[Review] Forever Love
“The so-called Familiarity Breeding Fondness is
all just love at first sight that we don’t recognize.” –Forever Love, Ep 1
Forever Love merupakan drama yang diadaptasi dari
novel berjudul Bai Nian Zhi Hao, Yi Yan Wei Ding karya Su Guang Tong.
Drama berjumlah28 episode dengan durasi 45 menit per episodenya ini telah
selesai ditayangkan melalui Wetv, original network-nya dipegang oleh
Tencent. Mengisahkan tentang Xia Lin Xi, seorang siswa kelas 12 SMA yang
dikenal cerdas dan selalu menduduki peringkat satu di sekolahnya. Lin Xi adalah
potret ideal anak yang lurus-lurus saja hidupnya—mematuhi orang tua dan
gurunya. Suatu hari, sebagai perwakilan kelas, Lin Xi ditugaskan wali kelas
untuk membawa Jiang Zheng Han ke sekolah, si murid pindahan yang belum pernah
kelihatan batang hidungnya. Namanya juga anak yang patuh sama guru, dikasih
tugas seperti itu, Lin Xi memaksimalkan usahanya agar Zheng Han mau ke
sekolah. Memaksimalkan di sini maksudnya adalah Lin Xi bersedia melakukan apa
pun itu—sepanjang tidak melanggar aturan—agar bisa menyeret Jiang Zheng
Han ke sekolah.
Pendek cerita, ada
beberapa insiden kecil yang membuat Zheng Han dan Lin Xi, mau tidak mau, selalu
berinteraksi (debat muluuuu kayak kucing sama tikus wkwk) hingga kemudian Zheng
Han, tanpa sepengetahuan Lin Xi (ternyata) menjadi tutor pelajaran
matematikanya atas rekomendasi dari ibunya. Pada saat itu, ibunya Lin Xi tidak
tahu identitas asli Zheng Han yang masih berstatus sebagai siswa sekolah
menegah.
Di mata Lin Xi, Zheng Han tak lebih seperti
anak-kebanyakan anak laki-laki lain seumurannya—mengabaikan sekolah demi
mencari kesenangan, mencari uang. Zheng Han tuh dikit-dikit duit, apa aja yang
dilakuin yang membutuhkan tenaga-nya, bayar-nya pake duit,
makanya Lin Xi kesel dan nggak bisa nolong dirinya sendiri untuk nggak
nge-judge Zheng Han sebagai cowok mata duitan wkwk. Kesan pertama begitu
membekas. ㅋㅋㅋㅋ
Belakangan Xia Lin Xi mengetahui fakta
mengejutkan mengenai kehidupan Zheng Han, anak cowok yang kerja di warnet itu,
yang dituduhnya mata duitan....
Sebelum pindah ke sekolahnya Lin Xi, Zheng Han
termasuk siswa berbakat di sekolah terdahulunya. Namun satu kejadian yang
menimpa keluarganya memaksa Zheng Han harus pindah sekolah. Pabrik tempat
ayahnya bekerja mengalami kebakaran, banyak korban jatuh, keluarganya pun bangkrut.
Atas nama tanggung jawab (dibaluri rasa bersalah yang dalam), Zheng Han masih
membantu keluarga korban dari peristiwa tersebut. Jadi, uang yang dihasilkannya
selama ini bukan digunakan untuk keperluan pribadinya seperti yang disangkakan
Lin Xi, melainkan untuk membantu keluarga korban. Anak baik.
Usai mengetahui hal tersebut, Lin Xi merevisi
kembali sudut pandang yang sudah terlanjut terbentuk di kepalanya tentang sosok
Zheng Han.
Begitulah awal mula kedekatan Lin Xi dan Zheng
Han.
Secara ringkas, Forever Love mengisahkan
perjalanan hidup Lin Xi dan Zheng Han sejak di bangku SMA, kuliah, lalu
menikah. Drama tipikal yang klise yang sudah sangat banyak—oke, sudah terlalu
banyak cerita seperti ini di drama Cina. Tapi saya berani bilang, dengan
pengalaman ngedrama Cina saya yang baru seumur jagung ini, Forever Love adalah
salah satu drama Cina favorit saya yang tidak akan pernah bosan saya nonton
ulang. Drama dengan cerita yang biasa saja, klise, akan tetapi berhasil menjaga
saya supaya tetap setia menonton 28 episodenya tanpa sedikit pun merasa
sudah membuang-buang waktu. Tidak banyak drama romantis Cina yang bisa membuat
saya seperti ini. Rasanya seperti sedang menonton kisah nyata pasangan muda
yang berjuang bersama-sama, memulai semuanya dari nol, yang tidak hanya
bermodalkan cinta semata, tetapi juga dengan tanggung jawab yang setara.
Realistis, sedikit drama, dan menginspirasi.
Pertemuan saya dengan Forever
Love terjadi ketika saya menyelesaikan Meeting You dan The Best of You in My
Mind—dua drama dengan genre serupa, lalu saya merasa kelimpungan nyari tontonan
drama Cina baru. Sebelum itu, saya sudah pernah menonton satu klip Forever Love
yang lewat di feed IG, tapi saya abaikan. Beberapa waktu berlalu, di
twitter menfess drama Cina ada yang mosting klip drama, jadi di situ ada satu
cowok yang sedang mengutarakan perasaannya ke cewek yang disukainya, dramatis,
dan melo parah—aslik, aktingnya bagus banget. Directing-nya jugaㅠ.ㅠ
Saya kok kayak pernah lihat ya cowoknya, gitu batin saya. Voila, itu Wang An Yu—cowok
yang main di Forever Love! Setelah saya baca-baca komentar di bawahnya, rupanya
itu drama-nya Wang An Yu yang lain, dan sudah selesai tayang, bukan Forever
Love. Nah, abis itu saya mulai penasaran sama Forever Love. Seperti biasa, saya
cek ke MyDramaList dulu, mau baca review orang-orang yang sudah nonton. Dari
page satu sampe page terakhir, bisa dibilang positif semua isinya. Wah, saya
yang tadinya mulai penasaran langsung naik level-nya ke KEPO PARAH. Sebagus apa
sih drama Cina yang mengusung genre Youth Drama ini?
Dah. Cussss donlot 28 episode. HAHAHAHAHA. Azz
mah anaknya paling nggak bisa dipancing.... Iya, pokoknya jangan dipancing deh.
Kalo udah terlanjur dipancing ya... gitu.
Dan saya ngelarin 28 episode Forever Love hanya
dalam 3 hari. Karena dramanya ringan? Tentu itu salah satu alasan yang
membuat saya enggan menangguhkan Forever Love. Alasan lainnya karena
dramanya asik, bikin saya keterusan nonton. Setip ada waktu luang yang dinonton
lanjutan Forever love.
Apa aja sih yang bikin saya se-suka itu dengan Forever Love? Yang bikin saya nggak bosen-bosen nonton ulang lagi dan lagi? Coba ya saya tulis satu-satu... semoga nggak ada yang ketinggalan.
Karakter Utama Cowok dan
Cewek-nya Setrong!!
Xia Lin Xi
“We are interdependent yet so
independent. I love you. I hope that we are boyfriend and girlfriend who grow
up together. I don’t need my boyfriend to protect me all the time. I don’t need
him to be a nanny, or another parent to me.” –Xia Lin Xi
Saya belum lama nyemplung di drama Cina, belum
cukup setaun, tapi list drama romance yang sudah saya nonton sudah bejibun, ada
kali dua puluhan judul HAHAHAHA. Jadi saya punya sedikit pengalaman menonton
drama romantis Cina. Setidaknya, saya sudah punya gambaran umum karakter utama
cowo dan cewe-nya yang sudah biasa dipake di drama. Sangat jarang saya
temukan di drama romantis Cina yang menokohkan karakter perempuan utama dengan adil,
tidak dibayang-bayangi sosok maskulin si tokoh pria—no, saya nggak
bermaksud menyeret topik ini ke perbedebatan soal gender. Saya hanya bilang
kalau penokohan karakter utama perempuan di drama romantis kelewat tipikal
drama, cenderung powerless. Kalau udah keseringan nonton drama romantis made
in China pasti udah paham banget maksud saya. Terlebih lagi jika memasuki
genre drama coming of age, youthful drama, atau drama-drama yang
mengambil latar sekolah atau perkuliahan, kebanyakan karakter utama
perempuannya dibikin um... gak pinter, yah seperti yang saya bilang,
selalu dibayang-bayangi dominasi si karakter utama pria.
Ketika saya memulai episode 1 Forever Love, saya
terkejut mendapati si tokoh utama perempuannya, Xia Lin Xi, diceritakan sebagai
anak berprestasi, cerdas, dan mandiri. JARAAANGGG BANGET NEMU YANG KAYAK GINI
DI DRAMA ROMANTIS CINA. Semakin banyak episode yang saya nonton, semakin bangga
saya dengan Lin Xi. Sejak awal episode hingga episode terakhir, saya menangkap
konsistensi pada penggambaran karakter ini. Bagaimana dengan character
development-nya? Perkembangan karakternya berjalan dengan baik! Lin
Xi yang anak SMA dan Lin Xi yang udah kuliah—grafik perbedaannya terlihat. Lin
Xi jauh lebih mature, terlihat dari bagaimana ia meng-handle
masalah-masalah yang datang kepadanya. Dan luar biasanya, dia coba selesaikan
itu semua sendiri. Dia selalu bilang ke Zheng Han, semacam kalau aku nggak
bisa nyelesaiin atau nemu kendala yang nggak bisa aku tangani sendiri, aku
bakal ngasih tau kamu. Sikap percaya dirinya bagus. Dan emang bisa
dipertanggung jawabkan omongannya. Jadinya sinkron, dia yang diceritakan
sebagai anak yang cerdas sepadan dengan tindakan-tindakannya—logika fiksinya
jalan di sini. Enggak jomplang, atau bolong-bolong. Seringkali, atas nama
dramatisasi untuk menaikkan tensi drama, karakter-karakter utama menjadi korban,
di beberapa part karakter-karakter utama seperti kehilangan jati dirinya.
Syukurlah Xia Lin Xi tidak mengalami hal tersebut.
Apakah saya jatuh cinta dengan Lin Xi? Yes.
No doubt.
Karakternya likeable. Reliable. Dewasa.
Strong. Mandiri. Cerdas. Cool. Apa lagi ya... senyumnya manis, ngademin, bikin
kita yang liat jadi ikutan senyum juga, nular. Cantik luar dalem. Terhadap
karakter lain yang terlibat konflik dengannya, Lin Xi tidak berusaha bertindak
menyerang balik, ia menyikapinya dengan proporsional dan kepala dingin. Anaknya
enggak menye-menye. Pantesan aja Jiang Zheng Han cinta banget.
Lin Xi berbakti banget sama orangtua. Salah satu
yang menjadi motivasinya jadi anak baik adalah supaya orang tuanya tidak saling
menyalahkan dan tidak bercerai. Sedih sih pas bagian ini ㅠ.ㅠ
Banyak banget adegannya Lin Xi yang berkesan. Di
episode 4 sewaktu dia ngomelin Zheng Han yang kabur dari sekolah dan
terima-terima aja disalahpahami guru-guru. Keren. Coba itu Zheng Han enggak
diomelin begitu, cerita masa depannya mungkin akan berbeda.
And you know what? Jika
saya sudah sedemikian sayang dan cintanya dengan karakter utama perempuan di
satu drama, itu menandakan bahwa saya 200% terpikat dengan dramanya. Saya masih
bisa nge drop drama kalau yang saya sukai cowoknya saja, tapi kalau itu
karakter utama perempuannya, yang sudah-sudah saya enggak pernah nge-drop.
Jiang Zheng Han
Karakter utama yang laki-laki digambarkan
sempurna, tampan, kaya, mendominasi—tipikal—sudah sangat sering ditemukan di
drama Cina. Jiang Zheng Han adalah pengecualian. Pertama kali ketemu Zheng
Han, seperti Lin Xi, saya juga terlanjur memberikan penilaian sepihak.
Awalnya saya enggak respek. Tingkah polahnya yang cuek, slenge’an, dan dingin
tidak mengesankan saya. barulah setelah beberapa episode saya tersadar, dia
hanya seorang anak laki-laki 18 tahun yang sudah mengalami banyak hal dalam
hidupnya dan harus menahan tekanan beban yang tidak semestinya diemban anak
seusianya. Itulah sebabnya ia terlihat begitu tangguh, namun lemah secara
psikologis. He is just a little boy.
Dari sikapnya, sepertinya Zheng Han sudah biasa
disalahpahami dan ia merasa baik-baik dengan itu. Ia membantu mengamini
penilaian orang terhadapnya. Dipikirnya, kenapa mesti susah payah membela diri
jika orang-orang hanya memercayai apa yang dilihatnya. Itulah Jiang Zheng Han sebelum Lin Xi muncul dan memaksa Zheng Han mematahkan stereotype yang sudaha dilekatkan orang kepadanya.
Zheng Han pekerja keras, punya sisi humoris juga,
dia ini tipe orang yang kalau sudah memutuskan sesuatu pasti all out.
Zheng Han tidak sempurna. Sebagai karakter drama
dia cukup manusiawi. Bagi saya ini menjadi nilai plus. Lagi-lagi saya
menggunakan list drama romantis Cina saya sebagai acuan. Rasa-rasanya tidak
akan sulit bagi saya menemukan sosok Zheng Han di dunia nyata. Laki-laki yang
punya mimpi masa depan bersama satu-satunya perempuan (selain ibunya) yang
dicintainya seumur hidupnya.
Zheng Han enggak suka mendramatisir. Orangnya
logis. Saya berkali-kali dibuat kagum dengan perlakuan Zheng Han kepada Lin Xi.
Orang-orang mungkin akan bilang Zheng Han bucin ke Lin Xi, alih-alih ikut
menyebutnya demikian saya menganggap itu sebagai wujud penghargaan Zheng Han
kepada Lin Xi, sebagai pasangan yang dicintainya.
Zheng Han yang sangat menghargai ibunya Lin Xi,
tetap menjaga sopan santun meski ibunya Lin Xi sangat sinis dan memandang
sebelah mata dirinya. Sebesar rasa sayang Zheng Han kepada Lin Xi, sebesar itu
pula penghormatan yang diberikannya kepada kedua orang tua Lin Xi.
Ada satu adegan ketika Lin Xi menyembunyikan
keputusannya bekerja setelah ibunya menghentikan uang bulanannya. Saya bisa
memahami mengapa Lin Xi tidak memberi tahu Zheng Han, ia tidak ingin Zheng Han
menyalahkan dirinya sendiri. Tapi toh akhirnya Zheng Han tahu juga. Nah di
sinilah yang membuat saya ngacungin jempol ke Zheng Han. Dia enggak
mengonfrontasi Lin Xi, enggak sok nanya pake nada ngajakin berantem kok kamu
nggak bilang sih kerja di bla bla bla, kok kamu nyembunyiin dari aku? Tidak.
Zheng Han percaya Lin Xi pasti punya alasan mengapa tidak memberi tahunya.
Sebaliknya, Zheng Han justru semakin baik memperlakukan Lin Xi, ia memberikan
support-nya dalam wujud lain agar Lin Xi tidak merasa sendiri. Di hari Zheng
Han tahu kondisi Lin Xi, ia menunggu Lin Xi pulang. Begitu pintu terbua, Zheng
Han melihat kelelahan memancar kuat di wajah Lin Xi. Tanpa mengatakan apa-apa,
Zheng Han beranjak menghampiri dan memeluk Lin Xi. Erat sekali. Di sini tuh
saya nge-pause beberapa detik. Antara kaget sama terharu. Se-sayang itu Zheng
Han sama Lin Xi. Mana abis itu Zheng Han ngomong pelan, “waktu kamu masuk, aku
baru sadar muka kamu kurus banget...” Yaa gimana enggak baper cobaaa yang
nonton?? ㅠㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
Apa coba namanya kalau bukan karena rasa sayang
yang bulat-bulat disertai kepercayaan dan upaya menghargai pasangan? Padahal
bisa aja loh ini jadi pemantik mereka berantem dan putus ala drama-drama
romantis kebanyakan? Syukurlah Forever Love tidak memilih jalur drama romantis
kebanyakan. Di sisi lain, Zheng Han juga mengusahakan agar bisa mencapai kualitas
terbaik dirinya hingga kelak ibunya Lin Xi mau menerima dirinya sebagai orang
yang mencintai sepenuh hati anak perempuannya satu-satunya. Ia berjuang
memantaskan diri.
“In this ignorant stage of
life, loving someone is a kind of happiness.’ –Forever Love, ep 4
Setiap kali menemukan couple drama yang logis
kayak gini saya langsung keinget ucapannya Saka dalam novel Sabtu Bersama
Bapak, yang kurang lebihnya menggaris bawahi bahwa pasangan yang kuat itu bukan
yang saling mengisi kekurangan masing-masing. Yang bertugas menangani
kekurangan ya masing-masing pihak. Mestinya dua belah pihak harus sama-sama
kuat, biar bisa ketemunya di tengah. Biar enggak dikit-dikit berantemin hal-hal
yang sebenarnya tidak perlu jadi bahan perdebatan. Maksudnya, sebelum
memutuskan bersama, dua belah pihak sudah harus selesai dengan dirinya sendiri—kayak
ribet banget ya? Tapi ini penting untuk bisa hidup dan bernapas dalam satu
payung bernama KITA.
Zheng Han mengenal Lin Xi, mengenal bagaimana
karakternya, sebab itulah ia bisa mengambil sikap dewasa menyikapi problem yang
menjalari hubungan mereka berdua. Pola komunikasinya Lin Xi dan Zheng Han tetap
jalan. Tidak ada prasangka. Nemu couple kayak gini di drama Cina berasa nemu
harta karun. Kayak yang akhirnyaaaa ada juga pasangan dracin yang bisa memenuhi
ekspektasi.
Suka banget, di saat Zheng Han hampir-hampir
menyerah dengan mimpinya, Lin Xi selalu ada di sisinya.
“When anything happens, you
just deal with it all by yourself. I can only be thick skinned enough to stay
with you. After all, my abilities are limited. Neither I can save the world,
nor the company. So I can only save you, a jobless young man.” –Xia Lin Xi, ep
26.
Melihat Lin Xi menghibur dan menguatkan Zheng Han
dengan caranya, saya tidak bisa tidak kagum pada sosok Lin Xi. Perempuan kuat
yang berkualitas.
Yang bikin pasangan ini terasa spesial terletak
pada cara mereka ngobrol, berdialog, selalu ada poin penting yang didapatkan.
Ngobrol-nya santai, enggak ada yang ngotot atau berusaha mendominasi. Ada saling
yang membuat mereka bisa melihat satu masalah dengan utuh. Lin Xi atau
Zheng Han tidak mendikte pasangannya kamu harusnya gini, bukan kayak gini
yang aku mau—tidak sama sekali. Yang terjadi, mereka mengutarakan sudut
pandang masing-masing, mencari-cari di mana pandangan mereka bisa bertemu.
Pasangan yang kalem, enggak grasa-grusu.
Manis sekali melihat Zheng Han yang sudah memiliki visi misi yang jelas mengenai hubungannya dengan Lin Xi. Zheng Han ga pernah bosen bilang ke Lin Xi kalau dia akan mengusahakan sebaik-baiknya supaya bisa membahagiakan Lin Xi di masa depan. Zheng Han nggak main-main sama Lin Xi.
Chemistry
Saya mencoba mengambil perbandingan, dari 10
drama romantis Cina yang saya nonton, sulit menemukan satu saja drama yang
scene romantisnya tidak cringe. Ketika saya mencoba mengingat-ngingat
judul Cdrama yang adegan romantis tokoh utamanya tidak bikin saya meringis
geli, ada satu yang muncul—Le Coup de Foudre. Setelah ini, Forever Love segera
menyusul mengisi list saya sebagai drama romantis Cina yang kualitas adegan
romantisnya tidak bikin geli alias natural, tidak lebay.
Saya tuh sampe ragu sendiri, ini anak-anak pada
akting apa enggak sih kok bagus banget ya? Kayak ga lagi akting masa. Tatapannya Zheng Han ke Lin Xi tuh bikin meleleeehhh, lembuttt sekaliii ㅠ.ㅠ
Saking naturalnya adegan romance-nya saya
hampir-hampir terseret nyiperin Wang An Yu dan Xiang Han Zhi. Langkah saya
terhenti begitu mengetahui Han Zhi masih 18 tahun. Nope. HAHAHAHA.
An Yu (98) dan Han Zhi (02) masih muda banget dan
terhitung rookie, tapi aktingnya udah sebagus dan sejago itu. Peluang untuk
terus berkembang di masa depan terbuka lebar. Dan saya nunggu banget project
mereka, sambil berdoa yang kenceng semoga nanti mereka bisa se-project bareng
lagi. BAGUS BANGET CHEMISTRY-NYAAAAA AAAAAA PUSING SAYAHH.
Selain Lin Xi dan Zheng Han, supporting role yang
lain juga bagus-bagus chemistry-nya. Bapak-nya Lin Xi yang sabar dan
lucu, teman-teman sekamarnya Zheng Han, sahabatnya Lin Xi, Gu Xiao Man yang
cinta mati sama Chen Yi Chuan—sepupunya Lin Xi yang super nyebelin tapi
kooperatif ngedukung hubungannya Lin Xi-Zheng Han.
Ending
Untuk ukuran drama romantis Cina, saya cukup
bahagia dan senang dengan ending Forever Love. Sebenarnya, melihat pembukaan
episode satu yang memperlihatkan pesta pernikahan Zheng Han-Lin Xi, sudah bisa
ditebak ending-nya akan seperti apa. Jadi selama 28 episode yang diperlihatkan
ya bagaimana dua orang ini memperjuangkan masa depan mereka. Bagaimana Zheng
Han membuktikan kepada ibunya Lin Xi bahwa dia adalah orang yang tepat menemani
Lin Xi.
Yang membuat saya senang dengan penutupan Forever
Love adalah bagaimana setiap karakternya menemukan closure-nya
masing-masing. Karakter-karakter yang di separuh episode banyak melakukan
tindakan-tindakan tidak baik akhirnya menyadari kesalahannya. Tidak mendetail
penyelesaiannya, tapi cukup melegakan.
Saya suka ucapannya Zhuang Fei kepada Shi Ying di
ep 26.
“Like is willing to gambke.
Love is to admit defeat. I did like Jiang Zheng Han before. While you, senior,
fell in love with senior Qin Yue. But who hasn’t been a fool in their youth?”
... but who hasn’t been a fool in their youth? Ada
benernya kan? Siapa sih yang masa mudanya enggak ngelakuin hal-hal yang
memalukkan? Hayoooo ngakuuu HAHAHAHA.
Bagian lain diri saya menginginkan detail dari
perkembangan supporting role di Forever Love, tapi bagian diri saya yang lain
memaklumi seraya memikirkan kemungkinan lain, barangkali ini cara lain Forever
Love menghindari dramatisasi yang bisa jadi menjerumuskan drama ini
mengikuti arus drama Romantis Cina kebanyakan yang entah mengapa terlihat
sangat menyukai dramatisasi dengan pola yang mudah ditebak. Closure diberikan
kepada supporting role tampak mulus-mulus aja, tapi saya rasa pesan yang
ingin disampaikan ke viewers cukup jelas bagi sebagian mungkin terkesan
muluk dan mudah tapi yah.. begitulah hidup wkwk. Yaaa kalo dibahas semua
tar dramanya gagal fokus lagi sama premisnya, btw ini Cdrama yah.... ㅋㅋㅋㅋ
Forever Love tidak terhindarkan dari cinta
segi-banyak, tapi untungnya itu tidak menggoyahkan main couple-nya. 100
poin untuk Forever Love.
Sepanjang 27 episode, saya merasa tidak nyaman
dengan keras kepalanya ibunya Lin Xi yang sangat memaksa agar Lin Xi
meninggalkan Zheng Han. Barulah di ep 28 saya bisa memahami sudut pandang
ibunya Lin Xi. Sikap keterlaluannya didasari rasa cinta dan sayang seorang ibu
terhadap anak perempuannya. Ibunya Lin Xi hanya ingin Lin Xi bersama orang yang
bisa bertanggung jawab, yang bisa menyayangi anaknya tanpa ada tapi di
tengah jalan.
“... Jiang, you are the biggest surprise in my
daughter’s life. You take Lin Xi from us. Can you spend your life treasuring
her, and taking care of her? And no matter what happens show up in front of her
in time, can you?
Ada beberapa yang menjadi kekurangan Forever
Love, menurut saya loh ini, jadi nilainya subyektif.
Misalnya, side couplenya kurang dieksplorasi. Saya
bukan pendukung karakter cewe yang all out mengejar cinta orang yang
dicintainya. Saya termasuk yang tidak setuju Gu Xiao Man menikah dengan Chen Yi
Chuan. Atau mungkin begini tepatnya, saya tidak nyaman dengan penggambaran
karakter Xiao Man yang hampir separuh dari total episode mengejar-ngejar Yi
Chuan. Meskipun Yi Chuan akhirnya kena batunya ya... dan akhirnya dia sadar kalo
dia sebenernya sayang sama Xiao Man. Tapi teteep ga sreg sayah HAHAHAHA dasar
penonton banyak maunya.
Hal lain, mengenai perusahaan Start Up bagian
pemrograman yang dirintis Zheng Han dan sahabat-sahabatnya, pengen banget yang
ini dieksplor detailnya, sayangnya pembahasannya hanya di beberapa episode
terakhir.
Qin Yue enggak nongol di episode terakhir.
Se-sebelnya saya sama karakter ini, saya juga pengen tahu kelanjutan hidupnya
seperti apa. Apakah selepas move on dari cinta bertepuk sebelah
tangannya pada Lin Xi, dia bisa menemukan cinta sejatinya?
Oiya, saya juga tidak bisa menolerir sikap ibunya
Lin Xi pada bapaknya Lin Xi, seperti tidak menghargai suaminya. Nonton sendiri
deh biar tau apa yang saya maksud wkwk.
Ehm, sebenernya, ada bagian di ending pas acara pesta pernikahan di sekolahan yang menurut saya mending ga usah diadain. Maksaaaa. Itu loh, yang tiba-tiba acara pestanya ditangguhkan karena ada
yang mencoba membobol program apa gitu di perusahaannya Zheng Han. Hihi.
RATING
Jika hanya melihat unsur romance main couple saya
nggak akan ragu ngasih lima bintang HAHAHAHA, terlanjur ngebias ya gini deh.
Tapi enggaklah. Saya realistis aja.
★★★½
3,5
Forever Love adalah drama genre youth romance
yang ringan dan manis. Klise tapi tidak membosankan. Drama yang tidak
kehilangan semangat-nya hingga episode penutup. Kalau kalian butuh
tontonan ringan selepas menghabiskan waktu seharian dengan pekerjaan yang bikin
mumet, mungkin bisa nyoba nonton drama ini, sambil rebahan.
Tenang, kalian tidak akan menemukan adegan putus
yang sering dipake sebagai salah satu alur konflik drama romantis. Banyak banget peluang yang bisa bikin Lin Xi dan Zheng Han renggang atau berantem, tapi enggak kejadian. Makanya nonton Forever Love asiiik, bapernya bukan karena yang sedih-sedih. Hubungannya Lin Xi-Zheng Han masuk kategori healthy relationship, alias nggak toxic. Prinsipnya you are the most important.
Satu kalimat penutup dari Lin Xi kesayangan saya,
“I know that love that is not
blessed by parents is not good at all. Only when we become better, we can give
each other stable happiness. This is what I should give my parents, as a
daughter.”
Terima kasih, Forever love, sudah berhasil bikin saya baperrr. Saya belajar banyak
dari Lin Xi dan Zheng Han. Salah satu couple favorit saya dari Cdrama :’)
CANTIIIIK |
💝
Tabik,
Azz
#JanuariNgeblog2021
No comments:
Post a Comment
Haiii, salam kenal ya. 😊