WARNING : POSTINGAN DI BAWAH INI SANGAT PANJANG LEBIH PANJANG DARI KENANGAN BERSAMA MANTAN DAN TIDAK MENJAMIN ADA FAEDAHNYA APA KAGAK
Tok! Tok! Tok! Assalamu’alaikum.
Haiiiiii~
It’s been a long time, right? Hehe.
Mon maap baru nongol.
Saya datang dengan postingan baru dan ga ada
kaitannya dengan drama Korea.
Its Dorama time!
Yep. Sebelum ngobrol panjang kali lebar kali
tinggi tentang dramanya, saya mau cerita sedikit gimana awalnya saya
bisa ‘nemu’ dan akhirnya kecantol parah sama dorama yang ditayangkan setiap
Selasa jam 10 malam waktu Jepang di stasiun TBS (Tokyo Broadcasting System) ini.
Memasuki kuartal kedua 2020 ini banyak sekali drama
Korea ongoing, saya ngikutin beberapa judul—Hospital Playlist, Hi Bye Mama
salah dua di antaranya. Biasalah saya suka iseng gitu, karena ada jeda (drama
yang saya ikutin ga tayang karena Corona outbreak), saya tergoda pengen nyoba
An Incurable Case of Love. Sebenarnya,
sebelum mutusin nonton, udah sering banget saya liat twit-twit tentang drama
ini seliweran di temlen, tapi entah kenapa saya belum tergoda. Bener-bener
enggak ada minat waktu itu. Nah, sekira dua pekan lalu, An Incurable Case of
Love atau kita gunakan nama populernya—Koitsudu, sudah memasuki masa penayangan
episode ke 8/10.
“Nyoba ah.” Saya membatin. Ga masang ekspektasi
apa-apa. Semata-mata iseng. Ada sih sedikit rasa penasaran segimana bagusnya
sih dramanya yang dinonton sama Nanda ini? Selera dramanya Nanda mirip-miriplah
sama saya /ngaku-ngaku/. Nanda itu temen di twitter yang pertama kali saya liat
cuitannya omongin drama ini. Ditambah lagi, dua pekan lalu di temlen kehebohan
yang diakibatkan Koitsudu kian menjadi-jadi. Selain Nanda, Aya, Melia,
Asha—pada nonton dramanya. Yaa jelas makin kepo-lah saya. Saya kan orangnya
demen kepo gitu yah. Hu um.
DAN—
Dan yang terjadi kemudian adalah—saya menggila
gara-gara drama Jepun ini!!! Tau nggak siiiih, Saya nonton sejak sore sampe
tengah malem cuma dijeda makan dan mandi doang—kebetulan banget saya lagi dapet
jatah bulanan. Keesokan harinya kepala saya dibajak Koitsudu,
ini berlangsung hingga hari saya menulis draft postingan ini. Warbiyasah! Tepuk
tangan dong!
Part yang (enggak) lucunya, saya tuh udah
langsung ngerasa familiar dengan male lead-nya. Kayak pernah lihat dia
sebelumnya, tapi saya kesulitan mengingat. Di mana... di mana... oh di mana
ya.... capek memeras ingatan dan nggak ketemu juga, saya searching lah
di gugel. Oh, namanya Takeru Satoh /sambil manggut-manggut/. Terus saya
baca-baca proyek dia sebelum Koitsudu... HAHHH?! YA AMPOOOON RUROUNI KENSHIN!
HIMURA KENSHIN! DEMI APAAAAH KOK BISA SIH SAYA LUPA?! Apakah saking enggak
apdetnya saya dengan Jejepangan sampe saya ga inget dulu pernah dibuat terkagum-kagum
dengan tokoh Kenshin di live action Samurai X? Kayaknya sih 2012 itu, saat saya
nonton Rurouni Kenshin, saya nggak sampe nyari-nyari profil detailnya. Dulu pun
nontonnya karena direkomendasiin sahabat saya yang demen Jejepangan. Jadi cuman
mentok suka Kenshin-nya, ga diterusin lagi. Setelah searching profile-nya
itu, saya justru baru tau kalo Kenshin punya dua film lagi. Mon dimaafkeun
ke-kudet-an saya ini, wahai fans-fans Kenshin eh Takeru.
Saya ngaku, ketertarikan saya dengan
J-entertainment emang sangat biasa bila dibandingkan dengan K-Ent. Saya malah
lebih apdet kabar artis-artsi Korea ketimbang artis di negara sendiri. ㅋㅋㅋ.
Dan lagi, saya nonton dorama atau film Jepang paling sering karena baca
komentar orang trus penasaran secara ga sengaja. Kalo sahabat saya kesulitan
mengingat wajah dan nama artis Korea, maka saya sebaliknya—sulit mengingat
wajah dan nama artis Jepang, kecuali beberapa yang sudah saya nonton beberapa
proyeknya seperti Shun Oguri, Yamapi, Aragaki Yui, Yamaken dll... BUT I DON’T
REMEMBER SATO TAKERU? LIKE SERIOUSLY, AZZ? WHY?? /jedotin pala/
Jadi, begitulah kisah reuni saya dengan Satoh
Takeru Si Mamas yang wajahnya bukan tipikal flower boy tapi tetep
sanggup bikin hati yang nontonin aktingnya jumpalitan ga karuan. Oke. Udahan
dulu bahas Mamas, nanti kita bikinin dia part sendiri, kita langsung aja
cuap-cuapin Koitsudu, dorama bergenre komedi romantis yang sedang ngehits
se-antero jagat per-dramaan ini.
Sinopsis
Mengisahkan tentang Nanase
Sakura (Kamishiraishi Mone)
yang terinspirasi menjadi seorang perawat setelah pertemuan tak sengajanya
dengan Kairi Tendo (Satoh Takeru).
Lima tahun setelah pertemuan tersebut, Sakura dan Tendo sensei dipertemukan
kembali. Sakura diterima bekerja di rumah sakit tempat Tendo sensei bekerja.
CIEEE.
Masalahnya, Tendo sensei yang
ditemui Sakura di rumah sakit berbeda jauh karakternya dengan ditemuinya lima
tahun silam.
Kairi Tendo, dokter berusia 31
tahun, si perfeksionis yang dijuluki ‘Devil’ oleh rekan-rekan kerjanya karena
pembawaannya yang terkesan kejam, rada, ga suka basa-basi, didukung muka
juteknya, udah pas banget emang. Devil. Nyebelin emang.
Sayang sekali, se-batu-nya
seseorang, suatu saat pasti akan kena getah-nya juga. Es di kutub aja bisa
mencair, apalagi hati, yekaaan? Entah apa hubungannya, Azz...
Yep. Kali ini Tendo sensei
ketemu ‘lawan’ sebanding. Nanase Sakura terang-terangan ngaku suka dengan Tendo
di pertemuan pertama mereka setelah lima tahun itu. Sakura jadi terkenal di
rumah sakit Hiura karena kepribadiannya yang pantang menyerah dan penuh
semangat, baik dalam mengejar cintanya Tendo sensei maupun dalam urusan
pekerjaan. Sebab itulah ia dijuluki ‘Warrior’ oleh teman-temanya.
10 episode Koitsudu merangkum
kisah perjuangan Sakura meraih mimpinya; dicintai Tendo sensei dan menjadi
seorang suster profesional yang bisa diandalkan.
Dorama ini punya banyak sekali
judul, sampe-sampe saya bingung mo pake hestek apa kalo mo ngestalking di
tuiter dan insta. Judul pake bahasa Inggrisnya An Incurable Case of Love,
Romaji-nya Koi wa Tsuzuku yo Dokomademo,
trus ada lagi Love Lasts Forever.
Fuyeng ga lo mau pilih yang mana wkwk. Eh, ada lagi. Koitsudu.
Koitsudu sendiri diangkat dari
manga yang ditulis oleh Maki Enjoji dengan judul Koi Tsuzuku yo Dokomademo yang
diterbitkan pertama kali di tahun 2016.
Cast
Satoh Takeru as Kairi
Tendo
Santai aja natapnya Mas |
Satu-satunya proyek Takeru yang pernah saya nonton hanya Rurouni Kenshin di tahun 2012. Jadi saya tidak memiliki referensi yang banyak soal aktingnya seperti apa. Setelah balapan nonton Koitsudu, saya ngedonlot ulang tiga film Kenshin hanya untuk mendapati kenyataan bahwa saya... semakin ngebet, pengen banget ngelamar jadi fans-nya Takeru. Keren banget siiiih doi. Sepanjang nonton aksinya Kenshin saya ‘wooah’ ‘woooaaahhh’ terus. Saking terpesonanya sama kelihaian Kenshin maenin katana, saya ulang-ulang scene berantemnya. Ga puas heboh sendiri, saya teleponin adek saya yang tinggalnya udah misah (penganten baru), saya ajakin dia ngeladenin histeria saya pada Takeru HAHAHAHA. Dia malah ngetawain saya gara-gara telat nge-hype Kenshin. “Ya ampun jeng, udah lama banget itu—“ gitu katanya. Ga papa telat daripada enggak sama sekali kan? Karakter Kenshin dan Tendo sensei itu beda jauh banget. Makanya saya tuh bela-belain bolak-balik rerun Rurouni Kenshin dan Koitsudu dengan alasan simpel; pengen ngeliat detail aktingnya Takeru. Dasar si penyuka detail. Wkwk. Well, I admit that Takeru Satoh is verastile actor. Totalitasnya itu loh...
Aduh maap aduh kenapa jadi
keterusan bahas si mamas yak. Fokus Azz... fokus... FOKUS.
HHHHH. /tarik napas pelaan...
hembuskan/
Back to the topic. Kairi
Tendo.
Tsundere. Jika saya menyebut
satu kata itu, yang terlintas di benak pasti deretan ciri-ciri ini; kasar di
luar tapi lembut di dalam, omongannya nyelekit, jutek—enggak banget pokoknya
sama karakter ini kalo sampe ketemu di dunia nyata. Ih amit-amit. Alih-alih
jatuh cintrong, yang ada malah sebel bin kesel, pengen paketin orangnya ke
planetnya almarhum Thanos.
... tapi kalo tsundere-nya macam
Tendo sensei, gimana? Tetep amit-amit?
Um oh—sebentar...
HAHAHAHA. Lemah kan looooo?? Iya kan?? Ngaku!
Bedanya Kairi Tendo dengan
tsundere-tsundere yang pernah nongol di drama adalah sisi cute-nya yang
ngegemesin ituuu. A cute tsundere? Yes he is! Si tsundere yang ternyata setelah
jatuh cinta dengan seseorang bisa berubah jadi bucin juga. Bucin yang
ngegemesin, yang bikin penonton perempuan cemburu berkubik-kubik pada Nanase
Sakura. Duh, tsundere kesayangan sejuta umat.
Menurut saya nih pesonanya Tendo
sensei terletak pada ke-konsistenan bagaimana karakter ini dituliskan, yang
membuatnya tampak relatable, karakternya ga berlebihan, udah pas sesuai
takaran. Sisi romantis dan tsunderenya seimbang. Tendo sensei orangnya
realistis, dia bisa menjaga profesionalitas dalam bekerja, ga lebay dengan
melankolia-nya, yang tahu banget gimana cara nunjukin rasa sayangnya ke orang
yang disuka, well doi tetap irit ngomong sih, tetep ga bisa basa-basi.
Tendo sensei ini perwujudan nyata dari sepotong kalimat when actions speak loudly than words. Sifatnya
ini justru yang bikin dia kompatibel banget dengan Nanase Sakura. Saya nih jadi
mikir, Tendo sensei ini ga cocok dikasih puisi HAHAHAHA.
Dan pada seluruh yang membuat
kita menyukai Kairi Tendo, tak lepas dari kualitas akting Takeru Satoh yang
sangat sangat baik dalam memerankan karakter ini. Ia bahkan berhasil memberikan
kekhasan tone suara untuk Kairi Tendo. Definisi sebuah totalitas, yang saya bilang
saya sampe bolak-balik rerun Kenshin dan
Koitsudu salah satu alasannya itu—memastikan kuping saya masih berfungsi
normal. Suara Kenshin smooth, sedangkan Tendo sensei rada berat gitu.
Kalo Kenshin dan Kairi Tendo itu diperankan oleh orang yang sama. Keren banget
sih Takeru Satoh.
Saya paling suka ekspresi
wajahnya Tendo sensei ketika menyaksikan tingkah ajaibnya Sakura. Ekspresi
kagetnya, senyum sembunyi-sembunyinya, tatapan penuh cintanya... aih. TENDO
SENSEIIIII!
Kata favoritnya, BAKA!
Kamishiraishi Mone as Nanase
Sakura
Awwww my girl... |
Ini dorama pertama Kamishiraishi Mone yang saya tonton. First impression saya terhadap aktris yang juga penyanyi ini sangat bagus. Saya tipikal penonton yang agak sensitif terhadap detail, apakah itu ekspresi wajah, atau tone suara seorang aktor/aktris ketika memerankan satu karakter. Gampang banget ilang feeling dan ngelepas gitu aja drama yang saya nonton kalo akting si pemeran utamanya ga bagus. Penampilan Mone di Koitsudu bagus sekali, ia berhasil menghidupkan karakter Nanase Sakura. Saya enjoy banget, nikmatin tingkahnya Sakura yang lucu yang ngegemesin, ga cuma itu, determinasi melakukan apa-apa yang disukainya sangat menginspirasi.
Karakter Nanase Sakura
digambarkan sebagai gadis periang, penuh semangat, memiliki determinasi yang
kuat, polos, dan agak ceroboh. Tipe heroine yang sudah sering dimunculkan di
drama, bukan? Karakternya biasa aja dong?
No. Bagi saya karakter Nanase Sakura tetaplah spesial. Perkembangan
karakter Sakura yang membuatnya spesial. Di awal kemunculannya, saya sempat
khawatir, agak skeptis kalau-kalau nantinya ia hanya akan menjadi satu karakter
yang dipusatkan pada upayanya mengejar cinta si tokoh utama. Di episode satu,
karakter ini dibuat babak belur gara-gara kecerobohannya sendiri.
Memasuki episode dua dan seterusnya, mulai terlihat bahwa Nanase Sakura
benar-benar satu karakter yang hidup dengan ups dan down-nya. Ia tidak
semata-mata hadir sebagai heroine yang sekadar mendampingi di tokoh utama. Antara
Tendo dan Sakura, saya tidak menemukan dua karakter ini superior antara satu
dengan yang lain. Dua-duanya setara. Mustahil bagi saya jatuh hati hanya pada
Tendo saja, Tendo dicintai karena ada Sakura di sisinya. Begitu pula
sebaliknya. Dengan kata lain, Nanase Sakura ditulis dengan konsisten, dan
diperankan pula dengan kekonsistenan yang sama oleh Kamishiraishi Mone, seperti
halnya Satoh Takeru terhadap Tendo Kairi.
Jika ada yang berpikir karakter
Sakura itu annoying, itu karena kita memakai perspektif berbeda saat menonton
drama ini.
Ada dua sifat Nanase Sakura yang
bikin saya kagum. Pertama, kesabarannya mengobservasi pasien-pasien di bawah
pengawasannya. Telaten banget. Ia punya buku khusus pasien-pasiennya, anaknya
mau belajar. Enggak semua orang punya ini! Berkat observasi Sakura, penanganan
pasien jadi lebih baik. Tendo sensei pernah memperingatkan supaya Sakura jangan
terlalu jauh masuk dan terlibat dalam kehidupan pasiennya, Tendo bermaksud
baik—ia tak ingin Sakura terbawa perasaan, yang pada akhirnya nanti justru akan
melukai dirinya sendiri. Ini dari sudut
pandang Tendo sensei. Tapi jika kita melihat dari sudut pandang Sakura, saya
rasa Sakura hanya ingin melakukan hal-hal yang ia mampu lakukan,
sebesar-besarnya usaha. Sifat ini sudah melekat dan menjadi ciri khasnya.
Terbukti kemudian dari obrolan Ayah Sakura dan Tendo sensei.
Kedua, Sakura menghargai hal-hal
kecil yang terjadi padanya, ia bisa berbahagia dengan hal-hal sederhana. Cuman
dikasih roti sama Tendo sensei aja bahagianya udah luar biasa. Sayang banget
sama Sakura. Senyumnya bisa bikin kita yang liat ikutan hepi, she’s so
precoius, I wanna protect her forever.
ㅠ.ㅠ
Kemampuan Kamishiraishi Mone
memerankan Nanase Sakura yang telah berhasil membuat banyak penonton jatuh
cinta, pada Mone, pada Sakura, bagi saya itu adalah kesuksesan yang besar.
Saya berharap semoga ke depan,
gadis berusia 22 tahun ini tidak berhenti menantang diri dengan mencoba peran-peran
yang variatif, tidak mengulang peran yang serupa dengan karakter Nanase Sakura.
Saya nonton beberapa klip video Mone nyanyi live, dan saya pikir dia punya sisi
sensitivitas yang oke banget jika menyoal penghayatan. Modal bagus itu.
Oya, saya baru tau loh kalo Mone
itu voice actor yang mengisi suara Mitsuha dari Your Name. Parah banget ya saya ini,
udahlah lupa Takeru yang meranin Kenshin... ㅠ.ㅠ
♥
Selain Satoh Takeru dan
Kamishiraishi Mone sebagai main leads, ada juga aktris lain seperti Ai
Yoshikawa yang memerankan Yuika Sakai. Saya nonton filmnya Ai yang Rainbow
Days. Trus ada Katsuya Maiguma sebagai Koichi Kisugi—tandemnya Tendo sensei.
P O V
Membuka POV ini, saya akan
memulainya dengan sebuah pertanyaan sederhana.
Apa yang membuat Koitsudu bisa
sepopuler ini? Tak hanya di negara asalnya, Jepang, dorama besutan sutradara Kenta Tanaka
ini bahkan berhasil menembus fans global di seluruh dunia. Ini dibuktikan
dengan trendingnya hestek Koitsudu (dalam huruf Jepang) pada jam penayangannya,
berhasil memuncaki trending topik dunia bbok!
Jika dilihat dari genre dan tema
cerita yang diangkat ga ada yang spesial. Cewek dengan karakter periang yang
jatuh bangun mengejar cinta si tsundere. UDAH BIASA BANGET. Tema kayak gini tuh
jatohnya kalo ga miss ya hit. Dan Koitsudu jadinya nge-hits banget!! Kenapa
coba? Coba deh tanyain 10 orang yang ngikutin drama ini dari awal, apa yang
membuat mereka betah nonton? Jawaban mereka pasti ini : chemistry dua
tokoh utamanya yang badai banget! Yakin seyakin-yakinnya saya mah chemistry adalah
koentji. Apakah hanya sebatas chemistry yang menjadi kekuatan dorama
ini? Nope. Perkembangan karakter-nya juga bagus. Selain itu profesi dokter dan
perawatnya tidak hanya hanya dijadikan part yang ala kadarnya saja, ada
subjek-subjek berkaitan dua profesi, bagaimana mereka berinteraksi dengan
pasien-pasien, penanganan-penanganan. Sesuatu yang biasa, lumrah, menjadi tidak
biasa karena ia memiliki poin plus yang menjadikannya berbeda.
Itulah Koitsudu. Kerja sama yang baik antara sutradara yang nge-direct, penulis
skenario yang nulis naskahnya, lalu ada deretan aktor/aktris yang berhasil
memvisualisasikan dengan baik apa maunya naskah—that’s the key of this
dorama. Sudah jadi rahasia bersama di kalangan penonton Koitsudu, Takeru
dan Mone melakukan banyak adlib—tambahan adegan yang tidak ada di naskah—wabil
khusus si mamas Takeru, yang adlibs-nya itu justru semakin membuat dorama ini
hidup. Kebayang ga sih kayak gimana jadinya Koitsudu kalo pak syut dan penulis
skenario-nya ga suka di-intervensi? Andaikan mereka ga mau nerima saran-saran
Takeru dan Mone? Kita ga akan ngeliat scene yang bikin kita ber-kya
kyaaa ria sambil meluk atau mukul-mukul bantal (yang jomlo kesian). Pak Syut,
penulis skenario, Takeru, Mone—mereka paham ini dorama apa, dan tau banget apa
yang diinginkan penonton dari doramanya. Para supporting role ga boleh
ketinggalan. Rekan-rekan kerja Sakura dan Tendo sensei yang suportif banget!
Beruntung banget ya Sakura, kerja di lingkungan yang atmosfer-nya bagus.
Menurut pembaca manga-nya,
Dorama Koitsudu ini melebihi ekspektasi mereka, ga dibikin bertele-tele, porsi
orang ketiganya ga banyak, main focus nya tetap pada Sakura dan Tendo
sensei. Kalo ada manga yang dibikin live action, kita tuh paling sering membaca
komentar berisi komplain ketidakpuasan terhadap visualisasinya. Tapi selama
ngikutin Koitsudu saya enggak pernah membaca komentar yang ngritik doramanya,
muji-muji—iya. Good job dong writer-nya. ♥
Storyline-nya ga belibet,
ngikutinnya enak, progres hubungan Tendo sensei dan Sakura berjalan cepat tapi
ga terkesan buru-buru. Pengen sih side story kapel Kisugi sensei dan Sakai
dibanyakin hehe.
Koitsudu ini semacam punya pelet
yang bikin penontonnya tergila-gila.
ㅡChemistry
Tidak mudah membangun kemistri
antara main leads di sebuah drama, kemistri yang bikin penonton tersihir,
hingga melahirkan kehaluan yang ga terbendung dan terus hidup bahkan setelah
dramanya berakhir. Syukurnya Satoh Takeru dan Kamishiraishi Mone bisa. Kemistri
dua orang yang usianya terpaut 9 tahun ini luar biasa bagusnya, melewati
ekspektasi orang-orang. Saya baca beberapa komentar orang, ada yang bilang ga
akan kaget lagi kalo misalnya nanti di luar drama Takeru dan Mone pacaran
beneran—saking bagusnya kemistri mereka. Aktingnya pake hati /terbatuq/ ㅋㅋㅋ.
Emang niat banget sih waktu Takeru dan Mone bilang pengen ngelakuin semua
scene yang perlu ada di dorama shouju. K*ss scene yang bejubel,
backhug, hug—semuanya ADA, dan totalitasnya warbiasah! /dduh masih kebayang
cara Tendo sensei meluk Sakura/ Yang jomlo dijamin ngenes meleleh liatnya
HAHAHAHA. Pasti auto histeris—DI MANA JODOH SAYA TUHAAAANNN?! TOLONG PERTEMUKAN
SECEPATNYA!! /padahal sebelum nonton Koitsudu enjoy banget ngabisin waktu
seorang diri/ ㅋㅋㅋㅋ
Yah, se-badai itulah kemistri
Takeru dan Mone. Keren banget yaa Mone bisa mengimbangi Takeru. Saya yakin,
kesuksesan dua orang ini membangun kemistri tidak terlepas dari usaha keduanya
membangun koneksi di belakang layar. Di depan dan di belakang layar kemistrinya
sama-sama bagoooss. Jarang-jarang nih kita bisa liat behind the scene yang
ga kalah UWU-nya dari dramanya, yekaaan? Jiwa-jiwa shipper yang haus konten pun
terpuaskan dengan paripurna.
ㅡQuotes
Meskipun drama ini mengusung
genre komedi romantis, yang tentu saja fokus ceritanya lebih banyak tertuju
pada sisi romantisnya dan segala ke-uwu-annya, tetapi Koitsudu tidak lantas
tampil kosong tanpa pesan. Ada beberapa potongan percakapan yang bagus
banget.
“I’m not dating you because I want
you to take care of me.” –Kairi Tendo
Boleh ga minta satuuu aja cowok
yang kayak Tendo sensei?
Sukak banget deh. Meleleh
dengernya. Cewek itu, mau pacaran atau udah nikah, bukan jadi orang yang
di-pingpong ke sana kemari, bukan jadi pembantu di rumah. Pekerjaan rumah,
mestinya dikerjakan berdua, bukan membebankan pada satu orang saja. Saya
melihat di sekitar saya masih banyak yang seperti ini. Sigh.
“Everyone is the same. We are lacking
something, but we all do our best to keep going, while we look for people
complement our shortcomings.” –Kairi Tendo
Pernah nggak sih, ngeliat orang
yang di mata kita udah sukses dan kita tanpa sadar membatin, “hebat ya dia,
udah punya segala-galanya. Hidupnya pasti enak”, dan mengasihani diri sendiri
karena nggak bisa melakukan pencapaian seperti yang orang lain lakukan? Racun
banget kan? Ucapannya Tendo sensei di atas cukup jelas untuk dipahami gimana
kita seharusnya memandang diri sendiri dan orang lain. Bukan soal membandingkan
apa yang kita punya atau yang tidak kita punyai dengan orang lain, tapi tentang
bagaimana kita berusaha mengatasi apa-apa yang datang dalam hidup kita—masalah,
kekurangan, sebut apa pun itu. Karena setiap orang memiliki
kesulitan-kesulitannya sendiri. Karena setiap orang tidak akan pernah sanggup
memeluk kesempurnaan, sesempurna apa pun dia dalam sudut pandang kita.
“... as long as you are alive,
everyone is destined to die. That’s why it’s not about giving up on life. It’s
about accepting death.” –Doctor
JLEB banget sih ini. Gimana cara
kita menerima kematian adalah bagaimana cara kita menjalani hidup hingga
kematian itu datang kepada kita. Menjalani sebaik-baiknya hidup. Dan memercayai
akan ada kehidupan lain setelah mati, akan mengantarkan kita pada pemikiran
panjang soal hidup itu sendiri.
ㅡFavorite Scene
Ngomongin scene favorit, semua
scene-nya Tendo sensei-Sakura adalah favorit saya. SEMUANYA TANPA TERKECUALI.
Tapiiiii, kalau disuruh memilih beberapa saja di antaranya untuk ditulis di
sini maka inilah pilihan saya...
WOI MAS BIASA AJA KALIII NATAPNYA, ITU TATAPAN APA KATANA? TAJEM BENER |
Tendo sensei : ... make sure you’re ready. Because if you fail
Sakura
: I can’t! Not with you...
Tendo
sensei : Then quit being nurse right now.
(ep
3)
Scene di
mana Tendo sensei memergoki Sakura yang sedang latihan ngambil darah, trus dia
masuk ruangan dan nyuruh Sakura praktek langsung ke dia. Kenapa saya menganggao
scene ini berkesan? Tau sendiri kan gimana juteknya Tendo sensei ke
Sakura? Omongannya nyakitin hati, kejam, kalo aku yang jadi Sakura, udah kabur
dari kapan tauk itu. Untung Sakura-nya setrong ya. Nah, bukan tanpa alasan
Tendo sensei akhirnya ngambil satu langkah lebih dekat ke Sakura, dengan nantangin
dia praktek langsung ke dia. Dia tau Sakura itu punya potensi bagus, cuman
emang butuh dituntun aja. Dan karena dia masuk timnya Tendo yaa otomatis jadi
tanggung jawabnya dong. Awalnya gitu. AWALNYA. ㅋㅋㅋ.
Coba Tendo sensei ga ambil inisiatif maksa Sakura pake diancam suruh
mundur jadi perawat kalo ga berani ngambil sampel darahnya, Sakura ga akan
berani-berani juga. Ini nih yang bikin saya respek sama si tsundere berhati
bunga, profesionalitasnya dipegang. Jadi dia suka marahin Sakura bukan karena
benci sama Sakuranya tapi karena Sakura kerjanya ga becus, tapi emang kejam
banget si pa dokter itu.
Tendo sensei nih, kalo kerja
rekannya bagus dibilang bakal bagus, kalo enggak ya dapet omelan HAHAHAHA. Ga
cuma Sakura. Tendo ga milih-milih mau kejam sama siapa. Sama kakaknya aja kayak
kucing sama tikus gitu ㅋㅋㅋㅋ
CIE SENYUM... CIEEEEEEEEEEEEEEEEE |
Sakura : I’ll make you smile again. I don’t care if it’s a wary smile, or a faint smile, or a high-pitched laughter. They are all good. As long as you are happy. I will be happy... happy... happy.
(ep 3)
LIAT DONG EKSPRESI TERHARUNYA
TENDO SENSEIIII! Matanya tuh sampe berkaca-kaca. Abis itu dia senyum. SENYUM!
KARENA SAKURA. Sakura menang. Di sini Tendo sensei udah mulai membuka hatinya
untuk Sakura. You go girl!
Di ep 5, Sakura marah-marah ke
Tendo sensei, nuduh dia ga profesional gara-gara ngeluarin Sakura begitu saja
dari tim yang menangani pasien yang juga anaknya suster senior. Nah, setelah
salah pahamnya dilurusin, Tendo sensei menghampiri Sakura yang tengah duduk di
bangku taman rumah sakit, sambil bawain roti chocolate corone. Lucunya,
Sakura ga ngeh kalo roti itu khusus diberikan kepada orang yang disayangi di
hari kasih sayang. Ekspresinya Tendo sensei susah diterjemahin. Disangkanya
rekasi Sakura bakal kayak gimana, heboh ala Sakura gitulah. Lah Sakuranya aja
ga ngeh gitu roti itu spesial. Senangnya ya karena dikasih roti dan bisa makan
berdua sama yayangnya HAHAHA.
(ep 8)
DA BEST!
Tendo sensei ngulurin tangannya
kepada Sakura setelah mendengar cerita gadis itu tentang perjuangannya menjadi perawat,
bagaimana ia menjadikan Tendo sensei sebagai motivasinya di saat-saat itu.
Gestur simbolik dari Tendo sensei ini semacam pengen ngasih tau ke Sakura,
Sakura ga perlu bekerja keras (sendirian) lagi untuk mengejar dia. Cintanya
Sakura bukan sejenis bertepuk sebelah tangan. Giliran Tendo.
INI. Tendo ngulurin tangannya
duluan. Melting. Tendo nih paling bisa emang bikin orang kena heart
attack dengan gestur yang simpel tapi maknanya dalam. Ga omong banyak.
Udah kayak foto orang ke-gap pacaran sembunyi-sembunyi sama photographer yak |
(ep 9)
Dalam perjalanan pulang sehabis
minum-minum bersama ayahnya Sakura, Sakura protes, Tendo sensei ga pernah
ngomong apa disukainya pada dirinya. Tendo sensei beralasan dia ga bisa
ngomongin itu di depan orang banyak. Trus dengan antusiasnya Sakura minta Tendo
bilang itu padanya saat itu juga mumpung cuman berdua aja. Eh, sama Tendo-nya,
Sakura malah dikasih tatapan tajam wkwk. Ga jadi nuntut dia HAHAHA. Abis itu
Sakura gosok-gosok tangan kaaan, ngeluh malamnya makin dingin, ini entah
sengaja ngasih kode atau gimana, tapi reaksinya Tendo sensei di luar dugaan—diambilnya
tangan Sakura lalu dimasukkan ke dalam saku jaketnya. OKE, PAK. ANDA MENANG. YA
KALO KAYAK GINI MAH KATA-KATA CINTA NAN INDAH PUITIS LEWATTT, KALAH SAMA AKSI
NYATA.
(ep 9)
Alasannya? Saya jatuh cinta sama
suara merdunya Sakura di sini pas dia ngomong sambil nyanderin pipinya di
punggung Tendo, “I won’t. I want to sleep here.”
AIH.
(ep 9)
“Hurry
up and wake up... this useless boulder.”
Tendo sensei setia sekali, 3
hari nungguin Sakura yang koma. Dan saat Sakura sadar, udah ga disimpen-simpen
lagi itu perasaan, langsung ditumpahin semuanya, pake nangis! Kayaknya selama
Sakura koma itu, Tendo nyesel dan kuatir dia ga akan punya kesempatan lagi
bilang sayang ke Sakura. Terharu denger pengakuan cintanya Tendo ke Sakura.
Akhirnya ya...
Tapi yang paling aku suka dari scene
ini tuh yang bagian Sakura ngegodain Tendo sensei. Ga bisa jelasin kenapa
aku suka ngulang-ngulang part ini. Kiyut, lucu, juga mengharukan.
Sakura
: Sensei...
Tendo
sensei : What is it?
Sakura
: Will you say them whenever I want?
Tendo
: Um.
Sakura
: Please tell me more.
Tendo
: There’s no more.
Sakura
: ??
Tendo
: I ran out of things to say. (Sambil netes gitu air matanya)
Sakura
: (laugh cutely) Thats so mean!
Sakura
: Sensei..
Tendo
: What is it?
Sakura
: I am hungry.
Tendo : Baka... (banjir euy nangisnya, sampe merah itu muka)
Sakura tau banget Tendo
mengkhawatirkan dirinya. Makanya dia ngajakin Tendo becanda pake digodain gitu.
INI KAPEL PALING BISA BIKIN KITA SE-GEMES INIII!! Kerasa banget sayangnya Tendo
ke Sakura.... ㅜ.ㅜ
Scene ini
punya nada yang sama dengan scene di episode 10 sewaktu Sakura
dan Tendo kencan di taman bermain setelah Tendo sensei bikin deklarasi mau
nikahin Sakura di depan bapak-ibunya. Sakura minta Tendo ngulang deklarasinya
tapi ditolak Tendo. Pake nyuruh Sakura nyubit pipinya sendiri kalo ga percaya
itu nyata. Dasar. Anaknya emang ga bisa disuruh-suruh romantis. Tapi sekalinya
ngeluarin aksi, kapal oleng seketika. Banyak hati dibikin meleleh.
Episode 10 favorit semuanyaaaah! ㅋㅋㅋ,
tapi aku akan pilih scene di bandara, saat Sakura menggunakan kata
favoritnya Tendo, baka. Abis di k*ss Sakura, Tendo kayak mau nangis
gitu, merhatiin ga sih? Mana meluknya erat banget. Wajar sih, sedih mau pisah
setaun.
Cukup sekian scene favorit
dari eikeh, masih banyak sih. Cuman kalo ngikutin kata hati nulis semuanya bisa
ga kelar-kelar ini tulisan ㅋㅋㅋ
RATE
★★★★
4/5
Akting
√
Storyline
√
Chemistry
√
OST
√
Sependek ingatan saya, baru sekali ini saya
ngulas drama bergenre romcom dan dikasih rate tinggi. Boleh jadi saya nggak
obyektif di sini. Tapi, kalau kamu nyari drama ringan yang bikin hepi, ga
pusing belibet, yang bisa kamu nikmati sambil meluk guling sambil senyum-senyum
gemash sambil ngayal (bagi yang jomlo), dan tetap bisa menemukan nilai pada
storyline-nya, saya rekomendasikan Koitsudu. Cobalah. Romcom ini mungkin bisa
membantu kita memperbaiki mood yang sedang acakadut saat ini. Dunia
sedang tidak aman. Orang-orang sedang berjuang.
Setelah menonton 10 episodenya, saya tidak hanya
jatuh cinta pada karakter Kairi Tendo dan Nanase Sakura, tapi juga pada Satoh
Takeru dan Kamishiraishi Mone di real life.
Bye-ing
ㅡAzzㅡ
#LowkeyShipper TakeMone
Stay
safe, everyone.
Semoga
wabah COVID19 ini lekas berakhir.
/mon maap jika ada salah kata/
[Review] Koi Wa Tsuzuku Yo Dokomademo
by
Azzy
on
3/22/2020 05:16:00 AM
WARNING : POSTINGAN DI BAWAH INI SANGAT PANJANG LEBIH PANJANG DARI KENANGAN BERSAMA MANTAN DAN TIDAK MENJAMIN ADA FAEDAHNYA APA KAGAK ...