[Throwback] Majimak Sarang dan Drama
Pernah nggak
sih ngalamin kejadian di mana tiba-tiba memori atau kenangan di masa lalu hadir
kembali hanya karena secara nggak sengaja kita ngedengerin potongan
lagu, atau nyium aroma parfum? Semacam saklar penyimpanan di otak kita di-on
kan tanpa bisa kita cegah?
Saya sering
banget ngalamin yang kayak gini. Biasanya potongan lagu atau aroma parfum itu
berkaitan dengan memori masa lalu itu. Misalnya nih, tiap denger lagunya Little
Girl-nya Maher Zain, pasti keinget sama mantan calon bapaknya
anak-anakㅋㅋㅋ, atau lagu
93 Million Miles-nya Jason Mraz yang ngingetin saya kepada teman blogger yang
pernah akrab dulu—dan masih banyak lagi lainnya. Nah, kemarin nih, pas lagi
nonton Be Melodramatic episode 09, di salah satu scene-nya muter lagu
Perhaps Love sebagai background. Itu loh, ost legendarisnya Princess
Hours a.k.a Goong drama MBC yang tayang 2006 silam. DUH, langsung deh ingatan
terlempar ke masa lalu. Masa-masa ketika saya duduk mantengin tipi tiap Ahad
siang demi melihat Pangeran Shin HAHAHAHA. Kalau nggak salah inget, Goong
pertama kali ditayangin di Indosiar di tahun 2007 (semoga ga salah tahun).
Pokoknya saya tuh paling inget, nontonnya di rumah Nenek. Soalnya di rumah
nggak mungkin bebas nonton ginian. Jadi, setiap Ahad siang saya udah stand
by leyeh-leyeh di atas kasur depan tipi.
ㅋㅋㅋㅋ
Gara-gara
Perhaps Love nongol di Be Melodramatic, saya jadi kepengen nonton ulang
Princess Hours. Nggak pake lama, langsung deh di searching di Google
situs yang nyediain link donlot Princess Hours, DAN ALHAMDULILLAH ADA DONG!
Hihi. Tanpa babibu cussss donlot 24 episode. Emang terniat banget deh saya.
Ya ampuuuun,
setelah sekian tahun berlalu, Princess Hours masih bisa bikin saya
cengangas-cengenges persis orang kasmaran. Padahal cuman ngeliatin tingkah
polahnya Shin Chae Kyeong sama Lee Shin doang. Nggak peduli mau berapa kali
diulang nonton, nggak peduli udah 13 tahun sejak pertama kali dramanya tayang,
saya masih tetap terpukau sama kecantikannya Yoon Eun Hye pada saat itu. Cocok
banget meranin Chae Kyeong—gadis polos yang periang, ia berubah menjadi gadis
yang kesepian, dan insecure setelah masuk ke istana. Outfit yang
dipake di drama bagus-bagus semua, perpaduan gaya modern dan tradisional yang
tidak melupakan usia Chae Kyeong, warna dan desainnya pas! CANTIK BANGET
POKOKNYA MAH. Saya yang rerun di tahun 2019 ini masih aja dibuat jatuh
hati sama penampilan Chae Kyeong.
Btw, judul
postingan saya kali ini ‘kan throwback ya, jadi nih di tulisan ini saya
pengen mengilas balik memori saya tentang drama Korea—mungkin ga semuanya akan
ngebahas drama Korea doang, bakalan
merepet ke drama Taiwan juga. Why? Di masa lalu, saya tak hanya menonton drama
Korea saja. :’)
Ok,
lets shake up some memories!
Sebagai anak
yang dilahirkan ibunya dengan selamat menjelang akhir 80-an, dan menghabiskan
masa kanak-kanaknya di era 90-an, saya masih sempat merasakan hype dunia
pertelevisian kita yang banyak diisi tayangan impor dari luar—telenovela, drama
laga dari tirai bambu, pelem India dan memasuki awal 2000-an kita pun tidak
bisa mengelak dari pukauan drama Korea dan Taiwan. Sebut saja Endless Love,
Winter Sonata, At The Dolphin Bay, Twins, and that legendary Meteor
Garden HAHAHAHA. Pada saat itu, kehadiran acara-acara televisi dari luar bukan
berarti acara lokal nggak bagus, dibandingkan saat ini, sinetron-sinetron yang
tayang pada bagus-bagus kok, makjang-nya nggak se-menyebalkan sekarang, masih
kerasa masuk akal kok, genre nya juga variatif yang kalau mau dibandingkan,
menurut saya nggak kalah lah sama drama Korea. Dengan jumlah episode yang
jarang melewati angka 30-an, genre yang variatif, directing yang nggak
ngebosenin dan kekuatan akting yang bagus, sinetron punya kita oke-oke juga.
Back
to main topic.
Pernah ada
masa ketika seluruh keluarga bersatu padu di depan televisi menonton acara
televisi yang sama, DAN NANGIS BERJAMAAH! Kapan itu? Ketika Endless Love tayang
HAHAHA. Masih inget dong, saya nangis di bawah bantal nontonin Moon Geun Young sesenggukan
ngejar-ngejar mobil keluarganya. Sebelum invasi Endless Love masuk ke keluarga,
terlebih dahulu ada satu mini seri dari China judulnya Kabut Cinta, dibintangi Leo Ku, Ruby Lin, dan Vicky Zhou.
Banyak sekali
kenangan-kenangan dari masa kecil dan remaja saya yang kalau diingat-ingat lagi
sekarang bikin saya senyum-seyum, bahkan ketawa lepas sambil geleng-geleng
kepala. Dulu, belum banyak rumah di kampung saya memiliki jaringan listrik,
hanya satu-dua keluarga, pun televisi, jadi kita masih pake lentera atau lampu
yang menggunakan sumbu dari kain sarung dengan wadah bekas botol selai atau
kaleng susu. Waktu SD, saya belajarnya pake itu. Habis belajar lampunya
dimatiin, trus tidur deh. Minyak tanah mahal untuk ukuran keluarga kami.
Tahun 97,
kami akhirnya kena sentuhan listrik. Bagaimana dengan televisi? Belum.
Sering banget, saya ngajak adik-adik saya yang masih kecil sembunyi-sembunyi
nonton ke rumah tetangga—saya dengan adik perempuan saya yang pertama terpaut
tiga tahun, yang cowok terpaut lima tahun, si bungsu belum lahir waktu itu.
Nggak selalu mulus sih acara nonton sembunyi-sembunyinya, paling sering dijemput
paksa Mamah sambil bawa pentungan ㅋㅋㅋㅋ.
Karena seringnya anak-anaknya ngungsi nonton ke rumah orang, Bapak yang
nggak tega campur kasihan kali ya, mulai ngumpulin duit dikit-dikit di tengah
kondisi keuangan yang sulit, dan sebuah televisi Goldstar abu-abu pun berhasil
kebeli. Acara nonton ke rumah tetangga pun terhenti berkat Bapakㅠ.ㅠ
Bapak sayang
banget sama anak-anaknya, terlepas dari semua kesalahannya di masa lalu,
terlepas dari seluruh kebencian-kebencian yang pernah mengakar kuat di hati
saya hingga bertahun-tahun lamanya, kilasan-kilasan masa lalu masa kecil saya
tentang Bapak tak melulu menyakitkan. Bapak selalu berusaha memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya tanpa kami sadari, bahkan hingga detik ini.
Sebagai anak
kampung yang terpisah ribuan mil dari ibukota negara, huru-hara yang menimpa
Indonesia jelang akhir 90-an tak pernah benar-benar tiba di kampung
kami. Sepotong ingatan saya tentang hari-hari kelam itu hanyalah tayangan
televisi yang menampilkan pidato kenegaraan Pak Harto yang mengumumkan
pengunduran dirinya, juga aksi kerusuhan besar yang menimpa Jakarta.
Rutinitas
kanak-kanak saya tak jauh-jauh dari main dan main bersama teman sebaya. Sepulang
sekolah—setelah berhasil memainkan tipuan kecil kepada adik-adik saya supaya
mereka nggak ikut—saya biasanya ke rumah teman, main. Atau kalau nggak, kami ke
sungai, mandi sampe Ashar menjelang. Pulang ke rumah udah ditungguin Mamah
bersama kayu bakar di tangan. Tau nggak kenapa? Karena mangkir tidur siang,
sodara-sodara! HAHAHAHA. Ya Allah demi apaaaah, dulu tuh sering banget
dikejar-kejar Mamah sambil bawa potongan kayu sambil tereak-tereak berasa suara
Mamah bisa kedengeran sampe ke ujung kampung—bandel banget jadi anak ㅋㅋㅋㅋ
Bakda Ashar,
anak-anak sekampung belajar ngaji ke rumah Guru ngaji, lepas ngaji maen lagi
sampe Magrib, pulang ke rumah—mandi. Malemnya diabisin dengan belajar, jam
sembilan udah kudu musti wajib bobok!
Kayaknya
nggak sah nih kalau kita enggak ngebahasin drama-drama apa aja yang
pernah saya nonton melalui siaran stasiun tivi, jauh sebelum kita mengenal
internet dan donlot-donlotan.
All
About Eve
Drama
bergenre romantis yang ditayangkan stasiun tivi MBC ini dibintangi aktor-aktor
muda Korea Selatan kala itu—Jang Dong Gun, Chae Rim, Kim So Yeon, dan Han Jae
Suk.
All About Eve
tayang perdana di Korea Selatan pada bulan April dan tamat 6 Juli 2000. Drama
20 episode ini mengisahkan kehidupan dua penyiar berita perempuan muda yang
sedang mengejar karir. Sun Mi (Chae Rim), dan Young Mi (Kim So Yeon). Andai
drama ini tayang di tahun-tahun sekarang, Insyaa Allah saya nggak akan nonton. Alur
ceritanya sungguh sangat makjang! HAHAHAHA.
Kehidupan Sun
Mi bersama ayahnya yang baik-baik saja mulai terusik sejak kehadiran Young Mi—gadis
malang yang ditinggal mati ayahnya akibat sebuah kecelakaan kerja di perusahaan
milik ayah Sun Mi. Young Mi tumbuh dalam lingkungan yang keras. Ayahnya adalah
seorang alkoholik sejati, ia kerap menganiaya Young Mi. Ayah Sun Mi yang merasa
bertanggung jawab atas kematian ayah Young Mi, memberikan dukungannya pada
Young Mi. Awalnya, Sun Mi dan Young Mi berteman. Namun seiring berjalannya
waktu, Young Mi yang memiliki sifat keras diam-diam menaruh kecemburuan teramat
besar pada Sun Mi. Young Mi bukanlah sosok yang rendah hati, hatinya dipenuhi
dendam. Ia tidak suka melihat kebahagian Sun Mi. Setelah mencuri perhatian
ayahnya, Young Mi juga berhasil merebut sahabat masa kecil dan kekasih Sun Mi,
Woo Jin. Seolah tak cukup dengan itu, Young Mi juga berusaha merebut pekerjaan
Sun Mi. Saat itu ia dan Sun Mi memang sedang berjuang mengejar mimpi mereka
sebagai news anchorwomen populer.
Young Mi ini
emang nggak ada puasnya, udah ngerebut Woo Jin, giliran Sun Mi punya pacar baru—Hyung
Chul, pengen direbut juga. Yang demi itu, ia ninggalin Woo Jin. Hadeh.
Untungnya Hyung Chul nggak kayak Woo Jin yang mudah aja berpaling kepada Young
Mi. Hyung Chul yang juga atasan Sun Mi bener-bener sayang sama Sun Mi, godaan
Young Mi kagak mempanlah.
Nah puncak
konfliknya, mantan pacarnya Young Mi nongol dan ngancem bakal mengekspos masa
lalunya Young Mi yang ada hubungannya sama prostitusi. Gak mempan dengan
ancaman, si mantan berupaya membunh Young Mi. Sebelum itu terjadi, Woo Jin yang
beneran cintanya sama Young Mi mengorbankan dirinya demi melindungi Young Mi.
Pada akhirnya, rahasia gelap Young Mi kebongkar juga. Depresi karena kehilangan
karir dan Woo Jin, Young Mi melakukan usaha bunuh diri—inget deh ini, dia
menghanyutkan diri di danau apa di laut gitu. Tapi gagal karena ia berhasil
diselamatkan biarawati. Pas bangun, dia amnesia *facepalm*.
drama makjang
berkedok romantis ini pun tamat dengan happy endingnya. Sun Mi
dan Young Mi baikan. Hyung Chul melamar Sun Mi di tengah jalan. Tamat.
Ketamvanan Om
Jang Dong Gun emang legendaris banget dah sejak jaman dulu. Tante Chea Rim juga
bening pisan euy. Gara-gara perannya super duper jahat binti nyebelin, saya
sempat benci banget sama Kim So Yeon, makanya kaget nonton dia dia Prosecutor
Princess. BEDA BANGET. Taulah ya dulu belom ada internet. Lagian bocah mah mana
tau itu cuman peran doang wkwk.
Autumn in My
Heart tayang pertama kali di stasiun tivi KBS 18 September 2000 hingga 7
November 2000. Drama ini menandai drama empat musim, menyusul Winter Sonata
(2002), Summer Scent (2003), dan Spring Waltz (2006).
Gara-gara
drama ini, saya terobsesi sama hujan HAHAHAHA. Pengen hujan-hujanan sambil
sepedaan kek Moon Geun Young HUAHAHAHA ampoooon. Well yeah, Endless Love
adalah another Makjang drama berkedok melodrama. Drama sejuta umat yang bikin
penontonnya nangis berdarah-darah sejak episode pertama dan tetap betah sampe ending.
Sungguh sebuah rekor! Jangan coba-coba ngaku sebagai kdramalover kalau enggak
tau dan nggak pernah nonton Endless Love ㅋㅋㅋ.
Endless Love
ini bisa dibilang sebagai trendsetter bayi tertukar di sinetron-sinetron. Iya,
jadi drama ini berawal dari dua bayi yang yang lahir di waktu bersamaan di rumah sakit. Gara-gara si bapak nggak
jagain anak sulungnya yang laki-laki, si anak maen-maen ke ruangan tempat adek
bayinya dan bayi-bayi lainnya ditidurkan. Jun Suh, si anak cowok itu yang
gedenya diperanin oppa tamvan—Song Seung Heon—nggak sengaja ngejatohin papan
nama box tempat tidur adeknya dan satu bayi lainnya. Perawat yang ngeliat asal
nempelin aja, nggak tau kalau dia salah nempelin nama. Ya iyakali, saya juga
kalau ada di posisi si mbak perawatnya nggak akan ngeh kalau itu ketuker. Jadi
yang salah siapa dong atas terjadinya tragedi berdarah itu? Jun Suh? Bapaknya
yang nggak jagain Jun Suh? Bukan, yang salah SW nimnya. Kenapa tega banget
bikin drama se-melo dan sesedih dan setragis ini!!! ㅠ.ㅠ
Masa remajanya
Jun Suh dan Eun Suh bahagia banget. Jun Suh sayang banget sama adiknya, begitu
pula sebaliknya. Namun sebuah kecelakaan yang menimpa Eun Suh meluluhlantakan
kebahagian mereka. Eun Suh butuh transfusi darah, dari situ ketahuan dia bukan
adik kandung Jun Suh. Ketebak dong alurnya. Eun Suh kembali kepada keluarga
kandungnya, dan Shin Ae—anak perempuan yang tertukar dengan Eun Suh—juga
kembali kepada keluarganya. Keluarga Jun Suh dan Shin Ae meninggalkan Korea
menuju Amerika. Mereka kembali ke Korea setelah dewasa. Balik-balik Jun Suh
udah punya tunangan. Namanya Yumi.
Singkat
cerita, Jun Suh dan Eun Suh bertemu kembali. Pertemuan itu menumbuhkan kembali
benih-benih kasih sayang terlarang di antara mereka. Saat itu, Eun Suh juga
sedang didekati anak horang kayah nyebelin temen Jun Suh, Han Tae Suk. Mungkin,
takdir tragis Jun Suh dan Eun Suh sudah digariskan sejak kejadian tertukarnya
papan nama di rumah sakit semasa mereka kecil dulu. Yang bikin drama ini begitu
sedih dan memilukkan adalah keteguhan Jun Suh mencintai Eun Suh, tak peduli
seberapa kuat orang-orang di sekitar mereka berupaya memisahkan toh keduanya
pada akhirnya tetap dipertemukan, lagi dan lagi. Kalau dipikir-pikir, sad
ending adalah jalan-jalan satunya bagi cinta Jun Suh dan Eun Suh. Cinta mereka
terlarang, itu jelas sekali. Tidak ada kebahagian untuk mereka jika mereka
memaksa tetap bersatu. Nggak bakalan bisa lupa reaksi saya ketika menonton
bagian ending dramanya. EPIC. HAHAHAHAHA. Mereka ketemu di surga. Begitu
pikir saya.
Kepopuleran
dan kesuksesan Endless Love berhasil melejitkan nama Song Hye Kyo, Song Seung
Heon, dan Won Bin, tak hanya di negara asal dramanya, tapi hingga ke luar
negeri. Endless Love adalah salah satu pionir Korean Wave yang melanda dunia.
Dan demi
apapun, akting Moon Geun Young nangis legendaris banget. Oya, pemeran remaja
Shin Ae, meninggal di usia muda karena tumor otak di tahun 2007.
Stairway to
Heaven merupakan drama SBS yang tayang pertama kali 3 Desember 2003, dan
berakhir 5 Februari 2004 dengan total jumlah episode 20. Yang paling diingat
dari drama ini adalah sorot mata sedihnya Song Ju yang diperankan Kwon Sang
Woo. Hayooo ngaku deh pasti pada tergila-gila sama wajah melo-nya si ahjussi
kaaaan? ㅋㅋㅋ
Drama kedua
dari trilogi Heaven besutan sutradara Lee Jang Soo ini mengisahkan
kehidupan Jung Suh yang malang—yeah, another tragic story. Song Ju dan
Jung Suh temena sejak kecil. Mereka dekat karena merasa memiliki latarg
belakang yang mirip. Song Ju kehilangan ayahnya akibat sebuah kecelakaan mobil,
dan Jung Suh ditinggal mati ibunya setelah didiagnosis menderita kanker mata.
Drama Korea tuh kalau diceritain udah deket sejak kecil, pasti udah ketebak
alurnya akan menuju kemana...
Jung Suh dan
Song Ju saling menyukai. Tapi terhalang Yoo Ri, saudara tiri Jung Suh yang juga
menyukai Song Ju. Jadi, bapaknya Jung Suh menikahi Tae Mi Ra—seorang aktris
yang memiliki dua anak dari pernikahan sebelumnya. Yoo Ri dan Tae Hwa.
Ini melodrama
yang makjangnya enggak ketulungan, I’m not kidding. Kronologis
konfliknya bikin esmosi jiwa. Song Ju keluar negeri dan kembali ke Korea
Selatan tiga tahun kemudian. Jung Suh yang senang mendengar kepulangan Song Ju
dengan bahagianya hendak menyambutnya, tapi di tengah jalan Yoo Ri yang nggak
suka sengaja menabrakan mobilnya ke Jung Suh. Abi itu dia manipulasi kematian
Jung Suh. Dia membawa Jung Suh ke rumah ayah kandungnya, niatnya jelas—nyembunyiin
Jung Suh. Yoo Ri berhasil membujuk agar Tae Hwa mau bekerja sama dengannya, Tae
Hwa yang selama itu emang suka sama Jung Suh nerima aja, terlebih lagi Jung Suh
amnesia. Dianggapnya itu sebagai kesempatan memulai hidup baru. Demi itu, Tae
Hwa mengubah namanya dan nama Jung Suh.
Lima tahun
kemudian Song Ju yang akan bertunangan dengan Yoo Ri pergi ke taman bermain
yang pernah dikunjunginya bersama Jung Suh di masa kecil dulu. Ia ingin
mengenang kebersamaan itu sembari berharap agar bisa melihat Jung Suh terakhir
kali. Doanya didengar Tuhan, di saat yang sama Jung Suh yang sudah diganti
namanya menjadi Kim Ji Soo juga sedang berada di sana. Mereka bertemu. Tapi
Jung Suh kan ilang ingatan, nah di situlah Song Ju berjuang mengembalikan
ingatannya Jung Suh. Eeeh pas Jung Suh udah inget, kirain udah mau bahagia,
Jung Suh sakit. Diagnosanya kanker mata, persis yang menimpa ibunya. Malang
nian nasibnya Jung Suh. Noble idiocy ala drakor—Jung Suh minta Tae Hwa membawanya
pergi jauh karena Jung Suh nggak tega liat Song Ju sedih—PEMIKIRAN MACAM
AAPAAAAH INI HAAAH!
Karena
kondisi Jung Suh makin parah, akhirnya Tae Hwa ngasih tau Song Ju kalo Jung
Suh-nya sakit. Tae Hwa juga ngebongkar kelakuan bejat adik dan ibunya. Yoo Ri
ditangkap pa pulis, sedangkan emaknya masuk rumah sakit jiwa.
YA ALLAH
capek kronologis ceritanya.... ㅠ.ㅠ
Singkat cerita,
Jung Suh nikah sama Song Ju. Dia sempat cerita ke Tae Hwa pengen liat wajahnya
Song Ju untuk terakhir kali. Gara-gara itu, Tae Hwa nggak mikir panjang kali
lebar kali tinggi, demi Jung Suh dia bunuh diri supaya bisa donorin matanya
buat Jung Suh. Jung Suh pun bisa melihat kembali. Tapi pas tau siapa yang
donorin mata untuk dirinya, dia kembali jatuh sakit. Kata dokter kanker matanya
udah nyebar ke segala penjuru. And in the end Jung Suh dies. Menghebuskan
napas terakhir di pelukannya Song Jo. Suer, saya nggak habis pikir apa yang ada
di benak sw-nimnya pas nulis ini. Dari tragedi ke tragedi, seolah tak ada
habisnya. DAN SEBENARNYA APA SIH PESAN YANG INGIN DISAMPAIKAN DRAMA INI KE
PENONTON? NGGAK ADA HEPI-HEPINYA!! BALIKIN AIR MATA GUEEEEEEEEEEEE BALIKIIIIIN!!
Dan kenapa juga dulu saya demen banget drama ini? KENAPAAAAHHHH? Apakah memang
sejak dulu bibit-bibit pecandu sendu sudah mengakar kuat di dalam hati sanubari
ini? PWUAHAHAHAHA.
Stairway to
Heaven sangat populer di Korea. Average ratingnya 38,8 % dan rating
endingnya 45,3—hampir seluruh masyarakat Korea Selatan pada nonton. Ngebayangin
pada nangis berjamaah nonton endingnya ㅋㅋㅋㅋ
Anw, Kwon
Sang Woo ahjussi cakep banget di sini. Matanya itu loooooh aih. Tante Choi Ji
Woo juga—spesialis melodrama setelah hits Winter Sonata.
SALAH SATU
DRAMA KOREA TERPOPULER SEPANJANG MASA SELURUH PENJURU DUNIA.
Yang nggak
setuju bodo amat ㅋㅋㅋㅋ
Siapa yang
nggak inget tingkah polah Han Ji Eun dengan segala keabsurd-annya itu HAHAHAHA.
Han Ji Eun, seorang penulis skenario pemula yang berubah jadi babu di
rumah sendiri akibat ulah temannya. Ji Eun polos banget anaknya. Pas dikasih
tiket liburan keluar negeri sama sahabatnya, dia hepi-hepi aja, nggak ada
curiganya sama sekali. Ketika pulang ke rumah, rumah peninggalan mendiang
ayahnya sudah dijual sahabatnya ke orang lain. dan orang itu adalah aktor yang
sedang populer saat itu—Lee Young Jae. Sebelumnya Ji Eun dan Young Jae sudah
pernah bertemu di China ketika Ji Eun pergi liburan itu. Pertemuan yang—em sangat
tidak menyenangkan.
Karena satu
dan lain hal, Ji Eun dan Young Jae sepakat nikah pura-pura—jika Endless Love
adalah pelopor plot anak ketuker, maka Full House adalah pelopor kawin kontrak
di sinetron-sinetron pada tahun-tahun berikutnya! Fiuh.
Awalnya
mereka berantem mulu. Kata orang tua benci bisa jadi cinta, dan kejadian ini
menimpa Young Jae dan Ji Eun. Cuman proses menuju bahagianya ituloh yang bikin
esmosi naik turun karena pihak ketiga yang berusaha merusak. Paling suka deh liat
Ji Eun-Young Jae berantem. Lucu. Mbak Hye Kyo-nya imut-imut ngegemesin, trus
Rain-nya meranin karakter childish. Kadang-kadang pengen noyor palanya
saking keselnya.
Iconic
banget
Ji Eun nyanyi Three Bears. Trus Young Jae-nya demen banget ngebully Ji Eun, manggil
Ji Eun ayam, nyuruh bersih-bersih rumah, ngehina bla bla bla.
Hayooo siapa
yang mendadak ketawa gara-gara inget halmeoni-nya Young Jae pura-pura sakit
trus digendong Ji Eun dan kepalanya kejedot pagar? Hmmmppffttt.
Memories in
Bali adalah satu-satunya drama Korea saat itu yang mengambil sebagian setting-nya
di Bali dan Jakarta. Tayang pertama kali di stasiun tivi SBS, drama bergenre
romance-melodrama dibintangi aktor-aktor muda saat itu; So Ji Sub, Ha Ji Won,
Jo Insung, dan Park Ye Jin.
Drama
ber-alur makjang dengan ending ter-kurang ajar. OGAH banget saya rerun.
Drama pertama
karya Hong Sisters ini tayang pertama kali 3 Januari-1 Maret 2005 di stasiun
tivi KBS, mengisahkan perjalanan cinta Chun Hyang dan Mong Ryong yang
berliku-liku ngalahin ular tangga. Drama yang memasangkan Han Chae Young dan
Jae Hee sebagai pemeran utama ini terinspirasi dari dongeng klasik Korea berjudul
Tale of Chunhyang.
Yang saya
inget dari drama ini adalah nyebelinnya Mong Ryong—pas SMA childish banget.
Trus tarik-ulur hubungannya dengan Chunhyang bikin gregetan.
My Girl
adalah karya Hong Sisters berikutnya yang berhasil mendulang kepopuleran dengn average
rating 24,9 %. Drama SBS ini juga telah menjadi jembatan bagi para
pemerannya dalam menyebarkan Korean Wave ke seluruh penjuru dunia. Siapa sih
kdramalovers yang nggak kenal Lee
Dong Wook, Lee Jun Ki, dan Lee Da Hae?
Dramanya
lucu. Yang paling diingat ya kelakuan absurd-nya Joo Yoo Rin dalam
mempertahankan kebohongannya ㅋㅋㅋ.
Lee Jun Ki-nya mirip ceweeeeek, rambutnya nggak nahaaaaan tapi GANTENG DONG
HAHAHAHA. Kapan lagi coba bisa ngeliat Lee Jun Ki dan Lee Dong Wook maen drama
bareng? Second lead syndrom-nya BADAIIIII SEKALEEE.
Shin Bi.
Saya paling
inget Shin Bi. Si dedek imut yang jadi kesayangan ayah-ibunya.
One
night stand dalam
keadaan mabuk mengakibatkan Han Seung Wan (Kim Jae Won) dan Jung Se Jin
(Eugene) menikah. Gadis itu hamil. Dan lahirlah Shin Bi. Semula, Se Jin
menyembunyikan kehamilannya hingga kelahiran Shin Bi dari Seung Wan. Namun
berkat kakak perempuan Se Jin, keluarga Seung Wan mengetahui keadaan Se Jin dan
Shin Bi.
Pernikahan
Seung Wan dan Se Jin tidak mulus. Mereka kerap bertengkar. Wajar aja sih. Mereka
nikahnya bukan karena saling suka, tapi terpaksa. Belum lagi kehadiran orang
ketiga yang bikin situasi semakin rumit.
Part melo-nya
dimulai ketika Shin Bi didiagnosis menderita leukimia—wah. Sakitnya Shin Bi
membuat kedua orang tuanya sadar bahwa ada yang lebih penting ketimbang
mempertahankan ego masing-masing. Duh Shin Bi-nya ngangenin banget, mata
buletnya... ㅠ.ㅠ
Drama
bejumlah 16 episode ini tayang pertama kali di MBC 7 Maret-26 April 2005.
Jung Da Bin
yang meranin Shin Bi udah gede, dan makin cantik. Mata buletnya masih sama
kayak dulu.
♥
Itulah
drama-drama Korea selain Princess Hours yang menemani masa kanak-kanak
dan remaja saya. Ada sih beberapa drama yang nggak saya ulas di atas, misalnya
Winter Sonata Dae Jae Geum, My Love Patzzi, dan Hwang Jin Yi—tak banyak yang
bisa saya ingat. Mungkin karena ketika drama-drama tersebut tayang saya tidak
rutin menontonnya. Penyebabnya barangkali jam tayangnya di atas jam 10 malam, atau bisa juga karena ini, pernah ada kondisi di mana banyak televisi-televisi kami di
kampung tidak bisa mengakses saluran tivi swasta hingga bertahun-tahun kecuali
yang menggunakan tivi kabel. Drama-drama yang saya ulas di atas hampir
seluruhnya saya nonton di rumah tetangga, atau rumah teman. Dulu, selain
Endless Love dan Kabut Cinta, orang-orang di rumah tidak ada yang tertarik
menonton drama Korea. Jadi jalan keluarnya ya... melipir ke televisi tetangga
dengan kedok, “ngerjain pe-er, Maaaaaaaaaah!”
Oya, ada satu yang paling saya ingat dari My Love Patzzi selain Jang Nara, Kim Rae Won, dan Kim Jae Won-nya... Its gonna be another day with the sunshine... ㅋㅋㅋ
Saya hampir yakin drama dengan alur, plot, dan story-line drama-drama yang saya sebutin di atas udah nggak cocok dengan kondisi sekarang—meskipun plot amnesia dan tarik-ulur hubungan percintaan masih sering kita temui. Genre melodrama yang meminta air mata berliter-liter sebagai tebusannya udah nggak terlalu diminati. Korea Selatan dan drama-dramanya sudah jauh lebih berkembang, variasi genre-nya semakin menarik, menyentuh aspek-aspek kehidupan di berbagai lini. Tetapi, meski demikian drama klasik tetap akan menjadi memori indah di ingatan kita tak peduli se-makjang apa pun ceritanya. Kenapa? Itu karena kenangan yang dibawa drama-drama tersebut tak melulu soal kisah-kisah para tokoh di dalamnya tetapi turut pula mengingatkan kita pada situasi kehidupan kita di tahun-tahun tersebut.
Saya hampir yakin drama dengan alur, plot, dan story-line drama-drama yang saya sebutin di atas udah nggak cocok dengan kondisi sekarang—meskipun plot amnesia dan tarik-ulur hubungan percintaan masih sering kita temui. Genre melodrama yang meminta air mata berliter-liter sebagai tebusannya udah nggak terlalu diminati. Korea Selatan dan drama-dramanya sudah jauh lebih berkembang, variasi genre-nya semakin menarik, menyentuh aspek-aspek kehidupan di berbagai lini. Tetapi, meski demikian drama klasik tetap akan menjadi memori indah di ingatan kita tak peduli se-makjang apa pun ceritanya. Kenapa? Itu karena kenangan yang dibawa drama-drama tersebut tak melulu soal kisah-kisah para tokoh di dalamnya tetapi turut pula mengingatkan kita pada situasi kehidupan kita di tahun-tahun tersebut.
... Ketika
stasiun tivi Ikan Terbang menyatukan kita.
Bye-ing!
Azz
Kak Azz Anyeoooong... Ya Allah sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke blog MS.. serasa sudah sewindu lamanya. Neomu bogosipo.. Semalam karena iseng dan kangen sama tulisan dan review tentang drama korea jadilah aku ingat kalau aku sudah lama tidak bersua dengan kakak..
ReplyDeleteTerus terang sekarang aku mandeg atau boleh dibilang "tobat" tidak nonton drakor kak..hehehe jadi sudah tidak update apapun tentang drama terbaru yg lagi ongoing tayang.. makanya aku mending baca review throwbacknya kakak tentang drama korea jadul yang legend di TV indonesia pada era itu..
dan ya ampun bener banget kak.. dulu jamannya SD aku sudah suka dengan drakor yang ditayangin di TV makanya tiap sore selalu tidak pernah absen mantengin TV buat nungguin episode terbaru.. Sampai baca ulasan dan ringkasan tiap episode drakor di majalah atau tabloid dan kalau tidak salah aku juga bikin kliping khusus tentang drakor di buku kliping.
Dari beberapa drama jadul yang kakak ulas ini yang paling nancep di otak itu Endless Love, AllAbout Eve, Full House, sama Princess Hours.. Pada waktu itu Mbak Song Hye Kyo adalah aktris korea favoritku.. Jaman itu aku masih suka karakter utama wanita yang tertindas dan polos..hahaha..
Tapi entah kenapa di All About Eve dan Princess Hours aku malah jatuh cinta sama karakter antagonisnya.. Akting Mbak Kim So Yeon dan Mbak Song Ji Hyo sukses merebut hati ku.. Mihaneyo Mbak Yoon Eun Hee.. Walaupun sentral ceritanya ada di karakter Putri Chaekyeong dan Pangeran Shin.. tapi karakter Min Hyo-rin lebih nampol di hati..hahahaha waktu itu juga aku belum ngeh sama ketampanan Ahjusi Jo Ji Hoon,, baru sadar kalau Ahjusi Jo Ji Hoon tampan itu setelah nonton Along With The God.. Jongmal neomu mihane..
Tapi aku setuju sama Kak Azz,, di drama All About Eve ketampanan Ahjusi Jang Dong Gun Masya Allah bikin hati dugun dugun padahal jaman itu aku masih kecil dan belum mengenal Oppa-Oppa Korea kayak sekarang..hahahaha..
Kalau buat Ahjusi Kwon Sang Woo,, aku heran kok beliau ini tidak menua ya.. dari jaman dulu sampai sekarang mukanya tetep sama buatku gantengnya itu manly and baby face in the same time.. apalagi matanya itu loh sendu dan melow banget..
Bener apa kata kak Azz alur, plot, dan story line drama-drama jadul tersebut sudah basi kalau diterapin di jaman sekarang.. makjangnya itu loh yang bikin geleng-geleng kepala dan alurnya yang ketebak pastinya bikin bosen kalau ditonton di era sekarang.. tapi memang drama-drama tersebut sukses membuat kejayaan korean wave menyebar di Indonesia..
sama satu lagi kak drama jadul yang menurutku juga epic.. mungkin kakak juga nonton yaitu Love Story in Harvard.. sumpah gara-gara drama itu aku jadi ngefans sama Ahjusi Kim Rae Won..hahahaha... Walaupun aku kategori telat enggak ngikutin pas ditayangin di TV Indo..
Okie Kak Azz mungkin segitu dulu ungkapan kangen aku ke kakak kali ini.. sumpah kangen banget akhirnya bisa komentar lagi di tulisan kakak.. Kakak tetap bikin postingan ya walaupun aku mungkin sekarang sudah vakum nonton drakor setidaknya aku bisa baca ulasan drama yang bagus dan berbobot dari kakak.. kan siapa tau gairah ku untuk nonton drakor jadi muncul lagi..
Terima kasih banyak sudah menulis ulasan yang menarik ini.. Sukses terus untuk Kak Azz.. Sampai jumpa lagi...