Yeon memegang boneka itu, ia bertanya apakah Soo
Yeon suka?
“Aku suka boneka?
Seperti anak kecil saja,” sahut Soo Yeon. Padahal memang suka dan Yoo Gun bukan
orang yang bisa ia bohongi. Saat Soo Yeon melangkah meninggalkan toko tersebut,
Yoo Gun berkata pada penjaga tokonya kalau ia akan menemuinya kembali nanti.
Di akhir episode 2,
seseorang mengarahkan senjatanya pada Yoo Gun yang tengah berjalan bersama Soo
Yeon. Si pria yang ternyata adalah rekan Rey jadi menarik pelatuk senjatanya.
Tapi senjata itu masih kosong. Rey yang duduk di belakangnya sambil mengamati
foto kebersamaan Yoo Gun dan Soo Yeon mengingatkannya agar jangan-jangan
macam-macam. Mereka harus bersiap untuk besok.
Yoo Gun menemui Hyun
Woo. Ia bertanya apa yang sedang Hyun Woo lakukan.
“Ketua tim, orang yang
membunuh Kapten Park, aku pikir aku melihatnya jadi aku mengikuti dia. Tapi aku
kehilangan dia,” kata Hyun Woo.
Yoo Gun melihat leptop
Hyun Woo yang menampilkan sktesta Rey. “Apa kau yakin?”
“Kita berharap saja aku
salah.”
Scene yang menunjukkan
Yeon Hwa yang melakukan penyamaran sebagai petugas hotel di episode dua
ditampilkan kembali. Ia keluar dari
hotel dan pergi menggunakan mobil putih.
Sementara itu, Yoo Gun
berdiri di balkon hotel sendirian lalu Soo Yeon datang. Yoo Gun bertanya kenapa
Soo Yeon belum tidur. Soo Yeon menjawab ia tidak bisa tidur. Bagaimana dengan
Yoo Gun? Sama saja. Keduanya tidak bisa tidur memikirkan akan seperti apa
pertemuan esok hari.
“Besok tidak akan
terjadi apapun, kan?” Pertanyaan Soo Yeon lebih mengarah pada pengharapan. Yoo
Gun balik bertanya, apakah Soo Yeon khawatir? Soo Yeon mengatakan kalau apa
yang dikatakan Baek San mengusik hatinya.
Yoo Gun menghela napas. “Mungkin
tidak akan terjadi sesuatu. Tapi kau tidak akan pernah tahu, jadi
berhati-hatilah.”
“Oppa juga...”
Hari yang ditunggu telah
tiba. Kedua delegasi memasuki tempat pertemuan. Terlihat Yoo Gun, Soo Yeon dan
Choi Min. Yoo Gun memberikan instruksi agar semua personil siaga di tempat
masing-masing. Mantan Presiden Jo Myung
Ho mengucapkan rasa terimakasihnya
kepada delegasi Korut yang sudah jauh-jauh datang . Kwan Youn Chan, selaku
ketua delegasi Korut memperkenalkan diri. Keduanya saling bersalaman. Pertemuan itu dibuka, Choi Min dan Park Chul
Young keluar dari ruangan tersebut. Pembahasannya tidak jauh-jauh dari masalah
nuklir dan ekonomi kedua Negara sekandung yang kerap saling bersitegang itu. Kesepakatan
yang diambil adalah kedua belah pihak akan menitikberatkan pada sektor ekonomi.
Jalannya perundingan itu
dipantau diam-diam oleh Byung Jin. Jadi, seluruh area di hotel itu sudah
disadap sama NSS. Ckckck. Byung Jin menyuruh penyadapan dimatikan karena
pertemuannya sudah selesai. Soo Yeon
masuk ke ruangan yang disediakan untuk tim keamanan NSS. Ia tanya apa tidak ada
yang spesial dari pertemuan itu?
“Selain dari
menginginkan jaminan untuk dukungan ekonomi,
Korut nampaknya puas.”
Lalu seorang anggota
lainnya datang, Kim Ji Won. Ia menimpali, “Agenda pertemuan Korut dan Korsel.
Reuni anggota keluarga yang terpisah. Membuka kembali Gunung Geumgang dan
wilayah industri Kaesong. Uang selalu menjadi persoalan nyata tanpa
pengecualian.”
Byung Jin berkata, “
selain itu, Kwan Young Chan kelihatannya sama sekali tidak menentang ekonomi
pasar bebas.”
“Beliau pasti memiliki
banyak musuh,” kata Soo Yeon.
“Apa itu benar?”
“Perubahan akan selalu
jadi bahan incaran dan kritikan oleh aliran utama. Korut tidak semestinya berbeda
dengan Korsel dalah hal ini,” jawab Soo Yeon.
Rekannya memberikan
sebuah lembaran. “Kalau begitu kami bisa bersantai sampai perjamuan makan
malam?” tanyanya.
Byung Jin mengeluh
mereka bahkan belum keluar hotel sejak tiba di sana. “Yang begini ini yang kau
sebut hidup?”
Soo Yeon meminta mereka
bersabar. Besok jadwal resminya akan usai. Ia akan menunjukkan sekeliling kota
pada mereka, janjinya. Byung Jin membungkukkan badan, “terimakasih, kakak.” Hehe,
lucu nih Byung Jin.
Soo Yeon pergi ke kamar
Choi Min dan kaget melihat Choi Min sudah memakai stelan cantik.
“Kenapa? Belum pernah
melihat orang berpakaian rapi?” tegur Choi Min.
“Maaf?”
“Kau berpikir orang
berprofesi seperti kita pergi ke pesta mengenakan setelan resmi juga? Dalam semangat
memberikan pelayanan, saat akan ke pesta kita mengikuti arus.” Choi Min
menambahkan. Ia bertanya pada Soo Yeon bagaimana penampilannya. “Anda sangat
luar biasa,” puji Soo Yeon.
Soo Yeon menemui Choi
Min untuk menyerahkan laporan hasil percakapan para representatif Korea Utara
saat jeda istirahat. Choi Min menyuruh Soo Yeon agar meringkas saja informasi
yang penting dan memberitahunya.
“Mereka ingin meluaskan
kerjasama ekonomi dengan Korea Selatan. Misalnya Kaesong, Rajin dan Hwanggumyung.
Mereka membahas kerjasama jangka panjang untuk mengembangkan kawasan industri
lain,” kata Soo Yeon.
“Mereka akan lebih
mempersiapkan perisai pelindung daripada beberapa senjata nuklir,” sergah Choi
Min.
“Dan juga, mereka
menyebut sesuatu mengenai pengujian nuklir.”
Ucapan Soo Yeon
nampaknya menarik perhatian Choi Min. Ia seketika mengalihkan tatapanya pada
Soo yeon.
“Aku pikir mereka akan
membahas hal tersebut dalam agenda pembicaraan kedua besok,” kata Soo Yeon.
Choi Min bertanya
bagaimana menurut Soo Yeon, apakah mereka bisa mempercayai perjanjian damai
yang ditawarkan Korea Utara? Soo Yeon menampik, agen lapangan tidak membuat
pandangan politis. Akan tetapi apabila
ia berbagi pendapat sebagai rakyat Korea Selatan, dari pada menjamin penghentian uji nuklir,
Soo Yeon percaya seharusnya mereka mengusahakan janji pelucutan atas senjata
nuklir. ia tidak percaya senjata nuklir akan bisa melindungi rakyat sebuah
negara. Choi Min tersenyum mendengarkan.
“Senjata nuklir mungkin
tidak akan bisa melindungi rakyat. Tetapi tidakkah kau berpikir itu efektif
untuk mempertahankan sistem politik?”
“Pada hari Natal 1991,
pemerintah negara yang memiliki senjata nuklir paling besar di dunia runtuh
yaitu Uni Soviet. Apabila kekuatan ekonomi dan diplomatik Uni Soviet
lemah, itu akan cukup membuktikan bahwa
persenjataan nuklir tidak dapat melindungi rakyatnya maupun mempertahankan
sistem politiknya.”
Choi Min mengangguk, ia
sependapat dengan Soo Yeon.
“Ini hanya pendapat
pribadiku, Wakil Direktur,” kata Soo Yeon.
Choi Min mengajak Soo
Yeon ke tempat pertemuan makan malam kedua delegasi.
Di tempat itu, seluruh
tim kemanan bersiaga tak terkecuali Park Chul Young. Seorang pelayan wanita
melewatinya, Yeon Hwa yang menyamar jadi Mei. Ia memerintahkan pada anak
buahnya agar menyuruh pelayan wanita yang baru saja lewat agar menemuinya. Soo
Yeon dan Hyun Woo memperhatikannya dari jauh. Choi Min juga meminta Soo Yeon memeriksa
Yeon Hwa.
Di bagian dapur, Yeon
Hwa diinterogasi Park Chul Young. Park Chul Young tanya apa dia bisa berbahasa
inggris (menggunakan bahasa inggris tentunya). Yeon Hwa yang pura-pura bloon
menggeleng.
“Aku minta maaf. Aku akan
menanyakan beberapa hal padamu. Sudah berapa
lama kau bekerja di sini?” tanya Park Chul Young. Dia berbicara pake bahasa
Hungaria sepertinya.
Yeon Hwa menjawab ia
sudah bekerja di departemen katering hotel selama dua tahun. Ia berkebangsaan
Cina. (ehm, dialek Koreanya masih kelihatan).
Di ruangan keamanan NSS,
Byung Jin mengeluh ia tidak bisa mendapatkan audio (suara) interogasi Yeon Hwa
dan park Chul Young. Soo Yeon menghela napas frustasi. Teleponnya berbunyi. Dari
Yoo Gun. Soo Yeon menyampaikan kalau mereka sedang merekamnya tapi tidak bisa
menangkap percakapannya. Yoo Gun bilang bukankah itu salah satu kepandaian Soo
Yeon? Aku akan mencobanya, kata Soo Yeon lagi.
Kembali ke Park Chul
Young dan Mei (Yeon Hwa), Park Chul Young bertanya apakah Mei (Yeon Hwa)
tinggal bersama keluarganya di sana? Mei (Yeon Hwa) mengatakan keluarganya
berada di Beijing. Park Chul Young tertarik. Ia tanya di bagian mana keluarga
Mei tinggal di Beijing? Mei (Yeon Hwa) kelihatan bingung mau menjawab, pada
saat itu seorang pria memanggilnya dan menyuruhnya kembali bekerja. (manager
hotel sepertinya tapi aku curiga itu komplotan IRIS karena kalau benar ia
manager hotel pasti tahu mana Mei yang asli dan mana yang jejadian). Yeon Hwa
kembali ke ruang perjamuan makan malam. Choi Min menemui Yoo Gun dan menanyakan
apa yang terjadi. Yoo Gun melaporkan kalau saat itu Park Chul Young sedang
menginterogasi seorang pelayan wanita. Hyun Woo ikut bergabung. Ia tanya apa
mungkin itu alarm palsu? Yoo Gun menunjukkan ponselnya berisi laporan tersebut.
“Baek San mengatakan
targetnya bisa saja Korea Utara maupun Korea Selatan. Kita harus memeriksakan
semuanya yang kita temukan mencurigakan tanpa terkecuali,” kata Yoo Gun.
Yeon Hwa menghampiri
meja Kwan Young Chan. Ia menuangkan wine di gelas dan pura-pura tak sengaja
menumpahkannya di baju Kwan Young Chan. Yeon Hwa meminta maaf. Kwan Young Chan
tersenyum. Minatnya pada Yeon Hwa terbit, itulah yang diinginkan Yeon Hwa,
berarti perangkapnya berhasil. Park Chul Young masih tetap mengawasi Yeon Hwa
diam-diam.
Di ruang pengawasan NSS,
Soo Yeon serius menatap layar komputer. Byung Jin dan Kim Ji won juga ada di
sana.
“Metode oral? Apa itu?”
tanya Ji Won. Mencari tahu ucapan orang melalui pembacaan gerak bibir, jawab
Byung Jin. Ji Won tanya apakah Soo Yeon
bisa menggunakan metode itu. Soo Yeon bisa melakukannya dalam bahasa Inggris
tapi Park Chul Young dan Yeon Hwa menggunakan bahasa Hungaria. Soo yeon
menyadari sesuatu, ia menyuruh Byung Jin menyalin file di komputer dan
mengirimnya ke B3. Selesai, kata Byung Jin. Soo Yeon segera memeriksa. Ji Won
berkata ia tidak percaya mereka menggunakan mesin teleks tua yang usianya
bahkan melebihi umurnya. Byung Jin menimpali, dengan itu mereka bisa
menghindarkan orang-orang Korea Utara mendengarkan mereka. Soo Yeon mendapatkan
sesuatu dari file yang disalin Byung Jin.
Choi Min, Jo Myung Ho
dan pria yang berbicara dengan Choi Min di pesawat berada dalam satu ruangan.
Jo Myung Ho berkata, Kwon Young Chan tidak secara terang-terangan menyampaikan
dalam pertemuan hari itu, akan tetapi ia pikir Kwon Young Chan percaya bahwa
Korea Utara seharusnya mengikuti model ekonomi Cina. Jo Myung Ho percaya bahwa ada banyak
pendukung untuk kebijakan tersebut di Cina.
“Selama perjanjian untuk
dukungan ekonomi berjalan lancar maka kesepakatan akan mudah. Juga tampaknya
memang akan ada kemungkinan untuk menyusun komite Persiapan Unifikasi.”
Hasil tersebut akan segera dilaporkan ke gedung
biru.
“Aku percaya bahwa Anda sudah menyadari akan situasi di dalam
Korea Utara. Perebutan kekuasaan antara tentara garis keras dan kalangan
moderat telah menjadi begitu sangat serius sehingga mereka tidak akan ragu-ragu
memicu kekerasan di tengah-tengah Pyongyang. Kwon Young Chan merupakan kalangan
moderat di Korea Utara. Menurut pendapatku, beliau membahayakan nyawa demi
pembicaraan ini,” kata Choi Min.
“Aku pikir kalangan
moderat sudah mengambil alih semua posisi kunci, dengan demikian menggulingkan
tentara garis keras?” sela Jo Myung Ho.
“Analisis telah
mengatakan kepada kita, karena peristiwa yang terjadi, ketidakpuasan dari garis
militer telah mencapai maksimum. Dikarenakan efek balon, tidak ada yang bisa
mengantisipasi kapan, di mana atau apa yang akan terjadi. Aku menyarankan Anda
mengambil tindakan pencegahan ekstra,” Choi Min mengingatkan.
“Jadi NSS akan
menambahkan agen untuk melindungi Anda.” Kata pria itu. Jo Myung Ho tertawa
sambil berkata tidakkah sedikit berlebihan memberikan pengawalan kepad
seseorang yang tidak lagi berada di pemerintahan?
Choi Min menjelaskan,
tugas personil keamanan dan agen NSS sedikit berbeda. Jo Myung Ho akan lebih
mengetahui rinciannya dalam laporan yang akan ia serahkan selepas mereka
kembali ke rumah.
Pria itu keluar kamar Jo
Myung Ho bersama Choi Min. Ia membantu karena Choi Min yang memintanya, apakah
tidak berlebihan memberikan penjagaan keamanan yang berlebihan seperti itu pada
mantan Presiden? Choi Min berdalih hal itu diperlukan karena apabila Perjanjian
Unifikasi berhasil maka Jo Myung Ho akan menjadi Presiden pertamanya. Hal itu
akan memicu reaksi dari pihak oposisi. Choi Min pamit, pria itu memberi tawaran
minum bersama tapi Choi Min menolaknya
Hyun Woo dan agen NSS
sedang sibuk Yoo Gun masuk.Sidik jari pelayan wanita yang berbicara dengan Park
Chul Youn sudah diambil dari gelas saji. Mereka mengirimkannya ke markas pusat.
Semestinya sebentar lagi akan ada berita dari mereka, kata Hyun Woo. Soo Yeon juga melaporkan bahwa ia tidak bisa
mengartikan pembicaraan Park Chul Young dan wanit bernama Mei tapi ia bisa
mengartikan percakapan antara Park Chul Young dan bawahannya setelah itu. Mei
sudah bekerja di sana selama dua tahun dan orang tuanya tinggal di beijing. Yoo
Gun mengangguk mengerti.
Yeon Hwa menuju kamar
Kwon Young Chan membawakan kemejanya yang sudah di-loundry. Dua orang pengawal
Kwon Young Chan menghalangi dan melakukan pemeriksaan, Kwon Young Chan keluar
dan menegur anak buahnya. Ia meminta agar Yeon Hwa a.k.a Mei diperbolehkan
masuk.
Sementara itu kesibukan
di ruang pengawasan NSS masih berlangsung. Yoo Gun menanyakan bagaimana
informasi dari kantor NSS pusat. Hyun Woo bilang beritanya sudah datang tapi
mereka tidak bisa memeriksa sidik jari tersebut.
“Siapa nama wanita itu?”
tanya Yoo Gun.
“Mei. M-E-I,” sahut Hyun
Woo.
“Periksa dia dari data
pegawai hotel.”
“Baik.” Byung Jin segera
melakukan perintah Yoo Gun.
Di kamar Kwon Young
Chan, Yeon Hwa berhasil merayunya. Aigooo, ini bapak-bapak udah uzur tapi masih
demen juga sama anak muda. Celem -_-
Park Chul Young
berjalan-jalan di ruangan keamanan Korut di hotel itu. Salah satu anak buahnya
datang memberitahu bahwa Mei masuk ke kamar Representativ untuk membawakan
kemejanya. Park Chul Young gelisah, ia memerintahkan agar dilakukan pemeriksaan
ulang keamanan untuk pertemuan besok.
Byung Jin berseru,
hasilnya sudah ada.
“Orangnya berbeda.” Yoo
Gun melihat foto Mei asli di komputer. Semuanya kaget.
Kwon Young Chan mulai
beraksi dengan Yeon Hwa (ehm, mohon paham sendiri maksudnya yah. Diam-diam Yeon
Hwa membuka pita di lehernya. Itu adalah semacam tali tipis memanjang bila
ditarik kedua sisinya. Park Chul Young tiba di depan kamar Kwon Young Chan. Ia tanya
apakah Representatif ada di dalam. Seorang pengawal membenarkan, ia sedang
bersama dengan seorang wanita. Park Chul Young mengetuk pintu namun tidak ada
jawaban. Di dalam kamar, Yeon Hwa berhasil menjerat leher Kwon Young Chan.
“Ini adalah pembalasan
dendam pertamaku terhadap Republik!” desisnya penuh dendam.
Park Young Chan tidak
sabaran, ia menembaki pintu kamar. suara tembakan sampai ke ruangan NSS. Yoo
Gun dan semua yang ada di situ terlihat kaget. Yeon Hwa mengeratkan jeratannya
hingga Kwon Young Chan tewas. Park Chul Young masuk ke dalam kamar dan
mendapati Kwon Young Chan dalam keadaan tak bernyawa.
“Kita bertemu lagi,”
kata Yeon Hwa santai.
Park Chul Young dan
kedua rekannya menodongkan senjata pada Yeon Hwa.
“Siapa kau? Apakah kau
bagian dari IRIS?”
“Entahlah...” Yeon Hwa
cuek. Ia mengangkat tangannya.
Choi Min, Yoo Gun, Hyun
Woo dan Soo Yeon bertemu di lorong kamar hotel. Choi Min bertanya apa Yoo Gun
sudah menemukan dari mana asalnya tembakan tersebut?
“Datangnya dari koridor
timur lantai 5.”
“Prioritas kita adalah
keamanan VIP kita. Kalian berdua ikut aku. ketua Tim Jung, tentukan situasinya
dengan Korea Utara dan laporkan kembali padaku.” Kata Choi Min. Hyun Woo dan
Soo Yeon mengikuti Choi Min sedangkan Yoo Gun berlari ke arah yang berlawanan.
Di kamar Kwon Young
Chan, Yeon Hwa menggerakan tangannya seperti gerakan orang yang akan menembak.
Bang! Tembakan beruntun menyerang Park Chul Young dan kedua rekannya datang
dari belakang Yeon Hwa.
Bersambung ke Part 2
Lanjutkan ya sinopsisnya,,,, baguass
ReplyDelete