[Song of The Week] B.A.P-Wake Me Up : Depression is not a joke
*reminder : I’m
not B.A.P’s Fan*
♥
I’m awakening
a different me inside
The faint
light that was turned off
Wake me up,
open my eyes
Sudah sering
sekali saya jatuh cinta pada satu lagu karena liriknya. Tak berbeda ketika saya
membaca puisi—lalu jatuh cinta, pada paragraf-paragraf novel, petikan quotes
dari drama/film yang saya nonton—saya mencintai hal-hal seperti itu, dan
saya bisa sangat terpengaruh karenanya. Apakah ini ada hubungannya dengan saya
yang dulu? Yang introvert,
yang penyendiri? Yang merasa menemukan teman lewat buku, lagu,
film/drama? yang merasa didengar. Apa pun latar belakangnya, sampai
sekarang, meski sudah tidak se-tertutup dulu, saya masih orang yang sama, yang
jatuh cinta pada hal-hal kecil seperti lirik lagu, quote di buku-buku yang saya
baca, dan film atau drama yang saya tonton.
This is an
endless tunnel
In darkness
with no light
Wake me up,
wake me up
I need to find
myself
Ketika
pertama kali mendengar, menonton dan membaca terjemahan lirik Wake Me Up-nya
B.A.P, seperti ada yang menohok hati saya. Lagu Wake Me Up dirilis Maret 2017,
bertepatan dengan Movie-nya BTOB. Sebagai fan saya mendukung BTOB tapi Wake Me
Up-nya B.A.P adalah sesuatu yang lain bagi saya. Lagu ini menceritakan tentang
seseorang yang mengalami depresi. Lirik lagu dan storyline MV-nya cocok
sekali. Bisa dibilang, music video Wake Me Up merupakan terjemahan visual lirik
lagu tersebut. Wake Me Up bukan lagu balada. Tak berbeda jauh dari lagu-lagu
B.A.P lainnya, Wake Me Up mengandalkan hentakan instrumen yang kuat, namun
tidak kehilangan momen emosionalnya.
Wake Me Up
adalah lagu tentang depresi. Sebab itulah saya dengan segera ngeklik dengan
lagu ini. Saya menemukan saya yang dulu di setiap bait Wake Me Up, saya
yang dulu hidup dari hari ke hari dengan kepala yang dipenuhi keriuhan, saya
yang dulu begitu putus asanya hingga kerap ingin berhenti saja. Saya
yang ingin ditemukan oleh siapa pun dia, yang bisa menolong saya keluar
dari zona gawat darurat hidup saya.
... meski
pada akhirnya, saya sadar hanya saya dan Tuhan yang mampu menolong diri saya
sendiri.
Life
is not easy, we already know that. Saya tumbuh dengan
tabungan kemarahan dan kekecewaan yang tidak sederhana,. Pada usia belasan, tak
terhitung berapa kali saya membunuh orang-orang dalam pikiran saya. Di dalam
hati saya berteriak, saya memaki, saya membenci orang-orang sebanyak yang saya
mau. Dan saya sering sekali menangis. Sendiri. Diam-diam.
Orang-orang
yang berinteraksi dengan saya bilang, saya adalah orang yang punya banyak
rahasia. Tak jarang ada yang meminta saya berbagi. Mereka yang belum pernah merasakan bagaimana
rasanya depresi itu, tidak akan pernah tahu bahwasanya kesulitan terbesar bagi
seorang yang mengalami guncangan emosional yang hebat adalah membuka diri pada
orang lain. Tahu kenapa? Karena di saat ia mulai belajar membuka diri,
pelan-pelan menceritakan kesulitan dirinya, orang-orang menganggap itu bukan
masalah besar. Your problem is not a big deal. Take it easy, you’ll be fine.
Kata mereka. Hidup memang seperti itu, pasti ada pasang-surutnya. Ntar
bisa mereda dengan sendirinya kok, badainya.
Sabar aja. Nyatanya, itu tidak semudah yang orang katakan. Banyak
sekali yang dipertaruhkan di situ, termasuk kewarasan saya.
Ini memang
soal sudut pandang. Sebuah titik di kejauhan, bisa mendapatkan penerjemahan
berbeda bagi setiap orang—titik di kejauhan itu bisa menjelma apa saja
tergantung bagaimana kita (ingin) memandangnnya. Begitu pula masalah yang
dihadapi satu orang dengan orang lainnya. Bisa saja apa yang saya anggap
sesuatu yang mengancam eksistensi saya sebagai manusia normal, ternyata
dianggap sangat kecil oleh teman saya—tak seujung kuku pun sebanding
dengan masalahnya. Satu hal yang mesti diingat,
jangan pernah mengulurkan tangan bila hanya akan melepaskannya bahkan
sebelum kamu benar-benar menggenggamnya. Kamu hanya akan menambah luka.
Masih sering
saya menjumpai opini, pendapat, atau pun sekadar status di sosmed yang
memandang remeh depresi itu. Mengerdilkan mereka yang mengalaminya; tidak dekat
dengan Tuhan, tidak punya agama, tidak kuat, lemah, cengeng... Tuan, bila saja
Anda pernah merasakan berada dalam gelap tanpa cahaya dalam waktu yang lama,
dan Anda hanya mengandalkan jemari-jemari untuk bergerak, mengenali sekeliling,
mungkin Anda akan berpikir seratus kali untuk mengeluarkan ucapan remeh begitu.
Depresi atau mental illness lebih rumit dari yang kamu pikirkan. Kalau
tidak bisa memberikan solusi, maka diam saja. Janganlah ditambah dengan
kata-kata yang berisi tuduhan menyakitan.
Gejala
psikologis yang muncul akibat depresi yang pernah saya rasakan antara lain
merasa bersedih berkepanjangan, mudah cemas, merasa hidup tidak ada
harapan, sangat sensitif dan mudah marah
terhadap orang di sekitar, dan sering berpikir untuk bunuh diri. Ketika saya
mengalami depresi tanpa seorang pun yang tahu, fasenya dimulai dari kemarahan
dan kekecewaan yang teramat tajam hingga mulai merambat ke
pertanyaan-pertanyaan kritis tentang kenapa dan untuk apa saya hidup, kenapa
hidup saya begini-begini aja, apa yang salah dengan diri saya, saya
tidak tahu di mana kesalahan itu bermula, saya tidak bisa memercayai orang
lain, rasanya seperti benang kusut—tidak tahu bagaimana menguraikannya kembali
menjadi jalilan benang yang rapi. Dan keinginan untuk mengakhiri-nya
selalu datang menggodamu. Tidak hanya sekali saya berpikir untuk mati saja.
Akumulasi
mimpu buruk itu dimulai ketika rumah tidak lagi terasa seperti rumah
:)
Wake up, we’ve
pressed for time
That innocent
child has grown up suddenly
Now I’ll
awaken this fearful society
Share a story
with the new me
It’s a life
that can’t be exchanged with anyone else’s
Ada keinginan
untuk bangkit di lirik lagu Wake Me Up. That innocent child has grown
up suddenly, now I’ll awaken this fearful society, share a story wuth the new
me—kembali ke masa-masa ketika saya memandang orang-orang di sekitar saya
sebagai sosok-sosok menakutkan, yang pada mereka saya hanya menemukan kengerian
menyebalkan dan melelahkan, yang pada mereka saya (selalu) ingin melarikan
sejauh-jauhnya, ada di satu waktu saya memimpikan masa mendatang di mana saya
bisa merdeka dari tekanan, saya bertekad untuk tidak memberikan pengalaman
masa lalu tak mengenakkan itu yang sama pada orang lain. Maka menjadilah saya
si keras kepala dan pemberontak. Saya memilih tidak tunduk pada kekerdilan hati
saya. Saya tidak menyadari, di sisi lain diri saya—saya menjelma si pemarah
yang mengkhawatirkan.
Pada lirik Wake
Me Up, kita bisa menemukan kesadaran yang coba diuraikan dengan hati-hati, tapi
optimis. Its a life that can’t be exchanged with anyone’s else—hidup
kita adalah milik kita sepenuhnya, tidak bisa ditukar dengan orang lain. So,
wake up...
Putting back pieces
in this game
Wake me up,
wake me up
I believe in
myself right now
Questions
thrown at me
Without even a
question mark
Wake me up,
wake me up
Ada yang
bilang, kita di masa depan adalah akumulasi perjalanan kita di masa lalu.
Demikian pula saya. Saya hari ini adalah hasil pencarian saya terhadap siapa
sebenarnya saya yang sesungguhnya. Bila digambarkan menggunakan kurva, akan
nampak garis naik turun yang banyak sekali dan rapat. Saya tidak menyesali masa
lalu—atau jika pun ada penyesalan, tidak lantas saya menyalahkan diri saya
sendiri. Saya berusaha agar tidak kembali lagi ke sana. Pengalaman tidak
mengenakkan di masa lalu itu, telah menjadi semacam pengingat bagi saya.
Menyerah
bukan
jalan terbaik. Maka setiap hari bagi saya, adalah usaha tiada henti agar tetap waras.
Alhamdulillah, hidup saya sudah jauh lebih melegakkan sekarang.
My senses are coming back to life
In this world
Jika Wake Me
Up adalah sebuah jalilan kisah, maka lagu ini menceritakan tentang seseorang
yang mengalami depresi, dan ia mencoba bangkit dengan sisa kesadaran dan
kekuatan yang ia miliki. Ini lagu bagus.
Saya punya firasat, siapa saja dia yang pernah atau sedang
mengalami depresi lalu membaca lirik lagu ini sambil menonton MV-nya akan
langsung tersentak. Sangat relateable.
Ketika Wake
Me Up dirilis, Yongguk—rapper dan leader B.A.P tidak bisa ikut mempromosikan
album baru bersama teman-temannya karena ia didiagnosis mengalam serangan panik
atau panic disorder. ㅠ.ㅠ
I need to jump
over my limit
I can’t stop
like this
♥
Even the soul inside of me
I’ll burn it up without anything remaining
Ternyata fase setelah melewati depresi meninggalkan efek
samping bagi saya. Saya selalu berpikir di dalam diri saya, ada sosok lain yang
kerap jadi kawan cerita yang baik. Saya terbiasa melewati hari-hari
gelap saya tanpa campur tangan orang lain. Saya percaya bahwa orang lain tidak
lebih tahu dari saya, jadi tidak ada gunanya saya melibatkan orang lain. Saya
tahu itu tidak mudah, tapi saya memberanikan diri melaluinya, bersama Tuhan.
Akibatnya, saya tidak pandai memberi masukan untuk mereka yang
datang membagi ceritanya kepada saya. Saya tidak lebih hanya pendengar yang
baik. Di benak saya sudah terpatri bahwa pada akhirnya setiap orang bertanggung
jawab mencari jalan keluar labirin permasalahannya sendiri, dan suara-suara di
luar itu hanya penetral kesedihan sementara. Saya memiliki ketakutan dan
kekhawatiran tersendiri, kalau-kalau saran dan masukan saya tidak tampak
seperti jalan keluar, saya tidak ingin terdengar sok tahu, saya tidak ingin
terdengar mengecewakan. Sebagai kawan, teman, sahabat—atau apa pun sebutannya,
saya adalah si pasif. Banyak teman-teman yang menjauh dengan sendirinya karena
dipikirnya saya ini tak cukup peduli.
... yang sebenarnya terjadi adalah, saya datang dari jalan
yang sama, dan berdasarkan pengalaman yang saya alami; saya berjalan sendirian.
Selalu sendirian.
Saya menyayangi teman-teman saya, hanya saja tidak ada yang
menyadari. Betapa seringnya saya menyebut nama-nama mereka di dalam doa-doa
saya kepada Tuhan. Sehatkanlah... gembirakanlah... kuatkanlah...
Mungkin, kesalahan terbesar saya adalah saya tidak pandai
menampilkan atau menunjukkan rasa sayang saya sehingga saya ditinggalkan...
Mau tau satu kengerian lain yang saya rasakan? Saya menganggap biasa
saja bila ada teman yang dulunya akrab namun perlahan menjauh entah karena apa.
Saya tidak berniat mencegah orang pergi dari saya. Saya selalu berpikir, orang-orang
punya kesibukannya sendiri. Saya tidak (perlu) bersedih karenanya, karena saya
tidak pernah memilih untuk pergi. Saya selalu di sana.
Saya sudah terlalu lama sendirian.
Jangan seperti saya.
Sekarang ini, saya sedang berusaha membuka sisi backstage diri saya dengan banyak-banyak bersosialisasi dengan orang-orang, banyakin ngobrol, tertawa, saya tidak berniat membuat diri saya tidak bahagia selamanya. Sebagai manusia,saya harus adil :)
♥
Sebelum 2017,
Rain Sound adalah satu-satunya lagu B.A.P yang saya suka. Saya menemukan lagu ini
tanpa sengaja di tahun 2013—lagunya enak, liriknya juga nggak aneh-aneh. Di
ingatan saya, lagu-lagu B.A.P itu banyak yang berisik. Selebihnya saya tidak
tahu hal lain tentang B.A.P—siapa member-membernya, kapan debut, atau lagu hits
mereka apa saja. Seringnya, saya membaca berita mengenai B.A.P melalui portal
berita online.
B.A.P
merupakan akronim dari Best Absolute Perfect. Boygroup di bawah agensi
TS Ent. ini memulai debut dengan lagu Warrior pada 26 Januari 2012. Membernya
yakni Bang Yongguk (leader, main rapper), Himchan, Daehyun, Youngjae, Jongup,
dan Zelo. B.A.P sangat populer di antara grup lain yang debut di tahun yang
sama, sebelum akhirnya di tahun 2014 Yongguk dan teman-temannya terlibat
konflik dengan agensi—mereka merasa tidak diperlalukan dengan adil oleh TS Ent.
Namun di tahun 2015, B.A.P dan TS. Ent
sepakat berdamai, dan masih di tahun yang sama pula, B.A.P merilis
Matrix sebagai album kambek mereka. Jarak vakum yang cukup lama membuat B.A.P
banyak kehilangan fans ㅠ.ㅠ
Saya terharu
melihat penampilan Daehyun di King of Masked Singer, penampilan perdananya
seorang diri setelah kasus tuntunan hukum itu. Dia nyanyi lagu balad, sempat
salah masuk nada di awal lagu di babak kedua—mungkin gugup kali ya, tapi
dimaklumi sama panelist. Habis Daehyun nyanyinya sedih pisan. Setelah
tereliminasi di babak kedua, Daehyun nangis—bukan karena tereliminasi, tapi
sedih karena terharu.
Standing
on stage... made me realise how much I missed it. I desperately wanted to sing
on stage. I wish there were better words to describe my happiness. I can’t
describe this feeling. I will continue to work hard to bring you good songs.
This is only the beginning for B.A.P. We wont let you down.
ㅡDaehyun
Ternyata
bukan hanya di Wake Me Up B.A.P berbicara mengenai isu-isu sosial, coba
cek lagu mereka yang judulnya Dystopia—saya kaget waktu baca liriknya. Berat
dan dalam sekali maknanya. Lagu B.A.P yang Unbreakable
dan Hands Up
juga gak kalah kerennya. Saat ini selain lagu-lagu tersebut, saya lagi seneng
dengerin With You, One Shot, Save Me. Oh—Stop It juga boleh dicoba. Rain Sound
tetep juara sih. Beneran deh enak banget lagunya. Dari 2013, saya ga
bosen-bosen dengerinnya. Fun fact-nya, saya bukan penikmat lagu-lagu
berisik, rata-rata lagunya B.A.P berisik versi saya. Tapi didengerin juga.
Awalnya agak keganggu sih, karena didengerin sambil baca liriknya , lama-lama
jadi suka hehe.
Selain
Pikseu, B.A.P adalah boygroup se-angkatan yang dekat dan sering diajakin
ribut sama BTOB—paling sering di ruang ganti sih. Pada salah satu episode
Beatcom BTOB, Eunkwang, Sungjae, Minhyuk dan member BTOB lainnya melalukan
invasi ke ruang gantinya B.A.P. Ngajakin Himchan tanding nge-rap. Tapi yang
ditunjuk BTOB malah main vocal-nya, Eunkwang. Ketemu di mana coba? Ya, jelas
aja kacao jadinya. ㅋㅋㅋㅋ
Suka liat
interaksi mereka. Akrab banget. Lebih sering BTOB yang ngegangguin B.A.P
HAHAHAHA.
Oke, sampai
di sini dulu. Insyaa Allah kita lanjutkan pada kesempatan lain.
♥
P.s
: Dear kamu yang sedang mengalami masa-masa sulit, kamu harus percaya,
kesulitan demi kesulitan yang kamu rasakan saat ini, kesedihan-kesedihanmu, itu
semua hanya satu dari begitu banyak anak tangga yang harus kamu tapaki menuju
kamu yang jauh lebih kuat dari kamu yang sebelumnya. Kamu hanya perlu percaya.
Tidak—kamu harus memberikan kepercayaan kepada dirimu sendiri.
Jangan
menyerah. Tolong, jangan pernah berpikir untuk menyerah dan berhenti berjuang.
Azz
No comments:
Post a Comment
Haiii, salam kenal ya. 😊