Sinopsis Cheer Up/Sassy Go! Go! Episode 1 Part 2
Anak-anak Real
King berkumpul. Hyo Shik bertanya apakah Yeon Doo baik-baik saja. Yeon pura-pura
dengan mengatakan ia baik-baik saja. Bukankah pembubaran Real King merupakan
ide bagus? Sekarang mereka bisa rajin belajar seperti yang lain.Hyo Shik, Da Mi
dan lain-lain menghela napas. Mereka tahu Yeon Doo tidak baik-baik saja.
Di atas atap sekolah,
di antara barang-barang milik Real King yang dikeluarkan dari ruangan latihan,
Yeon Doo berbaring seorang diri. Senja sebentar lagi berganti malam. Yeon Doo
benar-benar tak sanggup menyembunyikan kesedihannya. Ia bangun. Memutar musik
dan menari.
Kim Yeol datang
membantu Ha Joon menempelkan plester untuk luka-luka di punggungnya. Ha Joon
dipukuli ayahnya lagi karena hasil ujiannya buruk. Kim Yeol marah.
“Tidak apa-apa,”
ucap Ha Joon menenangkan sahabatnya. “Dia tidak akan memukuli anaknya sendiri sampai
mati.”
“Kalau kau tak
mati... kalau kau tak mati apakah itu artinya baik-baik saja?” sela Kim Yeol.
Ha Joon terdiam.
Kim Yeol pun pergi.
Yeon Doo masih
di atap sekolah meski malam sudah tiba.
“Persetan, Kim
Yeol... Persetan pengadu! Persetan SMA Sevit! Persetan dunia!” Yeon Doo
berteriak kesal. Air matanya menghambur keluar.
Kim Yeol ada di
sana, bersandar di tembok. Sepasang matanya mengamati Kim Yeol lekat.
“Tidak adil
bagimu?” tanyanya.
“Benar! Sungguh
tidak adil! Memang sangat tidak adil hingga membuatku gila! Menyebalkan sekali,
dasar!”
Kim Yeol
meinggalkan Yeon Doo. Tak berapa lama kemudian gadis itu pun meninggalkan atap.
Ia menemukan secarik memo ditempel di dinding oleh Kim Yeol.
= Kalau tak adil, coba tulis di
poster =
Yeon Doo
mengikuti saran Kim Yeol. Dibantu Dong Jae, ia menulis poster di ruang laundry.
Dong Jae
bertanya di mana Yeon Doo mengambil ide seperti itu. Yeon Doo ingin bilang tak
semua orang bisa punya ide semacam itu, namun kalimatnya dipotong Dong Jae.
Mana mungkin anak SMA punya ide semacam itu?
“Benar, mana
mungkin aku punya ide begini kalau aku hanya anak SMA?” kata Yeon Doo, lalu ia
dan Dong Jae tertawa bersama.
Seseorang masuk
ke ruang laundry dan menyalakan lampu. Kaget, Yeon Doo dan Dong Jae pura-pura
tidur di atas poster (spanduk) yang belum selesai ditulis. Orang itu ternyata
Kwon Soo Ah. Ia bertanya apa yang dilakukan Yeon Doo malam-malam di ruang laundry? Yeon Doo tidak bisa menyerah
begitu saja. Ia akan mencoba sekuat tenaga. Soo Ah menyayangkan kenapa hanya
Yeon Doo seorang diri yang melakukannya? Kenapa dia tidak mengajak Kim Yeol.
Yeon Doo tidak bisa melakakukannya. Bagaimana kalau Kim Yeol terkena masalah.
Dengan melakukan ini, Yeon Doo tidak rugi apapun, beda halnya dengan Kim Yeol.
Dia adalah siswa berprestasi.
“Prestasi dua
pasti senang,” cetus Dong Jae. “Kalau Kim Yeol dapat masalah dan poinnya
dikurangi.”
Yeon Doo
menyela, “ Apa yang kau bicarakan? Soo Ah kan di peringkat dua.”
“Siapa Soo Ah?”
Dong Jae bertanya dengan lugunya. Hahaha. Aku tidak yakin apakah Dong Jae
berpura-pura atau memang selama ini dia tidak tahu jika Soo Ah memegang
peringkat dua. Padahal kan mereka sekelas? Kecuali Dong Jae tidak benar-benar
memerhatikan sekelilingnya dan hanya memikirkan Yeon Doo dan basket. Dua hal
yang disukainya.
Saat itu Yeon
Doo dan Soo Ah ada jadwal latihan basket, Yeon Doo minta maaf sedikit terlambat
karena dia harus menyelesaikan poster/spanduknya.
Walaupun di
depan Yeon Doo, Soo Ah tersenyum, di belakangnya dia menampakkan wajah aslinya.
Ia tak suka rencananya berjalan tak sesuai harapan. Rupanya jauh-jauh hari
Direktur Lee, konsultan yang bertanggung jawab terhadap rencana pendidikannya
telah membeberkan orang-orang yang patut diwaspadai Soo Ah.
Kim
Yeol, si anak jenius. Apapun yang Soo Ah lakukan, dia tidak akan bisa
mengalahkannya.Tapi Soo Ah bisa membuat kesalahan di buku laporannya.
Sementara orang-orang
yang perlu didekati Soo Ah adalah, anak pemilik Seo Woo group, anak pemilik
firma hukum Hanjung, anak pemilik Ruma Sakit Danjung (Seo Ha Joon). Orang-orang
ini pasti akan ke Ivy league (Universitas-universitas top di Amerika). Direktur
Lee mengatakan satu kekurangan Soo Ah. Ia mengucapkan satu kutipan terkenal.
= Kerja tanpa main membuat orang
bosan dan membosankan =
Soo Ah adalah
tipe kutu buku. Dampaknya tidak begitu bagus. Kekurangannya itu akan menarik
perhatian komite penerimaan. Soo Ah juga diingatkan agar menjaga jarak dengan
Yeon Doo. Menurut Direktur Lee, anak itu tidak punya sesuatu yang bisa
ditawarkan. Nilainya tak bagus dan keluarganya bukan keluarga berpengaruh lagi
kaya.
Esoknya, Yeon
Doo menempelkan poster yang sudah ditulisnya. Kim Yeol tersenyum melihatnya.
Guru Yang datang mengetuk pundak Yeon Doo. Jika ingin menempel sesuatu bukankah
Yeon Doo harusnya datang lebih awal? Yeon Doo berkilah ia bukan orang yang suka
bangun pagi. Lucunya, Guru Yang bukannya melarang malah sebaliknya memberi
saran harusnya Yeon Doo melakukan highlight
bagian-bagian penting?
Guru Im datang
belakangan. Ia berteriak agar poster diturunkan. Kacau. Guru Yang mengarahkan
siswa masuk ke kelas, sementara Guru Im berusaha menangkap siswa-siswa itu.
Begini isi
poster yang ditulis Yeon Doo,
= Aku mencari yang
masih sadar. Teman-temanku, kalian masih punya kesadaran, kan? Para guru yang
hanya memandang Real King dari satu sisi saja, setelah kami tak ada, apakah
kalian merasa baik? Kalian semua senang setelah mendiskriminasi kami? Kalau
memang begitu maka bersoraklah! =
Guru Im datang
dan merobek posternya. Bukan Yeon Doo namanya jika ia menyerah begitu saja.
Walaupun ia dihukum, setiap ada kesempatan ia menempelkan posternya di kamar
mandi sekolah, di mana saja. Guru Im selalu membuntutinya di belakang. Berbeda
yang dilakukan Guru Yang, ia menempelkan ujung poster yang terlepas. Bahkan
memfoto-nya lalu meng-upload-nya di web Dinas Pendidikan. Good job, Sir!
Yeon Doo
melanjutkan protesnya di depan sekolah. Di sisinya Dong Jae setia menemani
sambil memegang botol susu kesukaan mereka, kalau-kalau Yeon Doo kehausan. Bu
Kepsek datang menemuinya.
“Teguh juga
kau,” kata Bu Kepsek. “Aku ingin melihatnya sampai di mana.”
Mendadak Bu
Kepsek diserang kepanikan, seseorang dari dinas pendidikan datang. Bu Kepsek
buru-buru menyuruh agar Yeon Doo kembali ke kelas. Yeon Doo menolak. Bukankah
Ibu Kepala Sekolah ingin melihatnya?
Pak Joo—dari
dinas pendidikan, tiba di depan Bu Kepsek, Yeon Doo dan Dong Jae. Rupanya hasil
upload-an dari Guru Yang berhasil mengundang pihak Dinas Pendidikan. Menurut
Pak Joo, menteri pendidikan yang baru khawatir sekolah-sekolah hanya fokus pada
nilai akademis. Yeon Doo tersenyum penuh kemenangan.
Seusai pertemuan
ia dan Dong Jae duduk di tangga.
“Real King akan
kembali?” tanya Dong Jae sambil menimang bola basketnya.
“Ya. Dengan
poster dan satu orang yang protes, akhirnya ada keadilan meski dengan tekanan.”
Yeon Doo tertawa keras. “Siapa sangka? Sekolah mungkin akan mendanai kami.”
Tapi kenyataan
yang terjadi malah sebaliknya. Bu Kepsek melakukan serangan balik. Hp
dikumpulkan selama proses belajar dan siswa dilarang keluar dorm selama dua
minggu. Anak-anak kesal dan menyalahkan Yeon Doo atas semua itu. Di kantin,
Yeon Doo jadi pusat perhatian. Makanan yang sudah diambilnya dijatuhkan seorang
siswa. Sebelum situasi berubah menjadi-jadi, Kim Yeol muncul melerai. Siapa sih
yang berani melawan kata-kata si peringkat satu?
Yeon Doo menemui
Guru Yang. Ia bertanya mengapa semua murid dilarang keluar? Supaya mereka fokus
belajar, kata Guru Yang.
“Bukan. Bapak
melakukan ini untuk mengucilkan saya. Kalau begitu saya akan tutup mulut,”
bantah Yeon Doo.
“Hentikan. Kau bertindak
sendirian seperti ini tak akan banyak yang berubah. Dunia memang begitu.”
Yeon Doo
merajuk, ia tidak peduli. Ia ingin tahu siapa yang melaporkan dirinya (soal
insiden nyaris ciumannya dengan Kim Yeol). Semuanya dimulai dari itu. Andai
klubnya tidak dibubarkan, ia takkan melakukan itu semua. Guru Yang mengambil
buku-bukunya dan sebelum pergi, menyuruh Yeon Doo kembali ke kelas. Yeon Doo
melihat ponsel di atas meja. Diam-diam
dia membuka kotak pesan untuk melihat siapa pengirim sms berisi aduan tersebut.Yeon
Doo terkejut mengetahui bahwa Soo Ah-lah pelakunya.
Ia mengajak Soo
Ah bertemu. Tanpa curiga, Soo Ah menemuinya dengan gaya innocent-nya.
“Kenapa kau
melakukannya?” Yeon Doo langsung bertanya tanpa basa-basi.
“Lakukan apa?
Apa maksudmu?’
“Aku
lihat semuanya.”
Aku tidak mengerti. Apa maksudmu? Aku tidak
tahu apa maksud perkataanmu.”
“Di
salah satu hape itu, kulihat foto yang kau laporkan.
“Kau
melihatnya?” tanya Soo Ah tetapi dengan ekspresi wajah yang tak lagi ramah.
“Kau akhirnya melihatnya ya?”
Pelajaran
musik di kelas sudah dimulai. Kwon Soo Ah memilih pindah tim, ia tak lagi satu
kelompok dengan Yeon Doo. Sekilas ditampilkan cuplikan pembicaraan antara Yeon
Doo dan Soo Ah beberapa waktu lalu. Yeon Doo merasa terluka dikhianati
seseorang yang telah dianggapnya teman.
“Benar kau Kwon Soo Ah? Apakah kau
benar-benar temanku?”
Soo Ah tertawa mengejek. “Teman? Di
sekolah ini ada yang namanya teman? Kau ini naif apa bodoh?
Kembali
ke kelas musik. Giliran Yeon Doo, duet yang mestinya dilakukan berdua kini
dilakukannya seorang diri. Di awal lagu, ia masih lancar bernyanyi namun
menjelang pertengahan lagu, air matanya mulai mengalir tak terkendali. Kim Yeol
heran. Yeon Doo tak tahan lagi. Ia berhenti bernyanyi. Dihampirinya Soo Ah.
“Ya!
Kwon Soo Ahm kau kira bisa membodohi orang? Kau kira kami semua bisa kau
permainkan? Jangan mengkhayal! Aku bukannya bisa kaubodohi karena tak
mengetahuinya? Aku merasa kasihan padamu
makanya kuputuskan ikut denganmu. Kau puas? Hidupmu jadi mudah setelah kau
memanfaatkan temanmu?”
Guru
yang memegang pelajaran itu mencoba menghentikan Yeon Doo. Kemarahan Yeon Doo
sudah tak bisa dijinakkan lagi. Habis memaki Soo Ah, Yeon Doo ganti mengomeli
Kim Yeol.
“Dan
kau Kim Yeol. Kita berciuma atau tidak?”
Ditanya
demikian Kim Yeol tertawa tanpa suara.
“Aku
tanya kenapa tak bisa bilang tidak bila memang tidak! Kau suka kalau emang yang
lain mengira kita berciuman? Begitu? Berhubung semua mengira begitu, kenapa tak
benar-benar kau lakukan?” Yeon Doo mendekati Kim Yeol. Ia menantang Kim Yeol
untuk menciumnya apapun modelnya terserah saja. Duh!
Yeon
Doo beralih pada dua murid laki-laki yang menjatuhkan makanannya di kantin.
Ditendangnya meja mereka.
“Memangnya
aku yang melarangmu keluar? Memangnya aku yang menghentikan kalian keluar untuk
les? Begitu? Kenapa aku yang disalahkan?”
“Kang
Yeon Doo apa yang sedang kau lakukan?” tegur gurunya.
Yeon
Doo seolah menulikan telinganya. Dia berdiri di tengah kelas, menatap
satu-persatu wajah teman-temannya.
“Kalian
semua sama saja. Saat ada teman yang butuh harusnya kalian membantu. Kalian
hanya diam melihat saja? Dasar tidak punya hati nurani! Kalian hanya terobsesi
dengan nilai supaya bisa mengalahkan teman kalian. Nantinya dalam kehidupan,
kalian akan berakhir di kursi roda karena menerima suap dan pada akhirnya pergi
dari negara ini, dasar bodoh!”
“Nice!” bisik Dong Jae. Hahahaha.
Guru
berdiri, kali ini dengan suara tegas menghentikan Yeon Doo.
Yeon
Doo memang sudah ingin berhenti. Ia membungkuk minta maaf.
“Kang
Yeon Doo,” cetus Soo Ah. “Memangnya kau beda?”
“Benar.
Semua ini membuat pencerahan bagiku. Karena poin yang menyedihkan itu, daripada
berteman kalian semua jadi pesaing. Aku
sangat tahu diri kalau nilaiku paling rendah di sekolah ini. Aku tak ada
bedanya dengan kalian. Karena itu, aku keluar dari sekolah menyedihkan ini! Hal
itu akan membuatku berbeda dengan kalian.”
Habis
berkata begitu, Yeon Doo melangkah keluar kelas. Tak dihiraukannya panggilan
Guru Yang yang tak sengaja ditemuinya di koridor. Ia tak menoleh meski Guru
Yang mengancam akan mengurangi poinya. Yeon Doo menyeret kopernya melintasi
lapangan sekolah.
“Aku merasa lega. Dan
ada yang kupikirkan. Kenapa aku sampai melakukannya? Aku terlalu jauh
bertindak...”
Yeon
Doo meringis.
Soo
Ah menaiki anak tangga ketika tau-tau tumpahan susu menimpa kepalanya.
Pelakunya tak lain tak bukan adalah Ha Dong Jae!
“Apa
yang kau lakukan?” sentak Soo Ah.
“Susunya
tumpah,” sahut Dong Jae santai.
“Tak
sengaja?”
“Tidak.
Sengaja kulakukan.”
“Apa?”
Dong
Jae berdiri di depan Soo Ah. “Peringkat 2, Kwon Soo Ah. Mulai sekarang aku akan
mengingatmu.” Katanya tajam.
Bu
Kepsek melakukan pertemuan dengan ibu Soo Ah. Sepertinya, sedang terjadi
penyuapan di sini. Demi mengamankan posisi Soo Ah, ibunya akan melakukan apa
saja. Ckck. Kali ini, kulkas di ruang kepsek yang diganti. Di dalam kulkas baru
tersebut terdapat dua dos kecil berisi uang. Oh My...
Di
rumah, Yeon Doo tak napsu makan. Ia berkali-kali mengeluh asin, padahal menurut
ibunya tidak. Ujung-ujungnya Yeon Doo menangis. Dan mengulang kata ‘asin’. Yeon
Doo terisak membuat ibunya kaget. Ibu Yeon Doo mondar-mandir di ruang tamu,
menimbang-nimbang apakah perlu menemui puterinya di kamarnya atau membiarkannya
saja.
Di
kamarnya, Yeon Doo menyoret-nyoret buku catatannya.
= Cahaya baru. Real
King. Ruang bernapas. Aku tidak bahagia. Aku ingin bahagia. =
Yeon
Doo melihat-lihat kembali foto-fotonya bersama Real King. Memo-memo yang
ditempelnya di meja belajarnya.
= Tak apa, akan
berhasil. Percaya pada diri sendiri. Kau bisa! Percaya pada diri kita sendiri!
=
“Apanya yang salah?”
Yeon Doo bergumam. “Itulah yang kurasakan
saat itu. Aku tak ingin menyerah pada yang kusuka. Jika aku tidak menyerah,
selamanya tak akan berakhir.”
Ia
menangis lagi.
Ha
Dong Jae yang bertetangga rumah dengan Yeon Doo menjulurkan tongkat panjang
hingga menyentuh jendela kamar gadis itu. Tentu saja Yeon Doo kaget dibuatnya.
“Apa
ini? Kau juga pergi tanpa izin?” tanyanya sambil membuka jendela.
“Aku
punya berita buruk dan berita terburuk, mau dengar yang mana dulu?” sahut Dong Jae
tidak nyambung.
“Berita
buruk.”
“Poinmu
dikurangi banyak saat meninggalkan sekolah.”
Yeon
Doo sudah bisa menebak itu. “Berita terburuknya?
Dong
Jae tersenyum rahasia.
Pagi-pagi
sekali, Yeon Doo sudah didepan sekolah, penuh semangat menendang pagar sambil
menyeret kembali kopernya. Ruang yang ditujunya pertama kali adalah ruangan
Baek Ho.
“Hai,
tetanggaku yang kotor,” sapanya. Anak-anak Baek Ho kaget setengah mati.
“Mulai
hari ini aku akan mengambil alih Baek Ho,” lanjutnya lalu melemparkan selembar
kertas.
= Pendaftaran Anggota
Klub. Nama Klub : Baek Ho. Nama : Kang Yeon Doo =
-=Bersambung=-
No comments:
Post a Comment
Haiii, salam kenal ya. 😊