Sinopsi IRIS 2 Episode 2 Part 2
Angkor
Wat, Kamboja
Yoo Joong Won berkeliling. Menumpang mobil bersama
warga asli di sana. Ia juga terlihat menawarkan sesuatu pada para pengunjung
Angkor Wat. Pil yang terbuat dari katak tanah jantan yang dipanaskan, bila dimakan
selama tiga hari empat hari yang meminumnya tidak akan kelelahan. Hahaha. Joong
Won nyari duit dengan cara seperti itu.
Yoen Hwa mengawasinya dari jauh. (Ada
yang ngerasa aneh nggak? Yoen Hwa muncul di Kamboja trus muncul juga saat Rey
Cs menyerang Kamp KC. Apa dia bolak-balik gitu yah? Harusnya dikasih keterangan
waktu biar penonton nggak bingung. Auh ah.)
Joong Won terburu-buru melakukan
transaksi dengan pembeli pil-nya lalu tergopoh-gopoh melarikan diri. Polisi Angkor
Wat mengejarnya. Yoen Hwa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Joong
Won kalang kabut. Joong Won bisa mengelabui dua orang polisi itu. Liat sendiri
deh, lucunya aksi kejar-kejaran antara Joong Won dan polisi. Seperti lagi main
petak umpet. Ckck.
Joong Won nyari makan abis dapet duit dari jual Pil katak :D |
Ada foto di dalam dompetnya yang bikin Joong Won terdiam lama waktu mau bayar makanan |
Yoen Hwa nggak nyerah ngikutin Joong Won |
Joong Won kembali ke kamar sewaannya. Ketika tiba di
depan kamarnya, ia menemukan ada yang aneh dengan kondisi pintunya. Seseorang
mungkin telah membukanya. Ada selotip di bagian atasnya. Ia mengambil pistol
yang disembunyikannya di atas ventilasi. Dengan hati-hati dibukanya pintu,
siaga memegang pistolnya. Sebagai mantan agen, sikap waspada memang tidak akan
bisa lepas. Dan Yoen Hwa sudah duduk manis di ranjangnya.
“Kau lagi?” ketus Joong Won. Ia mengeluarkan
bawaannya dalam kantong plastik. Ia bertanya bagaimana Yoen Hwa bisa masuk. “
Aku sudah jelas bilang padamu, aku tidak akan ikut bersamamu. Berapa kali harus
kukatakan?”
Joong Won menghidupkan televisi sambil makan. Yoen Hwa
bilang kalau dia juga lapar. Tapi Joong Won tidak peduli. Ia tetap makan dengan
lahap, sesekali tertawa melihat tayangan televisi.
“Aku tidak bisa makan karena kau buat salah cerna. Aku
bahkan tidak bisa telan makananku. Jadi berhentilah melihatku,” bentak Joong
Won salting karena Yoen Hwa menatapnya
terus.
“Kau tidak butuh uang? Aku yakin kau tidak kabur
dari Korea Utara untuk hidup seperti ini,” kata Yoen Hwa.
“Hidup begini, memang apa salahnya? Kau terus saja
bicara soal uang. Dan kau mungkin berpikir aku kekurangan uang. Tapi aku juga
punya ambisi. Maksudku aku punya mimpi.” Joong Won melanjutkan setelah uang
tabungannya cukup ia akan memulai mengimpor mobil bekas dari Korea Selatan. Ia
akan menjadi dealer mobil bekas keren di Siem Reap. (Mulianya mimpimu, pak.
Sepakat, ketimbang jadi agen yang kerjanya mempertaruhkan nyawa...)
Yoen Hwa meremehkan dengan menimpalinya, kapan Joong
Won akan mendapat uang banyak?
Joong Won tersinggung. Baik, kau terus saja bicara
uang banyak. Seberapa banyak sebenarnya yang ingin kau berikan padaku?
Mendengarnya, mata Yoen Hwa berbinar. Apakah kau mau
melakukannya? Tanyanya.
“Kalau uang tunai sekaligus, aku mau. Pertama-tama
biar kudengar soal apa ini...”
“Ini adalah misi yang aku terima dari IRIS.”
“Kau menjalankan tugas untuk toko bunga atau kafe
atau apa?” tanya Joong Won. “Kau benar-benar sudah sinting.”
Joong Won membasuh wajahnya di westafel. “ Yoen Hwa,
aku tidak bisa melakukannya. Kau juga jangan. Kau tahu tempat macam apa itu?
Dan kau jangan datang menemuiku lagi kecuali kau meninggalkan IRIS.
----
Di kantor NSS, TF-A sedang berkumpul ketika
tiba-tiba Oh Hyun Kyu muncul tergopoh-gopoh. Ia memberitahu kalau koneksi
komputernya terputus begitu saja secara mendadak.
Dan ternyata bukan hanya miliknya. Seluruh area NSS
telah terputus. Kang Byung Jin menjawab.
Ada yang ngepens sama ni namja gak? |
Ada pengaturan level izin keamanan, Sekarang hanya
ada beberapa orang yang memiliki akses ke DV di dalam kantor ini. Mereka memblokir
semua koneksi luar termasuk internet. Cha Hyun Jung menambahkan. (Aku pake nama
aslinya karena belum tahu siapa namanya. Dia bertugas sebagai ketua Tim
Dispatch NSS).
Byung Jin mengeluh, ia tidak tahu bagaimana caranya
mereka akan mengerjakan apapun tanpa internet.
Oh Hyun Kyu malah lega, akhirnya masa pensiunnya
telah datang.
Yoo Gun menunggui Soo Yoen check up pasca operasinya. Soo Yoen keluar dari ruangan dokter. Yoo
Gun menanyakan bagaimana hasilnya. Soo Yoen berkata semuanya baik, ia akan
baik-baik saja setelah melewati terapi fisik. Ia bertanya kenapa Yoo Gun mau
jauh-jauh datang ke rumah sakit.
“Aku hanya ingin melihatmu...” sahut Yoo Gun (Co
Cwiiiit). Soo Yoen tersenyum. Mereka meninggalkan RS. Yoo Gun yang mengemudi.
“Jangan memegang senjata bahkan jangan mengemudi
untuk sementara waktu. Aku akan mengantarmu untuk bekerja dan mengantarmu
pulang.”
“Apa kau tidak percaya kalau aku baik-baik saja? Kau
tidak perlu melakukan itu, Ketua Tim...” Soo Yoen bersikap formal.
Yoo Gun meminggirkan mobilnya. “Soo Yoen-ah, sekali
ini bisakah kau membuat hatiku lebih tenang?”
“Ibu mengatakan aku sebaiknya berhenti dari NSS dan
pergi ke pulau Jeju untuk menikah. Pada tingkat ini, dia pikir aku mungkin berakhir
jadi hantu perawan tua,” balas Soo Yoen.
“Tidak, kau tidak akan berakhir menjadi perawan tua.”
“Aku tidak bercanda.”
Yoo Gun memegang bahu Soo Yoen lengkap dengan tatapan lembutnya. *tarik napas*
Mereka tiba di kantor NSS disambut Hyun Woo.
“Wakil Direktur ingin bertemu denganmu,” katanya
kepada Yoo Gun.
“Sekarang?”
“Ya.”
Yoo Gun kemudian meninggalkan Hyun Woo dan Soo yoen.
Hyun Woo mengambil kesempatan itu untuk bicara berdua dengan Soo Yoen.
Yoo Gun memasuki ruangan Choi Min.
“Aku hanya membongkar barang-barangku yang dikirim
dari Amerika. Duduklah...”
Mereka duduk berhadapan.
“Aku melihat bahwa kau belum lama bersama NSS,” Choi
Min membuka percakapan.
“Benar, sampai sekarang ini sudah lewat tiga tahun,”
kata Yoo Gun. (Berarti Yoo Gun bergabung dengan IRIS setelah kasus teror nuklir
2009, IRIS 1).
“Sebelumnya kau bekerja di kepolisian?”
“Benar.”
“Kau mungkin sudah menyadari ini, tapi ada masalah
di NSS.”
Yoo Gun menyela, “Aku tahu. Membobol masuk ke dalam
rumah perlindungan tidaklah bisa dilakukan dengan mudah tanpa orang dalam
(mata-mata).
“Kaulah satu-satunya yang selamat dari insiden rumah
perlindungan tersebut. Apa aku benar?”
“Ya.”
“Aku bukannya meragukanmu, tapi jika kau bertanggung
jawab. Kau antara sudah akan membunuh Baek San ataukah membiarkan dia kabur.”
Choi Min sepertinya mencurigai Yoo Gun. Aigoo...
Yoo Gun santai saja menanggapi. Ia bertanya apakah
itu alasan Choi Min menaikkan level izin keamanan? Level dua izin keamanan
berlaku hanya untuk situasi code black atau
code red. Balas Choi Min.
“Itu mungkin mencapai level keamanan yang
diinginkan. Tapi itu akan memperlamban waktu respon dari ruang pengawasan ke lapangan
selama misi berlangsung,” ucap Yoo Gun.
“Aku berharap kau tidak beranggapan bahwa aku tidak
tahu tentang tugas lapangan. Teroris tidak lagi menggunakan email ataupun
ponsel untuk bertukar informasi rahasia mereka. Karena itu sangat gampang
ditemukan. Mereka mulai bertukar informasi menggunakan cara komunikasi yang
primitif. Mereka bahkan membuat peledak yang tidak dipengaruhi oleh sinyal elektronik.
Sekarang ini kita harus berurusan dengan teroris yang berkembang pesat seperti
itu.” Choi Min berpanjang lebar.
Kata Yoo Gun, meskipun demi keamanan, namun tidaklah
disarankan untuk memberi keterbatasan pada ruang pengawasan.
“Mereka lebih bebas sekarang Bila kau ingin
menangkap musuhmu, kau perlu berpikir dan bertingkah seperti musuhmu. Ada dua
keuntungan untuk kendali informasi. Pertama, itu akan mencegah kebocoran
intelijen. Dan yang kedua adalah mereka yang memiliki banyak otoritas akan
memiliki lebih banyak kekuasaan. Kaulah di antara mereka yang memiliki
otorisasi tersebut.
Yoo Gun terdiam mendengar kalimat Choi Min.
Hyun Woo dan Soo Yoen. Hyun Woo menanyakan bagaimana
keadaan Soo Yoen. Apakah dia baik-baik saja.
“Ya. Aku sudah ke rumah sakit bersama Ketua Tim. Mereka
bilang aku baik-baik saja.”
“Kalau kau butuh ke rumah sakit, beritahu aku. Aku
akan mengantarmu.”
Soo Yoen berkelakar, tidak jelek juga sesekali
terluka. Semuanya sangat penuh perhatian.
Hyun Woo meminta maaf karena dialah Soo Yoen
terluka. Soo Yoen bangkit dari kursinya. Ia memegang kedua belah pipi Hyun Woo
dan menyuruhnya berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Ia baik-baik saja.
“Haruskah aku memberimu kursus private untuk
menembak? Tidak, lain kali aku akan menyingkir lebih cepat saja. Aku akan berlatih
menghindar dan menyingkir.”
Hyun Woo tertawa.
“Benar. Sekarang kau tersenyum begini, lebih seperti
dirimu. Kau agak tampan kalau kulihat dekat dari atas.” Hahahaha, ada-ada saja
Soo Yoen ini bikin Hyun Woo melambung ke langit ke tujuh. Dibilang tampan,
Hyun Woo jelas saja senang. Ia mengucapkan terimakasih dan menjabat tangan Soo
Yoen. “Kau sudah kembali,” katanya.
Yoo Gun masuk, “Apa yang sedang kalian bicarakan?
“Dia bilang aku tampan,” jawab Hyun Woo.
Saat yang bersamaan Yoo Gun mendapatkan telepon dari
seseorang. Rupanya Direktur Kang yang mengajaknya bertemu. Baek San ingin
bertemu dengan Yoo Gun.
“Jangan coba untuk mendapatkan informasi darinya. Cukup
jadi rekan mengobrol saja. Bila dia terlalu banyak bicara, dia mungkin membuat
kesalahan. Kau harus memanfaatkan momen itu.”
Maksud Direktur Kang apa ya?
Yoo Gun menemui Baek San di tempat pengamanannya. Tangan
Baek San diborgol.
“Rasanya gerah terkurung begitu lama. Apa itu boleh?”
Baek San meminta agar diperbolehkan berjalan-jalan
merasakan udara segar di luar. Ia dan Yoo Gun berjalan bersama-sama di sekitar
rumah tenpatnya diamankan. Tentu saja ada begitu banyak tentara berjaga-jaga.
“Bagaimana menurutmu tentang bayang-bayang? Aku
bertanya apakah kau tahu kapan bayang-bayang bergerak dan berubah? Saat
pemiliknya bergerak, ia akan bergerak. Bila pemiliknya mengubah gaya rambut
atau pakaiannya, ia juga akan ikut berubah. Lalu bagaimana dengan ini?” Baek
San mengangkat tangannya. Pantulan tubuhnya juga ikut bergerak. “Pemiliknya
sama sekali tidak berubah, tapi bayangannya berubah tergantung apakah ia
terjatuh pada permukaan yang rata atau berbatu-batu. Tergantung pada bentuk
dunia yang mengambilnya, setiap bayangan akan menerima bentuk yang berbeda. Apa
kau paham?” tanya Baek San.
“Ya,” jawab Yoo Gun.
(Kalau aku nggak paham, Ahjussi.)
Tiba-tiba Baek San mengangkat tangannya seperti
hendak memukul Yoo Gun, Yoo Gun segera menghindar. Tapi Baek San hanya memegang
bahunya. “Aku juga dulu seperti dirimu. Kau mengingatkanku pada seseorang yang
dulunya kukenal. Aku punya banyak kenangan tentang orang itu. sebenarnya orang
itu juga yang memberitahuku tentang bayangan. Tidak lama lagi akan ada
pembicaraan tingkat tinggi antara Korea Utara dan Korea Selatan yang diadakan
di Hungaria. Empat tahun lalu, perdana menteri Korea Utara. Yoon Sung Chul
terbunuh di sana. Aku bertanya-tanya kenapa mereka memutuskan untuk berkumpul
di tempat di mana sebelumnya mereka gagal melakukan pertemuan?”
“Apa kau menyadari bahwa ada juga burung elang dan
merpati di Korea Utara sama halnya dengan di sini dan di Amerika? Ada tentara
garis keras dan ada juga kalangan moderat di Korea Utara. Beberapa bulan lalu
mereka berhasil meluncurkan rudal balistik jarak jauh. Sekarang mereka ingin
melakukan perbincangan lagi dengan kita. Mereka berdua itu adalah dua kekuatan
yang berbeda. Representatif dari Korea Utara dan Korea Selatan yang berpartisipasi
dalam pembicaraan ini akan menjadi tipikal merpati di setiap negara. Korea
Selatan mungkin akan memilih mantan presiden Jo Myung Ho.”
“Kenapa Anda
memberikan informasi seperti ini padaku?” tanya Yoo Gun.
“Karena kau menyelamatkan nyawaku, aku hanya mencoba
membayarnya kembali. Dengar baik-baik, aku tidak yakin apakah targetnya adalah
Korea Utara atau Korea Selatan ataukah keduanya... tapi sesuatu yang besar akan
terjadi di Hungaria. Dengan ini aku akan menganggap sudah membayar utangku.” Kata
Baek San sambil berjalan pelan menjauhi Yoo Gun.
Dan di sebuah kamar yang dibiarkan gelap, seseorang
bediri mengahadap jendela yang tirainya terbuka sedikit. Ia berbicara di telpon
dengan seseorang.
“Fakta bahwa Baek San mengetahui tentang pembicaraan
tersebut bagaimana kau mengartikannya?
Aku akan mendiskusikan jadwal pembicaraan tersebut dengan kepala staf. Bersiaplah
untuk memberikan penguraian pada rapat pagi kita.
Bersambung ke part 3
Komentar :
Hmmm... Siapakah orang yang dimaksud Baek San? Orang yang mengajarinya tentang bayangan. Jangan-jangan Bapaknya Yoo Gun. Hadeh, masih ada 18 episode lagi. Mari berspekulasi sendiri-sendiri. *Fans galau lagi nunggu Ijun nongol di IRIS hahahaha*
Itu yang nelpon dekat jendela mirip-mirip Direktur Kang yah? Wew. Tar malem IRIS akan menayangkan episode 3. Sayang aku nggak bisa nonton online gegara susah nyari link live streaming KBS2. Kalo SBS sama MBC mah gampang. Jadinya tar malam nonton online 7th Grade Civil Servant dah... :D
Hepi reading, komenin duoong! :D
walo sudah nonton dramanya, tetap aja pengen baca sinopsisnya. Alhamulillah ketemu sama blog ini :)
ReplyDeletesalam kenal ya mba, semangat lanjutin sinopsisnya yaaaaa....
Anyeeooong...! Salam kenal. Gomawo udah mampir baca, IRIS 2 lumayan seru menurutku, aku nggak nonton season 1-nya jadi gak punya pembanding dan emang gak pengen ngebandingin hehe. Makin nambah episodenya ceritanya juga makin berkembang. Insya Allah mau nyelesaiin sinopnya. Doain konsisten ya :)
ReplyDeleteMinggu ini di Korea udah mau masuk epi 5-6. Hwaiting!
Makasih sinopsisnya, aku baru sampai episode 3, menurutku cerita Iris ini walau seru tapi agak rumit, jadi baca sinopsis di blog ini ngebantu aku mahamin ceritanya.. gomawo ^^
ReplyDelete