[Trivia] Goodbye Ssangmun-Dong, Thank You Reply 1988
Setelah
menunda beberapa hari, tibalah saatnya saya harus mengucapkan salam perpisahan
pada Reply 1988. Reply 1988 telah menutup tahun 2015 dan membuka 2016 dengan
penuh warna. Drama ini, telah mengajarkan begitu banyak hal kepada penontonnya
(khususnya saya) tentang apa arti keluarga dalam hidup seseorang.
Keluarga
memang menjadi tema sentral Reply 1988. Lima keluarga yang hidup berdampingan
di sebuah gang bernama Ssangmun-Dong di salah satu sudut kota Seoul,
ber-setting tahun 1988.
Hati
saya kebas dan sedih mengingat minggu ini dan seterusnya saya tidak akan pernah
lagi bertemu para penghuni Ssangmun-Dong beserta aneka macam kisah keseharian
mereka. Selamanya. Bagi saya Reply 1988 lebih dari sekadar drama. Saya melihat
sebuah potret hidup yang benar-benar nyata dan lekat. Saya menemukan diri saya
di kepribadian Sung Bora, mencium aroma keteguhan ayah saya di diri Sung Dong
Il, raut wajah ibu saya membayang pada kesabaran Lee Il Hwa, dan kebingungan
yang sama tentang masa depan pada Sung Deokseon. Reply 1988 sejatinya membawa
saya untuk menekuri hidup lebih khidmat dan santun lagi, lebih dari yang telah
saya lakukan sepanjang 27 tahun ini.
Hidup
adalah roamansa yang tak melulu harus dibubuhi merah jambu baru bisa dibilang
indah.
Berat
rasanya harus melepas pergi Reply 1988.
Tapi
awal selalu bertemu akhir, bukan? Dan kita harus menerimanya. Mau atau tidak
mau. Suka atau tidak suka.
Prolog
... Perhaps, our own family is the
most oblivious. But what’s so important about knowing? In the end, what helps
you climb over the wall isn’t brains but the heart that will take your hand and
won’t let you go. In the end, that’s family. Even for heroes, their rightful
place to retun to in the end is family. The pain inflicted upon you outside the
door, and the scars inflicted on you by life itself, even the sadness brought
onto you by family... In the end, it’s family. –Sung Deokseon
Highlight ending episode 01 benar-benar menampar
saya, telak. Saya malu pada diri sendiri, merasa bersalah pada ibu dan ayah
saya sepenuh hati. Saya melewati masa remaja saya dengan penuh pemberontakan,
berbagai macam tuduhan saya arahkan pada mereka hanya agar kekecewaan dan
amarah saya menemui muaranya—saya mencari-cari sebab yang bisa dipersalahkan atas
apa yang sudah saya lalui tanpa pernah mencari tahu apakah saya berhak semarah
itu pada mereka. Kamu tidak akan pernah bisa menakar sedalam apa cinta ibu dan
ayahmu untukmu, percayalah. Jika ada ada orang yang tulus mendoakanmu diam-diam
tanpa lelah hingga lupa mendoakan dirinya sendiri, maka itu adalah ibu dan
ayahmu. Sejauh apa pun kamu melangkah, pada akhirnya keluarga adalah satu-satunya tempatmu pulang.
Reply
1988 menyadarkan kita kembali apa makna keluarga itu.
Ketika
saya menulis sebuah cerpen, seperti sudah tertanam di benak saya hirearki yang
harus saya lewati sejak memulai menulis judul hingga menutupnya dengan ending. Di awal bercerita, saya sudah
harus bisa menggambarkan secara utuh akan ke mana dan seperti apa alur cerita
yang saya tulis ke depannya, tokoh dan konflik yang saling bertaut lalu
mengarahkan mereka untuk mencari penyelesaian. Bagi saya, sebuah cerita bisa
dibilang bagus dan sukses jika pertanyaan demi pertanyaan yang muncul di
paragraf-paragraf awal terselesaikan di ending
dengan cara yang elegan. Ada dua
jenis cara menutup ending yang saya
ketahui. Pertama, ending yang
benar-benar selesai secara nyata. Contoh,
si A mengungkapkan cintanya kepada si B dan si A akhirnya menerimanya. Selesai.
Tidak ada pertanyaan. Kedua, ini yang sering saya gunakan di beberapa cerita
yang saya tulis. Ending yang nge-twist. Ceritanya sudah selesai tapi
pembaca masih merasa belum selesai. Contoh, kisah Kang Joon Hee di Reply 1997.
Untuk cerita semacam ini, pembaca diminta membuat
ending sesukanya. Silakan menginterpretasikan sendiri ending-nya. Catatan, tidak gampang loh membuat cerita seperi ini.
Kamu harus benar-benar paham apa yang sudah kamu tulis.
Saya
yakin Lee Woo Jung memilih cara kedua untuk menutup Reply 1988. Apakah dramanya
memiliki ending yang menggantung? Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Tergantung
bagaimana kamu memahami 20 Episode Reply 1988.
Nah
saya akan mencoba mengingatkan kembali bagaimana cerita Reply 1988 dimulai.
Di
dua episode pertama, diperkenalkan satu-persatu karakter yang menghiasi drama
ini.
Sung Deokseon.
Seorang gadis remaja yang menderita sebagai anak
tengah, ia selalu menjadi prioritas terakhir di keluarganya, nyaris
menempati peringkat terakhir di sekolahnya, ia juga sama seperti gadis
seusianya yang ingin tahu bagaimana rasanya disukai lawan jenis. Sebab itulah
ketika dua temannya menyodorinya ide kalau Sung Sunwoo dan Junghwan, teman masa
kecilnya memiliki perasaan khusus padanya, Deokseon senang bukan main. Ia lupa
satu hal, bagaimana jika Sunwoo atau Junghwan benar-benar menyukainya? Apakah
Deokseon memiliki perasaan yang sama? Euforia ingin tahu rasanya disukai
membuatnya lupa point penting di bawah ini,
“... instead of other people liking
you, who is it that you like?” –Ryu Dong Ryong
Choi Taek,
di usia 18 tahun dia sudah menjelma menjadi pemain baduk profesional. Taek bisa
dibilang dewasa sebelum waktunya. Meminjam kalimat Sung Dong Il di episode 2,
“... elements of the real world are
all a part of Baduk. Do you think Taek doesn’t know that? And he is the best
Baduk player in the world too. I bet his character is even more mature than us
adults”.
Di
samping fakta itu, dia hanyalah remaja biasa yang merindukan kehadiran ibunya setiap
hari. Taek adalah satu-satunya karakter di Reply 1988 yang memiliki banyak
layer, di saat kamu berpikir dia hanya bocah polos yang tidak tahu apa-apa, di
beberapa episode selanjutnya dia menyentakmu dengan tindakannya mencerminkan
betapa mature dan penuh pertimbangan.
Ucapan Sung Dong Il benar adanya. Don’t
judge a book by it’s cover.
Sung Sunwoo, tipe
anak yang berbakti pada keluarganya. Pintar dan selalu jadi ketua kelas. Ia
menyimpan rasa suka pada Sung Bora, kakak Deokseon. Sunwoo menyayangi ibu dan
adiknya, setelah kematian ayahnya akibat kecelakaan kerja, ia-lah yang menjadi
pelindung bagi mereka.
Kim Junghwan, lembut
di dalam tapi selalu gagal menunjukkan apa yang dirasakannya pada orang-orang
di sekitarnya. Ia adalah tipikal orang yang akan melalukan hal-hal baik tapi
malu atau gengsi mengakuinya secara terang-terangan. Saya paham mengapa di
episode pertama Deokseon mengenalkan Junghwan sebagai :Gae’, not human. Kita lihat di episode-episode awal bagaimana Ra
Mi Ran dan Kim Sajang kesulitan mendekati
Junghwan. Ia menyukai Deokseon sejak lama, tapi dengan kepribadian seperti
itu, ia menghancurkan banyak kesempatan yang dimilikinya. Berkali-kali. Noh, gue block biar lo mikir ulang dan mengilas
balik scene-scene Junghwan dan Deokseon.
Ryu Dong Ryong, kurang
lebih mirip Deokseon kalau bicara soal peringkat di sekolah. Ia juga dikenal
sebagai konsultan hidup bagi teman-temannya. Ayahnya selalu mengkhawatirkan
akan seperti apa masa depannya dengan kemampuan akademis seperti itu?
Setelah
melihat premis yang divisualisasikan Lee Woo Jung di dua episode plot, sekarang
kita lihat bagaimana dia membuat ending untuk
lima tokohnya di atas.
Sung
Deokseon akhirnya menyadari bahwa bukan soal siapa yang menyukainya. Siapa disukainya,
itu intinya. Ketika kamu menyukai seseorang, paling tidak kamu tidak akan
dibebankan satu tuntutan agar dia—orang yang kamu sukai itu, memberikan balasan
yang sama. Tetapi, sebaliknya saat seseorang menyukaimu, kamu mau tidak mau
terbebani satu aturan tidak tertulis—memberikan umpan balik. Lebih nyaman mana?
Setelah
dinasehati Dongryong, Deokseon pelan-pelan memahami posisinya. Dibandingkan
melanjutkan obsesinya mengejar orang demi memastikan rasa penasarannya, ia
memilih fokus pada sekolahnya. Jeda yang hadir di sela-sela itu, diisi dengan
rasa frustasi atas perubahan sikap Taek padanya.
Rentang
waktu 1988 hingga 1994 kita melihat bagaimana karakter Deokseon berkembang. Ia
menjelma seorang gadis yang bisa diandalkan. Pramugari cantik yang selalu
membagi perhatian pada ayah, ibu, kakak dan adiknya. Sun Young—ibu Sunwoo
bahkan tak sungkan memuji kepribadian Deokseon. Saya sangat tidak bisa terima
jika ada yang menghina Deokseon sebagai pribadi plin-plan HANYA KARENA DIA
TIDAK MEMILIH JUNGHWAN. Kamu membuang satu kesempatan berkenalan dengan karakter manusiawi dan realistis seperti Sung
Deokseon yang tidak akan pernah kamu temui di Reply series sebelumnya. Deokseon
berhak bersama seseorang yang menerimanya apa adanya, menghormati
kekurangannya, memberinya apresiasi yang tulus. Saya rasa Taek-lah satu-satunya
orang yang cocok dengan karakter Deokseon.
Sung
Deokseon mendapatkan endingnya yang setimpal. Menikah dengan orang yang
disukainya dan juga menyukainya. Gadis 18 tahun yang dulu bertanya kebingungan
pada ayahnya akan menjadi ia apa di masa depan, kini menemukan jawabannya.
Kenapa
tidak ada Wedding scene untuk Taek dan Deokseon? Saya rasa fakta kalau Taek-lah
yang menjadi suaminya Deokseon sudah cukup. Lagipula kita bisa menerka
kira-kira akan seperti apa reaksi para orangtua jika tahu hubungan mereka.
Pasti tak akan berbeda jauh dari Sunwoo-Bora.
Taek
yang disalahpahami sebagai bocah cupu itu, membuktikan kalau dia yang paling
dewasa di antara teman-temannya. Ketika ia lupa manitto game di malam natal, tanpa ragu ia berlari menuju Deokseon
dan mengakui kesalahannya—bandingkan dengan apa yang dilakukan Junghwan. Ketika
Deokseon ketakutan setelah bertemu Flashmen,
tanpa diminta ia mengikuti gadis itu ke kamar mandi. Ketika ayahnya ragu-ragu
dan khawatir menerima reaksi Taek atas keinginannya menikahi Sunyoung, dengan
lembutnya ucapan Taek mementahkan itu semua. Ia paham betapa kesepiannya
ayahnya selama ini. Ia malah mengambil inisiatif meminta ijin Sunwoo agar
merelakan ibunya menikah dengan ayahnya. Ketika Kim Sajang berada di ICU, Taek
dengan sigap menelepon Direktur Rumah Sakit secara langsung agar mengambil
tindakan secepatnya. Ketika Manajer-nya hati-hati meminta agar Taek mau
diwawancarai, ia meluluskan permintaan tersebut. Ia kesampingkan sejenak
prinsipnya yang pantang meminta dan diminta agar melakukan ini-itu. Karena ia
tahu, ada saatnya ia harus menerapkan prinsipnya dan kapan ia perlu bersikap lentur. Jangan lupa, ia masih remaja 18
tahun. Saya di usia segitu masih suka pecicilan sana-sini. Kamu tidak merasa
malu menuduhnya bocah yang tidak tahu
apa-apa? Coba dipikir lagi.
Taek
menerima ending-nya yang bahagia. Ia punya keluarga yang lengkap. Ayah, ibu,
seorang kakak (satu bulan) dan seorang adik yang manis tapi kadang galak. Ia
menikahi gadis yang disukainya sejak kecil. Taek tidak pernah ragu-ragu
mengejar Deokseon. Satu-satunya kesalahannya adalah mundur dari niatnya menembak Deokseon, demi Junghwan. Bisa
dipahami mengapa ia memilih melakukan itu. Junghwan dan Taek tidak tahu,
Deokseon memegang peranan penting di sini.
Setelah 6 tahun barulah Taek berani mengaku soal dompet itu. Timing yang pas, karena saat itu mereka
sudah sama-sama dewasa. Taek, Junghwan dan Deokseon. Taek tahu konsekuensinya
berbohong, ia tersiksa selama 6 tahun karena itu. Manakala Deokseon memintanya
agar tidak mengakui hubungan mereka, ia menolak. Ia pernah berbohong sekali,
tidak akan ada lagi kebohongan lain. Tapi ucapan Deokseon berhasil melunakkan
hatinya. Di sinilah terlihat, betapa Taek menghargai Deokseon sebagai
pasangannya. Di usia remaja, kamu mungkin
akan memilih tipe seperti Junghwan tapi setelah menginjak usia dewasa dan
matang, saya yakin lebih banyak perempuan yang akan memilih tipe seperti Taek.
Saya contohnya LOL.
Sunwoo
memberikan kebahagiaan untuk ibu dan adiknya dengan mengijinkan Choi Appa
menikahi Sunyoung. Ditambah satu lagi, ia melanjutkan kuliah di jurusan
kedokteran. Sunwoo berhasil mewujudkan cinta pertamanya yaitu menikahi Bora.
Junghwan,
yang di awal dikenalkan sebagai ’Gae’ akhirnya
berhasil menjadi manusia seutuhnya. Junghwan berubah menjadi pria yang lebih
peka terhadap orang sekitarnya Ia merancang acara ulang tahun untuk ibunya,
menjadi pilot pesawat tempur karena mimpi kakaknya (yang pada akhirnya menjadi
mimpinya juga). Saat Sunwoo minum sendiri setelah mengonfrontasi ibunya,
Junghwan menunda perjalanan ke Sacheon menggunakan mobil dan memilih menemani
Sunwoo. Junghwan di tahun 1988 bertansfromasi menjadi Junghwan yang lebih
dewasa di tahun 1994. Jika kamu jeli, karakter Junghwan lebih bersinar bila
bersama keluarganya ketimbang bersama Deokseon.
“... the young one will do fine on
his own.” –Mbah
Dukun
Inilah
salah satu contoh ending yang nge-twist.
Saya
percaya Junghwan telah menemukan jodohnya yang lebih baik dari Deokseon. Saya
setuju dengan pilihan Lee Woo Jung yang tidak tiba-tiba mempertemukan Junghwan
dengan seorang gadis di tiga episode terakhir. Jika ia melakukan itu, lalu apa
bedanya nasib Junghwan dan Chilbong?
Dong
Ryong yang tidak pintar disekolah ternyata memiliki bakat menjadi pebisnis
andal. Sosoknya mengajarkan kita bahwa meskipun di kampus/sekolah kamu
menempati peringkat satu, ketika kembali ke tengah masyarakat kamu tidak akan
pernah berhasil jika hanya mengandalkan satu itu, dibutuhkan skill atau kemampuan lain yang bisa
membuatmu berhasil berkompetisi. Hidup itu keras, maka kamu harus tahan
banting.
Pada
akhirnya, Ryu Appa sadar Dong Ryong bisa mendapatkan kesuksesan dengan caranya
sendiri.
Gimana?
Cocok dengan premis awal, kan?
I told you, Reply 1988 wasn’t all about pink love. After all, this series mostly talking about Family.
Let’s
talking about this beautiful words for a moment...
Episode
2
There’s
no need to force the harsh truth onto happy delusions. Sometimes, delusions make us
happy. An adult-like child is just one without complaints. It’s just that they’ve
acclimated to the world of adults and they’ve grown used to the illusions
around them. But an adult-like child is still a child. An illusion is short, but a misunderstanding lasts a long time. That’s
why illusions offer freedom while misunderstandings chain you down. –Sung Deokseon
Terkadang
kebenaran bisa terasa pahit dan sulit dicerna, tapi itu bukan berarti kita bisa
memilih menolak dan melarikan diri. Kebenaran, sesakit apapun, harus mau
diterima dengan hati lapang. Memang tidak mudah. Seiring berjalannya waktu,
kita pasti akan menemukan pemahaman yang lebih baik. Kecuali kamu menolak untuk
belajar. Khayalan menawarkan kebebasan, sementara kesalahpahaman bisa
menjatuhkanmu.
Junghwan
membiarkan kesalahpahaman di antara dia dan Deokseon berlarut-larut (pink shirt) sedangkan Taek (manitto game) segera berlari ke arah
Deokseon untuk meminta maaf.
Jika kamu membiarkan kesalahpahaman
menggantung, maka kamu sendiri yang dirugikan.
Episode 4
There’s nothing is more sick of and
considers more tacky than something that has belonged to them for a long time.
However, another way to say tacky and
sick of is accustomed to and comfortable.
The feeling of being accustomed only comes with having spent a long time
with something and only the people I’m comfortable with, can truly know me,
embrace me, and console me. Sometimes, you’re so sick of something and it seems
so tacky that you don’t even want to look at it. But the only people in the
world who can protect me are.... my people. People who I’m used to, and I’m
comfortable with...
People who have been my people for
a long time...
... are people who you can’t help
but love...
We
can’t help but loving them. –Kim Junghwan
It’s family...
Jika
ibu atau ayahmu yang terpisah jarak yang jauh darimu, berkali-kali meneleponmu
dalam sehari, jangan merasa jengkel dan marah. Mungkin saja mereka sedang
merindukanmu.
Saya
terharu melihat dua pasangan suami istri Sung Dong Il-Lee Il Hwa dan Kim Sung
Kyun-Ra Mi Ran di episode 3 ini. Mereka bertengkar, saling berteriak satu sama
lain, namun di akhir hari mereka tetaplah pasangan seumur hidup yang sudah
melewati tahun-tahun penuh kesulitan bersama. Mereka sudah mengenal setiap inci
dari pasangannya. Sung Dong Il tahu, hanya Lee Il Hwa yang bisa menerima
seluruh kelebihan dan kekurangannya, begitu pula dengan Ra Miran, yang sudah
terbiasa dengan tingkah konyol dan absurd Kim Sung Kyun. Saya melihat pattern yang sama di hubungan Taek dan
Deokseon.
Di
kehidupan nyata, kita tidak mencari pasangan hidup yang hanya tampan, mapan,
cerdas dan sebagainya, tapi pada akhirnya kita akan memilih seseorang yang bisa
membuat nyaman dan menerima seluruh kelebihan dan kekurangan kita. Yang
dengannya, kita bisa berbagi emosi, marah, menangis, tertawa, dan berbincang
tentang apa saja di sepanjang hidup kita.
Episode
5
Sometimes, I felt like my mom was
an embarrasment. There were time I couldn’t undersand why she seemed to have
self-consciousness or a sense of pride and got angry. I didn’t realize it then,
but it was because there was something precious that she wanted to protect more
than herself.
And that it was because of me.
When true love manifests it doesn’t
allow one to be concerned over one’s pride and causes one to cast it aside.
That’s why mothers are strong.
Even when one is at the age to be a
mom, one’s mother is always one’s guardian and even saying the word, Mom is something that has the power tu
tug at one’s heartstrings.
Mothers
are always strong.
When one is at the age when one can
console one’s mother, it’s when one has matured past being able to say Thank you and I love you...
If one wishes to make one’s mother
happy, the words, Mom, I need you, are
more than enough. –Sung Deokseon
Saya
menangis sampai terisak hebat menonton episode ini. Saya seperti melihat diri
saya di masa lalu yang kerap menjatuhkan penghakiman sepihak untuk ibu saya.
Saya lupa, ibulah yang selalu menjadi pembela di garda terdepan untuk kami,
anak-anaknya. Ibu yang mengesampingkan keperluannya hanya agar kebutuhan
anak-anaknya tercukupi. Ibu yang memiliki definisi sederhana tentang apa itu
kebahagiaan,
... Sepanjang kalian bahagia, maka itu sudah
cukup, Nak.
Ibu, yang dalam heningnya tak pernah lupa meriuhkan
doadoa untuk anak-anaknya.
Ibu...
Ibu...
Ibu...
Berapa
banyak dari kita yang masih gengsi dan merasa malu untuk mengucapkan tiga
kalimat ini?
Thank you, Mom. I love you. I need
you...
Kamu
selamanya tidak akan pernah sanggup menakar sedalam apa cinta ibumu untukmu.
Dalam marahnya, ada cinta. Dalam diamnya, ada rindu. Dan dalam senyumnya, ada
luka yang selalu bisa sembunyikan dari matamu.
Episode 7
Time continues on. That’s why time eventually creates farewells
and it always leaves people with regrets. If
you love someone you have to tell them now. Before your fleeting days become
filled with regret. In some ways, the biggest present that time leaves us
with is the memories we have of loving others. That’s why you have to shove
embarrassment aside and confess your love to the one you love before it’s too
late. –Sung Deokseon
Quote
ini cocok sekali untuk Junghwan. Ia punya kesempatan di malam natal itu, tapi
yang dilakukannya hanya memberikan sinyal-sinyal kasatmata pada Deokseon
(Junghwan lupa kali kalo IQ deokseon itu di bawah 100, makanya lemot).
Ini
juga berlaku untuk kita. Siapa pun kamu, jika saat ini kamu sedang menyukai
seseorang, jangan sungkan mengungkapkannya. Orang itu tidak berarti hanya lawan
jenis, bisa teman, kakak, adik, ayah dan ibumu juga. Waktu tidak akan menunggu
saat kamu merasa siap. Percaya atau tidak, dulu saya pernah mengungkapkan rasa
suka saya pada seseorang HAHAHAHA. Saya tidak serta merta jujur agar dia
membalas perasaan saya. Cukup dia tahu dan selesai. Saya hanya tidak ingin
menyesal di akhir. I’m doing well now.
Episode 12
It’s really difficult to love someone.
To love someone, doesn’t mean that you don’t hate them. It means that you can
never be able to hate them. –Sung Bora
Kesampingkan
dulu husband hunt, saya benar-benar
menyukai bromance Junghwan-Taeki. Junghwan menyayangi Taeki, demikian pula
Taeki pada Junghwan. Kalau bukan karena itu, mengapa dua pria ini sontak
memilih mundur ketika mengetahui masing-masing mereka menyukai gadis yang sama?
Menyukai
seseorang, bukan berarti kamu kamu tidak pernah membencinya. Pernah. Tapi rasa
sayangmu padanya, mengalahkan kebencianmu.
It’s a true love, my dear...
Episode 13
We don’t know how many dirty,
petty, unfair, sad, scary, or difficult worlds have passed Dad by. And only
now, I realize no matter how dirty, petty, unfair, sad, scary, or difficult,
the reason he endured was because he had people to protect. It’s because he had
a family. And he had me. Because he had to live the world by the name Dad, and not another. –Sung Bora
Ayah
saya tidak pernah sekali pun menunjukkan wajah sedihnya di hadapan
anak-anaknya. Dari jauh, ia selalu menelpon demi memastikan apakah kami makan
dengan baik, tidak sakit, masih punya uang yang cukup. Ayah saya selalu
memprioritaskan anak-anaknya lebih dahulu dibandingkan dirinya sendiri.
Wajahnya terlihat bahagia hanya dengan menceritakan kesuksesan anak-anaknya
pada teman-temannya. Ayah saya adalah orang yang selalu meninggalkan rumah di
pagi hari untuk bekerja dan kembali setelah matahari terbenam. Sekian tahun
saya baru menyadari, tak ada yang setabah bahu ayah. Beliau mengerahkan seluruh
kemampuan dan tenaganya demi anak-anaknya.
Dan
beliau tidak pernah mengeluh untuk itu...
Di
episode 13 ada tiga ayah hebat yang menyadarkan kita bahwa di balik senyum
ayah, ada kesepian dan kelemahan di sana yang berusaha disembunyikannya agar
kebanggaan kita terhadap sosok ayah yang kuat dan tangguh tetap utuh.
Sekali
lagi, kamu tidak akan pernah tahu betapa besar pengorbanan yang dilakukan
seorang ayah untuk anak-anaknya...
Episode 18
Fate doesn’t come around at any
time. At the very least, to use the term fate, it has to be a dramatic moment
brought by coincidance. That’s what makes it fate. That’s why, another term for
fate is timing. If I had not been caught at any of those damn traffic lights,
if any of those red lights had helped me just once, I might be standing in
front of her, as it it were fate. My first love was always held back by that
damn thing called timing. That damn timing.
... but fate and timing aren’t just
coincidences that find you. They are miraculous moments made from numerous
choices arising out of earnestness. Surrender and decision, without hesitation
that’s what makes timing.
He
was more ardent. And I should have been more courageous.
It was not the traffic light’s
fault.
It
was not timing.
It was my many hesitations.
Life is like a box of chocolates.
You never know what you’re going to get. Though you may pick the bitterest
chocolate, there is nothing you can do about it. That’s the fate that I have
chosen. There are no regrets, no whining, and there is no need for heartbreak. –Kim Junghwan
Junghwan
butuh lima tahun untuk menyadari kesalahannya. Ia menyia-nyiakan banyak
kesempatan di masa lalu. Ia bisa saja mengutarakan perasaannya pada Deokseon
sebelum malam di mana Taek mengakui perasaannya di depan Sunwoo, Dong Ryong dan
dirinya. Ketika Sunwoo menolak Deokseon,
Junghwan bisa saja melakukan sesuatu untuk menangkan Deokseon tapi ia tidak
melakukan apa-apa. Berharap Deokseon menyadari perasaan Junghwan? Sulit. Kita
tahu sendiri bagaimana sehari-harinya Junghwan memperlakukan Deokseon. Boro-boro mikir romantis, di mana-mana
cewek bakal kesel kalau diperlakukan kasar. Yang ada Deokseon-nya malah bingung
sendiri wkwk.
Berapa banyak di antara kita yang menjelma Junghwan
di dunia nyata? Sibuk menyalahkan ini-itu ketika ada hal-hal terjadi di luar
kemampuan dan keinginan kita. Seperti menyalahkan dosen karena memberikan nilai
C pada satu mata kuliah, padahal bisa saja kesalahan terletak pada kita yang
belum sungguh-sungguh belajar. Sesungguhnya, Junghwan dan traffic lights hanyalah simbol belaka yang diperuntukkan bagi
mereka yang sepanjang hidupnya terus-menerus mencari-cari alasan untuk
disalahkan. Tanpa disadari, Tuhan
berkali-kali memberikan kita kesempatan namun kita luput menangkap isyarat itu.
Tidak
ada yang berlangsung secara kebetulan di dunia ini. Semuanya saling berikatan
membentuk satu tali takdir. Pilihan yang kita buat hari ini, akan mempengaruhi
hari-hari kita di masa depan.
Beruntung,
Junghwan masih bisa menyadari kesalahannya meski sudah terlalu terlambat untuk
bisa memiliki hati Deokseon.
Bagaimana
dengan kita?
Saya
mencoba mencuplik beberapa pesan moral dari Reply 1988.
1.
Jangan asal ngomong, karena omongan itu
adalah doa. Apalagi soal jodoh. Hati-hati. Kalau cowoknya kayak Choi Taek mah boleh-boleh aja wkwk. Sung Dong Il,
dan Lee Il Hwa pernah berseloroh bahwa Taek akan menjadi menantu mereka.
Sunyoung juga pernah berharap agar Deokseon menjadi menantunya. Lihat apa yang
terjadi kemudian.... HAHAHAHA. Yang lucunya adalah, Sung Dong Il selalu salah
dalam menebak. Satu-satunya yang tepat hanya guyonannya tentang Taek yang akan
menjadi menantunya.
Deokseon
tanpa sadar dua tiga kali bercanda hal yang mirip. Ketika Taek minum susu di
depan gerbang rumahnya (Ep2), ketika Deokseon dan ibunya sedang perjalanan
pulang dari Dooly market dan ketika
geng Ssangmun-Dong ngumpul di kamar Junghwan di malam ulang tahun Kim Sajang.
How lucky she was!
2.
Kalau suka, ngomong aja gak usah ragu.
Ntar nyesel kayak Junghwan loooooh. Periiiiih hati, Jenderal!
3.
Perlakukan orangtua, adik-kakakmu dengan
santun dan penuh kasih sayang sebelum waktu menjauhkan yang dekat, sebelum
hari-hari menua dalam hening, dan kamu tak lagi punya jalan untuk kembali ke
masa saat semuanya masih begitu lapang dan lengkap. Do it now, before it’s too late.
4.
Belajar yang rajin, jangan terlena
seperti Deokseon yang malah sibuk nyari pangerannya.
xDDD
5.
Ikuti kata Junghwan, merokok itu gak
baik.
Saya ingin menulis tanggapan mengenai
ending Reply 1988 yang dinilai banyak orang paling buruk di antara Reply series
lainnya. Bagi saya, ini adalah ending paling realistis untuk drama Reply 1988.
Cobalah menengok kembali ke premis awal atas dasar apa drama ini dibangun. Family and Youthhood. Saya mungkin belum
setua Sung Deokseon di tahun 2016, tapi sedikit banyaknya saya tahu apa kehilangan masa-masa remaja. Betapapun
bahagianya kamu di masa itu, kamu tidak akan pernah bisa kembali. Ia telah
mengendap di ingatanmu sebagai kenangan. Orang-orang yang dulu pernah menjadi
teman-teman yang dulu pernah mesra dan dekat, seiring berjalannya waktu telah
sibuk dengan hidupnya.
Rasa kehilangan dan kekosongan yang
mengisi rongga dadamu setelah menonton ending episode 20 adalah perumpaan yang
sama dengan Deokseon yang merindukan masa mudanya. Bukan berarti ia ingin
kembali ke sana, ia hanya akan selalu mengenangnya sebagai masa di mana ia
pernah melewatkan hari-hari penuh haru dan tawa bersama orang-orang yang
dicintainya. Saya percaya Geng Ssangmundong sudah menemukan masa depannya
masing-masing, para ajushi dan ahjumma juga melewati hari-hari menyenangkan di
masa tua mereka.
Reply 1988 menempati satu tempat
tersendiri di hati saya. Di antara tiga Reply, ini yang terbaik dari segi
cerita, penokohan, musik dan elemen-elemen lainnya. Saya menangis hebat saat
menulis tulisan ini. Saya mencoba membayangkan bagaimana rasanya berada di
posisi Lee Woo Jung ketika menulis naskah Reply 1988. Menuliskan kembali
masa-masa yang pernah dilewatinya dengan niat agar setelah menonton ini orang
berpikir kembali bagaimana mereka hidup selama ini. Dan pada akhirnya banyak
orang-orang berpikiran picik menyalahkannya dan menuduhnya dengan kejam.
Thinking
twice before you talk. Be wise.
Saya meminta maaf jika selama menulis
postingan tentang Reply 1988 saya melakukan kesalahan yang menyinggung Readers sekalian.
Sekali lagi, Reply 1988 bukan hanya
tentang husband game. Saya berani
bertaruh kamu sudah kehilangan banyak hal jika hanya menonton drama ini demi
Choi Taek atau Kim Junghwan.
"It's good to have an end to journey toward; but it is the journey that matter, in the end." -Ernest Hemingway
.... And maybe it's not about the happy ending. Maybe it's about the story.
"It's good to have an end to journey toward; but it is the journey that matter, in the end." -Ernest Hemingway
.... And maybe it's not about the happy ending. Maybe it's about the story.
Goodbye,
Ssangmun-Dong...
Thank
you, Reply 1988...
You
will be missed dearly.
-Azzhura-
Epilogue
When I went back, in search of our
neighborhood street, the street had aged so much. You could fel that the time
had passed. I can’t go back to my youth,
or this street. They are both the same.
Time will always flow. Everything
will pass by. Everything will age. That might be why youth is beautiful. It
shines, blindingly bright, for just an instant. But to it, you can never go
back. The time when many tears were shed. The time of my youth was like that as
well.
Longing for that time and longing for
that street, is not because I miss a younger version of myself. That’s the
place of my father’s youth, of my mother’s youth, of my friends’ youth. It’s
the place that holds the youth of everything that I love.
In that landscape, where we won’t
be able to gather like that again... I regret being unable to say my final
farewell.
To the things that are already
gone...
To a time that has already passed,
I want to say a belated farewell.
Goodbye,
my youth.
Goodbye,
Ssangmundong.
A
time so warm and pure, that it was painful.
Can
you hear me?
If
you can hear me, answer me.
My
1988, the days of my youth.
--Sung Deokseon
kaka pesan dramanya ketinggalan 1 lagi tu :
ReplyDeletehati-hati kalo kekamar cowo apalagi kalo sampai berdua-duaan bisa bahaya ntar kaya taek sama deok sun lol
ada banyak sisi-sisi lain choi taek yg membuat aku terperangah terlepas dari bagaimanapun endingnya ini adalah drama yg menghangatkan hati yg sejak episode 1 sudah berhasil membuat aku meneteskan berliter-liter air mata,
dan berkat drama ini juga aku bisa kenal kaka,aku orangnya rada males komentar di blog orang kerjaanku dulu cuma jadi silent reader doang tapi karna efek nyasar ke blog kaka dan berhubung tulisan-tulisan kaka membahas tentang Taeksun shipper saat itu aku pikir aku ga bisa diam lagi aku setidaknya harus meninggalkan jejakku melalui komentar,
senang sekali bisa mengenal kaka dan temen-temen yg lainnya juga baik di forum soompi maupun chat line grup,drama ini ngasih banyak sekali manfaat yg tak terhitung banyaknya buat aku :)
Good bye sangmundong~
waiting reply 1974 ^^
Oiyaaa lupa satu itu, gak boleh berdua-duaan kalo belum jadi mahram. Buahayaaaaa wkwkwk
DeleteAku juga seneng loooh bisa kenal sama Nisa, untung ada Suntaek yah yang jadi perantaranya. *kirim lope-lope ke Bogumi* xDDD
Tahun 1974 aku belum lahiiiiir, kira-kira bakal kayak apa ceritanya nanti? Mudah-mudahan kalo pun ada Husband hunt kita tetep satu team yaaaah ^^
husband hunt udah terlalu mainstream ka gimana kalo diganti jadi "Wife hunt" aja XD
DeleteUmmmm, Wife Hunt? Bisa sih, tapi di ending semua harus ketemu jodoh wkwk
Deletetapi kalo dipikir-pikir lagi ga seru ah kalo wife hunt entar ga ada yg dibaperin lagi masa baperin cewe kan aneh XD
DeleteWkwkwk kan masih bisa baper-in tokoh utama cowoknya.
DeleteEmang lebih cocok Husband Hunt sih xD
Bener banget drama ini seakan menampar dan menepuk pundak saya ketika menonton, dan selalu bilang ohh ini yang namanya kehidupan. Selama 20 tahun ini saya hanya bisa bisa merepotkan bahkan menuntut keluarga org tua saya ini dan itu namun dibalik semua ada bannyak cerita yg tak bisa diceritakan oleh org tua saya. Saya sangat kagum dengan Lee Woo Jung bagaimana bisa dia membuat naskah drama seperti ini. Dibuatnya kesal, menangis dan tertawa. Kalau saya bilang sih paket komplit semua ada. Malah saya heran kepada penonton yg bilang masalah percintaannya hancur, hancur dr mananya coba ? Hancur karena sang LF tidak bersanding dgn LM ? Itu pemikiran yg dangkal kalau menurut saya. Berarti penonton ini tidak bisa membaca atau merasakan apa yg sebenarnya terjadi.
ReplyDeleteDari kemarin setelah ditag oleh temen di fb ttg tulisan reply yg sangat rasional saya selalu membaca tulisan" kaka. Terimakasih ka maaf selama ini hanya silend rider ^ ditunggu tulisan selanjutnya :)
Halooo, Melia ^^ *pasang senyum ala Choi Taek*
DeleteIni nih salah satu contoh penonton yang bener-bener buka mata buka hati saat nonton. Reply 1988 ini emang deket banget dengan dunia nyata dibandingkan drama-drama produksi tiga stasiun besar. Waktu tayang yg hampir dua jam-an itu gak terasa sama sekali. Meskipun aku team taek, aku gak pernah men-skip scene yang gak ada Taek-nya.
Makasiiiiih banget, Melia udah mau mampir di sini. Semoga bisa ketemu di drama dan postingan lainnyaaa ^^
Iya ka 2 jam ga terasa kaya lagi liat tetangga, keliatan nyata bgt. Sama sekali ga ada scene yg aku skip aku sangat menikmati momen demi momem gang ssangmundong. Malah sekarang aku rerun trs kalau lg kangen hehe ga tau kenapa susah move on padahal udah liat Cheese in the trap, moorim school, sampe nonton Remember jg aku ga fokus.
DeleteOh iya ka ada salam dr temen aku Ai Lee dia jg suka tulisan kaka tp ga tau kayanya ga bisa komen di blog hehe
Mel, aku malah belum lanjut nonton Remember. Masih stuck di episode 4 T.T
DeleteMoorim School aku drop, Cheese in Trap masih lanjut nonton.
Kyaaaa titip salam balik Untuk Ai Lee yaaa. Oh, siapa tau aja dia baca ini. Makasih udah mampir ke sini. Gak papa kok gak komen. Tau kalo ada yang meluangkan waktu baca postinganku aja aku udah seneng. Itu salah satu hal paling menyenangkan bagi blogger ^^
Remember sebenernya seru malah dr awal aku exited bgt, tp ga tau knpa setelah ayahnya meninggal jd asa gmna gitu apalagi si jinwoo yg punya kelbihan ingatan bagus makin kesini ada tanda" kena Alzaimer kaya bapanya.tp.sebagai hiburan aku liat one more happy ending ada si kang min ho perannya masih tetep konyol kaya di FFI.
DeleteAku nge-drop Remember di ep 4. Belum ada niat ngelanjutin. Kayak ada yang kurang gitu dari storyline-nya. Ntahlah.
DeleteUdah nyoba satu ep One More Happy Ending dan lumayan menghibur. Masih lebih suka peran JKH di FFI masa T.T
suka dg blog ini, akhirnya nemu yg pas dg hati #teamtaek
ReplyDeletetaek dan sunwoo yatim dan piatu, akhirnya mendapatkan kembali kluarga yg utuh dan cinta pertamanya. di episode2 awl merasa kasian bgt dg mreka berdua..
ReplyDeleteIya, Mbak Rosi T________T
DeleteAku baru menyadari satu lagi kesimpulan setelah baca komennya, Mbak Rosi.
Nah, kan. Pada akhirnya drama ini memang hanya bercerita tentang 'Family'.
Mbak Rosi makasih ya udah mampir. Salam kenal ^^
Pernyataan mbak rosi ini bkin aku terharu:( dlu aku sedih krn ada slah satu yg blg kalo choi's dan sung's family dapetn segalanya dapet keluarga dan cinta pertama. Itu salah satu omongn yg ngiris2 hatiku dlu.
ReplyDeleteT______T yang komen kayak gitu tanda-tanda orang cemburu.
DeleteSetuju kaka haha
Deletetanda-tanda orang sirik itu dia sirik karna taek dapetin semua cinta padahalkan awalnya taek juga ga punya siapa-siapa selain ayahnya --
padahal taek wkt diawal2 kasian bgt, dtinggal ibuny dr kecil,kmdn mendewasa dan ikt berkompetisi jg. junghwan jg mengajarkan qt arti persahabatan, kedewasaan, legowo.
DeleteIyah, intinya semua karakter di drama ini mengajarkan kita banyak hal. Yang bikin kesel sebenernya cuma pendukung di luar drama ^^
DeleteSama-sama salam kenal kembali, aku jg promote blog ini di twitterku dan lagsung dpt respon positif dari #teamtaek. akhirnya kaum minoritas ini nemu jg blog ini. ga bosen2 utk slalu mampir ke blog ini. baca2 berulang2 sambil nonton. msh blm move dr Reply 1988 ini.
ReplyDeleteWaaaah di-promote... Makasih, Mbak Rosi ^^
DeleteAku juga masih sering nonton ulang. Udah lega soalnya kita gak perlu nebak-nebak lagi. Nontonnya jauuh lebih enjoy lagi xD
iaaa.... krn udh tw ending nya jd nonton berulang2 pun udh mulai ngeh dr awl ep 1 pun petunjukny udh mengarah ke taek, ni Reply 1988 memang selain bnyk pelajarannya jg bkin cerdas krn mencari tw petunjuk dr awl yg mengarah ke taek..
ReplyDeleteDrama terbaik sepanjang sejarah aku menonton ratusan drama entah korea,jepang maupun taiwan & thailand,, paling bebekas di hati,, aku malah gatau selanjutnya mau nnton drama apa,, rasanya liat drama lainperasaan bosan langsung menghampiriku,, dan kangen lagi sma drama ini,, aku smpe bilang ke temen semoga Youth over flower scepatnya tayang biar bisa sdkit mengobati rasa rindu,, sejauh ini aku masih bolak balik rerun drama Reply 1988
ReplyDeleteReply 1988 mereka adlah Tim yg keren,,,
ReplyDeleteReply 1988 mereka adlah Tim yg keren,,,
ReplyDeletewaktu awal nonton r88 gak sengaja karna bosan jdi download aja deh drama yg on going. jujur awal nonton aku gak ada fokus siapa suami nya karena aku baru ngikutin reply series ini ya r88 jadi gak ada mikir kemana2 dan dari awal nonton drama ini fokusnya tentang keluarga aku aja nangis trus nonton ep 1-5 soalnya mirip kisah keluarga ku bgt kmi bertiga dan aku anak pertama dan liat karakter duksun ini mirip bgt sama adikku dia itu super sabar dan gak banyak nuntut kayak aku sama adik ku yg bungsu meskipun dia cowok.. walaupun kalau udh kesal dia akan meledak2 makanya kalau nonton itu ingat rumah maklum aku merantau jauh karena kuliah hiks hiks makannya awal nonton ini aku ingat rumah suasana tetangga di perumahanku huhu curcol kalau dipikir ini ada dikehidupan nyata perumahanku haha aku punya geng juga tpi kmi cew semua aku pernah liat dimana karakter junghwan dan taek suka orang yg sama dan itu mengingatkan ku pada mereka yg menyukai cow yg sama haha sudahlah jgn dibahas kembali ke awal aku aja baru tau ternya reply series itu ada husband hunt pas baca blog sebeleh -_- tpi aku langsung suka sama karakter taek di ep 6 dimana mereka berjejer nunggu pelukan pas taek menang baduk tiba2 mata ku fokus ke taek dan aku jadi timnya dan akhirnya aku ulang tonton lgi ep 1-5 cuma liat karakter taek dan aku suka apalgi puncaknya ep 6 dan aku makin suka dia meskipun aku sempat ragu karena aku nangkringnya di blog sebelah.. dan untuk curhat kayak gini aku phn udh terlambat toh drama nya udh tamat.. huhuhu pokoknya reply 1988 drama terbaik menurutku dan aku suka sama mbak yg lebih rasionalis dalam menulis blog ini makasih mbak.. nyesel aku terlambat nemu blog ini hihihi
ReplyDeleteSama aku jg nyesel banget bru nemu blog ini...stlh sakit hati dg tetangga sblah aku mampirnya k suntaek paradise soompi...
ReplyDeleteTulisan mb.azzhura bnr2 keren banget...sesuai banget sm pemikiran aku.. karena kita seumuran kali ya dan alhamdulillah usia mental qt jg udah dewasa sesuai umur...karena banyak lo usia sih dewasa tp pemikiran childish...
Aku paling suka dg comment yg ini
#Berkali-kali. Noh, gue block biar lo mikir ulang dan mengilas balik scene-scene Junghwan dan Deokseon.#....lol
Terima kasih untuk tulisannya sayang banget aku join tp drama udah kelar...love your blog
Mungkin disini yang paling telat nonton Reply 1988 cuman saya hahaha. Tapi jujur, memang sejauh ini nggak ada drama korea lain yang bisa bikin saya nangis terus di setiap episodenya. Pasti selalu ada moral yang bisa diambil.
ReplyDeleteAwalnya nggak terlalu berharap banyak sama R88, karena dulu sempet nonton R94 dan itu kurang buat saya. Nonton R88 juga karena sekedar pengen liat Hyeri aja. Terus nggak disangka-sangka, di episode 1 langsung jatuh cinta sama jalan ceritanya. Ceritanya sebenernya sederhana, tapi entah gimana bisa ngebuat seseorang kembali teringat sama masa lalunya, waktu jaman-jaman orang tua kalo manggil anak langsung teriak, nggak pake gadget kayak jaman sekarang.
Dari awal juga saya berusaha buat netral untuk cinta segitiganya Taek-Deokseon-Junghwan. Sampe selalu merhatiin interaksi setiap tokohnya (saya nggak pernah kayak gini buat drama lain), saya yakin kalo akhirnya pasti Taek yang dapet. Karena rasanya malah nggak adil dengan semua usaha Taek yang nyata dan diliat oleh Deokseon, kalo endingnya malah sama Junghwan.
Sebenernya masih banyak yang mau ditulis, tapi nanti jadinya malah kayak review saya sendiri xP
Thanks buat postnya! Ep 20 sukses bikin saya nangis habis-habisan hari ini
Mbak.....km menuliskannya dengan SEMPURNA. semua yg sy rasakan saat ntn drama ini persis seperti yg mbak tulis. Duh...sy sampai speechless deh mau nulis apa... I like this drama too much
ReplyDeleteSaya nangis hebat baca artikel ini. Saya menjadi orang yang menghabiskan tisu berhari hari karna nonton drama ini. Saya bahkan tidak bisa berhenti memikirkan drama ini. Rasanya hari hari saya menjadi kosong setelah saya menyelesaikan drama ini. Terngiang dikepala saya setiap kegiatan di ssangmundong. Saya tidak bisa berhenti menitikkan air mata ketika sekelibat kenangan mengenai drama ini. Sehari setelah ep 20 selesai, saya nonton kembali sampai sekarang. Dan saya akan berhenti jika sudah merasa bosan. Ini menjadi best drama ever dihidup saya. Anehnya, ketika saya selesai menonton di setiap episode, ada cuplikan ep selanjutnya, dan saya berkata pada diri saya sendiri bahwa saya tidak bisa mati jika belum menyelesaikan menonton ep selanjutnya. Tidak ada episode yang menoton. Saya tetap menitikkan air mata. Saya ingin orang tahu bagaimana pentingnya hidup seperti ini. Terimakasih telah menulis blog ini. Saya memutuskan untuk kembali menonyon reply 1988.:))
ReplyDelete